Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI PERDARAHAN SAAT KEHAMILAN

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Ichsannur Rifiq Ahmad Fitri

Ryan Firmansyah Kaspul Anwar

Dwi Agustin Novida Irianti

Maria Ulpah Novia Susanti

Rahmi Selviani

Winda

STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM PROFESI NERS A

2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Perdarahan Pada Saat Kehamilan

Sub Pokok Bahasan : Deteksi Dini Perdarahan Pada Saat Kehamilan

Hari/Tanggal : Kamis, 21 Mei 2015

Waktu : 09:30 s.d 10:00 Wita

Tempat : Poli Kandungan Rumah Sakit Ansari Saleh Banjarmasin

Sasaran : Ibu-Ibu yang Berkunjung ke Poli Kandungan dan keluarga

Penyuluh : Ryan Firmansyah

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan audience dapat
mengerti dan memahami tentang deteksi dini perdarahan saat
kehamilan.

2. Tujuan Khusus
Menjelaskan Pengertian tentang deteksi dini perdarahan saat
kehamilan secara sederhana.
Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi kehamilan pada
trimester I dan II.
Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi kehamilan pada
trimester II.
Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskan tanda dan gejala dari perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskancara pencegahan terhadap perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskan cara pengobatan terhadap perdarahan saat
kehamilan.

B. Materi Terlampir
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
a. Pengertian deteksi dini perdarahan saat kehamilan
b. Faktor penyebab perdarahan saat kehamilan
c. Tanda dan gejala penyakit perdarahan saat kehamilan
d. Cara pencegahan terhadap perdarahan saat kehamilan
e. Cara pengobatan terhadap perdarahan saat kehamilan

C. Media
LCD/Proyektor
Soundsistem
Laptop
Leaflet

D. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya Jawab

E. Setting Tempat

: LCD/ Proyektor

: Penyuluh

: Moderator

: Fasilitator

: Peserta

: Observer
F. Pengorganisasian
Moderator
Penyuluh
Fasilitator
Observer

Pembagian Tugas :

Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan


dari awal sampai akhir
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Fasilitator : Memotivassi peserta untuk bertanya
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir.

G. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu

1 Tahap Pembukaan : 10 menit


1. Memberi salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri Salam.
3. Menggali pengetahuan 2. Mendengarkan
peserta tentang deteksi dan
dini perdarahan saat memperhatikan
kehamilan 3. Menjawab
4. Menjelaskan tujuan pertanyaan
penyuluhan 4. Mendengarkan
5. Kontrak waktu dan
memperhatikan
5. Menyetujui
kontrak waktu

2 Tahap Kegiatan Inti 1. Mendengarkan 10 menit


1. Menjelaskan tentang : dan
a. Pengertian memperhatikan
perdarahan saat penjelassan
kehamilan penyuluh.
b. Penyebab 2. Aktif bertanya
perdarahan saat 3. mendengarkan
kehamilan
c. Tanda dan gejala
d. Cara pencegahan
perdarahan saat
kehamilan
e. Cara pengobatan
saat kehamilan
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya.
3. Menjawab pertanyaan
peserta.

3 Tahap penutup 1. Menjawab 10 menit


1. mengevaluasi peserta pertanyaan yang
atas penjelasan yang diberikan
disampaikan dan 2. Mendengarkan
penyuluhh menanyakan dan
kembali mengenai memperhatikan
materi penyuluhan 3. Menjawab
2. menyimpulkan materi salam.
yang disampaikan oleh
penyuluh.
3. Salam penutup

H. Evaluasi
1. Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung
kepada audiens tentang materi penyuluhan yang akan
dijelaskan.
2. Bila audiens dapat menjawab 60% dari pertanyaan yang
diajukan, maka dikategorikan pengetahuan baik.
3. Bagaimana animo ibu-ibu pengunjung dalam memperhatikan
jalannya materi yang diberikan.
4. Bagaimana proses cara penyaji dalam penyampaian materi.
LAMPIRAN : MATERI

PERDARAHAN PADA SAAT KEHAMILAN

A. Definisi Perdarahan Pada Saat Kehamilan.


Perdarahan pada saat kehamilan adalah perdarahan pervaginam semasa
kehamilan dimana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin
lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro
(2007), perdarahan pada saat kehamilan adalah perdarahan pada jalan lahir
yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan
yang terjadi pada akhir usia kehamilan).

