Anda di halaman 1dari 31

CLADOCERA, COPEPODA, DAN OSTRACODA

Mata Kuliah : Planktonologi


Dosen : Dr. Zahidah, MS
Asep Sahidin B, S.Pi., M.Si.

Disusun oleh:
Perikanan C / Kelompok 10

Rahmad Afdillah 230110160154


Shafira N. Hudani 230110160164
Amar Maulana Majid 230110160184
Moh. Farizan Riadi 230110160190
Ridhlo N. M. Lintang 230110160207
Miqdad Fathul Ilmi 230110160215
Naomi M. Y. Siregar 230110160217

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI.i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.

1
1.2 Tujuan..

1
BAB II CLADOCERA, COPEPODA, DAN OSTRACODA
2.1 CLADOCERA
2.1.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus

2.1.2 Reproduksi dan Siklus Hidup..

2.1.3 Klasifikasi

2.1.4 Habitat..

2.1.5 Peranan.

2.2 COPEPODA
2.2.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus

2.2.2 Reproduksi dan Siklus Hidup..

2.2.3 Klasifikasi

2.2.4 Habitat.

2.2.5 Peranan

2.3 OSTRACODA
2.3.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus
2.3.2 Reproduksi dan Siklus Hidup..
2.3.3 Klasifikasi
2.3.4 Habitat.
2.3.5 Peranan

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA..

DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang
berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang
hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan
perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan
perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan
dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang
menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva.
Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan
holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai
plankton (Raymont 1983; Omori dan Ikeda1984; Arinardi dkk. 1994).
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska, Byrozoa,
Echinodermata, Coelenterata atau planula Cnidaria, berbagai macam Nauplius dan
zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan 6 tahap larva kebanyakan
ikan. Kemudian yang termasuk holoplankton antara lain: Filum Arthopoda terutama
Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora,
Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan
Newell1977; Raymont 1983; Omori dan Ikeda 1984).
Pertumbuhan Zooplankton dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Salinitas
Salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan zooplankton,
pada kisaran salinitas yang tidak sesuai berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan
hidupnya dan pada tingkat pertumbuhannya. Salinitas yang ekstrim dapat
menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada zooplankton (Odum
1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0-10 ppt hidup plankton air tawar,
pada salinitas 10-20 ppt hidup plankton air payau, sedangkan pada salinitas yang
lebih besar dari 20 ppt hidup plankton air laut.

2. Suhu
Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap
fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan
suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kemelimpahan zooplankton. Suhu
mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran
suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi,
perkembangan dan kompetisi (Krebs 1985). Sedangkan menurut Dawes (1981) suhu
yang baik bagi biota lautuntuk hidup normal adalah 20-35C dengan fluktuasi tidak
lebih dari 5C. Menurut Dawson (1979) suhu yang baik untuk kemelimpahan
zooplankton di daerah tropika secara umum berkisar antara 24-30 C.

3. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu
perairan. Menurut Raymont (1983), pH dapat mempengaruhi plankton dalam proses
perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim.
Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton
adalah 5,6-9,4.

4. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas
dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut
menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan 1982; Nybakken 1982).
Menurut Raymont (1983), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang
dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.

5. Ammoniak dan Nitrit


Amonia (NH3) yang terkandung dalam suatu perairan merupakan salah satu
hasil dari proses penguraian bahan organik. Amonia ini berada dalamdua bentuk
yaitu amonia tak berion (NH3 dan amonia berion (NH4). Amonia tak berion bersifat
racun sedangkan amonia berion tidak beracun. Tingkat peracunan amonia tak berion
berbeda untuk setiap spesies, tetapi pada kadar 0,6 ppm dapat membahayakan
organisme tersebut (Boyd 1982).
Amonia biasanya timbul akibat kotoran organisme dan aktifitas jasad renik dalm
proses dekomposisi bahan organik yang kaya akan nitrogen. Tingginya kadar amonia
biasanya diikuti naiknya kadar nitrit. Tingginya kadar nitrit terjadi akibat lambatnya
perubahan dari nitrit ke nitrat oleh bakteri nitrobakter (Murtidjo dkk. 1992)

