Anda di halaman 1dari 8

RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA

TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT


PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM

Tomat adalah salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis penting
dikarenakan tomat sangat digemari oleh masyarakat dan mempunyai nilai gizi
yang tinggi. Buah tomat mengandung vitamin A, vitamin C dan sedikit vitamin B
yang baik untuk kesehatan dan dapat mengurangi persentase kurang gizi . Buah
tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan
makanan dalam perut, membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu buah
tomat juga mengandung potasium yang dapat menurunkan gejala tekanan darah
tinggi. Radiasi dan suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomat. Radiasi diperlukan dalam proses fisiologis tanaman
maupun proses generatifnya, dalam hal ini radiasi matahari digunakan sebagai sumber
energi fotosintesis.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah solarimeter, termometer bola
basah dan bola kering, digital multimeter, alat budidaya, timbangan analitik,
kamera, Microsoft office, Get pixel, Adobe photoshop dan SPSS Statistics 21.
Bahan yang digunakan adalah bibit tomat varietas Tora IPB, pupuk, media tanam,
mulsa, fungisida, furadan dan data cuaca selama penelitian dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga.

Persiapan lahan dan penanaman


Persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma (rumput),
lahan yang bersih akan dibentuk guludan yang juga dicampur dengan pupuk
kandang. Bedeng yang dipersiapkan adalah sebanyak 6 dengan jarak antar
bedengan adalah 50 cm dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Lebar bedengan
adalah 100 cm. Populasi per bedeng adalah sebanyak 20 tanaman.

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman


1. Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada 3 sampai 11 MST.
2. Pengamatan perkembangan pada tomat dilakukan dengan mencatat setiap
perubahan yang terjadi pada tanaman seperti munculnya daun, kuncup dan
bunga di logbook sesuai tanggal atau hari setelah semai.

Pengukuran kondisi iklim mikro


1. Pengukuran radiasi dilakukan pada tiap perlakuan dengan menggunakan
tube solarimeter
2. Pengukuran suhu di sekitar tanaman dilakukan pada tiap ulangan dengan
menggunakan termometer bola basah dan bola kering.

Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman


1. Penimbangan bobot kering total tanaman yang akan didestruktif
merupakan tanaman acak yang bukan tanaman pinggir (untuk menghindari
boundary effect). Bobot kering total didapatkan dari pengovenan tanaman
o
destruktif yang dilakukan pada suhu 100 C dalam 18 jam.
2. Pengukuran nilai Indeks Luas Daun (ILD) dan Luas Daun Spesifik (LDS)
adalah dengan melakukan scan pada semua daun agar dapat diolah
menggunakan
Software Get Pixel.

Pengolahan data
1. Radiasi yang diolah dalam penelitian adalah radiasi intersepsi, efisiensi
pemanfaaatan radiasi surya dan albedo
a. Nilai efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR) dapat ditentukan dari
-2
kemiringan garis plotting akumulasi intersepsi radiasi(MJ m ) dan
-2
penambahan berat kering (biomassa) tanaman (g m ). Efisiensi radiasi
dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut (Handoko 1994):

