Disusun Oleh:
Kelompok 3
Rahmi Selviani
Winda
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan audience dapat
mengerti dan memahami tentang deteksi dini perdarahan saat
kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Menjelaskan Pengertian tentang deteksi dini perdarahan saat
kehamilan secara sederhana.
Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi kehamilan pada
trimester I dan II.
Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi kehamilan pada
trimester II.
Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskan tanda dan gejala dari perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskancara pencegahan terhadap perdarahan saat
kehamilan.
Menjelaskan cara pengobatan terhadap perdarahan saat
kehamilan.
B. Materi Terlampir
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
a. Pengertian deteksi dini perdarahan saat kehamilan
b. Faktor penyebab perdarahan saat kehamilan
c. Tanda dan gejala penyakit perdarahan saat kehamilan
d. Cara pencegahan terhadap perdarahan saat kehamilan
e. Cara pengobatan terhadap perdarahan saat kehamilan
C. Media
LCD/Proyektor
Soundsistem
Laptop
Leaflet
D. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya Jawab
E. Setting Tempat
: LCD/ Proyektor
: Penyuluh
: Moderator
: Fasilitator
: Peserta
: Observer
F. Pengorganisasian
Moderator
Penyuluh
Fasilitator
Observer
Pembagian Tugas :
G. Kegiatan Penyuluhan
H. Evaluasi
1. Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung
kepada audiens tentang materi penyuluhan yang akan
dijelaskan.
2. Bila audiens dapat menjawab 60% dari pertanyaan yang
diajukan, maka dikategorikan pengetahuan baik.
3. Bagaimana animo ibu-ibu pengunjung dalam memperhatikan
jalannya materi yang diberikan.
4. Bagaimana proses cara penyaji dalam penyampaian materi.
LAMPIRAN : MATERI
Ada tiga macam pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit.Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum.
Beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada
pengawasan antenatal yang dapat mengurangi kesulitan yang mungkin
terjadi ialah pemeriksaan kehamilan, pengobatan anemia kehamilan,
menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan
lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta dan
mencegahserta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.
Program kesehatan ibu di indonesia menganjurkan agar ibu hamil
memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1
kunjungan pada trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester ke dua, dan
2 kunjungan pada trimester ke tiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya
petugas kesehatan memberikan penerangan tentang cara menjaga diri agar
tetap sehat dalam masa hamil.perlu juga memberikan penerangan tentang
pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali tanda-tanda bahaya
kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan pada kehamilan, odema, sakit
kepala terus menerus, dan sebagainya.
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan
terhadap infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karna perdarahan juga lebih
sering terjadi pada para ibu yang menderita anemia kehamilan
senelumnya.Anemia dalam kehamilan, yang pada umumnya disebabkan
oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah diobati dengan jalan memberikan
preparat besi selama kehamilan.Oleh karna itu, pengobatan anemia dalam
kehamilan tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian ibu apabila
nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang
dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan
sedapat mungkin mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit
tersebut.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki
atau bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-
minggu terakhir kehamilan, dapat juga dicurigai adanya plasenta previa.
Preeklamsia dan hiprtensi menahun sering kali dihubungkan dengan
terjadinya solusio plasenta.Apabila hal ini benar, diperlikan pencegahan
dan pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio
plasenta.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit
menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan
tindakan pengobatan yang cepat dan tepat.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak
dari perdarahanyang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan
antepartum.Apapun penyebabnya, penderita harus dibawa ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan oprasi.Jangan melakukan
pemeriksaan dalam di rumah atau di tempat yang tidak memungkinkan
tindakan operatif segera, karna pemeriksaan itu dapat menambah
banyaknya perdarahan.
Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk
menghentikan perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena
sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang atau boleh dikatakan tidak
pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksaan dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk
mengirimkan penderita ke rumah sakit sebelum terjadi perdarahan
berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak dari pada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus
segera di pasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit.
Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh
lebih mudah transfusi darah bila sewaktu-waktu diperlukan.
Segera setelah tiba dirumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera
dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak.Pengambilan
contoh darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan
pemeriksaan kecocokan dengan darah donornya harus segera dilakukan.
Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa di tunda
karena tidak sempat dilakukan jadi terpaksa langsung mentransfusikan
darah yang golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau
mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh kesadaran
akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya
kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau
belum mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakan.
Apabila pemeriksaan baik perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih
dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan
ditunda sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi.
Tindakan medis pada pasien dilakukan dengan istirahat dan pemberian
obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesteron.
Sebaiknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan
berlangsung dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilannya
juga telah mencapai 37 minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500
gram, atau persalinan telah mulai, maka tindakan medis secara aktif yaitu
dengan tindakan persalinan segera harus ditempuh. Tindakan persalinan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan pervaginam dan
persalinan perabdominal dengan seksio cesarea.
Pada plasenta previa persalinan pervaginam dapat di lakukan pada plasenta
letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior
(janin dalam presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominal
dengan secsio cesarea dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta
previa lateralis posterior, dan plasenta previa letak rendah dengan jain letak
sungsang.
Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominal jika
pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan
persalinan pervaginam dengan amniotomi, namun bila dalam 6 jam belum
lahir dilakukan seksio cesarea.
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
plasenta dan bagian plasenta yang beradarah selama persalinan
berlangsung, sehingga perdarahan berhenti.Seksio cesarea bertujuan untuk
secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian memberikan
kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan
dan untuk menghindari perlukaan serviks dari segmen bawah uterus yang
rapuh.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier meliputi rehabilisasi (pemulihan kesehatan) yang
ditukan terhadap penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum
meliputi rehabilitasi mental dan sosial, yaitu dengan memberikan dukungan
moral bagi penderita agar tidak berkecilhati, mempunyai semangat untuk
terus bertahan hidup dan tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang berdaya guna.
1. Ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan intim pada saat tiga bulan
pertama kehamilannya.
2. Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi nanas karna menyebabkan
keguguran.
3. Ibu yang pernah keguguran pasti akan keguguran pada kehamilan
selanjutnya.
4. Ibu hamil yang mengangkat benda berat atau menggendong anak yang
sudah balita akan menyebabkaan keguguran.
DAFTAR PUSTAKA