1.2 Tujuan
Mengetahui, mempelajari dan memahami ciri umum dan ciri khas Cladocera,
Copepoda, dan Ostracoda
Mengetahui, mempelajari dan memahami klasifikasi pembagian Cladocera,
Copepoda, dan Ostracoda
Mengetahui contoh-contoh spesies dari Cladocera, Copepoda, dan Ostracoda
Mengetahui, mempelajari dan memahami habitat Cladocera, Copepoda, dan
Ostracoda
Mengetahui, mempelajari dan memahami reproduksi dan siklus hidup Cladocera,
Copepoda, dan Ostracoda
Mengetahui, mempelajari dan memahami peranan Cladocera, Copepoda, dan
Ostracoda
BAB II
CLADOCERA, COPEPODA, DAN OSTRACODA

2.1 Cladocera
Cladocera adalah ordo krustasea kecil yang biasa disebut kutu air. Sekitar 620
spesies telah diketahui sejauh ini, dan masih banyak lagi yang belum diketahui.
Habitat mereka adalah perairan pedalaman, tapi langka di lautan. Sebagian besar
panjangnya 0,2-6,0 mm (0,01-0,24 inci), dengan kepala yang menghadap ke bawah
dengan mata majemuk tunggal, dan karapas yang menutupi dada dan perut yang tidak
beregenerasi. Sebagian besar spesies reproduksinya parthenogenesis siklis, dimana
reproduksi aseksual kadang-kadang dilengkapi dengan reproduksi seksual, yang
menghasilkan telur yang memungkinkan spesies tersebut bertahan dalam kondisi
keras dan menyebar ke habitat yang jauh ( L. Forr; N. M. Korovchinsky; A. A. Kotov; A.
Petrusek (2008).

2.1.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus


Ciri Umum

Cladocera merupakan subkelas dari subfilum crustacea yang termasuk


zooplankton, dengan ciri-ciri umum antara lain: bentuk kulit luar
(carapace) sebagai sebuah tutup yang berkelopak 2 menutup bagian tubuh
saja tidak sampai bagian kepala, memiliki 4-6 pasang lengan renang,
antena besar dan bercabang 2 yang digunakan sebagai alat untuk bergerak,
cara berenang cladocera tersendat-sendat, terdapat sebuah mata majemuk
pada kepala, berkembangbiak secara partenogenesis, dan kebanyakan
cladocera berukuran 0,5-1 mm (Hutabarat. dkk., 1986).
Ciri Khusus

Terbungkus oleh cangkang bivalve


Appendix pada thorax terdiri dari 2 pasang
Antenna dan antennula telah berkembang dan merupakan lokomotif
penggerak
2.1.2 Reproduksi dan siklus hidup
A. Reproduksi
A.1. Reproduksi Seksual
Tergantung pada tempat mereka tinggal melalui fertilisasi. Lalu telur dilindungi
oleh ephipium. Ephipium biasanya lebih besar daripada karapax dan biasanya
berwarna lebih gelap karena hasil dari pigmentasi melamin

A.2. Reproduksi Aseksual


Telur tidak dibuahi oleh jantan. Chydorids hanya mereproduksi dua telur,
sedangkan nonchydorids membentuk clutch yang menyebabkan peningkatan pada
bentuk tubuh.
B. Siklus Hidup
Pada siklus hidupnya, kami mengambil contoh dari kelas daphnia. Daphnia
memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan populasi Daphnia
lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara aseksual. Pada
kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur sebanyak 100 butir,
dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina dapat bertelur hingga
sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai Daphnia betina hanya bisa
bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina akan memulai bertelur
setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4 22 butir. Pada kondisi buruk
jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi. Telur-telur yang
dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan, kandungan oksigen yang rendah,
kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur yang rendah.
Gambar 1. Siklus Hidup Daphnia
(Sumber : http://oceannaalbahry.co.id/)

Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara partenogenesis (tanpa


kawin), dan sebagian besar telur yang dihasilkan akan menetas menjadi Daphnia
betina. Kemudian satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada
tubuh induk. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang
pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm
dihasilkan secara parthenogenesis (Mudjiman, 1999).
Menurut Siregar (1996) jika kondisi lingkungan hidup Daphnia sp. tidak sesuai
dan kondisi pakan tidak memadai, beberapa Daphnia sp. akan memproduksi telur
berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini dapat membuahi telur Daphnia
(ephippium), satu ekor Daphnia sp. jantan dapat membuahi ratusan betina dalam satu
periode. Telur dari hasil pembuahan dapat bertahan dan berkembang hingga fase
gastrula dan segera memasuki fase dorman. Selain itu telur ini juga terlindungi
dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Selanjutnya
Daphnia sp. hidup dan berkembang biak secara aseksual. Perkembangan naupli
hingga pada fase dewasa dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pada suhu 220
C-310C dan pH 6,5-7,4 dapat berkembang menjadi dewasa dalam waktu 4 hari dan
bertahan hidup selama 12 hari (Siregar, 1996).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Cladocera memiliki 4 subordo. Dibawah ini merupakan tabel subordo dari Cladocera:
Tabel 1. Subordo Cladocera
Subordo Subordo Subordo Subordo
Anomopoda Onychopoda Ctenopoda Haplopoda
Daphniidae Polyphemidae Sididae Leptodoridae
Moinidae Cercopagidae Holopedidae
Bosminidae Podonidae
Macrothricidae
Chydoridae

Berikut ini merupakan contoh dari Cladocera :


1. Danphniia sp

Gambar 2. Daphnia sp
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Suborder : Anomopoda
Famili : Daphniidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp
Morfologi daphniia:
Berukuran antara 0,2 dan 5 mm.
Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu,
dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan
jelas melalui lekukan yang jelas.
Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace,
dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut.
Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta.
Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak
dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
Habitat : danau, kolam (air tawar)
2. Moinidae

Gambar 3. Moinidae
(Sumber : http://www.irishfishkeepers.com/articles/126-moina-macrocopa)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Sub ordo : Anomopoda
Family : Moinidae

Morfologi Moinidae
Bentuk tubuh pipih menyamping.
Terdapat kantung di punggung belakangnya yang berfungsi untuk menyimpan
telur
Habitat : sungai, waduk (air tawar)

3. Bosminidae

Gambar 4. Bosminidae
(Sumber : https://alchetron.com/Bosmina-1846303-W)

Morfologi bosminidae
Postabdominal cakar dengan pecten proksimal kuat dan pecten distal halus.
Bulu sensorik tengah antara mata dan ujung mimbar.
Ada dua morphotypes antennule.
Habitat : Danau atau rawa
4. Macrothricidae

Gambar 5. Macrothricidae
(Sumber : http://siamensis.org/node/35677)
Morfologi Macrothricidae
Tubuh bilateral simetris.
Bentuk tubuh pipih menyamping.
Terdapat kantung di punggungnya yang berfungsi untuk menyimpan telur.
Memiliki duri panjang yang membentang dari bagian bawah tubuhnya.
Habitat : sungai,waduk (air tawar)
5. Chydoridae

