Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

KANKER PARU

Oleh:
ARIS ADI PURNOMO
1113103000076

Pembimbing:
dr. Linda Nurdewati, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI


RSUP FATMAWATI
PROGRAM STUDI KEDOKTERANAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan ungkapan rasa syukur yang tulus saya panjatkan kepada
Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
referat dalam Kepaniteraan Klinik Paru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di RSUP Fatmawati.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi agung
kita kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada para pengajar, fasilitator, dan narasumber SMF Pulmonologi Klinik RSUP
Fatmawati khususnya dr. Linda Nurdeawati, Sp.P selaku pembimbing dalam
referat ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan referat ini, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaannya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di
Kepaniteraan Klinik.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta,17 Januari 2017

Aris Adi Purnomo


BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh


dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang.
Diantara penyebab terbesar kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker yaitu
kanker paru, kanker hati, kanker perut, kanker kolorektal dan kanker payudara.

Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on


Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat sekitar 14.067.894
penemuan kasus kanker baru dan sekitar 8.201.575 mengalami kematian akibat
kanker di seluruh dunia. Pada penyakit kanker paru, meskipun presentase
penemuan kasus barunya lebih rendah darpada kanker kanker payudara (43,1%)
dan kanker prostat (30,7%) yaitu sebesar 23,1%, namun presentase kematian yang
diakibatkan oleh kanker paru merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 19,7%
dibandingkan dengan kanker payudara (12,9%) dan kanker hati (9,5%), yang
menempati urutan kedua dan ketiga sebagai penyabab kematian akibat penyakit
kanker.
Data GLOBOCAN tahun 2012 juga menunjukkan bahwa kanker paru
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki yaitu sekitar 30% penduduk
dunia, setelah itu dilanjutkan dengan kanker hati dan kanker perut. Sedangkan pada
wanita kanker paru menempati urutan ke-dua setelah kanker payudara yaitu sekitar
11,1 %.
Dari data diatas menunjukkan bahwa penyakit kanker paru merupakan salah
satu penyebab kematian utama didunia. Selain itu biasanya diperberat dengan
konstribusi faktor resiko berupa merokok, polusi udara, terpapar asap kendaraan
dan lain-lain. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan serius dalam mencegah
penyakit kanker paru, karena jika sudah terdiagnosis kanker paru maka akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang muncul, mulai karena masalah
finansial karena pembiayaan pengobatan, stress dan lain-lain.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KANKER PARU

1. EPIDEMIOLOGI

Seperti yang diketahui bahwa kanker paru merupakan salah satu penyebab
utama kematian utama di dunia termasuk di Indonesia.

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on


Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus
baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia, dan
kanker paru menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat
penyakit kanker dengan dengan presentase sekitar 19,7%.
Data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 juga menunjukkan bahwa penyakit
kanker paru merupakan penyumbang utama kematian pada laki-laki yaitu
sebesar 30%, lalu diikuti oleh kanker hati dan kanker perut. Sedangkan pada
perempuan, kanker paru menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
utama pada penyakit kanker yaitu sebesar 11,1% setelah kanker payudara
(12,9%).
Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 213.380 kasus kanker baru pada tahun
2007 dan sekitar 160.390 mengalami kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan data kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang insiden
kanker tertinggi pada laki-laki di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal,
prostat, hati dan nasofaring, dan merup[akan penyumbang ke-5 pada
perempuan, setelah kanker payudara, seriks, uteri, kolorektal, ovarium.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di 100 RS di Jakarta menunjukkan
bahwa kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomer 4
terbanyak kematian, namun kanker paru tetap merupakan penyebab kematian
utama pada laki-laki dan perempuan.
Data di RS Kanker Dharmais pada tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa
kanker trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada
laki-laki (13,4%) setelah kanker nasofaring/ KNF (28,94).
Data yang diperoleh dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan menunjukkan bahwa prevalensi kanker
paru meningkat >5x lipat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan sebagian
besar pasien yang datang ke RS sudah pada stadium lanjut (IIIB/IV).
Penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP persahabatan
mencapai lebih dari 1000 kasus pertahun.
Insiden kanker paru rendah pada usia di baah 40 tahun, namun meningkat
sampai dengan usia 70 tahun,. Faktor resiko utama penyebab kanker paru
adalah merokok. Secara umum, sekitar 80% kanker paru pada laki disebabkan
oleh rokok, dan 50% pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik
(genetic susceptibility), polusi udara, pajanan bahan industri (silikat, asbestos,
asap pabrik dan lain-lain)

