Anda di halaman 1dari 3

A.

HASIL PEMERIKSAAN
B. Pemeriksaan Protein Urin (Metode Asam Sulfosalisilat)
Probandus : Andika Sapto Aji
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 19 tahun
Hasilnya : Negatif (-)

Pemeriksaan Protein Urin (Metode Asam Asetat)


Probandus : Andika Sapto Aji
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 19 tahun
Hasilnya : Negatif (-)

PEMBAHASAN
1. Protein Urin dengan Reagen Asam Sulfosalisilat
Hasil : Urin sebelum dan setelah dipanaskan tetap jernih

Uji asam sulfosalisilat merupakan uji presipitasi dingin yang bereaksi


sama rata dengan seluruh bentuk protein (Strasinger & DiLorenzo, 2014). Uji
ini menganut prinsip pengendapan protein dingin dengan asam kuat (Nayak et
al., 2012). Uji asam sulfosalisilat diindikasikan pada seluruh pasien dengan
penyakit ginjal, urinalisis negatif, dan pada diagnodis myeloma multipel, yang
ditandai dengan adanya ekskresi imunoglobulin rantai ringan yang tidak
terdeteksi oleh uji dipstick urin (Rennke & Denker, 2007; Vijayakumar &
Nammalwar, 2013).

Adapun prosedur untuk melakukan uji asam sulfosalisat adalah sebagai


berikut (Mundt & Shanahan, 2011).

a. Setrifugasi urin dan gunakan supranatan.


b. Campur supranatan dan reagen Exton (larutan 88 g natrium sulfat dalam
600 ml akuades panas + 50 gr asam sulfosalisilat yang dilarutkan menjadi
1000 ml) dengan volume yang sama.
Nilai tingkat kekeruhan sebagaimana berikut.

(1) Negatif (-) tidak terdapat kekeruhan.


(2) Trace kekeruhan terlihat pada latar belakang gelap/hitam.
(3) 1+ -- kekeruhan tampak jelas namun tidak granular.
(4) 2+ -- kekeruhan tampak jelas dan granular.
(5) 3+ -- kekeruhan berat dengan penggumpalan jelas.
(6) 4+ -- awan padat dengan gumpalan besar yang mungkin mengeras.

2. Protein dengan Reagen asam asetat


Hasil: Negatif, larutan jernih tidak ada kekeruhan.

Menurut Nayak et al. (2012), uji asam asetat menganut prinsip bahwa
panas menginduksi koagulasi protein dan presipitasi. Koagulasi dapat
ditingkatkan lebih lanjut ketika beberapa tetes asam asetat ditambahkan.

Schrier (2007) menyebutkan bahwa untuk uji panas dan asam asetat,
sebanyak 10-15 ml urin ditempatkan dalam tabung uji dan separuh atas sampel
dipanaskan hingga mencapai titik didih. Beberapa tetes asam asetat
ditambahkan di sepanjang sisi tabung, yang menyebabkan koagulasi protein
di separuh atas tabung. Kemudian gumpalan resultan dibandingkan dengan
urin jernih yang berada di separuh bawah tabung.

Perkembangan turbiditas (kekeruhan) bisa berasal dari protein maupun


fosfat. Penambahan asam asetat bertujuan untuk membedakan koagulasi yang
timbul akibat protein dan fosfat yang mana jika kekeruhan menetap pasca
pemberian asam asetat berarti disebabkan oleh protein.

Menurut Mundt & Shanahan (2011), uji presipitasi panas menganut


prinsip bahwa protein Bence-Jones mengendap pada suhu antara 40 dan 60C
(optimum 56C), namun terurai kembali pada 100C. Pada pendinginan,
endapan akan muncul kembali pada suhu sekita 60C dan akan terurai kembali
pada suhu di bawah 40C.
Daftar pustaka:

1. Strasinger, S. K. & Di Lorenzo, M. S. 2014. Urinalysis and Body Fluids. Sixth


Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

2. Nayak, R., Rai, S., Gupta, A. 2012. Essentials in Hematology and Clinical
Pathology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

3. Rennke, H. G. & Denker, B. M. 2007. Renal Pathophysiology: The Essential.


Second Edition. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins.

4. Vijayakumar, M. & Nammalwar B. R. 2013. Principles and Practice of Pediatric


Nephrology. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

5. Schrier, Robert W. 2007. Diseases of the Kidney and Urinary Tract. Eighth Edition,
Volume 1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

6. Mundt, Lilian A. & Shanahan, K. 2011. Graffs Textbook of Routine Urinalysis and
Body Fluids. Second Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai