Anda di halaman 1dari 17

JURNAL KEUANGAN PUBLIK

Vol. 4, No. 1, April 2006


Hal 105 - 121

Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib


Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak:
Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur*

Suryadi**

Abstraksi

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik


untuk belanja rutin maupun pembangunan. Permasalahan yang dihadapi
Indonesia adalah kenaikan penerimaan pajak setiap tahun tidak diikuti oleh
kenaikan tax ratio sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, disadari
pentingnya mengkaji variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja penerimaan
pajak, terutama variabel kesadaran, pelayanan dan kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil penelitian menunjukkan, kesadaran Wajib Pajak yang diukur dari persepsi
Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak dan penyuluhan
perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.
Pelayanan perpajakan yang diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan
sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penerimaan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak,
penegakan hukum dan kompensasi pajak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja penerimaan pajak. Demikian juga ternyata ditemukan bahwa ada
perbedaan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak besar dan kecil dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Besar ternyata lebih tinggi
kesadaran dan kepatuhannya dibandingkan Wajib Pajak Kecil.

Kata-kata kunci: Hubungan Kausalitas, Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan,


Wajib pajak, Penerimaan Pajak, Jawa Timur.

*
Artikel ini diangkat dari disertasi berjudul: Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan
Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa
Timur, Program Pascasarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang, Januari 2003.
**
Dr. Suryadi saat ini menjabat sebagai Kepala Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo, Jawa Timur.
Suryadi

Penelitian dari Roades (1979:78)


PENDAHULUAN menekankan pada aspek pentingnya
kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam
Untuk menyelenggarakan Pemerin- melaporkan pendapatan bersih, karena dari
tahan umum dan melaksanakan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
pembangunan diperlukan dana yang relatif
Wajib Pajak seringkali tidak memberikan
besar. Dana yang diperlukan tersebut
pelaporan mengenai pendapatan bersihnya.
semakin meningkat seiring dengan
Penelitian mengenai persepsi Wajib
peningkatan kebutuhan pembangunan itu
Pajak terhadap kinerja penerimaan pajak
sendiri. Dalam upaya mengurangi
dilakukan oleh Maria Karanta, et. al (2000:2-
ketergantungan sumber eksternal, Pemerintah
19) di Swedia. Mengkaji persepsi masyarakat
Indonesia secara terus menerus berusaha
terhadap kinerja Badan Perpajakan Nasional
meningkatkan sumber pembiayaan
Swedia. Persepsi masyarakat Swedia dilihat
pembangunan internal. Sumber
dari: kesederhanaan prosedur yang
pembiayaan pembangunan internal bermanfaat bagi Wajib Pajak, kebutuhan
terutama berasal dari penerimaan migas dan Wajib Pajak, perlakuan yang adil, keahlian
non migas. Misi utama Direktorat Jenderal aparat pajak dalam mendeteksi kesalahan,
Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun serta dalam mengkoreksi laporan pajak.
penerimaan pajak berdasarkan Undang- Kinerja diukur dari: kepuasan pelayanan, dan
undang Perpajakan yang mampu menunjang kepuasan atas koreksi dan kontrol dari aparat
kemandirian pembiayaan pemerintah dan pajak. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
dilaksanakan secara efektif dan efisien. persepsi masyarakat yang positif dapat
Meskipun penerimaan pajak dari tahun ke mempengaruhi perilaku Wajib Pajak dalam
tahun terus meningkat tetapi prosentase
membayar pajak sehingga secara siginifikan
kenaikan tersebut belum mencerminkan
akan berpengaruh pada kinerja Badan
kondisi yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat
Perpajakan Nasional Swedia.
pada indikator tax ratio dan kinerja Falllan (1999:173-184) mengkaji
penerimaan pajak di Indonesia dibandingkan
pada aspek pentingnya pengetahuan
negara-negara khususnya di kawasan
perpajakan dalam mempengaruhi sikap
ASEAN.
Wajib Pajak dengan membedakan antara
Tabel 1. Tax Ratio Negara-negara Asia laki-laki dan perempuan. Peningkatan
No. Negara Tax Ratio pengetahuan perpajakan memiliki
1. Singapore 22,40% signifikansi terhadap perubahan sikap antara
2. Malaysia 20,17% laki-laki dan perempuan terhadap sistem
3. Srilanka 17,91% perpajakan yang adil. Oleh karenanya sikap
4. Thailand 17,28% Wajib Pajak terhadap Badan Perpajakan akan
5. Korea 15,78% dipengaruhi oleh pengetahuan Wajib Pajak
6. Jepang 14,56% mengenai perpajakan (Vogel, 1974; Soicer
7. Philipina 13,68% abd Loundstedt, 1976; Song and Yarbough,
8. Pakistan 13,60% 1978; Laurin, 1986; Kinsey and Grasmick,
9. Indonesia 11,31% 1993 dalam Fallan, 1999).
10. India 9,85% Berkaitan dengan budaya membayar
11. Myanmar 5,50% pajak penelitian yang dilakukan oleh Nerre
Sumber: Departemen Keuangan Ditjen Pajak (2001:17), menemukan bahwa dalam hal
(2000), 1995/1996-1998/1999 dari TUA, membudayakan pajak maka sebaiknya ada
1999/2000 dari APBN, GDP1999/2000 kerjasama (interaksi) baik formal maupun
selama 9 bulan non formal antara instansi pajak dengan
Wajib Pajak dengan membuat sistem

