Scribd Logo
Unggah

Selamat datang di Scribd!

  • Profesionalisasi Berbasis Individu Dan Kelembagaan

    Diunggah oleh

    Putu Ayu Pramita
    2K tayangan15 halaman
    BAB II PEMBAHASAN 2.1. Profesionalisasi Berbasis Individu Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang menjalani profesionalisasi atas prakarsa institusi atau lembaga. Untuk Indonesia, data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya hanya sekitar 5% guru yang berpeluang mengikuti aneka program pengembangan yang dilembagakan sejenis penataran atau pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga sejenisnya. Ini berarti dalam waktu sekitar 20 tahun,masing guru hanya berpeluang mengikuti satu kali program pengembangan profesi yang dilembagakan, bukan atas inisiatif sendiri. Ini pun dengan asumsi bahwa akses guru mengikuti program dimaksud bersifat dibagi rata. Kenyataan di lapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka menempuh pelatihan pra-jabatan dari calon PNS ingin menjadi PNS penuh. Menghadapi realitas ini, apabila guru ingin tetap eksis pada profesi dengan derajat profesionalitas yang layak ditampilkan, tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan profesionalisasi secara mandiri, yang disebut sebagai guru professional madani atau GPM. The civil teachers are beyond the professional teachers! Guru madani melebihi batas-batas guru professional. Mereka harus mampu menumbuhkembangkan diri sendiri atau bertindak autodidak, jika mau bertahan dalam status keprofesionalannya. Pemikiran inilah yang kemudian menginspirasi lahirnya gagasan tentang GPM. Konsepsi dasar GPM atau professional civil teacher dikembangkan dari teori masyarakat madani (civil society) yang telah secara intens dibahas pada banyak literature. Konsep masyarakat madani berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Menurut Larry Diamon (2003), ketiga filsuf ini mulai menata suatu bangunan masyarakat madani yang mampu mencairkan otoriter kekuasaan monarki-absolut dan ortodoksi gereja. Menurut AS Hikam, masyarakat madani adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kehidupan materiil, dan tidak terserap dalam jaringan kelembagaan politik resmi. Menurut Hikam, ciri-ciri utama masyarakat madani, antara lain: (1) adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu dan kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara; (2) adanya ruang public bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan kepentingan publik; (3) adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar ia tidak intervensionis. Cornelis Lay (2004), melihat substansi masyarakat madani mengacu kepada pluralitas bentuk dari kelompok independen (asosiasi, lembaga kolektivitas, perwakilan kepentingan) dan sekaligus sebagai raut-raut dari pendapat umum dan komunikasi yang independen. Ia adalah agen, sekaligus hasil dari transformasi sosial. Dari sisi pandang politik dan demokrasi (Haynes, 2000), mengemukakan ciri dominan masyarakat madani, ialah sering memaksa pemerintah untuk mengumumkan program-program demokrasi, menyatakan agenda reformasi politik, merencanakan dan menyelenggarakan pemilihan umum multipartai, yang demi kejujuran diawasi oleh tim pengamat internasional. Masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani merupakan konsep cair yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus-menerus. Untuk menjadi GPM, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karier, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang menjalani profesionalisasi secara terus menerus. Guru semacam inilah yang kelak akan menjelma sebagai GPM. Edi Suharto mengemukakan masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis di mana anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingannya; di mana pe

    Hak Cipta

    © © All Rights Reserved

    Format Tersedia

    PPSX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

    Apakah konten ini tidak pantas?

