REFERAT Kanker Paru Baru
REFERAT Kanker Paru Baru
KANKER PARU
Oleh:
ARIS ADI PURNOMO
1113103000076
Pembimbing:
dr. Linda Nurdewati, Sp.P
Bismillahirrahmanirahim.
Segala puji dan ungkapan rasa syukur yang tulus saya panjatkan kepada
Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
referat dalam Kepaniteraan Klinik Paru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di RSUP Fatmawati.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi agung
kita kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan referat ini, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
PENDAHULUAN
1. EPIDEMIOLOGI
Seperti yang diketahui bahwa kanker paru merupakan salah satu penyebab
utama kematian utama di dunia termasuk di Indonesia.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala kanker paru bergantung pada jenis kanker, lokasi dan
penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Pada
pasien yang menderita bronchitis kronis yang menderita kanker paru
seringkali mengeluh batunya semakin memburuk. Seringkali batuk juga bisa
mengandung darah. Jika tumor menginvasi ke dalam rongga dada, maka akan
menyebabkan nyeri dada yang menetap. Kanker paru juga bisa menyebabkan
mengi karena terjadi penyempitan saluran udara didalam atau disekitar
tempat tumbuhnya kanker. Meskipun jarang, kanker juga bisa menyebabkan
efusi pleura, yaitu penumpukan cairan di rongga pleura. Pada kasus khusus
seperti tumor pancoast, yaitu kanker paru yang tumbuh di apeks paru akan
menyebabkan terjadinya sindrom horner, yaitu suatu sindrom dengan gejala
miosis, ptosis dan anhidrosis. Tumor pancoast juga bisa menginvasi pleksus
brakhialis sehingga dapat menyebabkan nyeri, mati rasa dan lemah pada
lengan yang terinvasi sel tumor.
5. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Gambaran klinis pada pasien kanker paru tidak banyak berbeda. Dengan
penyakit paru lainnya, yaitu terdiri dari keluhan subyektif dan keluhan
objektif. Keluhan utama dapat berupa:
Batuk-batuk dengan /tanpa Sulit/ sakit saat menelan
dahak Benjolan di pangkal leher
Batuk darah Sembab muka dan leher
Sesak nafas Sakit dada
Suara serak
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala akibat metastasis diluar
paru. Gejala dan keluhan yang tidak khas, yaitu sebagai berikut:
Berat badan turun
Nafsu makan berkurang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropati.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun. Pelaporan status penampilan pasien sangat berguna
untuk menilai baseline status penampilan pasien sejak diagnosis ditegakkan
dan perubahannya selam dalam masa pengobatan maupun selesai
pengobatannya. Pada umumnya status penampilan pasien ditampilkan dalam
bentuk skala tertentu, misalnya skala Karnofsky, Zubrod dan WHO.
Adapun berbagai maam skala pengukuran status penampilan pasien dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Skala penampilan pasien berdasarkan skala Karnofsky dan
WHO (PDPI, 2005)
SKALA PENGERTIAN
Karnofsky WHO
90-100 0 Aktifitas normal
70-80 1 Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus
diri sendiri
50-70 2 Cukup aktif, namun kadang memerlukan bantuan
30-50 3 Kurang aktif, perlu perawatan
10-30 4 Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu
dirawat di RS
0-10 - Tidak sadar
SKALA PENGERTIAN
Karnofsky Zubrod
100% 0 Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk
mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari
85% 1 Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih
mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah
yang ringan.
65% 2 Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 %
waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus
perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain.
40% 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu,
lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.
15% 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas
apapun, hanya
dikursi atau tiduran terus.
Pada pemeriksaan fisik pasien kanker paru stadium awal bisa didapatkan
tekanan darah dan tanda vital yang normal. Pada tahap lanjut bisa didapatkan
tanda dan gejala anemia yang berat seperti sering lemas, letih, lemas dan
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik jika didapatkan tumor padat
yang dapat dinilai secara palpasi, maka perlu di deskripsikan ukuran,
konsistensi da nada perlekatan atau tidak dengan organ dibawahnya atau kulit
diatasnya.
Pada kasus jarang seperti tumor pancoast, yaitu tumor yang terjadi di
daerah apeks paru, maka akan memberikan gambaran klinis khusus, yaitu
miosis (pupil yang mengecil), ptosis (kelopak mata yang agak menutup), dan
anhidrosis (Tidak adanya keringat pada salah satu sisi tubuh). Selain itu jika
tumor pancoast telah menginvasi pleksus brakhialis, yaitu uraian saraf yang
berfungsi dalam menggerakkan ekstrimitas atas akan mengakibatkan lengan
terasa nyeri, lemah dan mati rasa.
Selain itu sel kanker juga bisa menyebar ke bagian lain seperti ke rima
glottis, faring, jantung dan vena kava superior dan dapat menimbulkan
manifestasi klinis tertentu tergantung penyebabnya. Kanker paru-paru juga
bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan
tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel
kecil. Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang;
yang bisa timbul sebelum terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga
diagnosis dini sulit ditegakkan.