106 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

perpajakan dan kebijakan perpajakan yang Kajian mengenai pemeriksaan juga


baik dan pelaksanaannya yang secara historis banyak dilakukan oleh peneliti di negara
harus mempertimbangkan budaya suatu barat. Karanta (2000:2-19) menyimpulkan
negara. Kotter dan Heskett (1997:85), juga bahwa pemeriksaan pajak akan dapat
menjelaskan bahwa secara umum budaya mendeteksi upaya Wajib Pajak untuk
memiliki pengaruh yang besar terhadap menghindar. Audit perpajakan juga akan
kinerja penerimaan pajak. dapat menemukan kesalahan pelaporan pajak
Karanta, et. al (2000:2-19) menekankan oleh Wajib Pajak (Roades, 1999:80;
pada pentingnya kualitas aparat (SDM) Senguptha, 1998:425).
perpajakan dalam memberikan pelayanan Konsep dasar untuk menjelaskan
kepada Wajib Pajak. All in all a good job hubungan kausal kesadaran Wajib Pajak,
berarti aparat pajak harus benar-benar pelayanan perpajakan dan kepatuhan Wajib
mampu dan ahli pada semua keahlian Pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja
dibidangnya masing-masing. penerimaan pajak dapat digambarkan sebagai
Forest dan Sheffrin (2002:75-88) berikut:
meneliti pentingnya sistem perpajakan yang
simplifying. Hal ini karena kompleksitas dari

Persepsi Kualitas SDM


Wajib Pajak
Kesadaran Pelayanan
Pengetahuan WP Perpajakan
Perpajakan Ketentuan
Perpajakan
Karakteristik
Wajib Pajak Kinerja
Sistem Informasi
Penerimaan
Perpajakan
Pajak
Penyuluhan
Perpajakan
Kepatuhan
WP

Pemeriksaan Penegakan Kompensasi


Pajak Hukum Pajak

Gambar 1. Hubungan antar Variabel Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan


Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya
terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Kesadaran Wajib Pajak dibentuk
oleh dimensi persepsi Wajib Pajak,
pengetahuan Wajib Pajak, Karakteristik
sistem perpajakan akan berpengaruh pada
Wajib Pajak dan penyuluhan perpajakan.
ketidakpatuhan Wajib Pajak, meskipun
Kesadaran Wajib Pajak akan meningkat
sistem perpajakan yang sederhana juga tidak
bilamana dalam masyarakat muncul persepsi
menjamin Wajib Pajak akan patuh.

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 107


Suryadi

positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya Demikian pula bila Wajib Pajak merasa
pengetahuan perpajakan masyarakat melalui kompensasi pajak telah memenuhi harapan
pendidikan perpajakan baik formal maupun mereka maka mereka akan membayar pajak
non formal akan berdampak positif terhadap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
kesadaran Wajib Pajak untuk membayar
pajak. Karakteristik Wajib Pajak yang HIPOTESIS PENELITIAN
dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial dan
ekonomi akan dominan membentuk perilaku Berdasarkan uraian di atas, maka
Wajib Pajak yang tergambar dalam tingkat dapat ditetapkan hipotesis penelitian atau
kesadaran mereka dalam membayar pajak. hipotesis kerja. Hipotesis penelitian ini
Dengan penyuluhan perpajakan yang ditetapkan secara berurutan sebagai berikut :
dilakukan secara intensif dan kontinyu akan
1. Ada pengaruh positif siginifikan
dapat meningkatkan pemahaman Wajib Pajak
kesadaran Wajib Pajak terhadap kinerja
tentang kewajiban membayar pajak
penerimaan pajak.
sebagai wujud kegotongroyongan nasional
dalam menghimpun dana untuk kepentingan 2. Ada pengaruh positif signifikan pelayanan
pembiayaan pemerintahan dan pembangunan perpajakan terhadap kinerja penerimaan
nasional. pajak.
Pelayanan perpajakan dibentuk oleh 3. Ada pengaruh positif signifikan kepatuhan
dimensi kualitas Sumber Daya Manusia Wajib Pajak terhadap kinerja penerimaan
(SDM), ketentuan perpajakan dan Sistem pajak.
Informasi Perpajakan. Standar kualitas
pelayanan prima kepada masyarakat Wajib 4. Terdapat perbedaan kesadaran antara
Pajak akan terpenuhi bilamana SDM kelompok Wajib Pajak besar dengan
melaksanakan tugasnya secara profesional, Wajib Pajak kecil dalam memenuhi
disiplin dan transparan. Dalam kondisi Wajib kewajiban perpajakannya.
Pajak merasa puas atas pelayanan yang 5. Terdapat perbedaan kepatuhan antara
diberikan kepadanya, maka mereka kelompok Wajib Pajak besar dengan
cenderung akan melaksanakan kewajiban wajib pajak kecil dalam memenuhi
membayar pajak sesuai dengan ketentuan kewajiban perpajakannya.
yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan
dibuat sederhana, mudah dipahami oleh METODE PENELITIAN
Wajib Pajak, maka pelayanan perpajakan atas
hak dan kewajiban mereka dapat Dari seluruh populasi Wajib Pajak di
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Jawa Timur, dalam penelitian ini ditentukan
Dengan demikian Sistem Informasi sebanyak 800 Wajib Pajak pembayar pajak
Perpajakan dan kualitas SDM yang handal terbesar yang terdaftar di 8 Kantor Pelayanan
akan menghasilkan pelayanan perpajakan Pajak (KPP) dalam Lingkungan Kerja Kantor
yang semakin baik. Wilayah Ditjen Pajak Jawa Timur. Dari 8
Kepatuhan Wajib Pajak dibentuk KPP tersebut masing-masing ditentukan 100
oleh dimensi pemeriksaan pajak, penegakan pembayar pajak terbesar yang diurut
hukum dan kompensasi pajak. Tujuan berdasarkan ranking, sehingga jumlahnya
pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan menjadi 800 Wajib Pajak.
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban Berdasarkan pertimbangan spesifikasi
perpajakannya. Apabila penegakan hukum populasi dan sebaran lokasi tempat tinggal
dapat memberikan keadilan dan kepastian populasi yang tersebar di dalam wilayah 10
hukum maka Wajib Pajak akan taat, patuh
dan disiplin dalam membayar pajak.

