Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA RADIASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARKADIUS ABAN

NIM : 011400371

TEMAN KERJA : GEA FITRIA

MUHAMMAD SUKRON F. H

RIZKY DIAN FITRIANTO

KELOMPOK : 1

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA : DOSIMETRI FRICKE

PEMBIMBING : KARTINI MEGASARI,S.ST,.M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2016
DOSIMETER FRICKE

I. TUJUAN
Mengetahui prinsip dosimetri kimia ( Fricke ) untuk menentukan dosis serap radiasi.

II. DASAR TEORI


Dosimetri kimia didasarkan pada penentuan dosis dari perubahan kimia yang dihasilkan
dlm medium yang diiradiasi, karena perubahan kimia dihubungkan dengan energi yang
diserap dalam medium yang dipapari radiasi pengion.
Dosimetri kimia adalah suatu zat kimia yang memberikan tanggapan yang dapat diukur
berdasarkan perubahan kimia apabila zat tersebut diiradiasi. Salah satu dosimetri kimia
yang banyak dipakai adalah dosimetri Fricke. Dosimeter radiasi adalah suatu metode
pengkuran kuantitas energi radiasi baik yang berupa gelombang elektromagnet maupun
berupa arus partikel bermuatan yang dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris
tertentu atau yang diserap oleh materi yang teradiasi. Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu
ini disebut Laju Dosis Radiasi.
Penentuan dosis radiasi mempunyai peranan yang penting dalam proses radiasi. Hal ini
disebabkan oleh jumlah dosis radiasi yang diterima oleh materi yang disinari dengan sinar
radioaktif itu sangat menentukan jenis perubahan struktur yang terjadi pada materi itu.
Suatu iradiator pada waktu waktu tertentu laju dosisinya perlu ditentukan, agar
diperoleh data yang tepat tentang penerimaan dosis oleh materi yang disinari dengan iradiator
tersebut. Suatu iradiator yang sumber radiasinya suatu radionuklida yang telah ditentukan laju
dosisnya, maka untuk selanjutnya laju dosis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

Dengan
= laju dosis yang ingin diketahui
= laju dosis yang pernah ditentukan
= tetapan pelurhan radionuklida yang dipakai sebagai sumber iradiasi
t = selang waktu antara penetapan dan .

1
Persamaan diatas hanya berlaku untuk sumber iradiasi yang berupa titik sumber
iradiasi homogen. Dalam praktek sumber iradiator itu biasanya berupa batang batang, jadi
sukar untuk dikatakan homogen. Suatu efek kimia suatu senyawa yang disebabkan oleh
radiasi dapat digunakan sebagai pengukur dosis atau laju dosis radiasi tersebut. Dengan
demikian proses kimia itu disebut dosimetri kima. Ada bermacam macam dosimetri kimia,
misalnya : dosimetri Fricke yang menggunakan peristiwa reaksi redoks ion Fe (II) menjadi
ion Fe (III) akibatan interaksi solut Fe (II) dalam sistem larutan air.
Dosimeter fricke pada prinsipnya adalah suatu bahan atau zat yang dapat memberi
tanggapan yang dapat diukur jika bahan atau zat tersebut dikenai radiasi nuklir. Tanggapan di
atas berhubungan langsung dengan tenaga yang diserap oleh bahan atau zat itu, seperti halnya
pada kalorimeter. Dosimeter berbasis kalorimeter disebut dosimeter primer, sedangkan yang
termasuk dosimeter sekunder salah satu diantaranya adalah dosimeter Fricke, karena
tanggapan yang diberikan apabila mendapat radiasi nuklir berupa reaksi kimia. Contohnya ion
fero menjadi ion feri. Jumlah ion fero yang dioksidasi ini sebanding dengan dosis radiasi yang
diabsorpsi oleh larutan dosimeter itu.
Akibat terjadinya proses ionisasi primer, sekunder maupun ionisasi tersier, maka
kerusakan molekul air di dalam sel akan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Kira
kira dalam orde 10-6detik, ion ion terbentuk akan bereaksi dengan molekul molekul air
yang belum terionisasikan. Reaksi ini akan menghasilkan produk produk baru yang
reaksinya antara lain :
H2O+ H+ + OH*
H2O + e- H2O
H2O OH- + H*
Selain terbentuk ion ion baru, pada proses kimia fisika ini terbentuk juga radikal
bebas yaitu OH* dan H*. Radikal bebas secara elektrokimia tidak bermuatan listrik, akan
tetapi radikal bebas sangat reaktif sehingga mudah bereaksi. Radikal bebas OH* dan OH*
akan saling bereaksi membentuk :
OH* + OH* H2O2
H2O2 adalah peroksida yang bersifat oksidator kuat sehingga akan mudah menyerang molekul
lain. Pengukuran laju dosis radiasi dari suatu iradiator gamma atau elektron beam
menggunakan dosimetri Fricke dapat ditentukan rumus pada persamaan:

2
( )
D= rad/jam
( )

dimana,
D = laju dosis yang dicari dalam rad/jam
DOa = densitas optik ion Fe(III) setelah sel Fricke diiradiasi
DOs = densitas optik ion Fe(III) sebelum sel Fricke diiradiasi, dan
= koefisien ekstinksi molar pada suhu 25oC untuk ion Fe(III) atau dosimeter
Fricke setelah diiradiasi dalam liter/mol.cm.
pada grafik densitas optik Vs konsentrasi ion Fe(III), harga adalah tangen kurva kalibrasi itu
;
= berat jenis dosimeter Fricke dalam gram/mL;
d = Tebal larutan, yaitu diameter sel Fricke;
G(Fe3+) = jumlah molekul, radikal atau ion Fe2+ yang berubah menjadi ion
Fe3+
Untuk setiap absorpsi tenaga radiasi 100 eV. Harga G untuk Fe(III) =
15,6 untuk larutan feri yang jenuh udara.
NA = Bilangan Avogadro = 6,023 x 1023molekul/mol,
1 eV = 1,602 x 10-12 erg
1 rad = 100 erg/gram
Larutan standard yang digunakan adalah 1mM FeSO4 dalam 0,8N H2SO4. Ketika
diiradiasi Fe (II) akan berubah menjadi Fe (III). Larutan Fe(III) dapat diidentifikasi
warnanya dengan larutan Ortho Penantroline. Analisis dapat dilakukan dengan
spektrofotometer UV-Vis atau dengan titrasi. Pengamatan respon kolorimetri atau daerah
kerja untuk dosimeter Fricke ini cukup linier sampai pada dosis 400Gray. Oksidasi akan
mencapai maksimum pada dosis 700Gray.

Reaksi-reaksi yang terjadi pada dosimeter fricke adalag sebagai berikut:


H + O2 HO2
HO2 + Fe2+ HO2- + Fe3+
HO2- + H+ H2O2
OH + Fe2+ OH- + Fe3+
H2O2 + Fe2+ OH- + Fe3+ + OH
3
Bila tidak ada oksigen
H + H2O OH + H2
Setiap H akan menghasilkan 3 Fe3+, setiap H2O2 akan menghasilkan 2Fe3+, dan setiap HO
akan menghasilkan 1Fe3+. Jadi ketika ada oksigen, reaksi keseluruhan adalah:
G(Fe3+) = 2G(H2O2) + 3G(H) + G(OH)
Selain untuk mengukur dosis dan laju dosis, dosimeter Fricke diaplikasikan untuk
mempelajari efek scavenger. Misalnya untuk menguji daya kompetisis scavenger dan
mendemontrasikan bahwa tidak akan ada energi deposisi dalam spesi-spesi yang
ditangkap scavenger.
Penentuan kadar besi(II) dapat ditentukan dengan cara titrasi konvensional atau
spektrofotometri. Bila ditentukan dengan spektrofotometri, perlu diperhatikan beberapa hal
yang terkait dengan pembentukan kompleks besi(II) dengan senyawa pengkompleks.
Misalnya bila ditentukan dengan senyawa 1,10-fenantrolina.
Besi (II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga-merah
[(C12H8N2)3Fe]2+ intensitas warnanya tak bergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9,
dan stabil untuk waktu yang lama. Besi (III) dapat direduksi dengan hidroksilamonium
klorida atau dengan hidrokuinon. Kebebradaan ion logam perak, bismut, tembaga, nikel dan
kobalt akan menganggu penentuan, demikian juga anion- anion juga perklorat, sianida,
molibdat dan tungstat. Kompleks besi-fenantrolina seperti perklorat dapat diekstrak dengan
nitrobenzena dan diukur pada 515 nm terhadapblanko regensia. Baik besi (II) maupun besi
(III) dapat ditetapkan secara spektrometri : kompleks besi (II)- fenantrolina mempunyai warna
jingga-kemerahan menyerap pada 515 nm. Kompleks besi (II) maupun kompleks besi (III)
yang berwarna kuning mempunyai absorpsi identik pada 396 nm, dengan absorbans yang
aditif. Larutan yang sedikit bersifat asam oleh asam sulfat.
Bila ingin menentukan konsentrasi besi (III), dapat pula dilakukan dengan
menggunakan metode tiosianat. Besi (III) bereaksi dengan tiosianat untuk menghasilkan
sederet senyawa berwarna merah tua, yang tetap dalam larutan sejati: Besi (II) tak bereaksi.
Bergantung pada konsentrasi tiosianat, dapat diperoleh sederet kompleks, kompleks ini
berwarna merah dan dapat dirumuskan sebagai [Fe(SCN)n]3-n, dengan n= 1,...6. Pada
konsentrasi tiosianat yang rendah spesi berwarna yang melipah adalah adalah
[Fe(SCN)]2+ (Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]2+), pada konsentrasi tiosianat 0,1 M sebagai besar

4
adalah [Fe(SCN)2]+, dan pada konsetrasi tiosianat yang sangat tinggi, rumusnya adalah
[Fe(SCN)6]3-. Dalam penetapan kolorimetri haruslah digunakan tiosianat yang sangat
berlebih, karena kelebihan ini akan meningkatkan intensitas dan juga kemantapan warna.
Asam-asam kuat (asam klorida ataupun asam nitrat-konsentrasi 0,05-0,5 M) harus hadir
untuk menekan hidrolisis :
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
Asam sulfat tidak disarankan karena ion sulfat mempunyai kecenderungan untuk membentuk
kompleks dengan ion besi (III). Perak, tembaga, nikel, kobalt, titanium, uranium,
molibdenum, merkurium (>1 g dm-3), zink, kadmium dan bismut mengganggu. Garam
merkurium (I) dan timah (II), jika ada, hendaknya diubah menjadi garam merkurium (II) dan
timah (IV), kalau tidak warna merah akan rusak. Fosfat, arsenat, fluorida, oksalat, dan
tatrat menganggu, karena ion-ion ini membentuk kompleks yang cukup stabil dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Bila terdapat zat-zat pengganggu dengan jumlah besar,
larutan besi (III) dapat diekstrak dengan dietil murni yang diambil bagian lapisan organiknya.
Penentuan perubahan Fe(II) menjadi Fe(III) dapat juga dilakukan dengan titrasi
dikrometeri. Laju dosis ditentukan dengan cara menghitung jumlah atom Fe(II) yang berubah
dibagi densitas sel dosimeter dan G-value Fe(III) dan dikali dengan 1,602 x 10-12 erg.

5
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Mesin berkas electron
b. Mesin Iradiator
c. Spektrofotometer UV-Vis
d. Alat Gelas
e. Neraca Analitik
Bahan :
a. (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
b. H2SO4 0,8 N
c. Aquadest
d. Asam nitrat
e. Ortho penantroline