Gambar 6. Graptoleberis testudinaria


(Sumber : http://www.discoverlife.org/)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Family : Chydoridae
Genus : Graptoleberis
Spesies : Graptoleberis testudinaria
Morfologi Chydoridae
Rostrum luas dan berbentuk setengah lingkaran.
Secara umum dengan dua gigi menonjol di sudut inferoposteal, spesimen
dengan satu gigi telah diamati.
Postabdominal cakar dengan satu tulang basal menit.
Karapas dan kepala dengan retikulasi mencolok.
Habitat : Biasanya ditemukan di zona pasang surut di tepi air pada jarak rata-
rata dari permukaan laut 3 meter (8 kaki). Graptoleberis testudinaria
ditemukan berhubungan terutama
2.1.4 Habitat
Cladocera biasa ditemukan di sebagian besar habitat air tawar, termasuk danau,
kolam, sungai dan sungai. Meskipun ada beberapa spesies laut, cladocera tidak
banyak spesies bertahan di air laut. Badan air tawar yang kekurangan kelimpahan
ikan yang bertindak sebagai predator ini menyediakan habitat yang paling cocok.
Banyak spesies cladocera dapat ditemukan berada di perairan terbuka danau, seperti
halnya plankton. Beberapa spesies lain hidup baik di atau dekat vegetasi di dekat
dasar danau.
2.1.5 Peranan

Positif

Sebagai pakan hidup ikan konsumsi maupun ikan hias.


Daphnia sering digunakan sebagai pakan hidup untuk kultur larva ikan air tawar
(beberapa spesis ikan carp), juga beberapa jenis ikan hias (guppy, sword tail, black
molly, platy, koi carp, dsb.). Akhir-akhir ini, permintaan akan ikan hias telah
meningkat secara drastis. Nilai perdagangan dunia per tahun telah mencapai US $ 9
milyar. Budidaya ikan Koi (Cyprinus carpio vr. koi) telah berkembang secara pesat di
berbagai belahan dunia termasuk India, Hongkong, Singapur dan Indonesia. Istilah
Koi merujuk pada strain-strain ikan mas hias yang telah terseleksi secara genetik
pada banyak generasi (Feldlite and Milstein, 1999).
Sebagai pakan hidup larva lobster air tawar.
Sebagai bahan uji toksisitas.
Daphnia sering digunakan secara luas untuk uji toksisitas baik secara akut maupun
kronis bagi bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pertanian dan industri yang
terbuang ke ekosistim perairan. Daphnia memiliki siklus hidup yang relatif singkat,
dapat dilakukan pada luas ruangan yang terbatas, dapat diaklimatisasikan pada
kondisi laboratorium dan sensitif pada berbagai bahan pencemaran ekosistim perairan
(Cooney, 1995). Ada banyak uji yang telah dilakukan yang menggunakan Daphnia
sebagai hewan uji (Saler and Saglam, 2005; Teles et. al., 2005; Khan and Khan,2008;
Lithner et. al., 2009).
Sebagai pembersih lingkungan tercemar
Kampf et al., 2006 telah melakukan riset dengan menggunakan kolam seluas
4.400 m3 yang diairi dengan air buangan dimana Daphnia ditumbuhkan; sebagai hasil
air menjadi bersih dan air tersebut dapat digunakan sebagai media budidaya ikan
stickleback yang digunakan untuk pakan burung-burung spoonbill.
Sebagai bahan baku penghasil kitin
Kitin adalah polisakarida yang terdapat dibagian luar kerangka dari insekta,
kepiting, udang dan lobster serta pada bagian dalam dari struktur tubuh invertebrata.
Kitin tersusun atas komponen (1-4) yang terikat pada gula amino N-asetil-
glukosamina dan merupakan sumber utama penghasil kitosan yang digunakan
sebagai bahan penggumpalan, bahan penyembuh luka bakar, bahan stabilisator kertas
dan bahan antara untuk obat-obatan serta gen. kitin dapat diekstraksi dari Daphnia
(Cauchie et.al., 1995).

2.2 Copepoda

Copepoda adalah sekelompok krustasea kecil yang ditemukan di laut dan hampir
setiap habitat air tawar. Beberapa spesies adalah planktonik (hanyut di perairan laut),
ada yang bentik (tinggal di dasar lautan), dan beberapa spesies nya dapat tinggal di
habitat limnoterestrial dan tempat terestrial basah lainnya, seperti rawa-rawa, di
bawah daun yang jatuh, di hutan basah, rawa, Mata air, dan genangan air, lumut
lembab, atau ceruk berisi air (phytotelmata) tanaman seperti bromeliad dan tanaman
pitcher. Banyak yang tinggal di bawah tanah di gua laut dan air tawar, lubang
pembuangan,Copepods kadang-kadang digunakan sebagai indikator keanekaragaman
hayati (Richard C. Brusca & Gary J. Brusca, 2003).