Penelitian ini dilakukan di kecamatan dramaga yang tepatnya berlokasi di


desa Situgede. Berdasarkan data BMKG yang diperoleh telah tercatat bahwa
selama penelitian daerah ini memiliki kondisi cuaca dengan suhu rata rata sebesar
o
25.7 C, rata rata kelembaban 85.8 % dan curah hujan rata rata sebesar 16 mm.
o
suhu rata-rata di sekitar mulsa perak adalah sebesar 29.5 C sedangkan suhu suhu
o
rata-rata di sekitar mulsa hitam adalah sebesar 28.6 C . Suhu di sekitar mulsa
perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam karena mulsa perak berperan
untuk memantulkan cahaya di sekitar tanaman yang menyebabkan suhu semakin
meningkat.
Pengukuran intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian ini merupakan data
primer yang menggunakan tube solarimeter. Radiasi global rata-rata yang diperoleh
2
selama penelitian adalah sebesar 20 MJ/m /hari sedangkan total radiasi global
2
didapatkan sebesar 1447 MJ/m . Radiasi surya yang sampai ke permukaan akan
mengalami pemantulan dan penyerapan radiasi. Albedo adalah perbandingan
antara radiasi surya yang dipantulkan dengan radiasi yang datang.
Radiasi reflektansi adalah pola hamburan yang berasal dari permukaan yang
seragam secara spasial seperti daun tanaman atau pun bisa zat lain yang dapat
memantulkan cahaya berbeda dari unsur serupa di dekatnya. Permukaan yang
berbeda juga memiliki albedo yang berbeda karena albedo sangat dipengaruhi oleh
distribusi spektral dan sudut cahaya yang datang
Akumulasi panas yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan masak
fisiologis tanaman tomat sejak dari semai hingga buah masak pada penelitian ini
o
adalah 1636 C hari. Nilai ini diperoleh dari perhitungan akumulasi suhu rata- rata
o
harian dengan suhu dasar (10 C). Rata-rata suhu udara di sekitar tanaman tomat
o
adalah pada 26.3 C. Menurut Koesmaryono (2002) degree day tidak dipengaruhi
oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam.
Pada Gambar 4 di bawah ini suhu rata-rata di sekitar mulsa perak adalah
o
sebesar 29.5 C sedangkan suhu suhu rata-rata di sekitar mulsa hitam adalah
o
sebesar 28.6 C . Suhu di sekitar mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan
mulsa hitam karena mulsa perak berperan untuk memantulkan cahaya di sekitar
tanaman yang menyebabkan suhu semakin meningkat. Masa penyemaian
membutuhkan keadaan yang relatif lembab dengan suhu yang tidak tinggi. Pada
tinjauan pustaka mengenai iklim mikro khususnya suhu juga telah disebutkan
bahwa perubahan beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata
dalam laju pertumbuhan tanaman. Sehingga faktor suhu yang tinggi di sekitar
tanaman tomat akan menyebabkan lebih cepatnya waktu pemanenan karena suhu
sangat berpengaruh pada proses perkembangan tomat (Redaksi agromedia 2007).
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah adanya hari hujan di daerah
tersebut lebih banyak dibandingkan dengan hari tidak hujan. Hari terjadi hujan
dan tidak hujan berturut turut tercatat sebanyak 82 hari dan 23 hari. Pada awal
penanaman atau penyemaian tanaman tomat, curah hujan berada pada kisaran 2
sampai 58 mm per hari.
Akumulasi panas yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan masak
fisiologis tanaman tomat sejak dari semai hingga buah masak pada penelitian ini
o
adalah 1636 C hari. Nilai ini diperoleh dari perhitungan akumulasi suhu rata-r ata
o
harian dengan suhu dasar (10 C). Rata-rata suhu udara di sekitar tanaman tomat
o
adalah pada 26.3 C. Menurut Koesmaryono (2002) degree day tidak dipengaruhi
oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam. Tanaman tomat ini merupakan tanaman
netral yang fenologinya dapat diukur dihitung atau diduga dengan konsep degree
day (heat unit). Penelitian sebelumnya tentang heat unit pada tanaman tomat
o
telah dilakukan dengan akumulasi total sampai panen adalah 1692 C hari
(Syakur 2012).
Tabel 1 di bawah ini merupakan penggambaran fase perkembangan yang
dialami oleh tanaman tomat sesuai dengan akumulasi panas yang diperoleh pada
saat penelitian berlangsung.