108 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

KPP yang berlokasi di dalam kota Surabaya


dan 15 KPP yang berlokasi di luar kota interval. Kecuali untuk variabel Kesadaran
Wajib Pajak, Pelayanan Perpajakan dan
Kepatuhan Wajib Pajak yang difungsikan

Populasi Seluruh
Wajib
Pajak Jawa Timur

Area
Random
Sampling
Surabaya Luar Surabaya

10 KPP 15 KPP

Cluster Sampel : 4 KPP Sampel : 4 KPP


Random
Sampling
100 Pembayar Pajak 100 Pembayar Pajak
Terbesar Terbesar

KPP 1 KPP 2 KPP 3 KPP 4 KPP 5 KPP 6 KPP 7 KPP 8

25 Resp 25 Resp 25 Resp 25 25 Resp 25 Resp 25 Resp 25 Resp


Resp

Surabaya, maka sampelGambar


dalam penelitian sebagai
2. Teknik Pengambilan Sampelvariabel laten (unobserved
ini ditentukan dengan menggunakan teknik variables), pengukurannya disesuaikan
multistage random sampling. dengan skala ordinal.
Instrumen yang dipergunakan dalam Berdasarkan hipotesis dan rancangan
penelitian ini adalah kuesioner, dengan penelitiannya, data yang terkumpul dalam
pertanyaan bersifat tertutup. Pada tiap-tiap penelitian ini akan dianalisis dengan
item kuesioner disediakan alternatif jawaban menggunakan beberapa teknik analisis. Dan
sebanyak lima buah dan dijenjang teknik-teknik statistik yang dipergunakan
pembobotan skornya, sehingga masing- adalah Structural equation Modelling (SEM)
masing variabel terukur menurut skala dan Uji Beda Dua Rata-rata (t Test). Seluruh
analisis data akan dihitung dengan
menggunakan program aplikasi komputer

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 109


Suryadi

program SPSS 10.0 for Windows dan nilai loading factor atau koefisien lamda
program AMOS Graphics. (Tabel 2).

,35
Persepsi Wajib
e1 Pajak UJI HIPOTESA
Chi Square =1,450
,18 ,59 Probability =,484
CMIN/DF =,725
e2 Pengetahuan GFI =,993
Perpajakan ,42 TLI =1,056
Kesadaran Wajib CFI =1,000
,26 RMSEA =,000
,51 Pajak
e3
Karakteristik
Wajib Pajak ,51
,26

e4
Penyuluhan
Perpajakan

Gambar 3. Model Pengukuran Faktor Kesadaran Wajib Pajak dengan Confirmatory


Factor Analysis.

Tabel 2. Loading factor (l) Pengukuran Kesadaran Wajib Pajak

Loading
Variabel indikator T hitung Probability (p) Keterangan
Factor (l)

Persepsi wajib pajak 0,592 Signifikan


Pengetahuan perpajakan 0,424 2,473 0,013 Signifikan
Karakteristik wajib pajak 0,509 3,010 0,003 Signifikan
Penyuluhan perpajakan 0,512 2,631 0,009 Signifikan
HASIL PENELITIAN

Variabel yang diajukan sebagai


indikator Kesadaran Wajib Pajak adalah
persepsi wajib pajak, pengetahuan
perpajakan, karakteristik wajib pajak, dan
penyuluhan perpajakan . Hasil pengujian
dengan confirmatory factor analysis (CFA)
tampak dalam Gambar 3.
Dari hasil evaluasi terhadap model
yang diajukan ternyata dari seluruh kriteria
yang digunakan menunjukkan hasil baik,
berarti model telah sesuai dengan data.
Untuk mengetahui variabel yang
dapat digunakan sebagai indikator
Kesadaran Wajib Pajak dapat diamati dari

110 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

Variabel yang diajukan sebagai Variabel yang diajukan sebagai


indikator Pelayanan Pajak adalah Kualitas indikator Kepatuhan Wajib Pajak adalah
SDM, Ketentuan perpajakan, dan Sistem Pemeriksaan pajak, Penegakan hukum, dan
informasi perpajakan. Hasil pengujian Kompensasi pajak. Hasil pengujian dengan
dengan confirmatory factor analysis (CFA) confirmatory factor analysis (CFA) tampak
tampak dalam Gambar 4. dalam Gambar 5.
Berdasarkan evaluasi kriteria Berdasarkan evaluasi kriteria
goodness of fit indices menunjukkan bahwa goodness of fit indices menunjukkan bahwa
model yang disajikan telah sesuai dengan model yang disajikan telah sesuai dengan
data yang ada. Selanjutnya untuk data. Untuk mengetahui variabel yang dapat
mengetahui variabel yang dapat digunakan digunakan sebagai indikator Kepatuhan
sebagai indikator Pelayanan Perpajakan Wajib Pajak dapat diamati dari nilai
yang dapat diamati dari nilai loading loading factor atau koefisien lamda dapat
factor atau koefisien lamda dapat dilihat dilihat pada tabel 4.
pada Tabel 3.

e5 Kualitas
SDM
,85 UJI HIPOTESA
Chi Square =,000
GFI =1,000
,95 Pelayanan
e6 Ketentuan perpajakan
Perpajakan
,98

