Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK III

Anike merisa
sari 201241009
Ahmad syahruzi 201241035
hasruddin 201241006
hasril 201241038
satriadi 201241037

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya, serta dukungan serta doa
dari orang tua, dosen, sahabat, dan teman-teman serta yang lainnya. Karena
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini berupa makalah dengan judul Model
pengambilan keputusan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori pengambilan
keputusan.

Alhamdulillah, akhirnya tugas makalah Teori pengambilan keputusan


dapat diselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan, baik dari segi pengetikan,
maupun materi yang di sajikan. Oleh sebab itu, saran dan kritik dari semua pihak
yang terkait sangat di harapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Tidak lupa pula penulis haturkan permohonan maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang salah dan
tidak sesuai.

Tanjung selor, November 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... . i


DAFTAR ISI .................................................................................................... . ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... . 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ . 1


1.2 Rumusan Masalah..... 1
1.3 Tujuan... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... . 2
2.1.Pengertian model pengambilan keputusan .............................. . 2
2.2.Klasifikasi model pengambilan keputusan.. ............ .. 7
BAB III PENUTUP .................................................................................... . 17
2.1.Kesimpulan.............................................................................. . 17
2.2.Saran...................................................................................... .. . 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan

masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi

lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu

memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu

sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan

bahasa simbolik khusus

Sehingga di setiap lini kehidupan kita perlu memikirkan model

pengambilan keputusan yang akan digunakan untuk mengambil suatu

keputusan, agar keputan yang kita ambil menjadi yang terbaik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apakah yang di maksud dengan model pengambilan keputusan.

b. Apa saja yang terdapat di dalam klarifikasi model pengambilan

keputusan.

1.3 TUJUAN

a. Mengetahui pengertian model pengambilan keputusan.

b. Mengetahui klarifikasi model pengambilaan keputusan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat

penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri

merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara

cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu

ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.

2. Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara

unsur-unsur itu.

3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar

variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.

4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau

system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu

dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan

memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan

kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.


Olaf Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model

adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat

membantu seseorang menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih

baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat

meliputi perubahan konseptual. Setiap unsur dari situasi nyata merupakan tiruan

dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.

Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka

pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi

atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang

kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan

untuk memudahkan pemahaman.

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah

digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana

dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana

abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses

abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.


Model pengambilan keputusan diantaranya:

1. Rasional, model perilaku manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-

orang, organisasi, dan bangsa menjalankan kalkulasi pemaksimalan nilai,

yang secara mendasar konsisten.

Pengambialan keputusan yang rasional merukan proses yang komplek.

Tahapan rasional decision making proses:

a. Mengenal permasalahan.

b. Definisikan tujuan.

c. Kumpulkan data yang relevan.

d. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible).

e. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternative terbaik.

f. Modelkan hubungan antara kriteria, data, dan alternative.

g. Prediksi hasil dari semua alternative.

h. Pilih alternative terbaik.

2. Organisasional, model-model pengambilan keputusan yang

memperhitungkan karakteristik politik dan structural dari organisasi.

3. Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah hasil dari rutinitas

dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan aktif selama bertahun-

tahun.
4. Keputusan klasik (classical dision), berpandangan bahwa manager

bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional untuk

pembuatan keputusan manajerial.

5. Keputusan administrasi, menurut Herbert Simon, manager dalam

pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:

a. Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.

b. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).

c. Cepat puas (satisfice).

Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan

dalam perspektif, yaitu:

a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)

Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan

tidak memadainya informasi mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang

mungkin, kekurangan waktu dan uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih

lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar informasi, dan batas-

batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan

efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas

terbayang dalam benak.

b. Heuristic

Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk

menyederhanakan pembuatan keputuasan


c. Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)

Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat

keputusan, siapa yang akan memutuskan? merupakan keputusan pertama yang

harus dibuat manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.

Proses pembuatan keputusan rasional:

1. Pengamatan situasi: definisikan masalah, tentukan tujuan, keputusan

2. Kembangkan alternative: cari alternative secara kreatif, jangan mengevaluasi

dulu.

3. Mengevaluasi alternative dan memilih yang terbaik.

4. Implementasikan keputusan dan memonitor hasil: rencanakan implementasi,

implementasi rencana, monitor implementasi dan buat penyesuaian yang perlu.

Model pengambilan keputusan bisa dilakukan secara individual, kelompok,

tim, panitiaan, dewan, komisi, atau cara reverendum mengajukan usul tertulis.

Cara pengambilan keputusan denga cara mengolah data dan penilaian, baik

kualitatif dan kuantitatif merupaka teknik pengambilan keputusan. Teknik

pengambilan keputusan diperlukan suatu kemampuan.


Setiap pengambilan keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:

1. Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.

2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta secara

rasional sistematis.

3. Pengalaman/ ervaring.

4. Kewibawaan, gezgag, atu pengaruh yang dipunyai oleh decision maker.

5. Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker

Jadi decision maker harus menentukan strategi dan metode pengambilan

keputusan. Ke 5 hal diatas dimiliki oleh decision maker secara individual, maka ia

dapat mengambil keputusan secara individual.

