Anda di halaman 1dari 15

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Kebutuhan fisioogis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak dipenuhi

untuk memelihara keseimbangan biologis dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia.

Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat

mempengaruhi kebutuhan yang lain. Keadaan fisik dari klien wajib diketahui dan dikaji oleh

perawat / bidan maupun tenaga kesehatan lainnyayang memberikan asuhan. Anamnesa dan

pemeriksaan fisik merupakan salah satu data penunjang dan mengetahui masalah apa yang

dialami oleh klien agar diagnosa dapat ditegakkan.

ANAMNESA

Pada umumnya kontak pertama antara seorang tenaga kesehatan dan pasien dimulai dari

anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam

memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya. Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis

mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk

untuk menegakkan diagosis.

DEFINISI

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang

mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan

medisnya.

TUJUAN

Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau

dirasakan oleh pasien. Untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan

pasiennya.

1
JENIS
a. Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya.

Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan

permasalahannya.
b. Alloanamnesis atau Heteroanamnesis yaitu anamnesis yang didapat dari informasi

orang lain
PERSIAPAN

Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila yang melakukan anamnesis

tersebut menguasai dengan baik teori atau pengetahuannya. Umumnya setelah selesai

melakukan anamnesis sudah harus mampu membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau

diagnosis banding yang paling mungkin untuk kasus yang dihadapinya.

CARA MELAKUKAN ANAMNESA

Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Tempat dan suasana


Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup

nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana

mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak

merasa diinterogasi.
b. Penampilan Tenaga Kesehatan
Penampilan seorang tenaga kesehatan juga perlu diperhatikan karena ini akan

meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang tenaga kesehatan yang tampak rapi

dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga

seorang tenaga kesehatan yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan

anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.


c. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data

pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan

kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu

data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada

2
2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data

pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan

sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.


d. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat

dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan

bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi

arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan

pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail

dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur

kemana mana.
e. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat

dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa

Indonesia atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah

tersebut.
f. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang

tenaga kesehatan melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai

riwayat penyakit yang panjang.


g. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik

pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam

posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit,

apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau

terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.


h. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka

anamnesis yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi

yang terlewat.
SISTEMATIKA ANAMNESA

3
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang

baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang

tenaga kesehatan tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang

terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa

saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari :

a. Data umum pasien


1. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
2. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
3. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk

menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan

kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya

alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk

pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah,

penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.


5. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien

dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga

pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
6. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
7. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh

(pantangan) seorang pasien menurut agamanya.


8. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.


b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat

sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak

4
jarang pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter

harus jeli dan cermat untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan

utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan beberapa

kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut.

Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam

anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang

dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.


c. Riwayat penyakit sekarang

Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk

menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur

utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni : (1) kronologi atau

perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi keluhan utama, (3) keluhan atau

gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Selama melakukan anamnesis keempat unsur

ini harus ditanyakan secara detail dan lengkap.

Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien

merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan

bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau

bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan medis.

Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut atau kronik, apakah

dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang mencetuskan atau memperberat

penyakit atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut

bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan

dan durasi atau lamanya serangan tersebut.


Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang

menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha berobat

5
yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan

apa saja yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah diminum.
d. Riwayat penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit

dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita

pasien saat ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang

tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat

kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang

langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat

terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama.
f. Riwayat kebiasaan/sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi

penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu

menanyakan apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol.

Tanyakan sudah berapa lama dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut.

Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia remaja atau dewasa muda harus

juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti

narkoba, ekstasi dan lain-lain.


g. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara

singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan

belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan

penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga merupakan informasi berharga

yang terlewatkan.

PEMERIKSAAN FISIK

DEFINISI

6
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli

medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan

akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam

penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Adalah bagian integral dari segala upaya untuk memperoleh data tentang keadaan

kesehatan diri pasien dan lingkungan/keluargnya. Keadaan kesehatan pasien meliputi:

a. Riwayat kesehatan dan penyakit


b. Hasil pemeriksaan fisik
c. Data/hasil pemeriksaan penunjang seperti Lab/Ro./EKG,USG/CT.Scan
d. Catatan tentang obat-obat apa saja yang sedang/pernah diberikan.
e. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah :
- Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
- Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan

penatalaksanaannya
- Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
- Menilai keadaan pasien dari hasil inspeksi umum
- Seperti pasien tampak sakit ringan/sedang/berat/tidak sakit, pasien tampak bisa

jalan/makan/gembira, pasien tampak sesak/terpasang cairan infus, dll.


f. Menilai tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Respirasi, Nadi)
g. Menilai keadaan fisik tubuh, meliputi :
1. Keadaan rambut dan higiene kepala
Meliputi : warna rambut (hitam, merah, coklat, pirang), kerontokan rambut,

kulit kepala kotor, berbau, kadang ditemui lesi seperti vesicula, pustula, crusta.
2. Hidrasi dan keadaan kulit daerah dahi
Dengan palpasi yaitu penekanan ibu jari pada kulit dahi dengan hasil terdapat

bekas ibu jari (finger print)/tidak.