Sistem
e7 Informasi
Perpajakan

Gambar 4. Model Pengukuran Kinerja Pelayanan Perpajakan


dengan Confirmatory Factor Analysis

Tabel 3. Loading factor (l) Pengukuran Pelayanan Perpajakan

Loading T Probability
Variabel indikator Keterangan
factor (l) hitung (p)
Kualitas SDM 0,852
Ketentuan perpajakan 0,946 14,040 0,000 Signifikan
Sistem informasi perpajakan 0,978 14,688 0,000 Signifikan

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 111


Suryadi

,98
e8 Pemeriksaan
Pajak UJI HIPOTESA
,99 Chi Square =,000
,99
GFI =1,000
Penegakan 1,00 Kepatuhan
e9 wajib
Hukum pajak
,98 ,99

e10 Kompensasi
Pajak

Gambar 5. Model Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak dengan


Confirmatory Factor Analysis

Tabel 4. Loading factor (l) Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak

Loading factor Probability


Variabel indikator T hitung Keterangan
(l) (p)
Pemeriksaan pajak 0,990 47,982 0,000 Signifikan
Penegakan hukum 0,997 58,456 0,000 Signifikan
Kompensasi pajak 0,998
Pelayanan perpajakan, dan Kepatuhan wajib
pajak terhadap Kinerja Penerimaan Pajak
Selanjutnya dengan memasukkan berikut disajikan koefisian jalur yang
variabel indikator yang signifikan dilakukan menunjukkan hubungan kausal antara
pengujian model lengkap yang menjelaskan variabel tersebut. Hubungan tersebut
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, ditunjukkan dalam Tabel 5.
Pelayanan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak Pengujian hipotesis (alternatif)
terhadap Kinerja Penerimaan Pajak dengan dilakukan dengan membandingkan nilai
model persamaan struktural (structural probability (p) dikatakan signifikan apabila
equation modeling). nilai p 0.05. Dengan kriteria tersebut
Dari hasil evaluasi terhadap model terlihat ada satu jalur signifikan dan dua jalur
yang diajukan ternyata dari seluruh kriteria yang tidak signifikan. Dalam arti Kesadaran
yang digunakan ada dua kriteria yang kurang wajib pajak tidak berpengaruh langsung
baik, berarti model kurang sesuai dengan signifikan terhadap Kinerja penerimaan
data. Dengan demikian model tersebut perlu pajak, Pelayanan perpajakan tidak
dimodifikasi. Berpedoman pada modification berpengaruh langsung signifikan terhadap
indices, hasilnya yang dalam hal ini akan Kinerja penerimaan pajak, serta Kepatuhan
ditampilkan Structural Equation Modelling wajib pajak berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Penerimaan Pajak. Kinerja penerimaan pajak.
Untuk menguji hipotesis Hubungan
Kausal Antara Kesadaran wajib pajak,

112 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

UJI HIPOTESA
Chi Square =60,545
Probability =,015
CMIN/DF =1,552
GFI =,911
TLI =,990
CFI =,993
RMSEA =,074

,01 ,75
Persepsi Kualitas e5
e1 wajib -1,00 SDM
pajak ,87
,99 ,09
,92
e2 Pengetahuan-1,00 Kesadaran Pelayanan ,96
perpajakan wajib pajak perpajakan Ketentuan e6
Perpajakan
,01
,11 ,02 ,08 ,95
Karakteristik 1,00 ,91
e3 wajib -1,00
pajak Kinerja
Penerimaan d2
Sistem
,99 Pajak Informasi e7
-1,00 1,00 Perpajakan
Penyuluhan
e4
perpajakan ,93

Kepatuhan
wajib pajak
,99 1,00 ,99
,98 1,00 ,97
Pemeriksaan Penegakan Kompensasi
Pajak Hukum Pajak

e8 e9 e10

Gambar 6. Structural Equation Modelling Kinerja Penerimaan Pajak.

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 113


Suryadi

UJI HIPOTESA
Chi Square =48,634
Probability =,116
CMIN/DF =1,280
GFI =,925
TLI =,995
CFI =,996
RMSEA =,052

,01 ,75
Persepsi Kualitas e5
e1 wajib -1,00 SDM
pajak ,09 ,87
,99
,92
e2 Pengetahuan -1,00 Kesadaran Pelayanan ,96
perpajakan wajib pajak perpajakan Ketentuan e6
Perpajakan
,01
,11 ,02 ,08 ,95
Karakteristik 1,00 ,91
e3 wajib -1,00
pajak Kinerja
Penerimaan d2
Sistem
,99 Pajak Informasi e7
-1,00 1,00 Perpajakan
Penyuluhan
e4 perpajakan ,93

Kepatuhan
wajib pajak
,99 1,00 ,99
,98 1,00 ,97
Pemeriksaan Penegakan Kompensasi
Pajak Hukum Pajak

e8 e9 e10

Gambar 7. Structural Equation Modelling Kinerja Penerimaan Pajak setelah


Modifikasi.

114 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

Tabel 5. Koefisien Jalur (Regresi terstandar) Hubungan antar Variabel.