2.2.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus


Ciri Umum

Tubuh kelompok ini berbuku-buku dengan bentuk pipih memanjang dan


berkaki pendek dimana anterior lebih lebar. Bentuk dewasa mempunyai
sebuah alat penginderaan pertama yaitu antena yang tersusun dari banyak
segmen. Sedangkan antena kedua berfungsi untuk memegang.

Ciri Khusus

Tubuh terbagi menjadi beberapa segmen, kepala, thorax (dilengkapi


dengan appendik biramous) dan abdomen (tidak dilengkapi appendik)
Segmen terbesar berbentuk chepalik anterieur berbentuk oval/lonjong
dimana tergabung dengan 1 atau 2 segmen lain yang kecil sebagai bagian
ekor
Bagian kepala dan thorax membentuk tubuh dan menyatu
Tidak memiliki cangkang atau karapak
Naupli dilengkapi dengan sebuah mata yang sederhana, terdiri dari tiga
ocelli dan terletak di tengah. Pada beberapa spesies dijumpai mata extra.

2.2.2 Reproduksi dan Siklus Hidup


Reproduksi
Betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle.
Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk
spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan
antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan
melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali
kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang
telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur
berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepod mengerami telur sampai selama 12 jam
sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius.
Kemudian copepod betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok
telur baru. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi
sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami
pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu
minggu sampai satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu
tahun lebih.
Siklus hidup
Siklus hidup Copepoda jantan pada umumnya lebih kecildibandingkan
copepoda betina. Selama melakukan reproduksi ataukopulasi, organ jantan
berhubungan dengan betina dengan adanya perananantenna, dan meletakkan
spermatopora pada bukaan seminal, yangdilekatkan oleh lem semen khusus.
Telur-telur umumnya lebih dekat kebagian kantung telur. Telur-telur ditetaskan
sebagai nauplii dan setelahmelewati 5-6 fase nauplii (molting), larva akan menjadi
copepodit. Setelahcopepodit kelima, akan molting lagi menjadi lebih dewasa.
Perkembanganini membutuhkan waktu tidak kurang dari satu minggu hingga satu
tahun,dan kehidupan copepoda berlangsung selama enam bulan sampai satu
tahun(Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Berikut adalah gambar dari siklus hidup copepoda :

Gambar 7. Siklus Hidup Copepoda


(Sumber : http://www.Limnologi.org/)

2.2.3 Klasifikasi
Copepoda dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid, Harpacticoid, Cyclopoid,
Gelylloida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida,
Siphonostoida, dan Argulidae.

1. Ordo Harpacticoida

Gambar 8. Harpacticoida
Kingdom :Animalia
Filum :Anthropoda
Kelas :Maxillopoda
Ordo :Harpacticoid
Harpacticoida adalah ordo dari kelas copepoda dan anggotanya adalah copepoda
bentik yang ditemukan di seluruh dunia dalam lingkungan laut dan di air tawar
(Filum Ameiridae, Parastenocarididae dan Canthocamptidae). Beberapa dari mereka
adalah plankton atau tinggal dalam hubungan dengan organisme lain.

Morfologi Ordo Harpacticoid


Antenna pertama pendek
Tubuh langsing
Artikulasi antara ruas dengan kaki keempat dan kelima tidak jelas
Copepoda yang sangat kecil, dengan antenna yang pendek
Abdomen tidak dapat dibedakan dengan toraks.
Panjangnya tidak lebih dari 1 mm, sebagian besar spesies berukuran lebih
kecil
Sendi utama dalam tubuh terletak di antara segmen tubuh keempat dan
kelima.

