Nutrisi Enteral Dan Parietal
Nutrisi Enteral Dan Parietal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi adalah ikatan kimia diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo,
2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan utnuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
nutrisi. Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organism
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada orang yang sakit kritis dapat menurunkan
angka kematian. Terdapat dua tinjauan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu :
1. Mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas, yaitu starvation dan
infrastruktur.
2. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada orang sakit kritis hendaknya
dilakukan berulang-ulang untuk menentukan kecakupan nutrisi dan menentukan tunjangan
nutrisi berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?
2. Apa saja indikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?
3. Apa saja kontraindikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?
4. Apa saja manfaat dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?
5. Bagaimana prosedur pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?
6. Apa saja Asuhan Keperawatan yang perlu diberikan pada pasien dengan pemenuhan nutrisi
total Enteral dan Parenteral?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.
2. Mengetahui indikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.
3. Mengetahui kontraindikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.
4. Mengetahui manfaat dari pemberian manfaat dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi
Parenteral.
5. Mengetahui prosedur pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang perlu diberikan pada pasien dengan pemenuhan
Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.
B. Indikasi Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral
1. Indikasi Enteral
Pemberian nutrisi enteral diperlukan pada penderita yang memerlukan asupan nutrien
dengan saluran cerna yang masih berfungsi seperti pada penyakit AIDS atau HIV (yang
disertai malnutsi), kakeksia pada penyakit jantung/ kanker, penurunan kesadaran/ koma,
disfagia/ obstruksi esophagus, anoreksia pada infeksi yang berat/ kronis/ malnutrisi,
pembedahan/ kanker pada kepala/ leher dan gangguan psikologis seperti depresi berat/
anoreksi nervosa. Keadaan hypermetabolisme (luka bakar, trauma, infeksi HIV), asupan oral
yang tidak mencukupi, inflamasi usus/ penyakit kronik, intubasi/ ventilasi, upaya
mempertahankan keutuhan usus, seperti panda pancreatitis juga memerlukan nutrisi enteral.
Bahkan pada kasus-kasus berat sperti pembedahan dan trauma dengan resiko sepsis
diperlukan pemberian nutrisi enteral secara dini yang dapat disertai suplementasi nutrient
yang berperan dalam proses pergantian sel-sel jonjot usus seperti glutamine. Selain itu juga
diindikasikan untuk gangguan seperti di bawah ini:
a. Gangguan menguyah dan menelan
b. Prematuritas
c. Kelainan bawaan saluran nafas, saluran cerna, dan jantung
d. Refluks gastroesofagus berat
e. Penyakit kronik dan keganasan
2. Indikasi Parenteral
a. Gangguan absorbs makanan seperti fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan sperti pada pankrestitis berat, status preoperative
dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum
(Wiryana, 2007).
F. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi
Parenteral
1. Pengkajian
a. Pola istirahat/ aktivitas
penurunan otot, ekstremitas, kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
b. Sirkulasi
takikardi, bradikardi, diaforensis, sianosis
c. Eliminasi
diare, konstipasi
d. Kebutuhan cairan
BB menurun > 10 % dari bb dalam 6 bulan sebelumnya
e. Neurosensori
letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma.
f. Pernapasan
peningkatan frekuensi pernapasan, distress pernapasan, dispnea, peningkatan produksi
sputum. Bunyi napas : krekels (defisiensi protein akibat perpindahan cairan).
g. Keamanan
adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi) rambut rapuh, kasar, alopesia, penurunan
pigmentasi
h. Seksualitas
kehilangan libido, amenorea
i. Penyuluhan/pembelajaran
riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut. Misal: malabsorpsi atau
sindrom usus pendek dengan peningkatan diare, pancreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka
basah, cedera termal.