Koefisien T
Jalur Probability (p) Keterangan
Jalur hitung
Keswp Kinerja 0,016 0,020 0,984 Tdk Signifikan
Pelwp Kinerja 0,083 0,179 0,858 Tdk Signifikan
Kwp Kinerja 0,933 2,689 0,007 Signifikan

Tabel 6.Rekap Efek Langsung, Efek Tak Langsung, dan Efek Total antar Variabel

Variabel Keswp Pelwp Kwp


Terikat EL ETL ET EL ETL ET EL ETL ET
Kinerja 0,016 0,000 0,016 0,083 0,000 0,083 0,933 0,000 0,933

Keterangan: asumsi normalitas terpenuhi dan data layak


El : Efek Langsung untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.
Dalam penelitian ini diketahui ada 25
ETL : Efek Tak Langsung variabel yang digunakan, sehingga jarak
ET : Efek Total mahalanobis pada derajat bebas pada tingkat
signifikansi 0,001 atau c2 (25, 0,001) =
44,314. Hasil penelitian menunjukkan semua
Pada Tabel 6 dapat dilihat rekap efek
kasus berada di bawah 44,314 sehingga tidak
langsung, efek tak langsung dan efek total
terjadi multivariate outliers.
antar variabel yang diteliti.
Pengujian terhadap gejala
Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa
multikolinieritas antar variabel bebas
terdapat efek langsung Kesadaran wajib
memperlihatkan tidak adanya gejala
pajak terhadap Kinerja sebesar 0,016,
multikolinieritas yang merusak model.
Pelayanan wajib pajak terhadap Kinerja
Terlihat dari determinant of sample
sebesar 0,083, Kepatuhan wajib pajak
covariance matrix 1,1752e+001 dan angka
terhadap kinerja sebesar 0,933.
ini jauh dari nol. Disimpulkan bahwa tidak
Uji normalitas sebaran dilakukan
terjadi multikolinieritas atau singularitas
dengan Skweness Value dari data yang
dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi.
digunakan yang biasanya disajikan dalam
Dari hasil analisis pada Tabel 2
statistik deskriptif. Nilai statistik untuk
tentang loading factor Kesadaran Wajib
menguji normalitas itu disebut z-value. Bila
Pajak, Tabel 3 loading factor Pelayanan
nilai-z lebih besar dari nilai kritis, maka
Perpajakan, dan Tabel 4 loading factor
dapat diduga bahwa distribusi data adalah
Kepatuhan Wajib Pajak terlihat bahwa semua
tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan
signifikan dengan demikian dapat
berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%)
disimpulkan bahwa semua variabel observasi
yaitu sebesar 2,58. Hasilnya diperoleh nilai valid digunakan sebagai indikator konstruk.
C.r. dari Skweness Value pada variabel Hasil pengujian reliabilitas pada
berada di bawah 2,58 dan itu berarti semua konstruk laten dengan construct
reliability atau composite reliabilitry dan
extracted variance menunjukkan hasil yang

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 115


Suryadi

reliabel yang ditunjukkan dengan semua terjadi kesalahan sebesar 0,858. Meskipun
nilai construct reliability di atas 0,7 dan demikian arah hubungan yang ditunjukkan
variance extracted di atas 0,5. adalah positif. Dari hasil tersebut dapat
Dalam penelitian ini tetap dijelaskan bahwa hipotesis kedua juga
menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat ditolak, artinya tidak ada pengaruh
kepatuhan antara kelompok Wajib Pajak signifikan pelayanan perpajakan terhadap
besar dan kecil dalam memenuhi kewajiban kinerja penerimaan pajak.
perpajakan dengan tingkat signifikansi 9,0%. Selanjutnya Tabel 5 digunakan untuk
Hal ini karena tingkat probabilitas yang menjawab rumusan masalah yang ketiga di
dihasilkan adalah 0,090 (9,0%). mana kepatuhan Wajib Pajak yang diukur
dengan: pemeriksaan pajak, penegakan
PEMBAHASAN hukum dan kompensasi pajak berpengaruh
siginifikan terhadap kinerja penerimaan
Tabel 5 digunakan untuk menjawab pajak yang diukur dari: input, output,
rumusan masalah yang pertama di mana outcomes, benefits dan impact yang
tingkat kesadaran Wajib Pajak yang diukur ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur
dengan: persepsi Wajib Pajak, pengetahuan (regresi terstandar) sebesar 0, 933 dan nilai p
perpajakan, karakteristik Wajib Pajak dan = 0,007. Angka tersebut menunjukkan
penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh bahwa kepatuhan Wajib Pajak mempunyai
signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan
yang diukur dari: input, output, outcomes, pajak sebesar 93,3 persen dengan
benefits dan impact yang ditunjukkan dengan kemungkinan terjadi kesalahan sebesar
nilai koefisien jalur (regresi terstandar) 0,007. Arah hubungan yang ditunjukkan
sebesar 0,016 dengan nilai p = 0,984. Angka adalah positif. Dari hasil tersebut dapat
tersebut menunjukkan bahwa kesadaran dijelaskan bahwa hipotesis ketiga diterima,
Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
terhadap kinerja penerimaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak terhadap kinerja
kemungkinan terjadi kesalahan sebesar penerimaan pajak.
0,984. Meskipun demikian arah hubungan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai p
yang ditunjukkan adalah positif. Dari hasil lebih kecil sama dengan 0,05 yakni sebesar
tersebut dapat dijelaskan bahwa hipotesis 0,005 sehingga dapat dijelaskan bahwa
satu ditolak, artinya tidak ada pengaruh terdapat perbedaan tingkat kesadaran Wajib
signifikan kesadaran Wajib Pajak terhadap Pajak besar dan Wajib Pajak kecil dalam
kinerja penerimaan pajak. memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
Tabel 5 juga digunakan untuk tingkat probabilitas 0,005 (0,5%). Temuan ini
menjawab rumusan masalah yang kedua di sekaligus juga menjawab hipotesis keempat
mana pelayanan perpajakan yang diukur yang mengatakan bahwa ada perbedaan
dengan: kualitas SDM, ketentuan perpajakan kesadaran yang signifikan antara Wajib Pajak
dan sistem informasi perpajakan ternyata besar dan Wajib Pajak kecil dalam memenuhi
tidak berpengaruh siginifikan terhadap kewajiban perpajakannya. Tabel 6
kinerja penerimaan pajak yang diukur dari: menunjukkan bahwa nilai p = 0,090. Dapat
input, output, outcomes, benefits dan impact dijelaskan bahwa ada perbedaan tingkat
yang ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur kepatuhan Wajib Pajak besar dan Wajib
(regresi terstandar) sebesar 0,083 dan nilai p Pajak kecil dalam memenuhi kewajiban
= 0,858. Angka tersebut menunjukkan bahwa perpajakan dengan tingkat signifikansi 9,0%.
pelayanan perpajakan tidak mempunyai Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
pengaruh signifikan terhadap kinerja hipotesis Kelima diterima.
penerimaan pajak dengan kemungkinan

