Anda di halaman 1dari 5

LEUKEMIA

A. Pengertian
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliperasi abnormal dari sel-sel
hemotopeitik (Silvia, 2006 dalam Wijaya, 2013).
Leukemia adalah proliperasi sel leukosit yang abnormal, ganas sering disertai bentuk leukosit
yang lain dari normal, jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia,
dan diakhiri dengan kematian (Suparman, 2005 dalam Wijaya, 2013).
Leukemia adalah produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang
menjurus pada kanker sel mielogenosa atau sel limfogenosa (Guyton, 1997 dikutip dari
Wijaya 2013).
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai adanya akumulasi leukosit ganas dalam
sum-sum tulang dan darah (Hoffbrand, 2005 dikutip dari Wijaya 2013).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopoetik (Virchow, 1847 dalam Wijaya 2013).
B. Epidemiologi
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara ke negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara
diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000
anak dibawah 15 tahun. Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada
anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82% dan Leukemia
Mieloblastik (LMA) 18%. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA
15% dan LMA 85%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak.
Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang
LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi kejadiannyameningkat dengan bertambahnya
usia. Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15 (Wijaya, 2013).
Insidensi LLA adalah 1/60.000 orang pertahun, dengan 75% pasien berusia kurang dari 15
tahun. Insidensi puncaknya usia 3-5 tahun. LLA lebih banyak ditemukan pada pria daripada
perempuan (Sudoyo, 2009).
C. Etiologi dan Klasifikasi (Wijaya, 2013)
1. Etiologi
Etiologi sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan besar disebabkan oleh virus
(Virus onkogenik). Namun faktor lain yang turut berperan adalah :
a. Faktor Eksogen
Efek dari penyinaran seperti : sinar X, sinar radioaktif
Hormon, bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat)
Infeksi (virus dan bakteri)
b. Faktor Endogen
Faktor ras (orang yahudi)
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (Aberasi kromosom) pada sindrom down
Herediter : kasus leukimia pada kakak beradik/ kembar satu telur, angka kejadian
pada anak lebih tinggi sesuai dengan usia maternal.
Genetik : virus tertentu mygx perubahan struktur gen (T.cell leukimia-lymphoma
virus/ HTLV).
2. Klasifikasi
a. Leukemia Mieloblastik
1.) Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
Angka kejadian 80% leukimia akut pada orang dewasa. Permulaannya mendadak
atau progresif dalam masa 1-6 bulan, jika tidak diobati, kematian kira-kira 3-6
bulan. Insiden pada pria dan wanita 3:2.
2.) Leukemia Mieloblastik Kronik (LMK)
Paling sering terjadi pada usia pertengahan (orang dewasa) umur 20-60 tahun,
puncak kejadian pada umur 40 tahun, dapat juga terjadi pada anak-anak (Sylvia,
2006). Leukimia mieloblastik dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda
yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh,
sehingga sel darah putih diproduksi diberbagai organ ekstramedular terutama di
nodus limfe, limpa dan hati.
b. Leukemia Limfoblastik
1.) Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Merupakan kanker darah yang paling sering menyerang anak-anak berumur
dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun, insiden pada
pria dan wanita 5 : 4.
2.) Leukemia Limfoblastik Kronik (LMK)
Merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada kelompok
umur tua ( 60 tahun), pada pria dan wanita angka kejadian 2 : 1.

Walaupun penyebab dasarnya tidak diketahui, predisposisi genetik maupun faktor-faktor


lingkungan keliatannya memainkan peranan. Jarang ditemukan leukemia familial, tetapi
keliatannya terdapat insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20 % pada kembar monozigot (identik).
Individu dengan kelainan kromosom, seperti sindrom Down, keliatannya mempunyai insiden
leukemia akut dua pulauh kali lipat (Sylvia, 2006).
D. Manifestasi Klinik (Wijaya, 2013)
1. Gejala yang khas adalah pucat, panas dan perdarahan (perdarahan dan anemia adalah
manifestasi utama).
2. Limfadenopati dan hepatosplenomegali
Hal ini disebabkan karena ekstramedular juga terlibat (sel kanker menyebar ke seluruh
hingga limfe, hati, dan limpa menaikkan produksi sel darah putih).
3. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah-tasfirkan
sebagai penyakit reumatik.
4. Gangguan pada sistem saraf pusat
Dapat terjadi sakit kepala, muntah, kejang dan gangguan penglihatan.
5. Gejala lain
Leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada
leukimia serebral.
Perdarahan pada leukemia dapat berupa ekimosis, petekie, perdarahan gastrointestinal.
Manifestasi klinis yang dapat dilihat atau dilaporkan klien atau keluarga secara langsung :
1.) Pilek tidak sembuh-sembuh
2.) Pusat, lesu, mudah terstimulasi
3.) Demam, anorexia
4.) Berat badan menurun
5.) Ptecie, memar tanpa sebab
6.) Nyeri pada tulang / persendian
7.) Nyeri abdomen (Brunner dan Suddarth, 2005)
E. Patofisiologi / Penyimpangan KDM (Wijaya, 2013)
Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur
antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia
jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia itu (hospes). Bila struktur
antigen virus tidak sesuai dengan struktur antigen individu, maka virus tersebut akan ditolak,
seperti pada penolakan terhadap benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh
struktur antigen dari berbagai alat, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak
dipermukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan) atau HL-A (Human Leucocyte Locus
A).
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu akan menimbulkan
anemia dan trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
SSP. Gangguan nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang dan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan menyebabkan terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodur
limfe dan nyeri persedian (Silvia, 2006).
F. Pemeriksaan Penunjang (Wijaya, 2013)
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat berdasarkan kelainan sumsum tulang yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis yang dapat menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya
sel blast. Terdapatnya leukosit yang imatur.
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.
c. Sumsum tulang
Hanya terdiri dari sek limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder).
Aspirasi sumsum tulang = hiperseluler terutama banyak terdapat sel mudah.
2. Pemeriksaan lain
a. Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa
akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell.
b. Lumbal puksi
Untuk mengetahui apakah SSP terinfiltrasi yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah
sel patologis dan protein. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remis atau pada keadaan kambuh.
c. Sitogenik
Pemeriksaan pada kromosom baik jumlah maupun morfologisnya (Doenges, 2000).
G. Penatalaksanaan Medis (Wijaya, 2013)
1. Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar hb < 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit, jika ada tanda DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation) dapat diberi heparin.
2. Kortikosteroid
(Prednison, kortison) deksametason dsb. Setelah dicapai remisi dons dikurangi sedikit
demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan predison. Efek ;
alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder (kandidiasit).
4. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan jika telah tercapai remisi
dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106).
H. Prognosis / Komplikasi (Wijaya, 2013)
1. Sepsis
2. Perdarahan
3. Gagal organ
4. Iron Deficiency Anemia (IDA)
5. Kematian

Anda mungkin juga menyukai