B. Tanda Gejala Perdarahan Pada saat kehamilan.


1. Perdarahan yang terjadi pada jalan lahir, warna merah kehitaman
2. Rasa nyeri/mules terus menerus gambaran klinis bervariasi
3. Nyeri dan mules terus menerus
4. Gerakan janin berkurang/hilang
5. Rahim tegang terus menerus dan nyeri tekan pada rahim
6. Denyut jantung janin bradikardia/lemah atau menghilang

C. Penyebab Peradarahan Pada Saat Kehamilan.


Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya peradarahan Pada saat
kehamilan, antara lain:
a. Faktor dari plasenta yang letaknya menutupi jalan lahir
1. Umur dan jumlah kelahiran (paritas)
- Pada Primigravida ( ibu yang pertama kali hamil), umur diatas 35
tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun
- Lebih sering pada jumlah kelahiran tinggi dari jumlah kelahiran rendah

Di Indonesia, menurut Toha, kelainan letak plasenta yang banyak


dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak
wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang (inferior).
2. Hipoplasia endometrium; bila kawin dan hamil pada usia muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
post operasi caesar, kuretase, dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Kehamilan janin kembar,.
6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
7. Kadang-kadang pada malnutrisi.
8. Riwayat perokok.

b. Faktor-faktor dari plasenta lepas (solution plasenta) antara lain :


1. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulo
nefritis kronika, dan hipertensi esensial. Karena desakan darah tinggi,
maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematoma
retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
2. Faktor trauma:
- Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
3. Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi.Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 13 primi.
4. Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava
inferior, dan lain-lain.
5. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

c. Pecahnya sinus marginalis


Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang baru diketahui
setelah persalinan. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa rasa
sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan adanya
perdarahan karena sinus marginalis yang pecah. Bahaya dari pecahnya
sinus marginalis tidak terlalu membahayakan janin dan ibu.

d. Pecahnya vasa previa


Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada didalam
selaput ketuban dan melewati ostium uteri internum kemudian sampai ke
dalam insersinya pada tali pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban
yang melewati pembukaan serviks robek atau pecah dan vascular janin
pun ikut terputus.

D. Komplikasi Pada Kehamilan Trimester Pertama


Komplikasi atau gangguan yang terjadi pada masa kehamilan tiga bulan
pertama adalah:
1 Abortus
Abortus adalah keluarnya janin dengan tidak disengaja, sebelum masa
melahirkan.Dalam bahasa awam, abortus biasa dikenal dengan sebutan
keguguran.Keguguran dapat terjadi karena adanya kelainan kromosom sel
telur.Tanda-tanda keguguran adalah adanya bercak darah.Jika hal ini terjadi,
hendaknya calon ibu cepat-cepat memeriksakan diri ke dokter atau rumah
sakit terdekat.
2 Hiperemesis Gravidium
Yaitu keadaan dimana ibu hamil muda mengalami mual dan muntah secara
berlebihan.Penyebabnya adalah terjadi perubahan metabolisme tubuh pada
ibu, berkaitan dengan kehamilan tersebut.Kelainan ini juga disebabkan oleh
faktor psikologis. Misalnya, takut menghadapi proses persalinan, masalah
hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan, atau rasa takut memikul
tanggung jawab dengan hadirnya buah hati. Gejala kelainan ini adalah mual
dan muntah yang terus menerus.Napsu makan sangat rendah, sehingga ibu
hamil sangat lemah.Bahkan, sampai harus rawat inap di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang intensif.
3 Mola Hidatidosa
Komplikasi kehamilan pada trimester 1 yang selanjutnya adalah mola
hidatidosa.Dalam bahasa awam disebut hamil anggur. Pada kelainan ini, ibu
mengalami gejala yang sama dengan hamil biasa. Mual, muntah, dan napsu
makan berkurang.Namun, bila dicek, di dalam rahim tidak terdapat
janin.Karena itu, detak jantung janin juga tidak terdengar.Sesuai dengan
namanya, mola (anggur), yang terdapat di janin hanya gelembung-
gelembung kecil yang menyerupai anggur.
Tanda-tanda kelainan pada kehamilan ini adalah pendarahan yang terjadi
secara terus menerus.Gelembung-gelembung ini harus dikeluarkan.Dan,
penderita harus dalam pengawasan dokter hingga dinyatakan benar-benar
sehat kembali.Sebab, mola hidatidosa dapat memicu terbentuknya kanker.
4 Kehamilan Ektopik
Disebut juga dengan kehamilan di luar kandungan. Pada kelainan ini, sel
telur yang sudah dibuahi tidak melekat di tempat seharusnya yaitu di rahim,
tetapi melekat di tempat lain. Misalnya, di saluran telur, leher rahim, atau di
rongga perut.Kehamilan ektopik ini disebabkan karena adanya infeksi di
saluran falopi.Gejalanya adalah, ibu mengalami sakit pada panggul,
pendarahan yang tidak biasa, hingga pingsan.
Itulah komplikasi kehamilan pada trimester 1 yang mungkin terjadi,
Namun, ibu hamil tidak perlu khawatir banyak tips kehamilan yang bisa
didapatkan untuk informasi. Jika rutin memeriksakan diri ke dokter,
komplikasi tersebut dapat dicegah. Ketika mengalami gejala yang sama,
segera hubungi dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.