116 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

SIMPULAN dimensi ketentuan perpajakan, kualitas


SDM, dan sistem informasi perpajakan di
Berdasarkan diuraikan diatas, maka Indonesia hendaknya peningkatan kualitas
dapat disampaikan simpulan hasil penelitian pelayanan agar tetap diperhatikan oleh
ini sebagai berikut: Ditjen Pajak.
1. Dalam mengukur kinerja penerimaan 7. Kepatuhan Wajib Pajak yang diukur dari
pajak di Indonesia, ada tiga variabel pemeriksaan pajak, penegakan hukum dan
penting yang perlu diperhatikan, kompensasi pajak berpengaruh
diantaranya: kesadaran Wajib Pajak, signifikan terhadap kinerja penerimaan
pelayanan perpajakan dan kepatuhan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
Wajib Pajak. Meskipun berdasarkan sikap kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh
Wajib Pajak dalam survei ini yang besar terhadap kinerja penerimaan pajak.
memiliki pengaruh positif signifikan
8. Ditjen Pajak di Indonesia harus
terhadap kinerja penerimaan pajak hanya
melakukan pemeriksaan terhadap Wajib
satu yakni kepatuhan Wajib Pajak.
Pajak kecil maupun besar secara lebih
2. Berdasarkan penelitian ini ternyata merata. Hal ini disebabkan banyaknya
kesadaran Wajib Pajak yang diukur dari Wajib Pajak yang berusaha untuk
persepsi Wajib Pajak, pengetahuan menghindar dan menggelapkan pajak
perpajakan, karakteristik Wajib Pajak dan yang menjadi kewajibannya. Pemeriksaan
penyuluhan Wajib Pajak tidak bertujuan untuk menguji tingkat
berpengaruh signifikan terhadap kinerja kepatuhan Wajib Pajak dalam
penerimaan pajak. melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Jika Wajib Pajak memiliki persepsi positif 9. Ada perbedaan kesadaran Wajib Pajak
terhadap instansi pajak maka akan dapat besar dan Wajib Pajak kecil dalam
meningkatkan kesadaran dari Wajib memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pajak. Wajib Pajak besar lebih memiliki
kesadaran yang tinggi dibandingkan
4. Ada perbedaan yang cukup siginifikan
Wajib Pajak kecil. Oleh karena itu perlu
dalam hal kesadaran untuk memenuhi
dibedakan instrumen kebijakan
kewajiban perpajakannya dilihat dari
perpajakan seperti pelayanan kepada
karakteristik Wajib Pajak seperti: gender,
Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan
umur, jenis pekerjaan, penghasilan dan
penyederhanaan peraturan serta prosedur
aspek lainnya.
perpajakan kepada Wajib Pajak kecil dan
5. Berdasarkan penelitian ini ternyata Wajib Pajak besar.
pelayanan perpajakan yang diukur dari
10. Wajib Pajak besar lebih memiliki
ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan
kepatuhan yang tinggi dibandingkan
sistem informasi perpajakan tidak
Wajib Pajak kecil.
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penerimaan pajak. Hal ini merupakan
SARAN
cermin dari sikap Wajib Pajak bahwa
pelayanan perpajakan tidak memiliki
Berdasarkan hasil penelitian,
pengaruh signifikan terhadap kinerja
pembahasan dan simpulan penelitian yang
penerimaan pajak.
telah dilakukan maka berikut ini disampaikan
6. Meskipun variabel pelayanan tidak saran-saran yang bersifat operasional dan
berpengaruh positif terhadap kinerja spesifik untuk berbagai pihak yang
penerimaan pajak yang diukur melalui memerlukan, khususnya Direktorat Jenderal

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 117


Suryadi

Pajak dan para peneliti selanjutnya sebagai Pengetahuan perpajakan akan


berikut: berpengaruh positif pada kesadaran Wajib
Pajak terutama jika diteliti berdasarkan
1. Meskipun tidak berpengaruh, kesadaran
pada sikap gender terhadap pelaksanaan
Wajib Pajak terhadap kinerja sebaiknya
kewajiban perpajakannya.
Ditjen Pajak tetap memperhatikan empat
indikator penting dalam meningkatkan 5. Ditjen Pajak hendaknya memperhatikan
kesadaran Wajib Pajak: menciptakan peningkatan kegiatan penyuluhan karena
persepsi positif Wajib Pajak terhadap merupakan kegiatan yang sangat penting
kewajiban perpajakannya, mempelajari dalam upaya meningkatkan kesadaran
karakteristik Wajib Pajak, meningkatkan Wajib Pajak. Kegiatan-kegiatan
pengetahuan perpajakan Wajib Pajak dan penyuluhan perpajakan yang bisa
penyuluhan perpajakan kepada Wajib dilakukan dapat dikelompokkan menjadi
Pajak. tiga: pemberdayaan Wajib Pajak,
pemberdayaan aparatur pajak dan
2. Agar Wajib Pajak memiliki persepsi
meningkatkan citra Ditjen Pajak.
positif terhadap Ditjen Pajak, maka: (a)
Penyuluhan merupakan salah satu upaya
Ditjen pajak hendaknya lebih
yang sangat penting dalam memberikan
meningkatkan pelayanan perpajakan
pemahaman tentang ketentuan perpajakan
termasuk melaksanakan penyederhanaan
kepada Wajib Pajak agar mereka
peraturan dan prosedur perpajakan yang
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
berlaku baik untuk Wajib Pajak kecil
maupun untuk Wajib Pajak besar. (b) 6. Meskipun tidak berpengaruh positif
melakukan pemeriksaan pajak yang lebih signifikan kegiatan pelayanan terhadap
fokus dan merata sehingga dapat kinerja maka sebaiknya Ditjen Pajak tetap
meningkatkan keadilan dan kepastian lebih memperhatikan aspek
hukum dalam sistem perpajakan (fairness penyempurnaan ketentuan perpajakan,
of the tax system), serta (c) menerapkan peningkatan kualitas SDM, dan
keadilan vertikal dan horisontal secara meningkatkan kualitas dan manfaat sistem
konsisten. informasi perpajakan di Indonesia. Oleh
karena itu Ditjen Pajak hendaknya terus
3. Selanjutnya Ditjen Pajak hendaknya
menerapkan Pelayanan Prima (service
mengkaji beberapa karakteristik Wajib
excellent) dengan cara melibatkan semua
Pajak yang mempengaruhi perilaku
unsur pimpinan dan karyawan serta terus
masyarakat Wajib Pajak, tidak hanya
meningkatkan jumlah-jumlah Kantor
dengan melihat faktor sosial, budaya dan
Percontohan di seluruh Indonesia.
ekonomi tetapi juga mempertimbangkan
faktor kepribadian dan psikologis Wajib 7. Pelayanan akan lebih memuaskan kepada
Pajak, karena semuanya dapat Wajib Pajak jika Ditjen Pajak dapat
mempengaruhi perilaku Wajib Pajak menyempurnakan berbagai ketentuan
dalam memenuhi kewajibannya. perpajakan sehingga mudah dipahami. Hal
ini karena ketentuan perpajakan yang
4. Ditjen Pajak hendaknya dapat
mudah dipahami akan lebih disukai oleh
meningkatkan pengetahuan perpajakan
Wajib Pajak. Adanya penyederhanaan
melalui pendidikan baik formal maupun
ketentuan dan prosedur perpajakan akan
informal terutama dimulai dari jenjang
memberikan kemudahan dan kepuasan
Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi
kepada Wajib Pajak. Kualitas SDM Ditjen
dan pendidikan keluarga dirumah
Pajak merupakan salah satu indikator
sehingga akan dapat meningkatkan
yang dapat meningkatkan kualitas
kesadaran masyarakat Wajib Pajak.

118 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

pelayanan yang pada gilirannya akan dimana Wajib Pajak besar memiliki
memberikan kepuasan kepada Wajib kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan
Pajak. Wajib Pajak kecil. Maka sebaiknya Ditjen
Pajak: (a) melakukan pemeriksaan yang
8. Adanya pengaruh kepatuhan Wajib Pajak
lebih fokus dan merata terhadap Wajib
terhadap kinerja menghendaki Ditjen
Pajak dalam upaya untuk mendeteksi
Pajak untuk senantiasa memperhatikan
penghindaran dan penggelapan pajak, (b)
tiga indikator penting dalam
menerapkan keadilan vertikal dan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak:
horisontal secara konsisten, (c) adanya
melakukan pemeriksaan pajak secara
penegakan hukum yang jelas, pasti dan
konsisten dan merata, penegakan hukum
transparan kepada Wajib Pajak.
yang adil dan transparan serta
memberikan kompensasi yang lebih baik 12. Perlu dilakukan penelitian yang lebih
kepada masyarakat Wajib Pajak. komprehensif dan mendalam dengan
menggunakan alat ukur ataupun
9. Ditjen Pajak hendaknya melakukan fokus
mempertimbangkan variabel lain yang
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak kecil
mempengaruhi kinerja penerimaan pajak,
maupun besar secara lebih merata. Hal ini
misalnya: sikap Wajib Pajak, motivasi
disebabkan banyaknya Wajib Pajak yang
Wajib Pajak, kepribadian Wajib Pajak,
berusaha untuk menghindar dan
kelompok acuan dan kepuasan Wajib
menggelapkan pajak. Kebijakan
Pajak agar dapat menghasilkan tingkat
pemeriksaan dan pengenaan pinalti tidak
signifikansi yang lebih baik. Selain itu
bisa sepenuhnya menjamin Wajib Pajak
agar penelitian selanjutnya dapat
akan memenuhi seluruh kewajiban
menggunakan instrumen penelitian
perpajakannya jika tidak didukung juga
dengan lebih banyak item-item pertanyaan
dengan penegakan hukum. Penegakan
dan mendiskusikan dengan berbagai pihak
hukum harus memberikan keadilan dan
yang ahli dan memahami konsep dari
kepastian hukum kepada Wajib Pajak.
variabel-variabel yang relevan, sehingga
Apabila dibiarkan dikhawatirkan akan
diharapkan dapat lebih meningkatkan
ditiru oleh masyarakat Wajib Pajak yang
validitas alat ukur yang digunakan. Begitu
selama ini patuh dalam membayar pajak.
pula jumlah responden diusahakan lebih
Jika hal ini sudah membudaya, maka
banyak agar data yang telah terdistribusi
kinerja penerimaan pajak dikhawatirkan
secara normal, nantinya dapat
akan memburuk.
menghasilkan tingkat signifikansi yang
10. Ada perbedaan kesadaran Wajib Pajak lebih baik.
besar dan Wajib Pajak kecil dalam
13. Selanjutnya perlu dikembangkan
memenuhi kewajiban perpajakan. Dalam
penelitian tentang perbedaan tingkat
kondisi Wajib Pajak besar lebih memiliki
kesadaran Wajib Pajak antar wilayah,
kesadaran yang tinggi dibandingkan
misalnya wilayah Jawa Timur dengan
Wajib Pajak kecil maka hendaknya Ditjen
wilayah Jawa Barat atau wilayah lain di
Pajak membedakan instrumen kebijakan
Indonesia agar dapat diperoleh hasil
perpajakan terhadap mereka seperti
penelitian yang lebih akurat dan
pelayanan perpajakan, pemeriksaan pajak,
bermanfaat untuk berbagai kalangan yang
penyederhanaan peraturan dan prosedur
lebih luas.
perpajakan yang berlaku.
11. Ada perbedaan kepatuhan Wajib Pajak
besar dan Wajib Pajak kecil dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 119