IV. LANGKAH KERJA


1. Preparasi Sampel
a. Larutan sampel FeSO4 1Mm dibuat dengan cara melarutkan 0,0980 gram
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O kedalam H2SO4 0,8 N kemudian ditandabataskan hingga
500Ml.
b. Larutan sampel dibagi kedalam 2 gelas plastik (sampel tidak diiradiasi dan sampeL
diiradiasi, Kemudian dicari massa jenisnya.
2. Irradiasi Sampel dan Penentuan Dosis Radiasi
a. Larutan sampel disiapkan ke dalam wadah kaca dan diberi label untuk radiasi MBE
dan sampel dimasukkan kedalam botol plastik yang telah diberi label untuk radiasi di
iradiator.
b. Sampel diirradiasi dengan dosis irradiasi sebesar 110 kGy dalam 3 menit di fasilitas
MBE PSTA dan dosis sebesar 50 kGy di fasilitas IRKA PAIR
3. Analisis Cuplikan Hasil Irradiasi dengan Metode Tiosianat
a. Penentuan Konsentrasi Fe(III) Metode Tiosianat
b. Buat larutan standar Fe(III) dengan konsentrasi antara 30 sampai 150 ppm.
Tambahkan reagen KSCN

6
c. Ambil volume tertentu larutan cuplikan dosimetri Fricke yang telah diiradiasi dan
yang tidak diiradiasi. Tambahkan larutan KSCN.
d. Setiap larutan ditentukan serapannya pada panjang gelombang maksimum 545 nm.
e. Hitung konsentrasi Fe (III).
f. Hitung laju dosis fasilitas yang Anda ukur.

V. DATA PENGAMATAN
V.1. Rapat Optik
Absorbansi Absorbansi
No. Zat
sebelum setelah
1 Fricke (PAIR) 1,1721 1,5242 442
2 Fricke (MBE) -0,2623 2,5565 453

V.2. Data Standar


No. Konsentrasi Absorbansi
1. 0,0000 -0,001
2. 15,000 0,113
3. 50.000 0,586
4. 80,000 1,026
5. 100,00 1,327
6. 200,00 2,333

V.3. Densitas
MBE
Larutan Sebelum Iradiasi
1. M pikno = 10,2677 g
2. M pikno + aquadest = 15,4692 g
3. M pikno + fricke sebelum diiradiasi (MBE) = 15,7574 g
Larutan Sesudah Iradiasi

7
1. M cawan petri = 31,9131 g
2. M cawan petri + fricke sesudah ( MBE ) = 41,6096 g
IRADIATOR GAMMA (PAIR)
3. M pikno + fricke setelah diiradiasi (PAIR) = 21,9671 g
4. M pikno + fricke sebelum diiradiasi (PAIR) = 22, 2321 g
5. M pikno + fricke setelah diiradiasi (PAIR) =22,1682 g

Dosis CTA MBE = 110,2 kGy dalam 3 menit


Dosis CTA iradiator PAIR = 50 kGy dalam 10 jam
T air = 27 oC
Densitas aquadest pada 27 oC = 0,99654g/mL

VI. PENGOLAHAN DATA


Pembuatan Larutan Sampel
Massa =

( ) ( )
( ) ( )

Perhitungan Densitas:

( ) ( )

8
Dengan persamaan di atas maka densitas larutan dapat dihitung dengan hasil sebagai
berikut:
Larutan Densitas (gr/cm3)
aquadest ( 27 C) 0.99654
Larutan fricke sebelum iradiasi (MBE) 1,0554
Larutan fricke setelah iradiasi (MBE) 1,0770
Larutan fricke sebelum iradiasi (PAIR) 1,0551
Larutan fricke setelah iradiasi (PAIR) 1,0481
Perhitungan Dosis Radiasi
MBE

Sampel

Photometric 442,0 nm

Sampel ABS

Sebelum Iradiasi -0,2623

Sesudah Iradiasi 2,5565

Deret Standar

Photometric 442,0 nm

Sampel ABS

Blanko -0,001

Konsentrasi 15 ppm 0,113

Konsentrasi 50 ppm 0,586

Konsentrasi 80 ppm 1,026

Konsentrasi 100 ppm 1,327

Konsentrasi 200 ppm 2,333

9
Dari deret standar dihasilkan grafik hubungan antara Konsentrasi vs Absorbansi

Grafik Hubungan Konsentrasi vs


Absorbansi
3
2,5
2
Absorbansi

1,5
1 y = 0,120x + 0,005
R = 0,9922
0,5
0
-0,5 0 5 10 15 20 25
Konsentarsi (ppm)

