PENDAHULUAN
Sistem imun dan reproduksi saling berkaitan pada berbagai tingkatan. Mulai dari
saat pembuahan sampai saat laktasi. Peranan utama dari sistem imun adalah untuk
memberikan perlindungan tubuh terhadap pengaruh benda asing dan hasil toksiknya.
Untuk itu diperlukan kemampuan tubuh dalam membedakan antara self dan nonself
antigen. Dalam ilmu kebidanan, dipandang dari sudut imunologi, adanya janin dalam
tubuh ibu sampai usia kehamilan aterm merupakan suatu keajaiban sehingga pasti ada
adaptasi iumn selama kehamilan untuk menyelamatkan janin sementara tubuh ibu sendiri
tetap mempunyai kemampuan untuk melawan infeksi yang mungkin terjadi. Sementara
itu, beberapa penyakit yang dialami ibu ternyata memberikan kekebalan yang dapat
diteruskan kepada janin selama kehamilan maupun laktasi.
1
Respon imun spesifik dibagi dalam 3 golongan,yaitu:
1. Sistem imunitas humoral :
Dilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibodi dan berfungsi dalam
pertahanan terhadap mikroba ekstrasesular.
2. Sistem imunitas seluler :
Dilaksanakan oleh limfosit T, berfungsi untuk melawan mikroorganisme
intraseluler.
3. Interaksi antara respon imun seluler dengan respon imun humoral :
Salah satunya disebut antibody dependent ceel mediated cytotoxicity (ADCC).
Dalam hal ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran (opsonisasi), sehingga
sel NK (natural killer) yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibody
tersebut dapat melekat pada sel atau antigen sasaran. Pengikatan sel NK melalui
reseptornya pada kompleks antigen-antibodi mengakibatkan sel NK dapat
menghacurkan sel sasaran melalui pelepasan berbagai enzim, sitolisin, reactive
oxygen intermediates dan sitokin, langsung pada sasaran..
Kortex Medula
Sel T/B
Sumsum Tulang
Sel Efektor
Proliferasi Generasi
Ekstensif subpopulasi
tolerans
2
Gambar 1. sistem sekretoris imun pada saluran genitalia wanita. Untuk menganalisa jaringan uterus, tuba
falopi, ovarium , endoserviks, ektoserviks dan vagina digunakan imunofluorescence.
3
BAB II
IMUNOLOGI DALAM KEHAMILAN
Fetus terdiri dari antigen (Ag) asing bagi ibunya, wajar bila timbul reaksi
penolakan terhadap Ag asing. Dari sudut imunologi, abortus adalah reaksi tubuh ibu
menolak fetus sebagai Ag asing.
Fertilisasi merupakan proses fusi membran spermatozoa dan oosit. Pada proses ini
Ag membran spermatozoa masuk kedalam oosit menyatu membentuk membran zygot,
hasil pembuahan itu membawa dan mengekspresikan HLA suami di permukaan zygot dan
bersifat sebagai Ag asing bagi ibunya. Ag permukaan sel fetus yang lainnya merupakan
Ag organ spesifik dan Ag embrional (oncoferal). Sistem imun wanita hamil dapat
berespon terhadap Ag-Ag tersebut, misalnya dapat berespon menolak hasil kehamilan.
Penelitian membuktikan bahwa sel efektor kekebalan berperan menyebabkan abortus
spontan. Misalnya sel sistem imun non spesifik ibu seperti sel natural killer(NK), sel
lymphpkone avtivated killer(LAK), dan makrofag dapat mengenal jaringan emrbrio
primitif dan sel tumor lainnya sebagai Ag asing.
Sebagian serum wanita dengan riwayat abortus, tidak mengandung faktor serum
pemblok reaksi limfosit istri terhadap plasenta dan terhadap Ag leukosit suami. Wanita
tersebut bila diimunisasi dengan limfosit suaminya akan merangsang pembentukan
blocking antibody yang berfungsi mencegah abortus. Hasil patologi anatomi jaringan
abortus spontan kehamilan trimester pertama sering menunjukkan gambaran infiltrasi
limfosit ke villi dan desidua, gambaran tersebut serupa dengan reaksi penolakan graft
baik karena mekanisme sel efektor spesifik maupun non spesifik.
Pengetahuan mengenai interaksi feto-maternal terutama berasal dari hasil
pengamatan pada tikus dan binatang percobaan lainnya sebab jaringan intra uterus
menusia pada masa peri dan pasca implantasi tidak boleh diintervensi.