    Laporkan Dokumen Ini
    BAB II PEMBAHASAN 2.1. Profesionalisasi Berbasis Individu Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang menjalani profesionalisasi atas prakarsa institusi atau lembaga. Untuk Indonesia, data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya hanya sekitar 5% guru yang berpeluang mengikuti aneka program pengembangan yang dilembagakan sejenis penataran atau pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga sejenisnya. Ini berarti dalam waktu sekitar 20 tahun,masing guru hanya berpeluang mengikuti satu kali program pengembangan profesi yang dilembagakan, bukan atas inisiatif sendiri. Ini pun dengan asumsi bahwa akses guru mengikuti program dimaksud bersifat dibagi rata. Kenyataan di lapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka menempuh pelatihan pra-jabatan dari calon PNS ingin menjadi PNS penuh. Menghadapi realitas ini, apabila guru ingin tetap eksis pada profesi dengan derajat profesionalitas yang layak ditampilkan, tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan profesionalisasi secara mandiri, yang disebut sebagai guru professional madani atau GPM. The civil teachers are beyond the professional teachers! Guru madani melebihi batas-batas guru professional. Mereka harus mampu menumbuhkembangkan diri sendiri atau bertindak autodidak, jika mau bertahan dalam status keprofesionalannya. Pemikiran inilah yang kemudian menginspirasi lahirnya gagasan tentang GPM. Konsepsi dasar GPM atau professional civil teacher dikembangkan dari teori masyarakat madani (civil society) yang telah secara intens dibahas pada banyak literature. Konsep masyarakat madani berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Menurut Larry Diamon (2003), ketiga filsuf ini mulai menata suatu bangunan masyarakat madani yang mampu mencairkan otoriter kekuasaan monarki-absolut dan ortodoksi gereja. Menurut AS Hikam, masyarakat madani adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kehidupan materiil, dan tidak terserap dalam jaringan kelembagaan politik resmi. Menurut Hikam, ciri-ciri utama masyarakat madani, antara lain: (1) adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu dan kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara; (2) adanya ruang public bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan kepentingan publik; (3) adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar ia tidak intervensionis. Cornelis Lay (2004), melihat substansi masyarakat madani mengacu kepada pluralitas bentuk dari kelompok independen (asosiasi, lembaga kolektivitas, perwakilan kepentingan) dan sekaligus sebagai raut-raut dari pendapat umum dan komunikasi yang independen. Ia adalah agen, sekaligus hasil dari transformasi sosial. Dari sisi pandang politik dan demokrasi (Haynes, 2000), mengemukakan ciri dominan masyarakat madani, ialah sering memaksa pemerintah untuk mengumumkan program-program demokrasi, menyatakan agenda reformasi politik, merencanakan dan menyelenggarakan pemilihan umum multipartai, yang demi kejujuran diawasi oleh tim pengamat internasional. Masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani merupakan konsep cair yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus-menerus. Untuk menjadi GPM, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karier, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang menjalani profesionalisasi secara terus menerus. Guru semacam inilah yang kelak akan menjelma sebagai GPM. Edi Suharto mengemukakan masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis di mana anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingannya; di mana pe

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PPSX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    2K tayangan15 halaman

    Profesionalisasi Berbasis Individu Dan Kelembagaan

    Diunggah oleh

    Putu Ayu Pramita
    BAB II PEMBAHASAN 2.1. Profesionalisasi Berbasis Individu Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang menjalani profesionalisasi atas prakarsa institusi atau lembaga. Untuk Indonesia, data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya hanya sekitar 5% guru yang berpeluang mengikuti aneka program pengembangan yang dilembagakan sejenis penataran atau pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan atau lembaga sejenisnya. Ini berarti dalam waktu sekitar 20 tahun,masing guru hanya berpeluang mengikuti satu kali program pengembangan profesi yang dilembagakan, bukan atas inisiatif sendiri. Ini pun dengan asumsi bahwa akses guru mengikuti program dimaksud bersifat dibagi rata. Kenyataan di lapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka menempuh pelatihan pra-jabatan dari calon PNS ingin menjadi PNS penuh. Menghadapi realitas ini, apabila guru ingin tetap eksis pada profesi dengan derajat profesionalitas yang layak ditampilkan, tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan profesionalisasi secara mandiri, yang disebut sebagai guru professional madani atau GPM. The civil teachers are beyond the professional teachers! Guru madani melebihi batas-batas guru professional. Mereka harus mampu menumbuhkembangkan diri sendiri atau bertindak autodidak, jika mau bertahan dalam status keprofesionalannya. Pemikiran inilah yang kemudian menginspirasi lahirnya gagasan tentang GPM. Konsepsi dasar GPM atau professional civil teacher dikembangkan dari teori masyarakat madani (civil society) yang telah secara intens dibahas pada banyak literature. Konsep masyarakat madani berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Menurut Larry Diamon (2003), ketiga filsuf ini mulai menata suatu bangunan masyarakat madani yang mampu mencairkan otoriter kekuasaan monarki-absolut dan ortodoksi gereja. Menurut AS Hikam, masyarakat madani adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kehidupan materiil, dan tidak terserap dalam jaringan kelembagaan politik resmi. Menurut Hikam, ciri-ciri utama masyarakat madani, antara lain: (1) adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu dan kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara; (2) adanya ruang public bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan kepentingan publik; (3) adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar ia tidak intervensionis. Cornelis Lay (2004), melihat substansi masyarakat madani mengacu kepada pluralitas bentuk dari kelompok independen (asosiasi, lembaga kolektivitas, perwakilan kepentingan) dan sekaligus sebagai raut-raut dari pendapat umum dan komunikasi yang independen. Ia adalah agen, sekaligus hasil dari transformasi sosial. Dari sisi pandang politik dan demokrasi (Haynes, 2000), mengemukakan ciri dominan masyarakat madani, ialah sering memaksa pemerintah untuk mengumumkan program-program demokrasi, menyatakan agenda reformasi politik, merencanakan dan menyelenggarakan pemilihan umum multipartai, yang demi kejujuran diawasi oleh tim pengamat internasional. Masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani merupakan konsep cair yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus-menerus. Untuk menjadi GPM, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karier, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang menjalani profesionalisasi secara terus menerus. Guru semacam inilah yang kelak akan menjelma sebagai GPM. Edi Suharto mengemukakan masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis di mana anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingannya; di mana pe

