Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Eric Herrianto Dwiputra


I1011141055
Kelompok Praktikum B 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Hidung dan tenggorokan manusia memiliki banyak organisme yang beragam
sebagai bagian dari flora normal. Bakteri tersebut dapat berupa bakteri aerob dan
bakteri anaerob, yang berkembang dalam lingkungan yang hangat dan lembab.
Organisme - organisme ini diperkirakan memiliki salah satu fungsi yaitu melindungi
hidung dan tenggorokan manusia dari organisme asing yang mungkin memasuki hidung
. Namun, meskipun flora normal melindungi hidung manusia dari penyakit tertentu, ada
organisme asing yang dapat masuk ke hidung dan tenggorokan manusia, dan dapat
mengakibatkan penyakit. Contoh organisme yang menimbulkan penyakit di hidung
tenggorokan adalah Streptococcus pyogenes atau Group A Strep. Organisme ini bersifat
beta-hemolitik dan bukan bagian dari flora normal. Bakteri Staphylococcus dalam
jumlah berlebih dapat menyebabkan peradangan pada hidung. Pada orang dengan
imunodefisiensi, infeksi Staphylococcus dapat menyebar ke organ lain seperti ginjal,
tulang, dan dapat menyebabkan kematian. Untuk melakukan pemeriksaan pada hidung
dan tenggorokan, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemeriksaan rinoskopi dan
anamnesis serta pemeriksaan penunjang lainnya dapat membantu menegakkan
diagnosis dan memutuskan tatalaksana. Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan
dalam menegakkan diagnosis adalah kultur jaringan. Dengan cara pengambilan sampel
dari hidung dan tenggorokan.Pada praktikum ini, akan dilakukan pemeriksaaan kultur
pada hasil swab hidung.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan swab hidung
2. Mengidentifikasi mikroorganisme normal maupun tidak normal yang terdapat
pada hidung.
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan1,2
1. Swab steril.
2. Spekulum hidung.
3. Kapas alkohol.
4. Media kultur Nutrient Agar.

2.2 Prosedur Kerja :1,2


1. Bersihkan spekulum hidung dan mencuci tangan.
2. Jelaskan tujuan pengambilan sampel pada pasien
3. Pasien diminta untuk mengangkat sedikit kepalanya sehingga cavum nasi interna
lebih jelas terlihat.
4. Dengan spekulum, bukalah lubang hidung pasien agar swab bisa masuk ke hidung.
5. Minta pasien untuk menahan nafas sebentar, lalu usapkan swab steril tersebut di
daerah nasofaring.
6. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan Nutrient agar.
Simpan di inkubator.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kelompok A1

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Bulat Sedang Bulat Sedang
Warna Putih Krim Putih Krim
Elevasi Konveks Konveks
Tepian Halus Halus

Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

Kelompok A2

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Bulat Bulat
Warna Smooth, bergelombang Smooth
Elevasi Konveks Konveks
Tepian Putih Putih
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

Kelompok B1

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Irregular Bulat
Warna Putih kekuningan Putih Kekuningan
Elevasi Datar Konveks
Tepian Berombak Halus
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

Kelompok B2

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Bulat Bulat
Warna Kuning Putih Putih
Elevasi Konveks Konveks
Tepian Halus Halus
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

Kelompok C1

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Bulat Bulat
Warna Krem Putih
Elevasi Datar Datar
Tepian Halus Halus
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

Kelompok C2

Kriteria Koloni Pria Wanita


Bentuk Bulat Sedang Bulat Sedang
Warna Putih Krim Putih Krim
Elevasi Konveks Konveks
Tepian Halus Halus
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)

3.2 Pembahasan

Pada praktikum diatas, dilakukan pemeriksaan pada 6 orang pasien. Hasil spesimen
diambil dari hidung pasien. Pada pemeriksaan, swab yang dilakukan harus cukup dalam
agar mendapat sampel yang baik. Setelah swab diambil, dioleskan pada media kultur yaitu
Nutrient Agar. Kandungan dari penggunaan Nutrient agar adalah pepton, yeast dan beef
extract yang berfungsi sebagai sumber nitrogen dan sumber karbon, sumber vitamin dan
beberapa senyawa lain untuk menyokong pertumbuhan bakteri. Setelah diusapkan pada
kultur, kemudian kultur diinkubasi. Setelah 1 hari, koloni bakteri akan muncul pada agar.
Kemudian, dari kultur, mikroorganisme diambil dan dilakukan pewarnaan gram. Tujuan
dari pewarnaan gram adalah membedakan apakah bakteri yang tumbuh di media kultur
merupakan bakteri gram positif atau gram negatif, dan mengidentifikasi bentuk dari
mikroorganisme.

Pada hasil praktikum, didapat bahwa 6 pasien memiliki kultur hasil yang sama,
yaitu bakteri gram positif berbentuk coccus yang bergerombol. Bakteri ini kemungkinan
merupakan bakteri Staphylococcus, gram positif. Bakteri Staphylococcus merupakan flora
normal yang terdapat pada hidung, tenggorokan, dan kulit. Pada jumlah yang normal,
bakteri ini tidak akan menyebabkan kelainan. Namun, jumlah koloni bakteri yang
berlebihan dapat menyebabkan infeksi hidung.3 Pada pasien dengan imunodefisiensi,
infeksi Staphylococcus dapat menyebar dari hidung ke seluruh tubuh, dan menjangkit
organ-organ vital seperti sendi, jantung, dan paru-paru, dan menyebabkan kematian.3

Pada praktikum ini, prosedur tidak cukup untuk membedakkan jenis


mikroorganisme, sehingga untuk mendeteksi lebih lanjut jenis dari mikroorganisme, maka
harus dilakukan percobaan lanjutan, misalnya dilakukan tes Mannitol Agar Salt, atau Tes
Koagulase, untuk memastikan bahwa bakteri ini merupakan Staphylococcus Aureus.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan swab dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang


terdapat pada hidung.
2. Hasil pemeriksaan 6 orang menunjukkan pertumbuhan flora normal pada hidung,
yaitu Coccus gram positif, yang kemungkinan merupakan bakteri Staphylococcus
Aureus, namun dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dwidjesoputro.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar


Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.1994
2. Nazaruddin.Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Universitas Mataram.
Mataram.2014
3. Jawetz; Melnick; dan Adelberg's. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba. Medika.2005

Anda mungkin juga menyukai