Laporan Praktikum Defleksi
Laporan Praktikum Defleksi
Defleksi
Kelompok XVIII 167
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam kehidupan sehari hari kita sering kali berjumpa dengan defleksi,
baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu kita
seorang
engineer harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan terjadi,
contohnya saja pada jembatan. Jika seorang engineer tidak memperhitungkan
maka akan berakibat fatal bagi pengguna jembatan tersebut, karena faktor
lendutan yang lebih besar akan mengurangi faktor safety pada struktur
tersebut.
Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi
pada
defleksi ini.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui fenomena defleksi (lendutan) pada batang prismatik.
2. Membuktikan kebenaran rumus defleksi teoritis dengan hasil percobaan.
1.3 Manfaat
Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui defleksi yang terjadi pada
sebuah struktur dan juga menghitung besarnya defleksi, mencegah terjadinya
kegagalan struktur akibat adanya defleksi.
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 168
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.2.1 Defleksi dan Jenis jenis Defleksi
Suatu batang kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan
melendut jika diberi suatu pembebanan. Secara umum persamaan dari defleksi
dapat dilihat pada kurva defleksi dari sebuah batang prismatik. Jika
dilihat pada
kurva dibawah ini, maka defleksi V
Gambar 5.2.1 Skema defleksi pada cantilever
Defleksi dari batang pada titik m
1
pada jarak x dari tumpuam ( gambar 1 )
berpindah searah dengan sumbu y, diukur dari x aksis ke kurva defleksi. Defleksi
yang mengarah kebawah adalah positif dan yang mengarah ke atas adalah bernilai
negatif.
Suatu putaran dari axis batang pada titik m
1
adalah sudut antara axis dan torgent
di kurva defleksi ( gambar 2 ). Sudut ini positif ketika searah jarum jam.
Ringkasan rumus umumnya adalah :
g = distribusi beban
dv
EIV
dx
''' = =
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 169
Dimana : M = Momen bending V I M ' ' =
V = gaya geser V I V ' ' ' ' =
P
Gambar 5.2.2 Gaya yang bekerja pada batang cantilever
Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang, terdiri atas ;
1. Defleksi aksial (regangan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan pada luas penampang.
Gambar 5.2.3 Defleksi secara vertikal
=
AE
Pl
(sumber:Mechanics of Material,
Hibbeler)
Turunan rumus:
=
A
P
dari hukum hooke : = E
L = = L L
0
= L / L
0
E =
A
P
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 170
E ( L / L
0
)=
A
P
E ( / L
0
)=
A
P
=
AE
Pl
0
(sumber : Mechanics of Material, Hibbeler)
2. Defleksi lateral (lendutan)
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang
Gambar 5.2.4 Defleksi cantilever
\
Gambar 5.2.5 Defleksi lateral secara tegak lurus penampang
3. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang
Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan ketelitian
dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu yang ditumpu
akan melendut jika mengalami beban lentur.
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 171
Gambar 5.2.6 Defleksi karena adanya momen puntir
2.1.2 Tumpuan dan jenis jenis tumpuan
Jenis jenis tumpuan yang dipakai pada struktur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini beserta gaya yang bekerja pada tumpuan tersebut
Jenis
Tumpuan
Simbol Gaya yang Bekerja
Tumpuan
Rol
F
y
Tumpuan
Engsel
F
x
F
y
Tumpuan
Jepit
F
x
F
y
M
Gambar 5.2.7 Jenis-jenis tumpuan pada struktur
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 172
Defleksi berhubungan dengan regangan (AL/L). Jika regangan yang terjadi
pada struktur semakin besar, maka tegangan struktur akan bertambah besar.
Defleksi sangat penting untuk diketahui karena berhubungan dengan
desain sturktur dan membantu dalam analisis struktur.
2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi defleksi
Faktor-faktor yang memepengaruhi defleksi :
1. Besar pembebanan
2. Panjang batang
3. Dimensi penampang batang
4. Jenis material batang
2.1.4 Metoda Integrasi, luas momen, superposisi
Lendutan yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metoda, antara lain :
Metoda integrasi
Metoda luas momen
Metoda superposisi
1. Metoda Integrasi
Metoda integrasi dapat dipakai untuk kurva lendutan yang mengandung
unsur momen lentur/persamaan momen lentur dengan menggunakan diagram
beban besar dan keseimbangan statis.