Tabel 1 Akumulasi panas (AP) tanaman tomat


Akumulasi Panas
HSS s Fase Perkembangan
(C hari)

0 0 0 masa tanam
3 1 0.02 muncul tunas
7 5 0.05 muncul 2 daun
14 23 0.12 muncul 4 daun
46 293 0.42 cabang dan daun mulai terlihat banyak
61 532 0.57 muncul kuncup (ditutup oleh kelopak)
64 592 0.60 bunga mulai mekar
bunga mengalami mekar sempurna
67 653 0.63 (berwarna kuning)
bunga menutup kembali dan berwarna
71 736 0.67 kecoklatan
bunga mulai gugur dan muncul bakal
73 781 0.69 buah
78 900 0.74 muncul truss pertama
81 976 0.77 muncul truss kedua
85 1078 0.81 muncul truss kempat
87 1128 0.83 muncul truss ke-5 dan 6
89 1182 0.85 muncul truss ketujuh
92 1265 0.88 muncul truss ke 8
95 1351 0.91 muncul truss ke 11
96 1382 0.92 muncul truss ke 12
98 1444 0.94 muncul truss ke 15
100 1504 0.96 muncul truss ke 18
101 1537 0.97 muncul truss ke 20
104 1637 1 buah masak

Pada Tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata laju akumulasi
panas munculnya truss tomat dari truss pertama sampai terakhir yang telah
dihitung adalah 0.7 truss/hari. Namun laju truss dalam satuan truss/C hari
nilainya semakin meningkat dari awal kemunculan truss pertama sampai
terakhir yaitu dari 0.002-0.013. Hal ini menunjukkan bahwa semakin hari laju
truss semakin meningkat karena semakin tinggi akumulasi panas yang
didapatkan oleh tanaman menyebabkan proses perkembangan truss semakin
cepat.

Tabel 2 Laju truss tanaman tomat


Akumulasi Laju Truss Laju Truss
HSS Panas Perkembangan (truss/hari) (truss/C hari)
81 976 muncul truss kedua 0.7 0.002
84 1053 muncul truss ketiga 0.5 0.003
85 1078 muncul truss kempat 0.6 0.004
87 1128 muncul truss ke-5 dan 6 0.7 0.005
89 1182 muncul truss ketujuh 0.6 0.006
92 1265 muncul truss ke 8 0.6 0.006
95 1351 muncul truss ke 11 0.6 0.008
96 1382 muncul truss ke 12 0.7 0.009
98 1444 muncul truss ke 15 0.8 0.010
100 1504 muncul truss ke 18 0.8 0.012
101 1537 muncul truss ke 20 0.8 0.013

Hasil rata rata tinggi tanaman tomat menunjukkan bahwa perlakuan pada mulsa
perak memiliki tinggi rata rata yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
pada mulsa hitam. Tinggi rata-rata pada perlakuan mulsa perak dan hitam secara
berturut-turut adalah 59 cm dan 45 cm. Tinggi maksimum pada tanaman tomat
diperoleh sebesar 110 cm pada mulsa perak. Hal ini dikarenakan mulsa perak
dapat memperbesar radiasi yang dapat diterima oleh tanaman untuk melakukan
proses fotosintesis.

Tabel 3 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman


Umur Tinggi rata-rata (cm)
Perak Hitam
1 MST 11.83 a 7.83 a
2 MST 17.16 ab 10 ab
3 MST 23.67 b 16.5 bc
4 MST 40.33 c 22.67c
5 MST 55 d 35.33 d
6 MST 67 e 50.67 e
7 MST 72 e 62.33 f
8 MST 91.3 f 73 g
9 MST 101.6 g 80.33 h
10 MST 110.0 h 90.67 i
Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Pertumbuhan tanaman tomat dilihat juga dari banyaknya jumlah daun yang
muncul di tiap minggu. Jumlah daun rata-rata pada perlakuan mulsa perak lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam. Jumlah daun rata-rata pada
mulsa perak dan hitam secara berturut-turut adalah 255 dan 159 daun. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan mulsa perak yang dapat membuat radiasi yang
diterima tanaman menjadi lebih besar

