0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
486 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang korelasi antara kadar glukosa urin dan kadar protein urin pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan hasil penelitian di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Penelitian menunjukkan ada hubungan linier positif sempurna antara kenaikan kadar glukosa urin dengan kenaikan kadar protein urin.
Dokumen tersebut membahas tentang korelasi antara kadar glukosa urin dan kadar protein urin pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan hasil penelitian di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Penelitian menunjukkan ada hubungan linier positif sempurna antara kenaikan kadar glukosa urin dengan kenaikan kadar protein urin.
Dokumen tersebut membahas tentang korelasi antara kadar glukosa urin dan kadar protein urin pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan hasil penelitian di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Penelitian menunjukkan ada hubungan linier positif sempurna antara kenaikan kadar glukosa urin dengan kenaikan kadar protein urin.
GALUH KIRANA (19133712A) YASRI LUKITA N (19133741A) JANYARSI TAMBULI (19133761A) MEILINA ANDRIYANI (19133896A) ETIK PUJI HASTUTI (20144166A) FERONIKA ROCHYANI (20144091A) Latar Belakang Urin atau air seni adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang sehat. Untuk mengetahui cara pemeriksaan glukosa urin
Untuk mengetahui kegunaan pemeriksaan
glukosa urin Cara Pemeriksaan Pemeriksaan glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan Fehling, Benedict, dan Clinitest. Cara Kerja Fehling : 1. Memasukkan reagen fehling A dan B sama banyak, masing-masing 2 ml 2. Menambahkan 1 ml urine 3. Dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih 4. Biarkan dingin dan dibaca hasilnya. Penilaian hasil cara Fehling : Negatif - : Tetap biru Positif + atau 1 + : Hijau dengan sedikit endapan kuning (kadar gula 100-500 mg/dl) Positif ++ atau 2 +: Hijau dengan endapan kuning (kadar gula 500-1400 mg/dl) Positif +++ atau 3 + : Jernih dengan endapan kuning kemerahan atau orange (kadar gula 1400-2000 mg/dl) Positif ++++ atau 4 + : Jernih dengan endapan merah bata (kadar gula >2000 mg/dl) Cara Kerja pemeriksaan benedict: 1. Siapkan alat dan bahan 2. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi 3. Teteskan sebanyak 5-8 tetes urine ke dalam tabung tersebut 4. Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidih (water bath) selama 5 menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih 5. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi. Penilaian hasil cara benedict : Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh Positif + atau 1 + : Hijau kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1% glukosa) Positif ++ atau 2 + : Kuning kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa) Positif +++ atau 3 + : Jingga atau warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa) Positif ++++ atau 4 + : Merah bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa) Cara Kerja Pemeriksaan Clinictes : 1. Satu tablet clinictes dalam tabung reaksi 2. ditambahkan 5 tete urine 3. Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang terjadi habis 4. Lihat hasilnya sambil dikock perlahan-lahan 5. Bandingkan warna yang terjadi dengan warna standar. KASUS Kasus yang kami dapat adalah Hubungan pemeriksaan glukosa urin dan protein urin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 . Judul jurnal KORELASI PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN DENGAN PROTEIN URIN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG DIAGNOSA Metode yang digunakan adalah metode analitik dengan studi potong lintang (cross sectional) Penelitian ini menggunakan urin glukosuria, glukosa urin positif 3 dan glukosa urin positif 4 pada penderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 51 pasien. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar protein urin sedangkan variabel bebas adalah kadar glukosa urin. Hasil penelitian yang didapat: subyek penelitian dengan kadar glukosa urin antara 250 mg/dL s/d <500 mg/dL sebanyak 23 orang. Sedangkan kadar glukosa urin antara 500 mg/dL s/d 1000 mg/dL sebanyak 28 orang, sedangkan subyek penelitian dengan kadar protein urin antara negatif s/d 30 mg/dL sebanyak 0 orang. Kadar protein urin antara >30 mg/dL s/d 100 mg/dL sebanyak 20 orang. Sedangkan kadar protein urin antara >100 mg/dL s/d 500 mg/dL sebanyak 31 orang. Kekuatan korelasi atau hubungan yang diperoleh yaitu: r= 1.000 dengan persamaan Y= 416, 77-236 X dapat digunakan untuk memprediksi besarnya pengaruh kadar glukosa urin dalam meningkatkan kadar protein urin, dimana X adalah kadar glukosa urin dan Y adalah kadar protein urin. Data analisis bivariat menunjukkan bahwa antara pembahasan kadar glukosa urin dengan protein urin terdapat korelasi/hubungan dengan p= 0,003 ( p< 0,05 ) dengan kekuatan korelasi yaitu: r= 1.000 berarti terdapat hubungan linier positif sempurna. Hal ini berarti kenaikan kadar glukosa urin diiikuti kenaikan kadar protein urin. Sedangkan pada regresi linier didapatkan persamaan Y= 416,77- 236 X dapat digunakan untuk memprediksi besarnya pengaruh kadar glukosa urin dalam meningkatkan kadar protein urin, dimana X adalah kadar glukosa urin dan Y adalah kadar protein urin. Sehingga Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ritz E, et al (2000) yang menyatakan bahwa pada penderita diabetes mellitus yang menahun terjadi kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan pembuluh darah menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tingginya kadar glukosa akan membuat struktur ginjal berubah sehingga fungsinya terganggu yang mengakibatkan protein/ albumin dapat melewati glomerulus sehingga protein/ albumin dapat ditemukan di dalam urin. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara kadar glukosa urin dengan kadar protein urin pada penderita diabetes mellitus tipe II dengan kekuatan korelasi adalah linier positif sempurna . Hal ini berarti kenaikan kadar glukosa urin diikuti juga dengan kenaikan kadar protein urin.