Contoh spesies dari ordo Harpacticoida :

a. Canthocampthus sp

Gambar 9. Canthocampthus sp
(Sumber : http://xespok.net/Maxillopoda/Harpacticoida/ Canthocamptus/)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Sub class : Copepoda
Orde : Harpacticoida
Family : Canthocamptidae
Genus : Canthocamptus
Spesies : Canthocamptus sp
Ciri-ciri Canthocampthus sp
Mempunyai antena yang sangat pendek yang terdiri sembilan segmen.
Antena kedua membagi dalam dua cabang menjadi dua cabang pendek
Tubuhnya seakan bentuk silinder dan tidak dapat dibedakan antara bagian
anterior dan posterior.
Biasa ditemui di air tawar
Abdomennya relatif luas dan datar , Laki-laki adalah 0,5 mm, betina 0,6 mm.
b. Atthyella sp

Gambar 10. Atthyella sp


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Sub class : Copepoda
Orde : Harpacticoida
Family : Canthocamptidae
Genus : Attheyella
Spesies : Attheyella sp

2. Ordo Cyclopoida
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subclass : Copepoda
Order : Cyclopoida
Cyclopoida merupakan orde crustasea kecil dari subclass Copepoda. Anggota
Cyclopoida umumnya kecil, dan hewan planktonik yang hidup baik di laut dan di
habitat air tawar. Ciri-ciri ordo cyclopoida sebagai berikut:
Mampu bergerak cepat
Perkembangan larva mereka metamorf

Embrionya dibawa dalam kantung pasangan atau tunggal yang melekat pada
perut somite pertama.

Memiliki antena pertama lebih pendek dari panjang kepala dan dada

Contoh Spesies Ordo Cyclopoida Air Tawar

a. Cyclops sp

Gambar 11. Cyclops sp


(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Sub class : Copepoda
Orde : Cyclopoida
Family : Cyclopidae
Genus : Cyclops
Spesies : Cyclops sp
Cyclops individu panjangnya dapat berkisar dari -5 mm dan jelas dibagi
menjadi dua bagian. Bagian depan luas oval terdiri dari kepala dan pertama lima
segmen toraks. Bagian belakang jauh lebih ramping dan terdiri dari segmen toraks
keenam dan empat segmen pleonic tak berkaki. Dua ekor pelengkap memproyeksikan
dari belakang.
Cyclops memiliki 5 pasang kaki. Panjang pertama antena, 2 jumlahnya, digunakan
oleh laki-laki untuk mencengkeram betina saat kawin. Setelah itu, betina membawa
telur dalam dua kantung kecil di tubuhnya. Larva, atau nauplii, bebas-berenang.

b. Lernaea sp
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Class :Maxillopoda
Order :Cyclopoida
Family :Lernaeidae
Genus :Lernaea
Ciri-ciri Learnaea sp
Ektoparasit

Lernea Jantan tidak menyerang ikan, hanya hewan betina saja

Berkembang biak dengan telur. Telur terdapat pada kantung telur

Panjang tubuh 5 - 22 mm

Dapat menyerang ikan dan beludu katak

Berkembang Biak antara 2 16 Minggu pada suhu 270C

2.2.4 Habitat
Habitat Laut
Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana-mana mana air tersedia
sebagian besar lebih dari 12.000 spesies yang dikenal hidup di laut. Karena mereka
adalah biomassa terbesar di lautan beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka
berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang
surut dan dalam parit laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup
sebagai asosiasi, komensalisme atau parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu
hotspot keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa
spesies karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies copepoda. Seperti flat
pasang mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda.
Habitat Air Tawar
Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua
jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya.
Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut
copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah fauna copepoda
khusus telah berevolusi.

2.2.5 Peranan
Positif
Copepoda berguna sebagai pakan alami bagi ikan.
Copepoda (copepodit dan copepoda dewasa) juga dipercaya memiliki level
enzim pencernaan yang lebih tinggi dan berperan penting untuk menunjang
kebutuhan nutrisi larva. Ditemukan bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan
cepat melewati usus serta lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia.
Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat
mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta
mencerahkan warna pada udang dan ikan.
Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena kandungan
DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan tingkat kehiidupan larva.