F
y
= 0 qdx + (Q+ dQ) Q = 0
dQ = -qdx q
dx
dQ
=
M
A
= 0 (M + dM) (Q + dq) dx (qdx)
2
dx
- M = 0
dM = (Q + dQ) dx -
2
1
q (dx)
2
dM = Qdx + dQdx +
2
1
q (dx)
2
diabaikan
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 173
Q
dx
dM
=
w
A
B
L
x
y
Gambar 5.2.8 Lendutan menggunakan metoda integrasi
Dari sistem diatas dapat ditentukan kondisi reaksi tumpuan dengan diagram
benda bebas sebagai berikut :
DBB :
wx
x
2
x
M wx
2
wx
2
| |
=
|
\ .
=
2 2
2
3
1
4
1 2
d y wx
EI
dx 2
dy 1
EI wx C
dx 6
1
EIy wx C x C
24
=
= +
= + +
Gambar 5.2.9 Potongan gaya terdistribusi
dari persamaan sebelumnya :
Q M Q
dx
dM
= ' =
q Q q
dx
dQ
= ' =
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 174
EIy
M
Iy E M = ' ' =
( )
( )
( )
IV
w'=-
M
-w''='=
EIy
- w''EIy '=M'=-Q
- w''EIy ''=Q'=-q
Untuk EIy=konstan bukan fungsi x , berlaku hubungan:
w EIy=q
w'''EIy=-Q
w'' EIy=-M
Persamaan kurva lendutan yang mengandung unsur momen lentur dapat
diintegrasi untuk memperoleh lendutan w sebagai fungsi x. langkah
perhitungan
adalah menulis persamaan untuk momen lentur dengan mempergunakan diagram
benda bebas dan keseimbangan statis bila balok/pembebanan pada balok tiba-tiba
berubah pada waktu bergerak. Sepanjang sumbu balok, maka akan ada pemisahan
momen masing-masing untuk tiap bagian, persamaan untuk M diganti dengan
persamaan diferensial. Persamaan tersebut diintegrasikan untuk mendapatkan
kemiringan w dan konstanta integrasi. Konstanta dapat ditentukan dari
kondisi
untuk batas sehubungan dengan w dan w pada perletakan balok dan kondisi
kontinuitas w dan w pada titik untuk di mana bagian-bagian balok tertentu.
Konstanta untuk hasil evaluasi dapat disubsitusi kembali ke persamaan
untuk w, sehingga menghasilkan persamaan akhir untuk kurva lendutan.
2. Metoda luas momen
Metode luas momen memanfaatkan sifat-sifat diagram luas momen lentur.
Cara ini khususnya cocok bila yang diinginkan lendutan dan putaran sudut
pada
suatu titik saja, karena dapat diperoleh besaran tersebut tanpa mencari persamaan
selengkapnya dari garis lentur terlebih dulu.
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 175
Kurva
lendutan
Garis
singgung
uA B
uBA = uB - uA
du
dA
uB
ABA
M
EI
Gambar 5.2.10 Lendutan batang cantilever menggunakan metoda luas momen
( )
( )
}
} }
= u = u u
= u
= u = u
=
=
dx
EI
M
dx
EI
M
d
dx
EI
M
d
EI
M
'
dx
d
EI
M
' w
dt
d
EI
M
' ' w
BA B A
B
A
- Teorema luas momen yang pertama
Sudut BA merupakan sudut yang dibentuk oleh garis singgung kurva
lendutan pada titik A dan titik B yang berharga sama dengan negatif
dari luas
momen
EI
M
diantara kedua titik tersebut.
BA
M M
=- dx =- luas diantara titik Adan B
EI EI
`
)
}
konversi tanda :
1. Sudut relatif BA berharga positif, jika OB lebih besar dari OA titik
B
berada disebelah kanan titik A. Jika bergerak kearah sumbu A positif.
2. Momen lentur berharga positif seperti pada gambar dibawah :
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 176
Gambar 5.2.11Momen lentur pada sebuah batang
Dari gambar diperoleh :
B B
A A
B
A
M
dA=x d=-x dt
EI
M
dA=- dx
EI
M
BA=- x dt
EI
M
=- momen pertama dari luas kurva antara titik Adan Bdenganacuan titik B
EI
`
)
} }
}
- Teorema luas momen yang kedua
Lendutan A BA merupakan perpindahan relatif titik B terhadap garis
linier, yaitu semua faktor yang mengandung lendutan w dan turunannyan
dikembangkan ke tingkat pertama dari luas kurva
EI
M
yang terletak antara titik A
dan B dengan acuan titik B.