3. Palpebrae
Menunjukkan edema. Biasanya lebih tampak bila pasien bangun tidur atau

berbaring lama. Hal tersebut akan hilang/berkurang setelah pasien beraktivitas

dengan posisi tegak.


Kelainan : Ptosis : keadaan dimana kelopak mata yang selalu tertutup/tidak

mampu membuka. Lagophtalmus : keadaan dimana kelopak mata yang tidak

bisa menutup rapat.


4. Sclera dan conjungtiva

7
Sclera : terdapat/tidak ikterus dengan cara 2 jari menarik palpebrae dan pasien

melihat ke bawah.
5. Conjungtiva : terdapat/tidaknya keadaan anemik dan radang.
6. Pupil dan refleks cahaya
7. Visus/ketajaman penglihatan
8. Rongga hidung dari depan/rhinoscopia anterior
9. Daun telinga, liang telinga dan membran tympani
10. Fungsi pendengaran
11. Higiene rongga mulut, gigi, lidah dan pharynk
12. Kelenjar getah benih leher, submandibula dan sekitar telinga
13. Kelenjar thyroid
14. Tekanan Vena Jugularis (JVP)
15. Kaku kuduk pada tengkuk
16. Thorax dan fungsi pernapasan
17. Jantung
18. Abdomen
19. Genetalia dan anus
20. Ektremitas
21. Payudara (Mamae)

PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara komprehensif. Hal-hal

yang harus dipertimbangkan yaitu:

a. Penjagaan kesopanan
b. Cara mengadakan hubungan dengan pasien
c. Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
d. Tahap pertumbuhan atauperkembangan pasien
e. Pencatatan data
f. Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien
g. Pasien dalam posisi duduk atau sesuai jenis pemeriksaan
h. Hanya membuka bagian tubuh yang diperiksa, menutup bagian lain
i. Sistematis
j. Bandingkan satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lain
k. Penjelasan sederhana kepada klien
l. Data didokumentasikan dengan tepat (DO & DS)

TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK

Ada empat teknik pemeriksaan fisik, yang biasa disebut dengan teknik IPPA(Inspeksi,

Palpasi, Perkusi & Auskultasi) yaitu:

- Inspeksi

8
Adalah pemeriksaan dengan cara melihat atua melakukan observasi terhadap keadaan

klien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan

status fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu klien dan yang diamati

yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh klien serta hal umum dan khusus.

Langkah kerja:

i. Atur Pencahayaan
ii. Suhu dan ruangan nyaman
iii. Buka bagian yg diinspeksi
iv. Bila perlu gunakan kaca pembesar
v. Jelaskan hasil pada klien dan keluarga
vi. Perhatikan kesan pertama klien
vii. Sistematis
- Palpasi

Adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan

pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke

bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau

organ. Dapat dilakukan bersamaan dengan teknik inspeksi dan perkusi.

Teknik palpasi dibagi menjadi dua:

1. Palpasi ringan
Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan.Tangan

diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan

sampai ada hasil.


2. Palpasi dalam (bimanual)
Caranya: untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan.Satu tangan untuk

merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan

Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2 pertama.

Langkah kerja:

1) Area palpasi terbuka


2) Cuci tangan
3) Beritahu klien
4) Dikerjakan semua jari tapi telunjuk dan ibu jari kurang sensitif.

9
5) Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari 2,3, dan 4

bersamaan.
6) Untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan, beri tekanan ringan dengan

jari-jari.
7) Sistematis, uraikan ciri-ciri tentang ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan.
- Perkusi

Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan perkusi yaitu

menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang

ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (udara, cairan, atau zat

padat).

Langkah kerja:

1) Area terbuka
2) Luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bag. Ujung jari dan letakkan dgn kuat pada

permukaan diperkusi.
3) Upayakan jari jari yg lain tidak menyentuh permukaan, konsisten pd permukaan yg

diperkusi.
4) Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dgn lengan bawah relaks.
5) Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan.
- Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu

stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar bunyi jantung, paru-

paru, bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi.