2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


A. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru. Sekitar 80% kanker
paru pada laki disebabkan oleh rokok, dan 50% pada perempuan. Data
penelitian menunjukkan bahwa senyawa Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam tembakau rokok yang jika diujikan pada kulit hewan, maka
akan menimbulkan kanker.
B. Polusi udara
Masyarakat yang tinggal di perkotaan mempunyai prevalensi lebih tinggi
untuk terkena penyakit kanker paru daripada mereka yang tinggal di
perdesaan waalaupun telah diketahui bahwa sumber utama polusi udara di
perkotaan yaitu bahan karsinogen yang dihasilkan oleh pabrik industry dan
uap diesel dalam atmosfer di kota.
C. Iradiasi
Insidensi kanker paru yang tinggi pernah terjadi pada penambang kobalt
di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal. Data yang dilaporkan
dari tahun 1875-1912, didapatkan bahwa sekitar 42% pekerja tambang
mengalami kanker paru dan 18% meninggal akibat penyakit paru yang tidak
diketahui penyebabnya termasuk dugaan kanker paru, sehingga kemungkinan
total kematian akibat kanker paru pada pekerja tambang di Schneeberg dan
Joachimstha mencapai 60%. Kematian tersebut berkaitan dengan paparan
bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga kuat merupakan
etiologi penyebab kanker.
D. Zat-zat yang terhirup di tempat kerja
Terdapat angka kejadian penyakit kanker yang tinggi pada pekerja pelebur
nikel dan arsenic. Selain itu perkerja yang sering terpapar dengan asbestos,
hematite dan kromat juga mengalami peningkatan insidensi penyakit kanker
paru.
E. Genetik
Pada pasien kanker paru, terdapat beberapa perubahan gen yang terjadi
pada tubuh mereka yang berperan dalam kanker paru, yaitu antara lain:
protooncogen, tumor suppressor gene, dan gene encoding enzyme. Jika salah
satu atau kesemua gen tersebut mengalami mutasi, maka dapat dipastikan
akan mengalami kanker paru.

3. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

ASPEK BIOLOGI MOLEKULAR KANKER


Tahun 2000 Hanahan dan Weinberg mengemukakan bahwa terdapat enam
perubahan fisiologis mendasar yang secara bersama-sama memungkinkan
tumbuh dan berkembangnya sel kanker. Pada tahun 2011 para ilmuwan
bersepakat untuk ditambahkan 4 tanda lainnya sehingga menjadi 10 tanda
fisiologis kanker yaitu:
Membuat sendiri sinyal pertumbuhan
Tidak sensitif terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
(antipertumbuhan)
Mampu menghindar dari apoptosis (progammed cell death)
Memiliki kemampuan replikasi tanpa batas
Kemampuan angiogenesis berkesinambungan
Kemampuan menyusup ke jaringan lain dan bermetastasis
Deregulasi metabolisme
Menjauh dari sistem imun
Tidak stabilnya DNA
Inflamasi
Sumber: Hanahan D, Weinberg RA. Hallmarks of cancer: the next generation. Cell. 2011

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala kanker paru bergantung pada jenis kanker, lokasi dan
penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Pada
pasien yang menderita bronchitis kronis yang menderita kanker paru
seringkali mengeluh batunya semakin memburuk. Seringkali batuk juga bisa
mengandung darah. Jika tumor menginvasi ke dalam rongga dada, maka akan
menyebabkan nyeri dada yang menetap. Kanker paru juga bisa menyebabkan
mengi karena terjadi penyempitan saluran udara didalam atau disekitar
tempat tumbuhnya kanker. Meskipun jarang, kanker juga bisa menyebabkan
efusi pleura, yaitu penumpukan cairan di rongga pleura. Pada kasus khusus
seperti tumor pancoast, yaitu kanker paru yang tumbuh di apeks paru akan
menyebabkan terjadinya sindrom horner, yaitu suatu sindrom dengan gejala
miosis, ptosis dan anhidrosis. Tumor pancoast juga bisa menginvasi pleksus
brakhialis sehingga dapat menyebabkan nyeri, mati rasa dan lemah pada
lengan yang terinvasi sel tumor.

5. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Gambaran klinis pada pasien kanker paru tidak banyak berbeda. Dengan
penyakit paru lainnya, yaitu terdiri dari keluhan subyektif dan keluhan
objektif. Keluhan utama dapat berupa:
Batuk-batuk dengan /tanpa Sulit/ sakit saat menelan
dahak Benjolan di pangkal leher
Batuk darah Sembab muka dan leher
Sesak nafas Sakit dada
Suara serak
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala akibat metastasis diluar
paru. Gejala dan keluhan yang tidak khas, yaitu sebagai berikut:
Berat badan turun
Nafsu makan berkurang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropati.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun. Pelaporan status penampilan pasien sangat berguna
untuk menilai baseline status penampilan pasien sejak diagnosis ditegakkan
dan perubahannya selam dalam masa pengobatan maupun selesai
pengobatannya. Pada umumnya status penampilan pasien ditampilkan dalam
bentuk skala tertentu, misalnya skala Karnofsky, Zubrod dan WHO.
Adapun berbagai maam skala pengukuran status penampilan pasien dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Skala penampilan pasien berdasarkan skala Karnofsky dan
WHO (PDPI, 2005)

SKALA PENGERTIAN
Karnofsky WHO
90-100 0 Aktifitas normal
70-80 1 Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus
diri sendiri
50-70 2 Cukup aktif, namun kadang memerlukan bantuan
30-50 3 Kurang aktif, perlu perawatan
10-30 4 Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu
dirawat di RS
0-10 - Tidak sadar

Tabel 2.2 Skala penampilan pasien berdasarkan skala Zubrod (ECOG=


Eastern Cooperative Oncology Group) dan hubungan dengan
skala Karnofsky

SKALA PENGERTIAN
Karnofsky Zubrod
100% 0 Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk
mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari
85% 1 Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih
mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah
yang ringan.
65% 2 Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 %
waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus
perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain.
40% 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu,
lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.
15% 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas
apapun, hanya
dikursi atau tiduran terus.
Pada pemeriksaan fisik pasien kanker paru stadium awal bisa didapatkan
tekanan darah dan tanda vital yang normal. Pada tahap lanjut bisa didapatkan
tanda dan gejala anemia yang berat seperti sering lemas, letih, lemas dan
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik jika didapatkan tumor padat
yang dapat dinilai secara palpasi, maka perlu di deskripsikan ukuran,
konsistensi da nada perlekatan atau tidak dengan organ dibawahnya atau kulit
diatasnya.

Pada kasus jarang seperti tumor pancoast, yaitu tumor yang terjadi di
daerah apeks paru, maka akan memberikan gambaran klinis khusus, yaitu
miosis (pupil yang mengecil), ptosis (kelopak mata yang agak menutup), dan
anhidrosis (Tidak adanya keringat pada salah satu sisi tubuh). Selain itu jika
tumor pancoast telah menginvasi pleksus brakhialis, yaitu uraian saraf yang
berfungsi dalam menggerakkan ekstrimitas atas akan mengakibatkan lengan
terasa nyeri, lemah dan mati rasa.

Selain itu sel kanker juga bisa menyebar ke bagian lain seperti ke rima
glottis, faring, jantung dan vena kava superior dan dapat menimbulkan
manifestasi klinis tertentu tergantung penyebabnya. Kanker paru-paru juga
bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan
tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel
kecil. Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang;
yang bisa timbul sebelum terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga
diagnosis dini sulit ditegakkan.
Beberapa jenis kanker seperti kanker paru, lambung, dan payudara atau
dengan keganasan darah terutama limfoma Hodgkin dan non-hodgkin dapat
mengalami gangguan klinik dengan tanda dan gejala yang mengenai jauh dari
tempat tumor primer dan metastasis (remote effect). Gejala ini disebut dengan
sindrom paraneoplastik. Sindrom ini tidak berhubungan dengan ukuran
maupun lokasi dari kanker namun lebih disebabkan oleh senyawa tertentu
yang dikeluarkan oleh sel kanker. Salah satu gejala sindrom paraneplastik
yaitu sindrom eaton-lambert yang ditandai dengan kelemahan otot yang luar
biasa. Adapun manifestasi klinis lain yaitu sindrom chushing, akromegali,
ginekomastia, anemia, eritrositosis, trombositosis, thromboembolism, DIC,
sindrom nefrotik, dan lain-lain.

C. Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk menunjang diagnosis memang
tidak banyak artinya, namun pemeriksaan ini penting dilakukan untuk
mengetahui penyulit kanker atau penyakit sekunder, juga untuk persiapan
terapi yang akan dilakukan baik itu tindakan bedah maupun tindakan
medis lain. Beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan antara lain:
a. Darah lengkap g. Faal hemostatik
b. Urine lengkap h. Protein serum
c. Tes fungsi hati i. Alkali fosfatase
d. Tes fungsi ginjal j. Elektrolit serum
e. Gula darah k. LDH
f. Asam urat l. Serum imunoglobulin

PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Pada pemeriksaan patologi anatomo dinilai morfologi tumor dari aspek
akroskopik maupun mikroskopik. Bahan untuk pemeriksaan PA diperoleh
dari biopsy tumor padat atau dari spesimen saat operasi. Ada beberapa cara
biopsy yang sering dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Biopsi insisi: mengambil sebagian kecil jaringan timor padat dengan
menggunakan pisau bedah
Biopsi eksisi (in toto): mengambil seluruh tumor secara eksisi
Biopsi truncut: mengambil sebagian jaringan tumor dengan alat biopsi
khusus berbentuk jarum besar yang dapat memotong dan mengambil
jaringan tumor
Biopsi aspirasi dengan jarum (Needle Aspiration Biopsy): mengambil
sebagian kecil jaringan tumor padat dengan cara disedot menggunakan
jarum yang ditusukkan ke dalam jaringan tumor. Dapat dilakukan
dengan jarum besar (jarum no. 18 atau jarum Jamshidi), jarum halus
(no.23), atau menggunakan jarum khusus (jarum vin silverman)
Biopsi Endoskopi /bronkoskopi: mengambil sebagian kecil jaringan
tumor dengan menggunakan endoskopi/bronkoskopi

Setelah bahan PA diperoleh, selanjutnya diproses melalui beberapa cara


agar dapat dipotong dengan halus, proses tersebut antara lain: Sediaan
beku (Vries coupe), paraffine block, plastic coupe dll dan dilakukan
pewarnaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

Selain untuk mengetahui jenis sel kanker, pemeriksaan PA juga sangat


penting untuk menentukan untuk menentukan tindakan terapi apa yang
akan diberikan kepada pasien. Pemeriksaan PA dipergunakan untuk
menentukan:

Derajat Diferensiasi Sel


Ada 4 derajat diferensisasi sel tumor, yaitu:
-G1: Diferensiasi baik (well differentiated)
-G2: Diferensiasi sedang (moderately differentiated)
-G3: Diferensiasi jelek (poorly differentiated)
-G4: Tanpa diferensiasi (undifferentiated atau anaplastic)
Pada umumnya derajat keganasan tumor tergantung pada derajat
diferensiasi sel. Semakin jelek derajat diferensiasi sel, maka semakin
ganas sel kanker tersebut.
Sifat Sel Tumor
Sifat tumor dapat berupa tumor jinak, tumor ganas maupun karsinoma
in situ.

Tabel 2.3 Perbedaan karakteristik tumor jinak dan tumor ganas

Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas


Batas tumor Jelas Tidak jelas
Kapsul Jelas Tidak jelas (pseudo
kapsul)
Kecepatan tumbuh Umumnya lambat Umumnya cepat
Infiltrasi Tidak ada Ada, bahkan merupakan
ciri khas
Nekrose/ulserasi Sangat jarang Sering
Struktur Jaringan Khas menunjukkan Atypi, sering menentukan
asal jaringan asal jaringan
Bentuk sel Uniform Polikromasi
Warna inti sel Normal Hiperkromasi/ polikromasi
Warna sitoplasma Normal Hiperkromasi/ polikromasi
Rasio Normal Naik
nucleus/plasma
Metastasis Tidak ada Sering
Residif Jarang Sering
Efek sistemik Jarang, kecuali tumor Sering
endokrin