Suryadi

IMPLIKASI Ferdinand, Augusty. 2000. Structural


Equation Modelling dalam Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian ini Manajemen. Badan Penerbit Universitas
bahwa dalam kondisi masyarakat Wajib Diponegoro, Semarang.
Pajak yang masih rendah kesadaran dan
Gunadi. 2001. Kebijakan Pemeriksaan Pajak
kepatuhan mereka dalam melaksanakan
Perusahaan Pasca Berlakunya UU
kewajiban perpajakannya, maka Ditjen Pajak
Perpajakan Baru. Jurnal Perpajakan
dapat memperluas penerapan tarif pajak
Indonesia, Volume 1, Nomor 5,
bersifat final dan memperluas obyek
Desember, p. 22-26.
pemungutan dan pemotongan pajak baik PPh
maupun PPN dan PPnBM. Kebijakan ini Joreskog, K.G. 1993. Testing Structural
dapat dilaksanakan untuk mengamankan Equation Models dalam K.A Bollen dan
penerimaan Negara, meskipun cenderung J.S Long (Eds), Testing Structural
kurang adil dan tidak menguntungkan Wajib Equation Models, California, London
Pajak karena hilangnya hak mengkreditkan New Delhi: Sage Publication.
pajak dan memperhitungkan berbagai biaya Joulfaian, David dan Mark Rider. 1998,
usaha dalam menghitung pajak terutang. Differential Taxation and Tax Evasion
Dalam kaitan ini, perlu ditingkatkan pula by Small Business, National Tax
pengetahuan perpajakan masyarakat melalui Journal, Vol. L1, No. 4, p. 675-687.
pendidikan perpajakan secara intensif,
konsisten dan berkesinambungan terutama Karanta, Maria., Hakkan Malmer, Ingrid
dimulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Munck, Gunnar Olsson. 2000. A
Perguruan Tinggi dan pendidikan perpajakan Citizens Perspective on Public Sector
di lingkungan keluarga di rumah. Disamping Performance and Service Delivery.
itu, juga perlu ditingkatkan kuantitas dan Progress in Measurement and Modelling
kualitas penyuluhan perpajakan agar of Data from Swedish Taxpayer Survey.
masyarakat makin sadar dan patuh dalam Dipresentasikan di European Evaluation
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Society EES Conference, October 12,
Loussanne.
Kasali, Rhenald. 1998. Membidik Pasar
DAFTAR RUJUKAN Indonesia. Segmenting, Targeting, dan
Positioning. Jakarta: Gramedia Pustaka
Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Utama.
Research, 4th edition, USA: Warsworth,
Inc. Kotter, John P., and Heskett L., James. 1997
Corporate Cullture and Performance.
Fallan, Lars. 1999. Gender, Exposure to Tax Dampak Budaya Kerja terhadap
Knowledge, and Attitudes Tiwards Kinerja. Jakarta : Prenhallindo.
taxation, Aan Experimental Approach,
Journal of Business Ethics, 18: p. 173- McFarlan, F.W., James L.McKenney dan
184. Philip Pyuburn. 1983. The Information
Archipelago-Plotting Course, Harvard
Forest, Adam dan Steven M. Sheffrin. 2002. Business review, January-Februari, p.
Complexity and Compliance: An 145-156.
Empirical Investigation, National Tax
Journal, Vol LV, No. 1, March, p.p.75- Parasuraman, A., Zeithaml, V.A dan Berry,
88. L.L 1985. A Conceptual Model of
Service Quality and Its Implications for

120 Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006


Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP
dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak

Future Research, Journal of Marketing, Stamatis, D.H. 1996. Total Quality Services:
Vol. 49, Fall, p. 41-50. Principles, Practices and
Implementation. Singapore: SSMB
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A dan Berry,
Publishing Division.
L.L, 1988. SERVQUAL: A Multiple
Item Scale for Measuring Consumer Undang-undang Nomor 6. Tahun 1983.
Perception of Services Quality, Journal Tentang Ketentuan Umum Tata Cara
of Retailing, Vol. 64, Spring, p. 12-40. Perpajakan, yang terakhir diubah
dengan Undang-undang No. 16 Tahun
Senguptha, Partha. 1998. Tax Evasion and
2000.
Interporal Choice. AEJ, December, Vo.
26, No. 4, p. 420-430. Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan yang
Roades, Shelley C.1999. The Impact of
terakhir diubah dengan Undang-undang
Multiple Component Reporting on ax
Nomor 17 Tahun 2000.
Compliance and Audit Strategis, The
Accounting Review, Vol. 74. No. 1, Undang-undang Nomor 8. Tahun 1983
January, p. 63-85.. Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Barang Mewah yang
terakhir diubah dengan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000

-- oOo --

Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006 121

Anda mungkin juga menyukai