3. Prinsip superposisi
Persamaan diferensial kurva lendutan balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung lendutan w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian persamaan untuk
bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi. Jadi lendutan balok
akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan
superposisi dari lendutan akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-
sendiri
IV
M
W''
EIy
Q
W'''
EIy
q
W
EIy
=
=
=
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 177
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
1 2
1 2
1 2
1 2
W x W x W x
berlaku analog
W' x W' x W' x
M x M x M x
Q x Q x Q x
= +
= +
= +
= +
Gambar 5.2.12 Metoda superposisi
w
x
y
2
A
B
C
w
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Kelompok XVIII
2.1.5 Aplikasi Defleksi
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
sangat penting. Sebuah jembatan
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatan tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan
2. Poros
Pada poros yang saling bersinggungan untuk mentran
memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini yang menyebabkan
terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang terjadi pada
poros
membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidak lurusan sumbu poros akan
menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain
itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
Praktikum FDM Bidang Konstruksi
2.1.5 Aplikasi Defleksi
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
sangat penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebu
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatan tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan
Gambar 5.2.13 Defleksi pada jembatan
Pada poros yang saling bersinggungan untuk mentransmisikan gaya torsi
memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini yang menyebabkan
terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang terjadi pada
poros
membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidak lurusan sumbu poros akan
getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain
itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
Gambar 5.2.14 Defleksi pada baut
Defleksi
178
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatan tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan
smisikan gaya torsi
memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini yang menyebabkan
terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang terjadi pada
poros
membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidak lurusan sumbu poros akan
getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 179
3. Rangka (chasis) kendaraan
Kendaraan kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar, memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang batang penyusun
konstruksinya dan juga chasisnya.
Gambar 5.2.15 Defleksi pada rangka kendaraan
2.1.6 Penurunan Rumus Defleksi Lateral
Penurunan rumus :
P
/ 2
P
/ 2
P
DBB :
P
P/2
P/2
Potongan 1 ( 0 x / 2 s s ) Potongan 2 ( / 2 x s s )
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 180
P/2
M
1
V
x
N
2
1
3
1 3
Px
M
2
EI M
Px
2
Px
EI C
4
Px
EI C x C
12
=
'' o =
=
' o = +
o = + +
P/2
x
M
N
V
( )
( )
( )
( )
2
2
3
3
2 4
Px
M P x / 2
2
EI M
Px
P x / 2
2
P x / 2
Px
EI C
4 2
P x / 2
Px
EI C x C
12 6
=
'' o =
= +
' o = + +
o = + + +
+ = + + =
+ + = + + + =
3. untuk x = 0 , 0 o =
3
1 3 3
4 3
Px
C x C 0 C 0
12
maka C C 0
+ + = =
= =
4. untuk x = , 0 o =
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Kelompok XVIII
P
Pb
( )
3
3
3 3
2
2
1 2
P x / 2
Px
12 6
Px P
C 0 0
12 48
C
C C
+ + + =
+ + + =
= =
maka :
untuk 0 x / 2 s s
3 2
3 2
Px 3P
EI x
12 48
4Px 3P x Px
48EI 48EI
o = +
+
o = o =
untuk / 2 x s s
( )
(
3
2 2 3 3 2
3
3 2 2 3
3 2 2 3 3 2 2 3
P x / 2 Px 3Px
EI 0
6 12 48
P 3x 3x Px 3Px
EI x
6 2 4 8 12 48
Px Px 9Px
EI
12 4 48 48
P P
EI 4x 12x 9x 4x 12x 9x
48 48EI
o = + + +
| |
o = + +
|
\ .
o = +
o = + o = +
2.
DBB :
Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Pa
2 4
2 2 2
2
2
1 2
C x C 0
C 0 0
4P P 3P
C
48 48
3P
C C
48
+ + + =
+ + + =
= =
= =
0 x / 2
( )
2 2
EI x
4Px 3P x Px
3 4x
48EI 48EI
o = o =
) (
3 2
2 2 3 3 2
3 2 2 3
3 2 2 3 3 2 2 3
Px 3Px
EI 0
6 12 48
P 3x 3x Px 3Px
6 2 4 8 12 48
Px Px 9Px
12 4 48 48
P P
EI 4x 12x 9x 4x 12x 9x
48 48EI
o = + + +
| |
o = + +
|
\ .
