Anda di halaman 1dari 14

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal

Claudia Elleonora M. da Lopez


10.2011.169
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email: elleonoralopez@ymail.com

PENDAHULUAN

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari
tulang,sendi,otot rangka,tendon,ligament,bursa dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragam jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menyebabkan terbentuknya berbagai gangguan yang berkembang terutama dalam sistem itu
sendiri atau di tempat lain namun mengenai sistem muskuloskeletal.1 Trauma dalam
muskuloskeletal termasuklah fraktur,dislokasi,sprains dan strains namun yang paling parah ialah
fraktur. Gangguan ini terjadi pada tulang,sendi dan otot terjadi disebabkan kelainan metabolik,
infeksi,inflamasi atau non-inflamasi atau tumor. Fraktur adalah patah tulang yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Trauma adalah penyebab utama kematian pada orang
usia 1-44 tahun pada semua ras dan taraf sosio ekonomi.2

PEMBAHASAN

Anamnesis
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit
tertentu. Di dalam Ilmu Kedokteran, wawancara terhadap pasien disebut anamnesis. Anamnesis
dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau
pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai,
misalnya keadaan gawat-darurat, afasia akibat strok dan lain sebagainya.1 Anamnesis yang baik
akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi
keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).

Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:

Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.

Menanyakan keluhan utama pasien.

Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis(lihat tabel 2) dan faktor-
faktor yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik
lainnya(panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah
terangsang atau adanya gejala kekacauan mental).

Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yang
dilakukan sehari-hari.

Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yang sama
seperti pasien atau ada riwayat trauma.2

Gejala Klinis

Pada Fraktur tertutup antebrachii, gejala yang harus diperhatikan :


1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau
shorthening
2. Nyeri
3. Bengkak.3

Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik

1. Look : Tampak adanya edema dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, pemendekan) pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera terbuka.
2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, teraba adanya penonjolan tulang, tetapi perlu juga
memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.
3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera.4

Pemeriksaan Penunjang

Dalam ilmu kedokteran, sinar-X dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ
tubuh lain tanpa melakukan pembedahan langsung pada tubuh pasien. Sinar-X lembut digunakan
untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan
manusia tetapi diserap oleh tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk melihat kecacatan
tulang, kepatahan tulang, dan menyiasat keadaan organ-organ dalam badan. Sinar-X keras
digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker, yang disebut radioterapi. Pemeriksaan penunjang
yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk deteksi awal penyakit tetapi sangat
berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi.
Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan diguna sebagai ganti

Diagnosis

Diagnosis kerja :

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi pasien
yaitu adanya Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal. Fraktur tulang adalah putusnya
kesinambungan suatu tulang. Fraktur dapat terjadi pada semua bagian tubuh salah satunya adalah
fraktur antebrachii 1/3 distal yaitu suatu patahan yang mengenai 1/3 bagian bawah tulang
tangan..2
Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur, hampir tak dapat dielakkan menimbulkan
cedera jaringan lunak. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan setelah pemeriksaan
fisik dilakukan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tampak adanya edema dan
deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, teraba adanya penonjolan fragmen tulang,
nyeri tekan (+), dan tidak dapat digerakkan. Fraktur ini dikatakan tertutup karena kulit pemalut
tulangnya masih utuh dan bila terdapat luka pada kulit diatasnya disebut fraktur terbuka.

Diagnosis Banding :

Fraktur Os Radius/Ulna

Klasifikasi Fraktur Antebrachii


1. Fraktur Colles.
Deformitas pada fraktur ini seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi, supinasi). Ini
adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi
berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien
biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.

2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke anterior (volar), karena itu sering disebut reverse collesfracture.
Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan
sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
3. Fraktur Monteggia.
Fraktur sepertiga proximal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proximal. Monteggia
mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi ke
anterior dari kapitulum radius. Ternyata kemudian terbukti bahwa dislokasi ini dapat
terjadi ke lateral dan juga posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap
ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang
tangkis. Pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat
dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fossa cubitus. Pergelangan
tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera pada
saraf radialis. Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (sering) dan tipe fleksi. Pada tipe
ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi.
Sedangkan pada tipe fleksi, gayamendorong dari depan kearah fleksi yang
menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. Gambaran radiologis
jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi sendi radio-humeral.