Hasil uji statistik yang diperoleh pada Tabel 4 di bawah ini menunjukkan
bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada jumlah daun saat
umur 6 sampai 11 MST sedangkan pada saat awal setelah pindah tanam antara 1
sampai 5 MST perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Tabel 4 Pengaruh jenis mulsa terhadap jumlah daun rata-rata tanaman
Jumlah daun rata-rata (cm)
Umur
Perak Hitam
1 MST 11.0 a 9.0 a
2 MST 24.0 ab 15 a
3 MST 49 bc 23 a
4 MST 62 c 33 a
5 MST 121 d 56 b
6 MST 240 e 153c
7 MST 355 f 168 c
8 MST 426 g 227 d
9 MST 481 h 346 e
10 MST 503 hi 351 e
11 MST 530 i 368 e
Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Berat kering pada tanaman merupakan bukti suatu tanaman mengalami


pertumbuhan. Rata-rata berat kering tanaman tomat pada perlakuan mulsa perak
lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Berat rata-rata maksimum yang
didapatkan adalah sebesar 89 g.

Tabel 5 Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman
Berat kering rata-rata
Umur
Perak Hitam
3 MST 0.03 a 0.01 a
5 MST 0.69 a 0.25 a
7 MST 9.44 a 2.19 a
9 MST 31.43 b 25.48 b
11 MST 89.84 c 87.03 c
Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Hasil uji statistik menyatakan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa tidak
berpengaruh nyata pada rata-rata berat kering total tanaman tomat. Selisih rata rata
yang kecil menyebabkan perlakuan tidak berpengaruh nyata. Namun jika diliat
dari kondisi berat kering rata-rata saat pengukuran tercatat bahwa perlakuan
menggunakan mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam.

Indeks luas daun merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya
radiasi intersepsi yang diterima oleh tanaman. Besarnya nilai ILD dapat
menggambarkan kerapatan suatu tajuk tanaman. Semakin besarnya nilai ILD akan
mempengaruhi besarnya tajuk dan kerapatan pada tanaman. Hal ini akan
menyebabkan radiasi yang sampai
di bawah permukaan tanah menjadi semakin sedikit.Perbedaan selisih yang sangat
jauh ini disebabkan oleh beberapa hal seperti munculnya penyakit pada daun tomat,
proses pengukuran radiasi dan penempatan tube solarimeter. Nilai ILD tertinggi pada
tanaman tomat didapatkan pada saat tanaman akan mengalami masa panen yaitu pada
11 MST dengan nilai 1.2. Menurut Pangaribuan et al. (2008) tanaman tomat
mengalami indeks luas daun maksimum dengan nilai 1.8 2.0. Nilai k (koefisien
pemadaman) menunjukkan seberapa besar kekuatan tajuk tanaman tomat untuk
menahan radiasi yang akan sampai ke permukaan tanah. Koefisien pemadaman pada
tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink 1995), pada penelitian ini nilai k
rata rata adalah 0.34. Nilai k yang terhitung ini sangat kecil dan selisihnya jauh
dengan koefisien pemadaman pada rujukan. Nilai k = 0.75 menunjukkan bahwa
radiasi transmisi pada tanaman tomat lebih kecil atau daunnya lebih lebat
dibandingkan dengan tanaman tomat yang memiliki nilai k = 0.34.

Luas daun spesifik atau Specific Leaf Area (SLA) merupakan indikator yang
menunjukkan ketebalan daun. Semakin besar nilai SLA maka akan menunjukkan
bahwa daun yang terbentuk memiliki tekstur yang tipis. Berdasarkan gambar di
bawah ini dapat dilihat pada saat awal pemindahan tanam, daun tomat memiliki
SLA yang kecil karena daun yang muncul memiliki tekstur yang tebal dan luas
daun yang rendah. Menurut Hauvelink (1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada
2 2
musim panas adalah 175-250 cm /gr dan pada musim dingin adalah 300-400 cm /gr.