Diagnosis Patologi Anatomi


Diagnosis tumor biasanya berdasarkan klasifikasi tumor menurut WHO
tahun 2015, yaitu:

Tabel 2.4 Macam-macam jenis kanker paru

Tumor Tumor Mesenchymal Tumor Tumor


Epithelial Limfohistiositik Ektopik
origin
Adenocarcinoma Pulmonary hamartoma Extranodal Germ cell
Squamous Chondroma marginal zone tumours
(epidermoid) lymphoma of

carcinoma mucosa-

Neuroendocrine PEComatous tumours associated

tumours lymphoid tissue


(MALT
lymphoma)
Large cell Congenital Diffuse large B- Intrapulmonary
carcinoma peribronchial cell lymphoma thymoma
Adenosquamous Diffuse pulmonary
carcinoma lymphangionatosis
Pleomorphic Inflammatory Lymphomatoid Melanoma
carcinoma myofibroblastic tumour granulomatosis
Spindle cell Epitheloid
carcinoma haemangioendothelioma
Giant cell Pleuropulmonary Intravascular Meningioma,
carcinoma blastoma large B-cell NOS
Carcinosarcoma Synovial sarcoma lymphoma

Pulmonary Pulmonary artery Pulmonary


intimal sarcoma Langerhans cell
blastoma
histiocytosis
Other and Pulmonary myxoid
sarcoma with EWSR1-
unclassified
CREB1 translocation
carcinomas
Salivary gland- Myoepithelial tumours Erdheim-Chester
disease
type tumours
Papillomas
Adenomas

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding tumor paru dapat berupa:
-Tumor mediastinum
-Metastasis tumor di paru
-Tuberkuloma

Stadium Penyakit
Penentuan stadium penyakit pada karsinoma paru berdasarkan sistem
TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) versi 7 tahun
2010, sebagai berikut:
TUMOR PRIMER (T)
Tx tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi dan
bronkoskopi tetapi sitologi sputum atau bilasan bronkus positif
(ditemukan sel ganas)
T0 tidak tampak lesi atau tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1 ukuran terbesar tumor primer 3 cm tanpa lesi invasi intra
bronkus yang sampai ke proksimal bronkus lobaris
-T1a Ukuran tumor primer 2 cm
-T1b Ukuran tumor primer > 2 cm tetapi 3cm
T2 ukuran terbesar tumor primer > 3 cm tetapi 7 cm, invasi
intrabronkus dengan jarak lesi 2 cm dari distal karina, berhubungan
dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif pada daerah hilus atau
invasi ke pleura visceral
-T2a Ukuran tumor primer > 3cm tetapi 5 cm
-T2b Ukuran tumor primer > 5cm tetapi 7 cm
T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding
dada termasuk sulkus superior, diafragma, nervus phrenikus, menempel
pleura mediastinum, pericardium. Lesi intrabronkus 2 cm distal
karina tanpa keterlibatan karina. Berhubungan dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari satu nodul dalam satu lobus
yang sama dengan tumor primer.
T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau
invasi ke mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina,
nervus laring, esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul berbeda
lobus pada sisi yang sama dengan tumor (ipsilateral).
KELENJAR GETAH BENING (KGB) REGIONAL (N)
Nx Metastasis ke KGB mediastinum sulit dinilai dari gambaran
radiologi
N0 Tidak ditemukan metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB peribronkus (#10), hilus (#10),
intrapulmonary (#10) ipsilateral
N2 Metastasis ke KGB mediastinum (#2) ipsilateral dan atau
subkarina (#7)
N3 Metastasis ke KGB peribronkial, hilus, intrapulmoner,
mediastinum kontralateral dan atau KGB supraklavikula

METASTASIS (M)
Mx Metastasis sulit dinilai dari gambaran radiologi
M0 Tidak ditemukan metastasis
M1 Terdapat metastasis jauh
-M1a Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura
ganas, efusi pericardium
-M1b Metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, atau KGB
leher, aksila, suprarenal, dll)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Adapaun jenis pemeriksaan radiologi pada kanker paru sebagai berikut:
Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai
pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk
prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat ditentukan.
Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai
keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut.
CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang
penting untuk mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan
menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks
dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan
metastasis hingga regio tersebut.
CT scan kepala / MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila
penderita mengeluh nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan
adanya metastasis ke otak.
USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang.
Bone survey dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
PET-Scan dapat dilakukan untuk evaluasi hasil pengobatan