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PPSX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    dari 15

    PROFESIONALISASI

    BERBASIS INDIVIDU DAN


    KELEMBAGAAN
    Dosen Pengampu:
    Drs. Ign. I Wayan Suwatra,
    M.Pd.
    Oleh:
    Putu Ayu Pramita
    Pratiwi
    Profesionalisasi Berbasis
    Individu
    REALITAS

    5% guru berpeluang Kenyataan


    mengikuti tidak memiliki
    Indonesia pengembangan akses

    Profesionalitas yang layak

    GPM
    Profesionalisasi Berbasis
    Individu
    Guru Profesional Madani
    adalah guru profesional yang dalam
    melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
    bersifat otonom, menguasai kompetensi secara
    komprehensif, dan daya intelektual tinggi

    Pembelajar
    sejati

    Melepaskan diri
    Memiliki
    Kebebasan
    Memiliki
    Melakukan
    Menjunjung
    Siap
    Bekerja
    Mampu
    Berani
    Memiliki
    bekerja
    memberi
    tanpa
    empati
    Ciri-Ciri dari kekuatan
    rencana
    dalam
    kesetiaan
    Mumpuni &&
    Berintegrasi
    evauasi
    tinggi
    tanpa
    diatur kode
    diri etik
    berkomunikasi
    masukan
    yang kuat
    diseru
    birokrasipribadi
    program
    beraktualisasi
    kepercayaan
    Menjunjung
    tinggi kode etik
    Profesionalisasi Berbasis
    Individu
    Guru Profesional
    Madani

    Motivas Disiplin Evaluas Kesada


    i diri diri i diri ran diri

    Guru yang profesional yang mampu


    bekerja atas dasar:

    Hubung Bekerja
    Penge
    Beremp an dipand
    mbanga
    ati secara u kode
    n diri
    efektif etik
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    DUA ORIENTASI

    Secara formal, untuk menjadi


    profesional guru dipersyaratkan
    memenuhi kualifikasi akademik S-
    1/D-4 & bersertifikat pendidik
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    S
    A
    T
    Fokus Pengembangan

    Kompetensi Pedagogik
    U

    K Kompetensi Kepribadian
    E
    S Kompetensi Profesional
    A
    T
    U Kompetensi Sosial
    A
    N
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    Kegiatan Pembinaan dan
    No. Wadah Kegiatan Persyaratan/Sifat
    Pengembangan Keprofeisan
    1. Aktivitas kolektif guru yang KKG Berfokus pada
    meningkatkan kompetensi dan/atau MGMP kompetensi
    keprofesian Wadah lain Melembaga
    Bukti fisik