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Antropometrik : pengukuran BB, TB
b. Protein visceral : albumin serum, transferin, ikatan tiroksin prealbumin, sifat asam amino
c. Tes sistem imun : hitung jumlah limfosit total
d. Tes mikronutrien : kalium, natrium, fosfor, magnesium, kalsium, zink
e. Tes yang menunjukkan kehilangan protein (nitrogen) : pemeriksaan keseimbangan nitrogen,
ekskresi kreatinin 24 jam
f. Tes fungsi : meliputi tes schilling, tes D-xylose, lemak feses 72 jam, seri GI: menentukan
malabsorpsi
g. Sinar dada : normal / menunjukan efusi pleural : bayangan jantung kecil
h. EKG : mungkin normal, menunjukkan voltase darah, disritmia, pola menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit
3. Prioritas keperawatan
a. Meningkatkan masukan perkiraan kebutuhan kalori dan protein konsisten
b. Mencegah komplikasi
c. Meminimalkan kehilangan/kebutuhan energy
d. Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
4. Diagnosa keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
b. Perubahan volume cairan b.d ketidakmampuan mendapat/mencerna makanan
c. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik
d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
e. Risiko tinggi aspirasi b.d pemasangan selang GI
f. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
g. Risiko cidera b.d lingkungan eksternal dan komplikasi karena kateter
5. Intervensi keperawatan
Dx 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
a. Kaji status nutrisi secara kontinyu selama perawatan. Perhatikan tingkat energi: kondisi kulit,
kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan.
R: memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien
dan mempengaruhi pilihan intervensi
b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan
R: membuat data dasar membantu dan memantau keefektifan aturan terapeutik dan
menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/
penambahan berat badan.
c. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat control infus sesuai
kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran.
R: ketentuan dukungan nutrisi didasarkan oleh perkiraan kebutuhan kalori dan protein.
Kecepatan konsisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek
samping lebih sedikit.
d. Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi
R: mengubah energy atau menurunkan kebutuhan kalori
e. Perenteral: observasi ketepatan waktu penggantungan dari larutan parenteral ke protocol
R: keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam
f. Pantau gula/ aseton urine atau glukosa tusuk jari per protocol
R: kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelelahan pankreas,
memerlukan penggunaan suplemen insulin untuk mencegah HHNC.
g. Enteral: kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enteral : catat bising usus,
keluhan mual/ muntah, ketdaknyamanan abdomen, adanya diare/ konstipasi dan terjadinya
kelemahan, sakit kepala, diaphoresis, takikardi, kram abdomen
R: karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira-kira setiap 3 hari, saluran GI
berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atrofi pada penyakit dan malnutrisi. Intoleran terhadap
formula/ adanya sindrom dumping memerlukan pengubahan kecepatan
pemberian/konsentrasi formula atau perubahan pemberian parenteral
h. Periksa residu gaster bila pemberian makan bolus dilakukan, dan bila diindikasikan: tunda
pemberian makan/kembalikan aspirat per protocol untuk tipe/kecepatan pemberian makan
yang digunakan bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.
R: pelambatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses penyakit khusus. Missal: ileus
paralitik/ pembedahan, syok: oleh terapi obat (narkotik), atau kandungan protein/ lemak dari
formula individu.
i. Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas dengan air hangat/
sesuai indikas
R: formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silicon
lebih mungkin daripada selang poliuretan) yang memerlukan pembuangan/ pergantian selang.
j. Kolaborasi dengan tim nutrisi/ ahli diet
R: membantu dalam identifikasi deficit nutrient dan kebutuhan terhadap intervensi nutrisi
parenteral/enteral.
k. Infuskan penyerta emulsi lemak bila larutan 3 in 1 tidak digunakan
R: bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan kalori berlebihan
f. Beri tahu dokter bila ada tanda infeksi. Ikuti protocol untuk mendapatkan specimen kultur
yang tepat
R: untuk mengidentifikasi sumber infeksi dan terapi yang tepat. Perlu pembuangan jalur NPT
dan kultur ujung kateter
g. Berikan antibiotik sesuai indikasi
R: dapat diberikan dengan profilaktik untuk organism yang teridentifikasi secara khusus