Anda di halaman 1dari 7

ESTETIKA BARAT

Disusun Oleh :
Yolanda Wahyu Widyastuti

C9516073

D3 DKV 2016

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2.2 Tiga Filsuf yang Meletakan Fundamen Estetika
2.2.1 Socrates
Socrates (Yunani: , Scrats) (469 SM - 399 SM)
adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi
filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat
besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato
pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah
meninggalkan karya tulisan apapun sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates
berasal dari tulisan muridnya, Plato.

Riwayat Hidup
Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung
dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai
seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan
nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak
pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates
pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa
lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog
yang ditulis oleh Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai
tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan
gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga
kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini
pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang
kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari
Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia
datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia
ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut
sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran
seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi
panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-
orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal
melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar
satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak
bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka
tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Socrates karena
setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat
ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang
nantinya akan berujung pada kematian Socrates melalui peradilan dengan tuduhan merusak
generasi muda. Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa dengan gampang dipatahkan melalui
pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat
pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racunsebagaimana keputusan yang
diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220
menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan
bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang
telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut
digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan
peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di
samping peradilan Yesus Kristus.

Filosofi
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat
dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran
pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi
para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga
dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah
sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini
menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.

Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode
penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji
konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau
filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.

2.2.2 Plato

Plato (bahasa Yunani: ) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah
seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri
dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah
murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru
dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani
atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan
"ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang
di gua. Ciceromengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
Ciri-ciri karya Plato:
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan
kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.[2]
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.[2] Dalam Surat VII, Plato
berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf
yang membisu.[2] Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang
paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.[2]
Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya
yang abstrak dan adiduniawi.
Verhaak menggolongkan tulisan Platon ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya
ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-
mite dan berbentuk dialog.

Pandangan Plato tentang Ide, Dunia Ide dan Dunia Inderawi

a. Ide-ide
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide. Pandangan Plato
terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Ide yang dimaksud
oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern
berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut
Plato ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia,
melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari
realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar
pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang
dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan
ide genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide
tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang indah. Idea ini melampaui segala ide yang ada.

b. Dunia Iderawi
Dunia inderawi adalah dunia hitam yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret,
yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau
bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia inderawi ini. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

c. Dunia Ide
Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada
perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea yang bagus,
yang indah. Di dunia ide semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada
barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil
buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan


a. Pandangan Plato tentang Karya Seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang
ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato
memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato,
karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari
yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan
lebih indah daripada yang nyata ini.
b. Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia
indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya
terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan,
baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di
dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang
lebih rendah.
2.2.3 Aristoteles

Aristoteles (bahasa Yunani: A Aristotls), (384 SM 322 SM) adalah


seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang
berbagai subyek yang berbeda,
termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika,politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoolo
gi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf
yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.

Riwayat Hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya
termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja
Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan
akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.
Saat Alexander berkuasa pada tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan
dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi
nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya
Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas
sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian
tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih
belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian
ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya
tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling
penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu
Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan
pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju
satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai
penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian
disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap
berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah
silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua
kebenaran yang telah ada.[butuh rujukan] Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor)
Sokrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan
dari bentuk demokrasi danmonarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang
sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi
tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik,
dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam
buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut
Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut
Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan
hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang
dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang
dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud
itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian
sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang
konkrit.

Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih
merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-
teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena
teori-teori tersebut dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada
umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan
pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat
dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan
teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi
oleh Maimonides (1135 1204), dan dengan teologi Islam olehIbnu Rusyid (1126 1198). Bagi
manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif
terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan
oleh Dante Alighieri

Anda mungkin juga menyukai