o = +
o = + o = +
Defleksi
181
)
3 2 2 3 3 2 2 3
o = + o = +
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 182
1. untuk x a = , defleksi sudut kedua persamaan harus sama (
I II
' ' o = o ), maka :
( )
2
2 2
1 2 1 2
P x a Pbx Pbx
C C C C
2 2 2
+ = + + =
2. untuk x a = , defleksi sudut kedua persamaan harus sama (
I II
o = o ), maka :
( )
3
3 3
1 3 2 4 3 4
P x a Pbx Pbx
C x C C x C C C
6 6 6
+ + = + + + =
3. untuk x = 0 , 0 o =
3
1 3 3
4 3
Pbx
C x C 0 C 0
6
maka:C C 0
+ + = =
= =
Potongan 1 ( 0 x / 2 s s )
Pb
M
V
x
N
2
1
3
1 3
Pbx
M
Pbx
EI M
Pbx
EI C
2
Pbx
EI C x C
6
=
'' o = =
' o = +
o = + +
x
M
N
V
( )
( )
( )
( )
2
2
2
3
3
2 4
Pbx
M P x a
Pbx
EI M P x a
P x a Pbx
EI C
2 2
P x a Pbx
EI C x C
6 6
=
'' o = = +
' o = + +
o = + + +
+ + + =
+ + + =
=
= = =
maka :
untuk 0 x a s s
( )
( )
3
2 2
2 2 2
Pbx Pb
EI b x 0 0
6 6
Pbx
b x
6 EI
o = + + =
o =
untuk a x s s
( )
( )
( )
( )
3
3
2 2
3
2 2 2
P x a Pbx Pb
EI b x 0 0
6 6 6
P x a Pbx
b x
6 EI 6
o = + + + =
o = +
+ = =
R
II
= +
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 185
maka defleksi total adalah :
untuk 0 x
2
s s
( )
( )
2 2
2 2
2 2
Px 3 Rx
x 3 x
6EI 2 6EI
Px 3 15 Px
x 3 x
6EI 2 48 6EI
Px 3 45 15x Px 27 33x
x
6EI 2 48 48 6EI 48 48
| |
o = +
|
\ .
| |
=
|
\ .
| | | |
= =
`
| |
\ . \ . )
untuk x
2
s s
( )
2 2
P 15 Px
3x 3 x
24EI 2 48 6EI
| |
o =
|
\ .
4.
P
a b
Dengan metode super posisi, sistem di atas menjadi :
P
I
R
II
.
. Defleksi Pada Struktur I
dari tabel defleksi :
( )
( )
2
2
Px
3a x 0 x a
6EI
Pa
3x a a x
6EI
o = s s
o = s s
= +
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 186
Defleksi Pada Struktur II
( )
2
Rx
3 x
6EI
o =
defleksi di titik B = 0, maka :
maka defleksi total adalah :
BI BII
o = o + o
untuk 0 x a s s
( ) ( ) ( )
( ) ( )
2 2 2
3
2 2
2
3
Px Pa x
3a x 3 a 3 x
6EI 2 6EI
Px Pa
3a x 9 3 x 3a ax
6EI 12 EI
o =
= +
( ) ( ) ( )
( ) ( )
2 2 2
3
2 2 2
2
3
Pa Pa x
3x a 3 a 3 x
6EI 2 6EI
Pa Pa x
3x a 9 3 x 3a ax
6EI 12 EI
o =
= +
untuk a x s s
( ) ( ) ( )
( ) ( )
2 2 2
3
2 2 2
2
3
Pa Pa x
3x a 3 a 3 x
6EI 2 6EI
Pa Pa x
3x a 9 3 x 3a ax
6EI 12 EI
o =
= +
( ) ( )
( ) ( )
BI BII
2 2
3 2 2
3
0 x
Pa R
3 a 3 0
6EI 6EI
R Pa Pa
3 a R 3 a
3EI 6EI 2
o + o = =
+ =
= =
Perhitungan defleksi
Pada x = 400 mm
=
P . X
48 E I
=
9,81 . 400
48 . 62500000
= 1,67424 mm
Percobaan II
Diketahui :
9.8 1N
600
A
B
200
E I= 62500000 N/mm
800mm =
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 193
Maka DBB-nya :
9.8 1N
A
y
A
x
B
y
200 600
ReaksiTumpuan :
A
y
y
M 0
B 800 9.81 200
B 2.45N
=
=
=
y
y
x x
F 0
A 9.81 2.45 7.35 N
F 0 A 0
=
= =
= =
Perhitungan defleksi
Pada x = 400 mm
=
6
(
)
(x a)
6
=
, . .
. .
(800 600
400
)
, ( )
.
= 1.15 mm
Percobaan III
9.81N
/ 2
/ 2
DBB
A
y
A
x
M
A
B
y
9.81 N
Laporan Akhir Praktikum FDM Bidang Konstruksi
Defleksi
Kelompok XVIII 194
Perhitungan defleksi
Pada x = 400 mm
=
.
6
27
48
33
48
=
9,81 . 400
6 . 62500000
27 . 400
48
33 . 400
48
= 0,73248 mm
Percobaan IV
9.81 N
200mm 600mm
E= 62500000 N/mm
800mm =
DBB
A
y
A
x
M
A
B
y
9.81 N
Perhitungandefleksi
=
6
(3 )
.
12
(9
3 3 )
=
9,81 (400)
6 . 62500000
(3 . 200 400)
9,81 (200)
12 (800)
(62500000)
(9 (800)