Tabel 2.5 Pengelompokan stadium kanker paru klasifikasi TNM


PEMERIKSAAN SEROLOGI MARKER TUMOR
Tumor marker / penanda tumor (PT) adalah molekul protein berupa
enzim, hormone, dll yang dalam keadaan normal tidak atau sedikit
sekali diprodukasi oleh tubuh.PT merupakan salah satu pemeriksaan
untuk mendeteksi kanker tertentu, baik itu untuk skrining, diagnosis,
prognosis, pemantauan hasil pengobatan dan juga untuk deteksi
kekambuhan. Untuk tujuan skrining, diagnosis, maupun untuk menilai
hasil pengobatan, maka harus dipilih PT yang memiliki sensitifitas dan
spesifitas yang tinggi. Tetapi diingat bahwa hingga sampai saat ini
belum ditemukan PT tunggal yang memiliki sensitifitas dan spesifitas
yang tinggi. Secara umum, jadwal pemeriksaan PT berikutnya dalam
rangka pemantauan atau deteksi kekambuhan adalah:
Antara 2-10 hari setelah tindakan
Setiap 3 bulan selama 1-2 tahun pertama
Setiap 6 bulan pada tahun 3-5
Bila secara klinis ada dugaan residif atau metastasis
Bila ada peningkatan kadar PT, pemeriksaan diulang 4 minggu
kemudian

Sumber: Setiati siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam, 2010


PEMERIKSAAN LAIN
Adapapun pemeriksaan lain pada kanker paru yaitu sebagai berikut:
Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan
menghasilkan spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas
pada cairan pleura yang dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien
kanker paru. Jika hasil sitologi tidak menunjukkan adanya sel ganas, maka
penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan.
Mediastinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk
mendapatkan spesimen, terutama penilaian kelenjar getah bening
mediastinal.
Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika
dengan semua modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.

6. TATA LAKSANA
Adapun tujuan pengobatan kanker dapat berupa:
Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi

Adapun manajemen terapi pada pasien kanker paru terbagi atas:


Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell
carcinoma) yaitu antara lain: Karsinoma sel skuamosa (KSS) ,
Adenokarsinoma, Karsinoma sel esar (KSB), dan Jenis lain yang jarang
ditemukan
Adapun jenis penatalaksanaannya dapat berupa:
i. Pembedahan
Tujuan pembedahan sendiri yaitu mengangkat jaringan tumor serta
mempertahankan jaringan paru yang masih sehat sebanyak mungkin
agar tidak terkena invasi jaringan kanker. Adapun jenis pembedahan
pada pasien kanker paru sebagai berikut:
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
Pneumonektomi pengangkatan paru
Karsinoma bronkogenik bila aman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiektasis
atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak
tuberkulosis.
Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan atau atau lebih segmen paru.
Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleuraviseral.
ii. Radiasi

Radiasi selain digunakan pada terapi paliatif juga bisa sebagai terapi
adjuvant atau paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi atau penekanan pada pembuluh darah atau
bronkus. Tindakan radiasi sering merupakan darurat yang harus
dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena
kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan
metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan oleh
beberapa faktor, seperti:
1. Stadium penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui:
Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 -6000 cGy,
dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah:
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada group yang kurang baik,
yakni :
-PS < 70
-Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
-Fungsi paru buruk.
iii. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada pasien kanker paru harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu antara lain seperti jenis sel kanker harus
diketahui, performance status skala Karnofsky harus >60 atau 2
menurut skala WHO.