Beberapa jenis kanker seperti kanker paru, lambung, dan payudara atau
dengan keganasan darah terutama limfoma Hodgkin dan non-hodgkin dapat
mengalami gangguan klinik dengan tanda dan gejala yang mengenai jauh dari
tempat tumor primer dan metastasis (remote effect). Gejala ini disebut dengan
sindrom paraneoplastik. Sindrom ini tidak berhubungan dengan ukuran
maupun lokasi dari kanker namun lebih disebabkan oleh senyawa tertentu
yang dikeluarkan oleh sel kanker. Salah satu gejala sindrom paraneplastik
yaitu sindrom eaton-lambert yang ditandai dengan kelemahan otot yang luar
biasa. Adapun manifestasi klinis lain yaitu sindrom chushing, akromegali,
ginekomastia, anemia, eritrositosis, trombositosis, thromboembolism, DIC,
sindrom nefrotik, dan lain-lain.
C. Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk menunjang diagnosis memang
tidak banyak artinya, namun pemeriksaan ini penting dilakukan untuk
mengetahui penyulit kanker atau penyakit sekunder, juga untuk persiapan
terapi yang akan dilakukan baik itu tindakan bedah maupun tindakan
medis lain. Beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan antara lain:
a. Darah lengkap g. Faal hemostatik
b. Urine lengkap h. Protein serum
c. Tes fungsi hati i. Alkali fosfatase
d. Tes fungsi ginjal j. Elektrolit serum
e. Gula darah k. LDH
f. Asam urat l. Serum imunoglobulin
carcinoma mucosa-
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding tumor paru dapat berupa:
-Tumor mediastinum
-Metastasis tumor di paru
-Tuberkuloma
Stadium Penyakit
Penentuan stadium penyakit pada karsinoma paru berdasarkan sistem
TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) versi 7 tahun
2010, sebagai berikut:
TUMOR PRIMER (T)
Tx tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi dan
bronkoskopi tetapi sitologi sputum atau bilasan bronkus positif
(ditemukan sel ganas)
T0 tidak tampak lesi atau tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1 ukuran terbesar tumor primer 3 cm tanpa lesi invasi intra
bronkus yang sampai ke proksimal bronkus lobaris
-T1a Ukuran tumor primer 2 cm
-T1b Ukuran tumor primer > 2 cm tetapi 3cm
T2 ukuran terbesar tumor primer > 3 cm tetapi 7 cm, invasi
intrabronkus dengan jarak lesi 2 cm dari distal karina, berhubungan
dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif pada daerah hilus atau
invasi ke pleura visceral
-T2a Ukuran tumor primer > 3cm tetapi 5 cm
-T2b Ukuran tumor primer > 5cm tetapi 7 cm
T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding
dada termasuk sulkus superior, diafragma, nervus phrenikus, menempel
pleura mediastinum, pericardium. Lesi intrabronkus 2 cm distal
karina tanpa keterlibatan karina. Berhubungan dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari satu nodul dalam satu lobus
yang sama dengan tumor primer.
T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau
invasi ke mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina,
nervus laring, esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul berbeda
lobus pada sisi yang sama dengan tumor (ipsilateral).
KELENJAR GETAH BENING (KGB) REGIONAL (N)
Nx Metastasis ke KGB mediastinum sulit dinilai dari gambaran
radiologi
N0 Tidak ditemukan metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB peribronkus (#10), hilus (#10),
intrapulmonary (#10) ipsilateral
N2 Metastasis ke KGB mediastinum (#2) ipsilateral dan atau
subkarina (#7)
N3 Metastasis ke KGB peribronkial, hilus, intrapulmoner,
mediastinum kontralateral dan atau KGB supraklavikula
METASTASIS (M)
Mx Metastasis sulit dinilai dari gambaran radiologi
M0 Tidak ditemukan metastasis
M1 Terdapat metastasis jauh
-M1a Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura
ganas, efusi pericardium
-M1b Metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, atau KGB
leher, aksila, suprarenal, dll)
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Adapaun jenis pemeriksaan radiologi pada kanker paru sebagai berikut:
Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai
pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk
prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat ditentukan.
Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai
keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut.
CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang
penting untuk mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan
menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks
dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan
metastasis hingga regio tersebut.
CT scan kepala / MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila
penderita mengeluh nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan
adanya metastasis ke otak.
USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang.
Bone survey dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
PET-Scan dapat dilakukan untuk evaluasi hasil pengobatan
6. TATA LAKSANA
Adapun tujuan pengobatan kanker dapat berupa:
Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi
Radiasi selain digunakan pada terapi paliatif juga bisa sebagai terapi
adjuvant atau paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi atau penekanan pada pembuluh darah atau
bronkus. Tindakan radiasi sering merupakan darurat yang harus
dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena
kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan
metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan oleh
beberapa faktor, seperti:
1. Stadium penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui:
Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 -6000 cGy,
dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah:
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada group yang kurang baik,
yakni :
-PS < 70
-Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
-Fungsi paru buruk.
iii. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada pasien kanker paru harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu antara lain seperti jenis sel kanker harus
diketahui, performance status skala Karnofsky harus >60 atau 2
menurut skala WHO.
7. KOMPLIKASI
Adapun berbagai macam komplikasi yang dapat muncul pada pasien kanker
paru yaitu antara lain:
Anemia berat
Jika metastasis ke organ lain dapat menimbulkan keluhan fisik tertentu
Jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian
Menyebabkan sindrom SVKS jika jaringan kanker menekan vena kava
superior
Menyebabkan gagal nafas jika sel kanker menyumbat jalan nafas
8. PROGNOSIS