4
Schematic ilustration of the progrees of pregnancy towart parturition where in maternal
elements(uterus) and fetal elements(placenta)contribute to immunologic protection of the
semiallogeneic fetus,NK,HLA,TNF
UTERUS
uU
MACROPHAGES
NK CELLS
PROSTAGLANDIN ANTI
S INFLAMMATOR
PROGESTERONE Y
CYTOKINES
PREGNANCY PARTURITION
ANTI
PROSTAGLANDIN INFLAMMATOR
S Y
PROGESTERONE CYTOKINES
REGULATED HLA
COMPLEMENT TNF
REGULATORY SUPERFAMILY
PROTEINS
5
RESPONS IMUN IBU TERHADAP Ag FETUS
Sifat jaringan fetus adalah imunogenik yang dapat dikenal dan ditolak oleh sistem
imun ibu walaupun sedang hamil karena terjadi kontak antara sel fetus dan sistem
lymphomyeloid ibu. Ada satu fenomena menarik, yaitu bila fetus binatang pengerat
ditransplantasi ke paha binatang pengerat bunting akan ditolak, tetapi bila ditransplantasi
ke uterusnya tidak ditolak
Kehamilan interspesies seperti antara kambing domba dan transfer embrio keledai
ke kuda selalu gagal karena fetus diinfiltrasi sel mononuklear ibu (host). Makin sering
dibuat kehamilan interspesies makin sering terjadi abortus karena ada immunologic
memory. Transfer blastocyst Mus caroli ke dalam uterus Mus musculus (resipien) selalu
gagal karena fetus Mus caroli pasca implantasi diinfiltrasi oleh sel limfosit T sitotoksik
(sel T). Keadaan tersebut juga sering terjadi pada abortus spontan yang tanpa embryonic
sac. Limfosit ibu jarang menginfiltrasi fetus dan menbentuk barier di permukaan feto-
maternal, sehingga efektif memblok masuknya sel-sel ibu yang lain.
6
dari dua lapian sel berbeda yaitu sel syncytiotrophoblast yang menyatu dengan jaringan
desidua ibu dan sel cyrotrophoblast, merupakan lapisan dalam dan menutupi pembuluh
darah fetal seperti tampak pada villi palsenta. Karena invasi procesus trofoblas maka
pembuluh darah ibu berbentuk lacunae. Akibatnya darah ibu langsung membasahi lapisan
syncyriorrophoblast, tetapi darah fetal terpisah dari sel trofoblas oleh sel endothelium
pembuluh darah fetus dalam ruangan intervileu. Perkembangan selanjutnya
,cytotrophoblast berada di luar villi dan terkait pada plasenta dan langsung kontak dengan
desidua.
Jaringan trofoblas fetus adalah unik karena dalam perkembangannya juga
mengandung materi genetik suami. Penelitian imunologi membuktikan bahwa sel
syncytiotrophoblast tidak mengekspresikan MHC kelas I. Tetapi pada sel trofoblas ada Ag
spesifik TA-1 dan TA-2. Sel cyrorophoblast mengekspresikan MHC kelas I yang telah
dimodifikasikan. Pada masa awal plasentasi, sel-sel ini juga menginvasi maternal spiral
arterioles pada placental bed, hingga terjadi kontak langsung dengan darah ibu. Hanya
cyrotrophoblast mengekspresikan MHC dan kontak dengan desidua dan darah ibu, tetapi
yang diekspresikan adalah MHC yang telah dimodifikasikan. MHC kelas II tidak
ditemukan pada kedua el trofoblas pada semua stdium kehamilan.
Jaringan trofoblas tidak mudah dihancurkan oleh sel CTL dan resisten terhadap
reaksi penolakan oleh mekanisme sel imun efektor terhadap Ag spesifik. Keadaan yang
sama juga terjadi pada neoplasma trofoblas gestasional karena semua sel trofoblas
mengandung gen suami dan tidak mampu oleh sistem imun wanita sekalipun
mengekspresikan banyak human leucosyt antigen (HLA) suami. Jaringan trofoblas
sensitif terhadap sel efektor non spesifik tertentu yang secara selektif berfungsi dalam
sistem survatan untuk memusnakan sel primitif seperti sel tumor dan sel embrional.
Diantara sel efektor tersebut terdapat sel-sel yang dapat membunuh sel trofoblas seperti
makrofag dan LAK, keduanya memiliki mekanisme pengenalan primitif (primitive
recognition mechanism) tetapi tidak mempunyai memori terhadap Ag yang pernah
terpapar. Cara makrofag membunuh sasaran adalah dengan bantuan enzim dan peroxida,
makrofag juga menghasilkan sitokin tumor necrosis factor (TNF-), yang menyebabkan
trombosis dan interleukin 2 (IL-2), meningkatkan sitotoksik sel efektor imun non spesifik
terhadap trofoblas. TNF- berperan merusak trofoblas karena sel trofoblas mempunyai
reseptor TNF- dan TNF- dapat menghancurkan sel plasenta yang terdiri dari sel trofoblas.
TNF- juga menarik makrofag dan limfosit polymorphonucleated (PMN) ke tempat
tersebut dan merangsang sel-sel itu embebaskan enzim penghancur dan radikal peroxida
7
toksik yang menghancurkan semua sel TNF- dan IL-2, juga mengaktivasi sel LAK.