Pengobatan
Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif sering
menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa. Petunjuk untuk keberhasilan
terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami fraktur hanya setelah itu
sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak kadang dapat
dilakukan manipulasi, tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan flat. Kalau caput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan
bila tidak, harus di terapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku
yang di fleksi selama 6 minggu. Setelahi itu dianjurkan gerakan aktif

4. Fraktur Galleazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan
tangan terbuka yang menahan badan, terrjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi
pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. Jauh lebih sering
terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan
tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering
terjadi. Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila
ringan, nyeri dan tegang dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi
pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal.
Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Gambaran radiologisnya
pada fraktur ini yaitu fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada
sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar
inferior bersubluksasi atau berdislokasi.3,4

Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi
radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif mungkin kurang
memuaskan dan bila demikian, terapi bedah menjadi pilihan.

Epidemologi

Fraktur radius/ulna sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-9% dan sering
juga pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih. Fraktur pada 1/3 distal dari diafisis adalah
sebanyak 79%. Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih
dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami oleh wanita
tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita muda
ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur
intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena
kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh
waktu bermain dirumah atau disekolah.5

Etiologi

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma), seperti kecelakan mobil,
olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar
daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh
dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi
oleh:

1. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.


2. Usia penderita
3. Kelenturan tulang
4. Jenis tulang.

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak
juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena
kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.

Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan (fraktur kelelahan) pada tulang menyebabkan
tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan berulang-ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik). Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang
normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena
kelainan seperti osteoporosis,osteomyelitis atau tumor seperti ewings sarcoma atau metastase
myeloma bisa mengalami patah tulang. Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena jatuh di kamar
mandi dan posisi tangan menahan berat tubuh sehingga pasien tidak dapat menggerakkan
tangannya.

Manifestasi klinik
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di
ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.2,3,4

Patofisiologi
Sewaktu tulang patah ( fraktur ) mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang atau
pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum-sum tulang, sehingga
merangsang pengeluaran katekolamin yang yang akan merangsang pembebasan asam
lemak kedalam sirkulasi yang menyuplai oragan, terutama organ paru sehingga paru akan
terjadi penyumbatan oleh lemak tersebut maka akan terjadi emboli dan menimbulkan
distress atau kegagalan pernafasan. Trauma yang menyebabkan fraktur ( terbuka atau
tertutup ) yang mengakibatkan perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah dan
kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut dan terjadi perdarahan masif yang bila
tidak segera ditangani akan menyebabkan perdarahan hebat, terutama pada fraktur
terbuka ( shock hypopolemik ).
Perdarahan masif ini ( pada fraktur tertutup ) akan meningkatkan tekanan dalam suatu
ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan tulang yang membatasi
jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan oedema sehingga akan menekan
pembuluh darah dan saraf disekitar tulang yang fraktur tersebut maka akan terjadi
sindrom kompartemen ( warna jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri
hebat. )dan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler (4-6 jam kerusakan
yang irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak berfungsi lagi).
Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang yang fraktur
yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel
baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut
kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling (membentuk tulang sejati) tulang sejati ini akan menggantikan kalus dan
secara perlahan mengalami kalsifikasi ( jadi tulang yang matur ).

Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung sendiri
setelah patah tulang. Proses penyambungan tulang pada setiap individu berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan tulang adalah (1) usia pasien, (2) jenis
fraktur, (3) lokasi fraktur, (4) suplai darah, (5) kondisi medis yang menyertainya.5

Penatalaksanaan
1. Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit bergeser), fraktur dibungkus dalam slab gips
yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat
dalam posisinya.
2. Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk
keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi
radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dn sepertiga.
3. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat
dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian didorong
ketempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan
tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudia diperiksa dengan sinar-
X. kalau posisi memuaskan, dipasang slabgips dorsal, membentang dari tepat di bawah
siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang
ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Pembebatan
1. Penggunaan sarung tangan
2. Slab gips yang basah
3. Slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran ulang
sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
memanipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu
dalam 6 minggu dan sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab
dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut krep sementara.