2.3 Ostracoda

Ostracoda adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam filum Arthropoda, subfilum Crustacea. Hewan ini umumnya berukuran sekitar
1 mm, tetapi kisarannya mulai dari 0,2 30 mm. hewan ini hidup di laut
sebagai zooplankton. Alat geraknya berupa antena. Ostracoda hidup sebagai
zooplankton, tetapi sebagian besar hidup sebagai bentos yang melekat di dasar
perairan. Terdapat 70,000 spesies (hanya 13,000 yang masih hidup) yang sudah
diidentifikasi, misalnya Aboilia sp (Richard C. Brusca & Gary J. Brusca, 2003)

2.3.1 Ciri Umum dan Ciri Khusus


Ciri Umum
Ostracoda memiliki antena yang panjang yang terdiri dari 6 atau 7 pasang apendik
yang beruas-ruas yaitu antena pertama, antena kedua, mandibel, maksila pertama,
maksila kedua, apendik thorax dan caudal furca. Antena ini digunakan untuk
membantu Ostracoda dalam berenang. Ostracoda memiliki karapas berkeping dua
yang menyatu di bagian dorsal dan menutupi badan serta kepala. Karapas ada yang
keras karena mengandung zat kapur dan setiap kali molting akan diganti dengan yang
baru. Dibagian anterior terdapat sebuah mata nauplius. Mata majemuk hanya ada
pada ordo Myodocopida.

Ciri Khusus

Terbungkus oleh cangkang bivalve


Appendix pada thorax terdiri dari 2 pasang

Antenna dan antennula telah berkembang dan merupakan lokomotif


penggerak

2.3.2 Reproduksi
Reproduksi
Secara seksual Ostracoda jantan memiliki dua penis, sesuai dengan dua genital,
atau gonopores pada betina. Sperma jantan berukuran besar, dan melingkar dalam
testis sebelum kawin; dalam beberapa kasus, sperma bisa sampai enam kali panjang
ostracoda jantan itu sendiri. Kawin biasanya terjadi selama berkoloni, dengan
sejumlah besar betina berenang untuk bergabung dengan jantan. Beberapa spesies
bereproduksi dengan cara parthenogenesis.
2.3.3 Klasifikasi
Umumnya berukuran 1 mm atau lebih; tubuh bulat sampai lonjong, agak pipih;
tubuh tertutup 2 keping cangkang (karapas) biasanya mengandung zat kapur; ruas
tubuh tidak jelas; apendik 6 atau 7 pasang; terdapat 2000 spesies hidup, umumnya di
laut, sebagian di air tawar; 10.000 spesies fosil. Ostrcoda dibagi menjadi 5 ordo yaitu:
Archeocopida, Leperditicopida, Myodocopida, Beyrichicopida, Podocopida.

Contoh Ordo dan Spesies Ostracoda


a. Ordo Myodocopa (Myopocopida)
Memiliki ciri-ciri pada bagian anterior cangkang berlekuk, antena kedua biramus dan
pangkal antena besar. Mydocopa ini semua hidup di laut. Contoh genus: Cypridina
dan Conchoesia.

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Myodocopa
Genus : Conchoecia
Spesies : Conchoecia macrocheira
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Myodocopa
Genus : Cypridina
Spesies : Cypridina hilgendorfii

b. Ordo Podocopa (Podocopida)

Memiliki ciri-ciri antena uniramus, mempunyai 2 pasang apendik badan. Habitat


Podocopa di laut dan air tawar. Contoh genus yang hidup di air tawar adalah Cypris
dan Cypricercus di air tawae dan Cythereis di laut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Maxillopoda
Ordo : Podocopa
Genus : Cypris
Spesies : Barnacle cypris

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Podocopa
Genus : Cypricercus
Spesies : Cypricercus sp

2.3.4 Habitat
Sebagian besar ostracoda ditemukan merangkak atau menggali ke dalam sedimen
di dasar laut atau danau. Beberapa spesies, misalnya Mesocypris sp., juga ditemukan
merangkak di habitat terestrial yang lembab seperti lumut. Di habitat ini, mereka
memakan bahan organik mati, partikel organik tersuspensi, tanaman mikroskopis,
atau predator.
2.3.5 Peranan
Positif

Sebagai scavenger dengan memakan bangkai dan detritus.


Dapat menghasilkan cahaya hayati, misalnya Cypridina
Dapat digunakan sebagai eksplorasi sumberdaya minyak
Berperan sebagai feeding feeder di perairan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bentuk dan strutur organ tubuh Copepoda memiliki kesamaan yaitu mempunyai
renang yang berfungsi sebagai alat gerak, dan memiliki sepasang antenna di
kepalanya. Umumnya Copepoda planktonik bersifat felter feeder dan memakan
fitoplankton. Banyak pula jenis yang menangkap organisme lebih besar
disamping sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies merupakan predator.
Reproduksi dan perkembangan Copepoda Dioecious. Betina mempunyai sebuah
atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepod jantan yang
hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testis dan membentuk
spermatofora.Reproduksi protozoa dan rotifera adalah reproduksi secara aseksual
dengan cara pembilahan biner dan reproduksi secara seksual dengan cara
konjugasi.
Ostracoda adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Arthropoda, subfilum Crustacea. Hewan ini umumnya
berukuran sekitar 1 mm, tapi kisarannya mulai dari 0,2 30 mm. hewan ini
hidup di laut sebagai zooplankton. Alat geraknya berupa antena. Ostracoda hidup
sebagai zooplankton, tetapi sebagian besar hidup sebagai bentos yang melekat di
dasar perairan. Anggota Ostracoda yang sudah dikenal kurang lebih 200 jenis,
misalnya Aboilia sp.

Cladocera merupakan subkelas dari subfilum crustacea yang termasuk


zooplankton. Ordo cladocera dinamakan juga kutu air merupakan bagian dari
branchiopoda yang membentuk suatu kelompok monophyletic yang saat ini
mempunyai 11 keluarga, 80 genera, dan sekitar 400 spesies.

DAFTAR PUSTAKA
Nontji, Anugerah. 2008. Plankton laut. Jakarta: LIPI Press
L. Forr; N. M. Korovchinsky; A. A. Kotov; A. Petrusek.2008. Estelle V. Balian;
Christian Lvque; Hendrik Segers; Koen Martens, eds. "Freshwater Animal
Diversity Assessment".(Diakes pada 10 mei 2017.pukul 15:34 WIB).
Richard C. Brusca & Gary J. Brusca (2003). Invertebrates (2nd ed.). Sinauer
Associates.(Diakes pada tanggal 11 Mei 2017.Pukul 14.23 WIB).
Geoff A. Boxhall; Danielle Defaye.2008. E. V. Balian; C. Lvque; H. Segers; K.
Martens, eds. "Freshwater Animal Diversity Assessment". Hydrobiologia.
(Diakses pada 11 Mei 2017.Pukul 15.34 WIB).
Muhammad Zainuri, 2016. Planktonologi Modul 14: Crustacea. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Santoso.2007.Zooplankton.
(http://www.slideshare.net/prasiskawahyuningtyas/ekofisiologi-zooplankton-
kel-11) (Diakses Rabu, 10 Mei 2017 pukul 16:37)
http://dokumen.tips/documents/reproduksi-dan-siklus-hidup-zooplankton.html
(Diakses Kamis, 11 Mei 2017 pukul 16:50)
https://www.scribd.com/doc/247118524/Copepoda-Ordo-Harpacticoida-Dan-
Cyclopoida (Diakses 11 Mei 2017 pukul 17:13)
http://smpsma.com/jelaskan-ciri-ciri-ostracoda.html (Diakses 11 Mei 2017 pukul
17:21)

Anda mungkin juga menyukai