Persamaan :

y = 0,120x+0,005

Dari grafik dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

y = 0,120x+0,005
0,023 = 0,120x+0,005
x = (0,023-0,005)/0,120
= 0,1500 ppm (Absorbansi sebelum iradiasi)

y = 0,120x+0,005

0,315 = 0,120x + 0,005

X = 2,5 ppm (Absorbansi setelah iradiasi)

Sehingga :

konsentrasi = (konsentrasi setelah iradiasi) (konsentrasi sebelum iradiasi)

= (2,5 ppm) (0,1500 ppm)

10
= 2,35 ppm

Jumlah spesi yang berubah :

Mol

= 4,19 x 10-5 mol/L

G value untuk Fe(III) di udara = 15,6

Dosis = = x

= 1,5034 x 1017

= 1,5034 x 1017 x 1,602 x 10-12 x

= 2408,5 rad

Karena 1 gray = 100 rad, sehinga :

2408,5 rad x = 24,08 gray = 0,02408 kGy

Laju dosis radiasi = 0,02408 kGy/3 menit = 0,00802 kGy/menit

Dosis yang digunakan pada saat paktikum 102,94 kGy.

11
%Kesalahan = x 100%

= x 100%

= 99,97 %

PAIR
Pada absorbansi (A) sebelum iradiasi = 1,172 sehingga konsentrasi sebelum iradiasi
adalah sebagai berikut :
y = 0,120x+0,005
1,172 = 0,120x+0,005
x = (1,172-0,005)/0,120
= 9,7250 ppm
Pada absorbansi (A) setelah iradiasi = 1,524 sehingga konsentrasi setelah iradiasi
adalah sebagai berikut :
y = 0,120x+0,005
1,524 = 0,120x+0,005
x = (1,524-0,005)/0,120
= 12,6583 ppm
Sehingga :

konsentrasi = (konsentrasi setelah iradiasi) (konsentrasi sebelum iradiasi)

= (12,6583 ppm) (9,7250 ppm)

= 2,9333 ppm

Jumlah spesi yang berubah :

Mol

= 5,2380 x 10-5 mol/L

12
G value untuk Fe(III) di udara = 15,6

Dosis = = x

= 1,9797 x 1017

= 1,9797 x 1017 x 1,602 x 10-12 x

= 3171,4794 rad

Karena 1 gray = 100 rad, sehinga :

3171,4794 rad x = 31,7148 gray = 0,0317 kGy

Laju dosis radiasi = 0,0317 kGy/10 jam = 0,00317 kGy/jam

Dosis yang digunakan pada saat paktikum 50 kGy dan laju dosis sebesar 5
kGy/jam.

%Kesalahan = x 100%

= x 100%

= 99,94 %

13
VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dosis yang diterima larutan fricke yang
dipancarkan oleh iradiator gamma maupun MBE. Sama halnya dengan dosimetri ceri-cero
pengukuran dosis dosimetri fricke didasarkan pada perubahan kimia larutan fricke. Perubahan
ini ditandai dengan meningkatnya absrobansi dari larutan fricke setelah diiradiasi. Ha ini
menunjukkan adanya perubahan dari Fe2+ menjadi Fe3+. Jumlah Fe3+ yang teroksidasi akan
semakin besar seiring dengan bertambahnya dosis radiasi. Larutan Fe2+ merupakan larutan
yang sangat gampang teroksidasi sehingga perlu perlakuan khusus agar tak terkena sinar
matahari. Oleh sebab itu bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan haruslah bahan
yang stabil yaitu garam mohr.
Berdasarkan pecobaan yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa absorbansi
meningkat setelah dilakukan iradiasi. Untuk MBE absorbansi naik dari -0,2623 menjadi
2,5565 sedangkan untuk iradiator gamma absorbansi naik dari 1,1721 menjadi 1,5242.
Kenaikan ini menunjukan bahwa adanya perubahan yang merupakan oksidasi Fe2+ menjadi