Intersepsi radiasi merupakan besarnya radiasi yang mampu di tahan oleh tajuk
tanaman. Nilai yang didapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa intersepsi radiasi
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya MST. Dalam hal ini intersepsi
2
radiasi memiliki nilai tertinggi pada umur 11 MST yaitu sebesar 13.09 MJ/m /minggu
2
pada perlakuan mulsa perak dan 12.03 MJ/m /minggu pada perlakuan mulsa hitam.
Nilai tertinggi pada umur tanaman yang sama ini dikarenakan bahwa pada saat 11
MST tanaman masih mengalami masa vegetatif yang optimum. Dapat dilihat pada
Gambar 13 di bawah ini bahwa perlakuan mulsa perak menghasilkan nilai intersepsi
radiasi yang tinggi daripada mulsa hitam.

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya atau Radiation Use Efficiency (RUE) merupakan
nilai yang menunjukkan efisiensi radiasi surya dalam proses fotosintesis tanaman
untuk menghasilkan biomassa tanaman. Perlakuan mulsa perak lebih menghasilkan
nilai RUE yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Semakin besar nilai
RUE maka semakin efisien tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan semakin
besar pula biomassa yang dihasilkan.
Nilai RUE semusim dapat diperoleh dari perbandingan antara penambahan
biomassa dan jumlah akumulasi radiasi intersepsi selama musim penanaman
berlangsung. Nilai RUE yang hasilkan dari penghitungan tersebut adalah 1.8
g/MJ/musim untuk tanaman dengan perlakuan mulsa hitam dan 1.7 g/ MJ/ musim
untuk tanaman dengan perlakuan mulsa perak. Nilai RUE untuk tanaman C3
semusim, termasuk tanaman tomat adalah 1.2-1.7 g/MJ (Stockle dan Kemanian
2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain suhu dan radiasi
yang ada di sekitarnya. Curah hujan, kelembaban dan arah angin juga merupakan
beberapa faktor yang dapat menentukan kondisi pertumbuhan tanaman. Hama dan
penyakit mulai menyerang saat tanaman tomat memasuki fase mulai munculnya
buah. Hama yang muncul adalah ulat tomat buah, hama ini memiliki gejala yang
serangannya adalah terdapat buah tomat yang berlubang. Buah tomat yang
terserang hama ini akan menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

Bobot buah total merupakan bobot buah yang dihitung secara kumulatif dari awal
panen sampai akhir. Menurut deskripsi varietas, tomat ini dapat menghasilkan
bobot buah per tanaman sebesar 901.63 1438.61 g. Tomat varietas Tora
memiliki tingkat produksi 14.14-28.01 ton/ha. Biasanya dalam per hektar
dibutuhkan sekitar 20.000 sampai 25.000 tanaman. Tomat dengan perlakuan
mulsa perak menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1412 g sedangkan
perlakuan mulsa hitam menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1124 g. Hal
ini menunjukkan bahwa produktivitas pada tomat dengan perlakuan mulsa perak
lebih menghasilkan bobot per tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan mulsa hitam.

Kondisi iklim mikro pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak dan hitam
ternyata memiliki perbedaan. Radiasi intersepsi total di tanaman pada perlakuan
-2
mulsa perak dan hitam berturut-turut adalah sebesar 171.4 MJ m dan 208.6 MJ
-2
m dengan nilai RUE semusimnya 1.7 g/MJ dan 1.8 g/MJ. Indek luas daun dari
tanaman tomat yang menggunakan mulsa perak ternyata juga menghasilkan nilai
yang lebih besar yaitu 1.2 . Dari segi produksi, bobot buah per tanaman pada
mulsa perak diperoleh sebesar 1412 g sedangkan pada mulsa hitam sebesar 1124 g
dan biomassa kering total pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak yang 13%
lebih besar dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan mulsa hitam.
Budidaya dengan menggunakan mulsa perak perlu dimanfaatkan sebagai
modifikasi iklim mikro pada tanaman tomat untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan yang lebih.

Anda mungkin juga menyukai