Fraktur colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB
atau IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sbagai
kasus darurat dan diserahkan pada ahlo ortopedik.

Mentosa :
Analgetik
Antibiotik
Vit K
Antibiotik TT ( Toksoid Tetanus )
Antitrombolitik

Non medika mentosa :

a Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,


pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuaiuntuk pengobatan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.
b Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga
didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi
anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah
komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian
hari. Posisi yang baik adalah:alignment yang sempurna dan aposisi yang
sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga,
fraktur impaksi dari humerus, angulasi
c Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi danmemfasilitasi
union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapatdilakukan dengan fiksasi
eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi,dan fiksasi interna meliputi implan logam
seperti screw.
d Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Non-operative:

a. Penanganan tergantung usia dan status lokalis pasien. Terapi non-operatif jarang
dipakai pada orang dewasa.
b. Traksi merupakan terapi paling efektif namun memerlukan waktu 2-3 bulan untuk
penyembuhan.
Operative :

a. Kebanyakan fraktur ditangani dengan intramedullary rod dengan cara open atau
blind nailing.
b. Jika fraktur adalah jenis cominutiva, interlocking nails diguna untuk
mempertahankan panjang tulang dengan meningkatkan fiksasi proksimal dan
distal.6

Komplikasi

1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70
sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila
terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan
tropik dan vasomotor instability.4,6

Pencegahan
Pencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang yang pernah hilang
seperti mengkonsumsi :
Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang jadi
padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral yang
penting dalam hidup.
Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah telah
menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang berlangsung saat
ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan kembali dan masuknya
makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang.
Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi
tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki kandungan vitamin D
rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki
kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur. Vitamin D secara alami
bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi juga dapat
memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah diperkuat dengan
nutrisi.
Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk
membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang).
Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke
tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg magnesium
setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan
mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum, dan sayuran
yang berwarna gelap seperti bayam.
Berhati-hati dalam berdiri dan berjalan.6
Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan status kesehatan individu
serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka, namun,
individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur antebrachii tertutup memiliki tingkat kematian
17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin
terjadi, dan kecacatan/deformitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat
fraktur.5

Penutup

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur
tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasi sehingga lokasi
fraktur tidak terpajan lingkungan luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur gabungan adalah
fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup terutama di
tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapat compartment syndrome
karena pada patah tulang tertutup, darah tidak dapat keluar dan sering menimbulkan peningkatan
tekanan compartment otot. Justru, pemeriksaan neurovascular distal terutama bila kulit terlihat
tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jika terlambat amputasi terpaksa dilakukan.
Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhan dan prognosis yang membaik.

Daftar Pustaka

1. Aru W. Sudoyo, Bambang S, Idrus A, Marcellus simadibrata, Siti S editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid III edisi V. Pusat informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta; 2009 : 2556-564.
2. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk. Editor edisi
bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep klinis penyakit. Edisi 6.
EGC. Jakarta; 2009 : 1381-1406.
3. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harissons principles of internal
medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2008.
4. Becker MA, Jolly M. Clinical gout and pathogenesis of hypeuricemia. In : Arthritis and
allied condition. A textbook of Rheumatology. Koopman WJ,editor. Edisi 15. Baltimore:
Lippincott Williams and Wilkins; 2008. P. 2303-33.
5. Klippel JH,. Gout, epidemiology, pathology and pathogenesis. In : Primer on the rheumatic
disease. Edisi 12. Atlanta: Arthritis foundation; 2008. p. 307-24.
6. Freddy PW, Sulistia Gan. Farmakologi : analgesik antipiretik analgesik anti-inflamasi dan
obat gangguan sendi lainnya. Edisi ke-5. FKUI; 2007. 230-46.

Anda mungkin juga menyukai