Fe3+. Ketika larutan diirradiasi, maka terjadilah proses ionisasi air menghasilkan produk
utama (e- , H2O.+ , H2O*), yang akan merusak molekul air di dalam sel dalam waktu yang
sangat singkat. Selain terbentuk ion-ion, juga terbentuk produk-produk baru yang sangat
reaktif (radikal bebas). Radikal bebas inilah yang akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ .
H. + O2 HO2.
HO2. + Fe2+ HO2- + Fe3+
OH.+ Fe2+ OH-+ Fe3+
OH. + OH. H2O2 dan HO2- + H+ H2O2
H2O2+ Fe2+ OH-+ Fe3+ + OH.
Spesies-spesies OH., HO2., dan H2O2 semuanya bersifat oksidator, sehingga dapat
mengoksidasi ion fero (Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+).

Analisis absorbansi menggunakan UV-Vis pada larutan Fricke dilakukan untuk


menentukan jumlah spesi yang berubah seiring berubahnya konsentrasi. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan besarnya dosis yang diserap oleh fricke MBE
adalah 0,0208 kGy sedangkan dosis yang terbaca pada CTA yang diharapkan terukur pula

14
pada fricke adalah sebesar 102,94 kGy. Dan persentase kesalahannya adalah sebesar 99,97%.
Sedangkan untuk Iradiator gamma PAIR dosis yang diterima oleh dosimeter fricke adalah
sebesar 0,0317 kGy. Sedangkan dosis yang dipakai adalah 50 kGy, sehingga kesalahan yang
terjadi adalah sebesar 99,94%. Nilai dosis terukur dari fricke pada percobaan ini sangat kecil
kemungkinan larutan teoksidasi sebelum diiradiasi. Sehingga tak banyak lagi Fe2+ yang akan
dioksidasi menjadi Fe3+. Karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai akan menyebabkan
kerusakan Fe2+. Kondisi sampel fricke saat diiradiasi juga berpengaruh terhadap dosis yang
diterimanya. Pada MBE kemungkinan terjadinya hamburan elektron sangat besar karena
iradiasi sampel dilakukan bersamaan dengan ukuran wadah yang berbeda-beda, elektron yang
jatuh menuju sampel akan mengenai sampel lain yang berdekatan sehingga menyebabkan
hamburan elektron dan menyebabkan tidak meratanya dosis yang diterima oleh fricke.
Sedangkan untuk iradiator gamma, sinar gamma yaang dipancarkan pada sampel fricke
kemungkinan akan mengalami interaksi terlebih dahulu dan akan mengakibatkan dosis yang
diterima oleh fricke menjad berkurang tak sesuai dengan dosis yang di setting.

VIII. KESIMPULAN
1. Prinsip dosimeter fricke adalah oksidasi ion Fe2+ menjadi Fe3+ karena radaisi. Jumlah Fe2+
yang berubah menjadi Fe3+ akan sebanding dengan dosis serap.
2. Dari hasil perhitungan, didapatkan besar dosis serap untuk MBE adalah 0,02408 Kgy
dengan persentase kesalahan 99,97 %.

3. Dari hasil analisis dan perhitungan, didapatkan dosis serao untuk iradiasi menggunakan
iradiator gamma sebesar 0,0317 Kgy dengan persentase kesalahan 99,94 %.
4. Jika dibandingkan antara fasilitas MBE dengan iradiator, efisiensi iradiator lebih baik dari
pada mesin berkas elektron yang dapat dilihat dari % kesalahan yang terhitung.

IX. DAFTAR PUSTAKA


NN. 2015. Diakses dari http://www.distrodoc.com/5198-dosimeter-fricke pada tanggal 16
Desember 2015.
Christina, Maria dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, Dan Contoh
Aplikasinya. Yogyakarta: STTN-BATAN

15
Yogyakarta, 01 Januari 2016
Pembimbing, Praktikan,

Kartini Megasari SST., M.Eng Arkadius Aban

16

Anda mungkin juga menyukai