2.2 Klasifikasi model pengambilan keputusan:

Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah

ini disampaikan beberapa klasifikasi saja.

1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model

perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti

purpose.

2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi,

model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang

kesehatan, dan sebagainya.


3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan

nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.

4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.

5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik,

model non konflik, dan sebagainya.

6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika

perlu digunakan; lain-lain.

7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model

global, model keseluruhan, dan lain-lain.

8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah

direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu

dibicarakan juga.

Klarifikasi model pengambilan keputusan menurut beberapa ahli :

a. Quade membedakan model ke dalam dua tipe:

1. Model kuantitatif

Model kuantitatif adalah serangkaian asumsi yang tepat yang

dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat

berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi

computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri

pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan


kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa

menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata

(praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.

2. Model kualitatif

didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika

dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan

melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan

dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau

masalah yang pemecahannya dibuatkan model.

b. Gullet dan Hicks klasifikasi model pengambilan keputusan:

1. Model Probabilitas

Umumnya model-model keputusannya merupakan konsep

probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept

of probability and expected value). Adapun yang dimaksud dengan

probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa

tertentu (the chance of particular event occuring).

Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi

statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi

atau melalui sampel dari populasi tersebut.


Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam

organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang

diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi

terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan

tingkatan pendapatan masyarakat, lain sebagainya.

2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)

Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan

diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah

diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai

yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan

kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional.

Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa

yang diharapkan masih diragukan.

3. Model Matriks

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and

excpected value), ada juga model lainnya. Model lainnya adalah model

matriks (the payoff matrix model). Model matriks merupakan model khusus

yang menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang

diharapkan.

Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly

convenient method of displaying and summarizing the expected value

alternative strategics.
Model matriks terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row)

bentuknya menjajar , sedangkan Lajur (Coloum) bentuknya menegak

(vertical) .

4. Model Pohon Keputusan (Decision Tree Model)

Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu

proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam

komponen-komponen, kemudian dibuatkannya alternatif-alternatif

pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.

Pohon keputusan dipergunakan untuk memecahkan masalah-

masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Welch and

Comer memberikan definisi sebagai berikut : The decision tree is a

simple diagram showing the possible consequences of alternative decision.

The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs for each

combination, and the probabilitie of each event.

Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni :

1. Simpul Keputusan,

2. Simpul Kesempatan,

3. Hasil dari kombinasi, dan

4. Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi.

Diagram pohon ini salah satu lanngkah yang diperlukan dalam

pengambilan rancangan bangun proyek


Adapun langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:

a. Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang

ada secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya

harus dipecahkan melalui diagram keputusan.

b. Masalah utama iitu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.

c. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam

masalah yang lebih kecil.

5. Model kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)

Kurva berbentuk garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut

mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.

Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :

a. Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang ngatif

menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti dengan

komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang

tetap sama.

b. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka

keduanya tidak akan saling berpootngan

c. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik

melalui setiap titik sehingga membentuk gari kurva.

d. Kurva indiferen dibutuhkan bagi pengorbanaan tertentu untuk

mendapatkan kepuasan yang optimal.


6. Model Simulasi Komputer

Pengambilan keputusan siperlukan rancangan bangun (design) yang

biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa yang

dilakukan organisasi.

c. Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis kebijakan

pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.

1. Model Matematika

menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori

jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan

kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan

sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer

merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat

dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang

sesungguhnya.

3. Model Permainan Operasional

Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil

keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang

menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-


perangan (war games),video memberikan informasi dan menyajikan

masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan

macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan

menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video

games tersebut.

4. Model verbal

Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan

analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian

dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan

mengambil keputusan yang nonkuantitatif.

Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau

menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi

yang memiliki 4 ciri,sebagai berikut.

1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat

tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh

anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi

masalah administratif substansial.

2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat

menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada

organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada

pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung

pada prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang

dibuat oleh organisasi tersebut.

4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam

pasaran. Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak

langsung juga ikut menentukan pasaran hasil

organisasinya/perusahaannya.

Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern

(lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap

berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan

pertimbangan.

5. Model fisik

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak

begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka

pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan

misalnya berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan

yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam

program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-

bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah
berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya.

Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur

daripada policy maker.


BAB III

PENUTUP

3.1 SARAN

Untuk mengambil suatu keputusan sebaiknya kita memperhatikaan

berbagai model pengambilan keputusan terlebih dahulu agar pengambilan

keputusan kita itu bisa lebih baik.

3.2 KESIMPULAN

Pengambilan keputusan itu dapat di lakukan dengan sederhana,

tetapi dapat juga tidak sederhana sehingga memerlukan model, model

pengambilan keputusan yang canggih. Apakah pengambilan keputusan itu

membutuhkan rasio, emosi, bahkan kadang-kadang dibutuhkan sesuatu yang

rasional. Pengartian rasional disni mengacu pada prinsip efisiensi. Jika ada

tekanan dari kelompok organisasi dan motivasi yang bersifat pribadi dari

pimpinan akan berakibat keputusannya kurang objektif, sehingga tidak menjadi

keputusan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai