1. Protes
Puisi dengan tema protes ditujukan untuk memprotes kepincangan kepincangan sosial yang
terjadi di masyarakat.
Contoh :
Lapar
Di sana lapar
Di sini lapar
Di situ lapar
Di mana pemerintah
Pemerintah di mana
Dimana pemerintah
2. Tema Humanisme
Mati
Aku mati
Kamu mati
Dia mati
Mereka mati
Kita mati
Kami mati
Semuanya mati
3. Tema Religius
Puisi dengan tema religius mengangkat tema keagamaan. Biasanya puisi ini mengungkapkan
tentang hubungan hubungan antar manusia dengan tuhannya, atau tuhan dengan manusia.
Contoh :
Doa
mari berdoa
berdoa mari
4. Tema Kritik
Puisi dengan bertema kritik ini mengungkapkan kritik tentang kejadian yang terjadi di
masyarakat. Contohnya, kritik terhadap tindakan kesewenangan pemerintah, pejabat pejabat
korupsi, dan lain lain.
Contoh
Korupsi
2. Berupa kelakar yang biasanya ada maksud tersembunyi di dalamnya, seperti kritik
3. Makna puisi tidak lagi dianggap penting karena yang paling penting adalah penampilannya
Puisi kontemporer dibagi menjadi beberapa bentuk puisi, diantaranya adalah Puisi Mbeling,
Puisi Mantra, dan Puisi Konkret.
1. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah puisi yang tidak mengikuti aturan baku dalam pembuatan puisi. Bentuk
puisi ini menekankan pada unsur kelakar dan humornya. Salah satu tokoh penggagas puisi ini
adalah Yudistira Adi Nugroho dengan puisinya yang berjudul Sajak Sikat Gigi.
Puisi ini biasanya berupa ejekan atau kritikan kepada pemerintah, masyarakat, atau pun
penyair lain yang terlalu kaku pada aturan baku puisi.
2. Puisi Mantra
Puisi mantra adalah bentuk puisi yang berupa bentuk bentuk kata yang tidak beraturan atau
bahkan tidak memiliki makna. Puisi ini dipopulerkan oleh Hamid Jabbar dengan karyanya
yang berjudul Wajah Kit.
3. Puisi Konkret
Bentuk puisi ini lebih mengutamakan tampilan grafis atau penulisan puisi tersebut, sehingga
adakalanya puisi ini ditulis dengan membentuk wajah seorang manusia. Salah satu tokoh
terkenal dari puisi ini adalah F Rahardi dengan karyanya yang berjudul Soempah WTS.