Tempat TNF- dihasilkan turut berperan dalam proses abortus karena TNF- dapat
melisiskan trofolas.
Penolakan fetus disebabkan oleh mekanisme graft-rejection terhadap Ag spesifik
maupun Ag non spesifik langsung terhadap sel trofoblas dan menyumbat (trombosis)
pembuluh darah yang menyatukan makanan ke tempat itu. Suatu kehamilan akan berhasil
bila bisa menghambat sistem imun Ag spesifik dan Ag non spesifik. Teori lain
mengemukakan tentang peranan prostaglandin (PG) dan faktor pertumbuhan (growth
factor) di tempat implantasi.
gambar 4. Respon imun pada masa awal kehamilan. Implantasi hasil konsepsi membangkitkan respon
imun maternal. Menurut suatu teori, untuk suksesnya perlangsungan suatu kehamilan diperlukan
Th2-type response. Respon ini menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen trofoblas.
8
MEKANISME PERTAHANAN UNTUK MELINDUNGI UNIT FETAL PLASENTA
Proses desidualisasi endometrium bertujuan mempersiapkan lingkungan yang
memadai dalam rahim sehingga mampu memberikan nutrisi optimal bagi hasil konsepsi,
juga desidua berperan penting bagi proses graft rejection. Diduga desidualisasi berfungsi
melindungi alograft pada host dengan cara mencegah rangsangan pada sistem imun ibu.
Chorion-decidua junction juga berfungsi mencegah perpindahan sel ibu ke fetus karena
sel tersebut berfungsi sebagai sel sitotoksik yang akan melisiskan graft.
Pada kehamilan normal, sel-sel menekan imun bergerombol di sekitar tempat
implantasi dan menyebar di antar sel desidua membentuk suatu lapisan kompak. Para
pakar umumnya berpendapat bahwa beberapa sel desidua tersebut berasal dari bone
marrow, tetapi proporsi sel tersebut belum diketahui.Ada dua tipe sel supresor yang
dapat di isolasi dalam uterus, yaitu : sel supresor tipe I yang merupakan hormone-
dependent yang terdapat di endometrium dan sel supresor tipe II yang merupakan
trophoblast-dependent yang terdapat di desidua pada masa awal kehamilan.
9
SEL-SEL SUPRESOR ENDOMETRIUM
Sel supresor baru yang diinduksi hormon telah berada dalam uterus manusia
dalam rangka mempersiapkan tempat terjadi implantasi. Sel tersebut berbentuk besar dan
menunjukkan marker Lyt-2 dan sel T. Tetapi sel itu tidak seperti sel T supresor (T8)
klasik, karena hanya ada di endometrium dan di aktivasi oleh hormon, bukan oleh Ag. Sel
itu juga tidak bersifat Ag spesifik dan tidak melepaskan faktor pensupresi terlarut (soluble
supresor factor). Sel supresor ini bukan makrofag karena tidak menunjukkan marker
Mac-I. Aktivitas supresi sel tersebut tidak dapat dihilangkan dengan pengobatan
komplemen dan antibodi monoklonal anti determinan pemukaan makrofag.
Sel supresor tersebut memblok sensitisasi maternal, sehingga menghambat respon
pembentukan sel sitotoksik terhadap Ag non MHC yang dihasilkan oleh sel pada awal
konsepsi. Ag tersebut berperan penting pada feto maternal interface. Lamanya aktivitas
sel supresor besar biasanya hanya singkat saja karena efek supresi tersebut menyebabkan
kehamilan dapat berlangsung terus dan sel itu kemudian diganti dengan sel supresor
trophoblast-dependent, jadi pergantian jenis sel supresor di endometrium terjadinya tahap
demi tahap dan tahap hanya bersifat sementara (transient) dan berfungsi mempertahankan
kelangsungan hidup fetus.
11
Secara singkat peristiwa adaptasi imunobiologi selama masa kehamilan dapat
digambarkan sebagai beriku(1,6,9) :
Blokade Aferen
1.Tidak ada sensitasi antigen pada trofoblas
2.Imunosupresi nonspesifik:
- Perubahan populasi sel imn
- Factor supresi(placenta,serum,desidia)
Blokade Central
1.Blocking antibody(anti-fetal HLA,anti-Fc reseptor,anti-
idiotiopik)
2.Fetal-specific T-supressor cell
3.Peran Th-2 uterus
Blokade Eferen
1.Tidak ada antigen target pada trofoblas
2.Blocking antibodies mask fetal antigens
3.Faktor supresi nonspesifik(plasenta,serum,desidua)
4.Antibodi sitotoksik anti-fetal diserap oleh plasenta
5.Faktor supresor janin
12
DAFTAR PUSTAKA
13