E. Komplikasi Pada Kehamilan Trimester Kedua


Trimester kedua dimulai saat kehamilan memasuki usia 13 minggu. Masa ini
dikenal sebagai masa yang paling nyaman bagi ibu hamil.Rasa mual sudah
berkurang.Ibu pun dapat melakukan aktivitas dengan baik.Namun, ada
komplikasi kehamilan pada trimester 2 yang harus diwaspadai. Contohnya:
1 Hiperemesis Gravidium
Yaitu mual dan muntah secara berlebihan.Pada umumnya, gejala mual dan
muntah sudah berangsur reda saat kehamilan memasuki trimester
2.Namun, ketika hal ini masih terjadi, berarti ibu hamil mengalami
komplikasi kehamilan.
Hiperemesis gravidium pada trimester 2 dapat meningkatkan risiko
keracunan kehamilan (preeklamsia).Selain itu juga rentan mengalami
gangguan berupa plasenta yang lepas dari dinding rahim.Jika komplikasi
ini terjadi, ibu hamil harus menjalani perawatan medis untuk mengurangi
rasa mual dan muntah.
2 Gingivitis
Komplikasi kehamilan pada trimester 2 lainnya adalah gingivitis atau
radang gusi. Kelainan ini dapat terjadi pada ibu hamil disebabkan karena
kadar hormon progesteron yang mengalami peningkatan. Dalam keadaan
ini, gusi menjadi lebih sensitif ketika terkontaminasi bakteri. Selain gusi
yang lebih sensitif, perdarahan juga akan terjadi, terutama jika rongga
mulut mendapat suplai darah yang lebih banyak.
3 Diabetes Gestasional
Ibu hamil rentan terkena diabetes gestasional.Tandanya adalah ibu sering
lapar, haus, sering buang air kecil, tetapi berat badan cenderung menurun.
Bila menemui tanda-tanda itu, segera periksa kadar gula dalam darah.
Pandangan kabur dan gatal-gatal juga menjadi salah satu tandanya.
4 Stretch Mark
Tanda ini berupa garis-garis yang terdapat pada tubuh. Ibu hamil akan
mengalami gangguan stretch mark pada kulit, dan biasanya membuatnya
risih karena mengurangi kemulusan kulit. Parahnya, stretch mark akan
semakin jelas ketika rahim semakin besar. Warna garis-garis pada kulit ini
berbeda-beda, tergantung warna kulit masing-masing.Namun, biasanya,
pasca persalinan, garis-garis tersebut berubah menjadi putih.
5 Tekanan Darah Tinggi
Ibu hamil biasanya mengalami kenaikan tekanan darah.Sebenarnya, hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih keras untuk memberikan oksigen pada
janin.Namun, kelainan ini wajib diwaspadai agar tidak terjadi secara
berlarut-larut.

F. Cara Pencegahan Perdarahan Antepartum


Sampai sekarang belum diketahui pencegahan apa yang efektif menekan
terjadinya perdarahan saat hamil. Yang perlu diperhatikan bila ibu hamil
mengalami perdarahan sebaiknya segera atasi dengan cara:
1. Baringkan ibu hamil dengan posisi kaki lebih tinggi dari bahu
2. Istirahatkan hingga perdarahan berkurang
3. Jangan melakukan aktivitas yang berat, misalnya mengangkat beban
4. Hubungi dokter jika darah yang keluar cukup banyak agar segera mendapat
penangan yang tepat

Ada tiga macam pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit.Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum.
Beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada
pengawasan antenatal yang dapat mengurangi kesulitan yang mungkin
terjadi ialah pemeriksaan kehamilan, pengobatan anemia kehamilan,
menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan
lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta dan
mencegahserta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.
Program kesehatan ibu di indonesia menganjurkan agar ibu hamil
memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1
kunjungan pada trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester ke dua, dan
2 kunjungan pada trimester ke tiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya
petugas kesehatan memberikan penerangan tentang cara menjaga diri agar
tetap sehat dalam masa hamil.perlu juga memberikan penerangan tentang
pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali tanda-tanda bahaya
kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan pada kehamilan, odema, sakit
kepala terus menerus, dan sebagainya.
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan
terhadap infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karna perdarahan juga lebih
sering terjadi pada para ibu yang menderita anemia kehamilan
senelumnya.Anemia dalam kehamilan, yang pada umumnya disebabkan
oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah diobati dengan jalan memberikan
preparat besi selama kehamilan.Oleh karna itu, pengobatan anemia dalam
kehamilan tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian ibu apabila
nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang
dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan
sedapat mungkin mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit
tersebut.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki
atau bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-
minggu terakhir kehamilan, dapat juga dicurigai adanya plasenta previa.
Preeklamsia dan hiprtensi menahun sering kali dihubungkan dengan
terjadinya solusio plasenta.Apabila hal ini benar, diperlikan pencegahan
dan pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio
plasenta.

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit
menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan
tindakan pengobatan yang cepat dan tepat.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak
dari perdarahanyang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan
antepartum.Apapun penyebabnya, penderita harus dibawa ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan oprasi.Jangan melakukan
pemeriksaan dalam di rumah atau di tempat yang tidak memungkinkan
tindakan operatif segera, karna pemeriksaan itu dapat menambah
banyaknya perdarahan.
Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk
menghentikan perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena
sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang atau boleh dikatakan tidak
pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksaan dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk
mengirimkan penderita ke rumah sakit sebelum terjadi perdarahan
berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak dari pada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus
segera di pasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit.
Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh
lebih mudah transfusi darah bila sewaktu-waktu diperlukan.
Segera setelah tiba dirumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera
dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak.Pengambilan
contoh darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan
pemeriksaan kecocokan dengan darah donornya harus segera dilakukan.
Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa di tunda
karena tidak sempat dilakukan jadi terpaksa langsung mentransfusikan
darah yang golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau
mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh kesadaran
akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya
kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau
belum mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakan.
Apabila pemeriksaan baik perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih
dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan
ditunda sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi.
Tindakan medis pada pasien dilakukan dengan istirahat dan pemberian
obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesteron.
Sebaiknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan
berlangsung dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilannya
juga telah mencapai 37 minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500
gram, atau persalinan telah mulai, maka tindakan medis secara aktif yaitu
dengan tindakan persalinan segera harus ditempuh. Tindakan persalinan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan pervaginam dan
persalinan perabdominal dengan seksio cesarea.
Pada plasenta previa persalinan pervaginam dapat di lakukan pada plasenta
letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior
(janin dalam presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominal
dengan secsio cesarea dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta
previa lateralis posterior, dan plasenta previa letak rendah dengan jain letak
sungsang.
Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominal jika
pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan
persalinan pervaginam dengan amniotomi, namun bila dalam 6 jam belum
lahir dilakukan seksio cesarea.
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
plasenta dan bagian plasenta yang beradarah selama persalinan
berlangsung, sehingga perdarahan berhenti.Seksio cesarea bertujuan untuk
secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian memberikan
kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan
dan untuk menghindari perlukaan serviks dari segmen bawah uterus yang
rapuh.

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier meliputi rehabilisasi (pemulihan kesehatan) yang
ditukan terhadap penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum
meliputi rehabilitasi mental dan sosial, yaitu dengan memberikan dukungan
moral bagi penderita agar tidak berkecilhati, mempunyai semangat untuk
terus bertahan hidup dan tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang berdaya guna.

G. Cara Pengobatan Perdarahan Antepartum


Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus
dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu
salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan
tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang
diderita.Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
kanalis servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum
matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik
dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah
baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan
ultrasonografi untuk memastikan tempat menempelnya plasenta, usia
kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat-
obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV
dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di
sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas.
Sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).

2) Terapi Aktif atau tindakan segera


Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang
kematangan janin. Bentuk penanganan terapi aktif
a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu
dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
d) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling
banyak dilakukan (Manuaba, 2010).

Mitos tentang perdarahan saat kehamilan :

1. Ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan intim pada saat tiga bulan
pertama kehamilannya.
2. Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi nanas karna menyebabkan
keguguran.
3. Ibu yang pernah keguguran pasti akan keguguran pada kehamilan
selanjutnya.
4. Ibu hamil yang mengangkat benda berat atau menggendong anak yang
sudah balita akan menyebabkaan keguguran.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A,. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : FKUI

Mochtar. R . 2000. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Marilyn, Doengoes. 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. EGC

Anda mungkin juga menyukai