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen


kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%
3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada
penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah:
1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paclitaxel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Persyaratan pasien Kemoterapi (Linda, 2006) antara lain
Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group
(ECOG) yaitu status penampilan < 2.
Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb > 10 gr%.
Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.
Elektrolit dalam batas normal.
Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan pada usia >70
tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil indikator kemampuan
pasien, di mana penyakit kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menetukan pilihan terapi yang tepat pada
pasien sesuai dengan status penampilannya.
Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = small cell carcinoma)
Secara umum, jenis kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua kelompok:
-Stadium terbatas (limited stage disease = LD)
-Stadium lanjut (extensive stage disease = ED)
Berbeda dengan KPBSK, pasien dengan KPKSK tidak memberikan
respon yang baik terhadap terapi target. Pada stadium terbatas, kombinasi
pilihan kemoterapi yaitu kemoterapi berbasis platinum dan terapi radiasi
toraks. Regimen yang tersedia untuk stadium ini adalah EP,
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), sisplatin/karboplatin
dengan irinotecan. Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi
adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi adjuvant pada TNM
stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening
Sedangkan pilihan utama modalitas terapi pada stadium lanjut adalah
kemoterapi kombinasi. Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada
stadium ini adalah: sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama),
sisplatin/karboplatin dengan irinotecan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif
pada lesi primer dan lesi metastasis

7. KOMPLIKASI
Adapun berbagai macam komplikasi yang dapat muncul pada pasien kanker
paru yaitu antara lain:
Anemia berat
Jika metastasis ke organ lain dapat menimbulkan keluhan fisik tertentu
Jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian
Menyebabkan sindrom SVKS jika jaringan kanker menekan vena kava
superior
Menyebabkan gagal nafas jika sel kanker menyumbat jalan nafas
8. PROGNOSIS

Prognosis dari kanker paru sangat tergantung pada tingkat kesulitan


penyembuhan dan lokasi serta ukuran tumor, gejala-gejala, tipe kanker paru,
dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. SCLC mempunyai
pertumbuhan yang paling agresif dari semua kanker paru, dengan
kelangsungan hidup lebih kurang hanya dua sampai empat bulan setelah
didiagnosis jika tidak segera dirawat.
SCLC merupakan tipe kanker paru yang paling responsif pada terapi
radiasi dan kemoterapi. Karena SCLC menyebar sangat cepat dan biasanya
sudah terjadi penyebaran pada saat diagnosis, metode - metode seperti
pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi lokal biasanya tidak akan
efektif pada stadium ini. Waktu kelangsungan hidup dapat diperpanjang 4-5x
ketika penggunaan kemoterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan metode
- metode lain. Dari semua pasien-pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih
hidup 5 tahun setelah diagnosis.
Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan
standar biasanya secara keseluruhan jelek namun kebanyakan kanker yang
terlokalisir dapat diangkat secara operasi Bagaimanapun, pada stadium I
kanker -kanker yang dapat diangkat sepenuhnya dengan angka kelangsungan
hidup lima ta hun mendekati 75%. Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu
penyembuhan pada sebagian kecil pasien-pasien dengan NSCLC dan
mengarah pada menghilangkan gejala-gejala pada kebanyakan pasien.
Kemoterapi menawarkan perbaikan waktu kelangsungan hidup yang sedang
pada penyakit stadium lanjut, meskipun angka angka kelangsungan hidup
keseluruhan
Jika dibandingkan dengan beberapa kanker -kanker lain, keseluruhan
prognosis untuk kanker paru adalah jelek. Umumnya angka kelangsungan
hidup untuk kanker paru lebih rendah dibandingkan kanker lainnya, dengan
angka kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16%
dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker
payudara, dan untuk kanker prostat adalah lebih dari 99%
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2015. Pedoman


Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker paru.
2. Setiati, Siti. 2014. Buku ajar ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing
3. Hanahan D, Weinberg RA. Hallmarks of cancer: the next generation. Cell.
2011. 144(5): 646-74
4. Pustatin Kemenkes RI. 2015. Situasi terkini Penyakit Kanker
5. PDPI. 2003. Kanker Paru Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaannya di
Indonesia
6. Travis, William D. 2015. The 2015 World Health Organization
Classification of Lung Tumors. Journal of Thoracic oncology. 2015; 10
(9): 1243-60
7. ACBI. 2010. Guideline for the Use of Tumour Marker.
8. Jusuf A. 2015. Kemoterapi Kanker paru. Departemen Pulmonologi dan
Respirasi FKUI RS-Persahabatan

Anda mungkin juga menyukai