PENDEKATAN PEMERIKSAAN FISIK

Tingkatan kesadaran: Kesadaran adalah derajat hubungan antara Hemispherium

Cerebri dengan Reticular Activating System (di bagian atas pada otak). Terdapat 2 penilaian:

- Penilaian kualitatif, meliputi :


a. Kompos Mentis : sadar Penuh
b. Apatis : acuh tak acuh, perhatian berkurang
c. Somnolen : dibangunkan dengan rangsangan, mudah tertidur walaupun

sedang diajak bicara

10
d. Delirium : berteriak-teriak, tidak sadar
e. Sopor/semikoma : tidak sadar tetapi masih merasakan rangsangan nyeri
f. Koma : tidak sadar.
- Penilaian kuantitatif (menggunakan skala coma Glasglow), meliputi :
a. Respon motorik

Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti mengangkat

tangan, melakukan gengaman


Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat tempat rangsangan nyeri yang

diberikan seperti pada sternum, cubitan pada M. Traperius


Nilai 4 : Flesi menjauh dari rangsangan nyei yang diberikan tetapi

tidak menunjuk lokasi/tempat rangsangan dengan tangannya


Nilai 3 : Flexi abnormal

Bahu adduksi, flexi dan pronasi lengan bawah, flexi

pergelangan tangan dan tinju mengepal bila diberi rangsangan

nyeri (decorticate rigidity)


Nilai 2 : Extensi abnormal

Bahu adduksi dan rotasi interna, extensi lengan bawah, flexi

pergelangan tangan dan tinju mengepal bila diberi rangsangan

nyeri (decorticate rigidity)


Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon
b. Respon verbal / bicara

Diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun) dan pemeriksaan ini tidak berlaku

bila pasien mengalami trauma mulut, terpasang Intubasi Trachea (ETT) dan

dysphasia/aphasia

Nilai 5 : Pasien orientasi penuh/baik dan mampu berbicara. Orientasi

meliputi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada dimana,

tanggal, hari
Nilai 4 : Pasien confuse/tidak orientasi penuh
Nilai 3 : Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik, tetapi

tidak menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan


Nilai 2 : Bisa bersuara tetapi tidak dapat ditangkap jelas apa

artinya/nggereyem

11
Nilai 1 : Tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri
c. Pembukaan mata

Periksalah rangsangan minimum apa yang bisa membuka satu dan kedua matanya

dengan catatan mata tidak dalam keadaan terbalut ataupun edema.

Nilai 4 : Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh


Nilai 3 : Mata baru membuka kalau diajak bicara atau dipanggil nama

atau diperintahkan membuka mata


Nilai 2 : Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/nyeri
Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsangan nyeri

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

Merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan bagian tubuh klien sebagai acuan yaitu

dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Maksudnya disini adalah pemeriksaan fisik dilakukan

secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara

umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,

denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

TANDA VITAL

a. Suhu

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena

dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (di atas >

37C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau

hipotermia juga dinilai. Normal untuk suhu tubuh adalah 36-37C.

b. Tekanan Darah

Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan

kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah daistolik atau tekanan istirahat.

12
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kiri, kecuali pada lengan

tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan

denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung berdasarkan

rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat

itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang

tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah

normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik

140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. Rentang sistolik normal adalah 100-

140 mmHg, sedangkan diastolic normal yaitu 60-90 mmHg.

c. Denyut

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya

diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut pada

- Arteri radialis pada pergelangan tangan


- Arteri bracialis pada lengan atas
- Arteri karotis pada leher
- Arteri poplitea pada belakang lutut
- Arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki
- Arteri femoralis
- Arteri temporalis

Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi

yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki denyut 120-160 denyut per menit. Orang

dewasa memiliki denyut sekitar 60-90 kali per menit.

d. Kecepatan pernapasan

Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 16-20 penarikan napas per

menit untuk orang dewasa.

13
STRUKTUR DALAM PENULISAN RIWAYAT PEMERIKSAAN

a. Tampilan umum

Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan

berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien mengalami

ketulian sehingga sulit berkomunikasi)

JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),

kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir

atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan

(Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher,

ketiak, dan lipatan paha.

b. Sistem organ
Sistem kardiovaskular
1. Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
2. Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer, dan

bukti edema pulmonaris atau edema paru.


3. Pemeriksaan jantung
c. Paru-paru
d. Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
e. Dada dan payudara
f. Abdomen
1. Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ

(contohnya aneurisma aorta)


2. Pemeriksaan rectum
g. Sistem reproduksi
h. Sistem otot dan gerak
i. Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
j. Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
k. Kulit
1. Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
2. Peneriksaan tanda klinis pada kulit

14
DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn S. 2009. BATES Guide to Physical Examination And History Taking. Lippincott

Williams & Wilkins.

15

Anda mungkin juga menyukai