    2. Pendidikan dan pelatihan LPMP Berfokus pada


    P4TK kompetensi
    LPTK/PT Bersifat melembaga
    Dinas Pendidikan Terakreditasi/diakui
    Trsining provider lain Bukti fisik

    3. Pemagangan Satuan pendidikan Berfokud pada


    Dunia industri kompetensi
    Lembaga pelatihan Melembaga
    Lembaga internasional Terakreditasi/diakui
    Bukti fisik
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    Kegiatan Pembinaan dan
    No. Wadah Kegiatan Persyaratan/Sifat
    Pengembangan Keprofeisan
    4. Publikasi ilmiah atas hasil penelitian Jurnal Berfokus pada
    atau gagasan invatif Majalah kompetensi
    Media massa Terakreditasi/diakui
    Melembaga
    Bukti fisik

    5. Karya inovatif Individual Bukti fisik


    Laboratorium Deskripsi proses
    Dunia kerja lahirnya dan makna
    karya
    Berfokus pada
    kompetensi

    6. Presentasi pada forum ilmiah Seminar akademik dan sejenisnya Berfokus pada
    Seminar hasil penelitian kompetensi
    Terakreditasi atau legal
    Melembaga
    Bukti fisik
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    Kegiatan Pembinaan dan
    No. Wadah Kegiatan Persyaratan/Sifat
    Pengembangan Keprofeisan
    7. Publikasi buku teks pelajaran yang lolos Penerbit internasional Berfokus pada
    penilaian oleh Badan Standar Nasional Penerbit nasional kompetensi
    Pendidikan Penerbit milik pemerintah Ber-ISBN
    Penerbit lokal/lembaga Publikasi nasional
    Melembaga
    Bukti fisik

    8. Publikasi buku pengayaan Penerbit nasional Berfokus pada


    Penerbit lokal/lembaga kompetensi
    Ber-ISBN
    Publikasi nasional/ lokal
    Melembaga
    Bukti fisik

    9. Publikasi buku pedoman guru Penerbit nasional Berfokus pada


    Penerbit lokal/lembaga kompetensi
    Ber-ISBN
    Publikasi nasional/ lokal
    Melembaga
    Bukti fisik
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    Kegiatan Pembinaan dan
    No. Wadah Kegiatan Persyaratan/Sifat
    Pengembangan Keprofeisan
    10. Publikasi pengalaman lapangan Penerbit nasional Berfokus pada
    pada pendidikan khusus Penerbit lokal/lembaga kompetensi
    dan/atau pendidikan layanan Ber-ISBN
    khusus Publikasi
    nasional/ lokal
    Melembaga
    Bukti fisik

    11. Penghargaan atas prestasi atau Lembaga pemerintah Bentuk fisik


    dedikasi sebagai guru yang Penyelenggara pendidikan penghargaan
    Organisasi kemasyarakatan
    diberikan oleh pemerintah atau Tingkat
    Organisasi profesi
    pemerintah daerah penghargaan
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    PRINSIP
    UMUM

    Demokra
    tis & Memberdaya
    berkeadil Member kan
    an i komponen
    Satu
    ketelada masyarakat
    kesatu
    an Sepanj n
    ang
    hayat
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan BERJENJANG
    DEMOKRATIS
    ILMIAH

    BERKELANJUT
    RELEVAN OBJEKTIF
    AN

    KOMPREHEN
    SISTEMATIS AKUNTABEL
    SIF

    MEMANDIRIK
    KONSISTEN AN EFEKTIF

    PROFESIONA
    AKTUAL EFISIEN
    L

    FLEKSIBEL
    PRINSIP
    BERTAHAP
    KHUSUS
    Profesionalisasi Berbasis
    Kelembagaan
    JENIS-JENIS KEGIATAN

    PENDIDIKAN DAN PELATIHAN NON PENDIDIKAN DAN PELATIHA

    In-house Training (IHT) Diskusi Masalah


    Program Magang Pendidikan
    Kemitraan Sekolah Seminar
    Belajar Jarak Jauh Workshop
    Pelatihan Berjenjang Penelitian
    dan Khusus Penulisan Buku atau
    Kursus Singkat Bahan Ajar
    Pembinaan Internal Pembuatan Media
    Pendidikan Lanjut Pembelajaran
    Sesi Diskusi
    T h ank y ou

    Anda mungkin juga menyukai