Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informasi pertanahan saat ini menjadi kebutuhan pokok berbagai pihak yang harus
segera terlayani. Ketersediaan informasi pertanahan merupakan salah satu unsur penting dalam
tata pengelolaan negara guna perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan tanah. Sebelum era perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi
seperti sekarang ini, Indonesia telah melaksanakan Sistem Informasi Pertanahan secara
konvensional, yaitu sistem manajemen basis data terpadu antara obyek grafis persil (peta) dan
non-grafis (atribut persil). Sistem Informasi Pertanahan (SIP) biasa disebut juga Land
Information System (LIS). Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa informasi
pertanahan lengkap dengan keseluruhan atributnya, secara konvensional memerlukan banyak
tenaga dan waktu, sulit dipertukarkan, sulit dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan
penyajiannya.
Sekarang, dengan perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi, termasuk
perkembangan komputer, telekomunikasi, termasuk layanan internet menjadi supply atas
kebutuhan-kebutuhan akan informasi, termasuk informasi pertanahan. Kompilasi sistem
informasi dan teknologi informasi dalam pengumpulan, pemrosesan dan pengolahan data guna
menghasilkan informasi telah mendorong dan meningkatkan : efisiensi, efektifitas, keterbukaan,
jangkauan pelayanan dan interaksi karena kemampuannya mereduksi ruang dan waktu. Sistem
Informasi merupakan sekumpulan data dasar yang memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dan
telah melalui proses pengolahan (basis data) dengan menggunakan teknologi informasi guna :
perencanaan, perancangan dan pengambilan berbagai keputusan berbasis keruangan.
Di Kelurahan Menanggal, sistem informasi pertanahan belum diterapkan, jadi untuk
melaksanakan tugasnya hanya menggunakan sebatas peta digital, maka dari itu perlu
adanya sistem informasi pertanahan yang terpadu dan mutakhir untuk mendukung dan
mengoptimalkan pengelolaan sistem informasi pertanahan di Kelurahan Menanggal.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan aplikasi sistem informasi pertanahan ini adalah:
a. Untuk pembuatan sistem informasi pertanahan mengenai jaminan terhadap tanah
b. Untuk mengelola s i s t e m basis data simulasi dari pelayanan jaminan terhadap tanah

1.3 Manfaat

1
Manfaat dari pembuatan aplikasi sistem informasi pertanahan ini adalah:
a. Memberikan kemudahan dalam pelayanan jaminan terhadap tanah
b. Memudahkan dalam memperoleh informasi spasial maupun non-spasial terkait Pertanahan.
c. Simulasi pertanahan ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan sistem informasi
pertanahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Pertanahan


Lahirnya sistem informasi pertanahan ini dilatarbelakangi adanya kebutuhan/demand
informasi guna perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan secara cepat, murah
dan terjangkau yang tidak dibatasi oleh waktu dan ruang. Informasi pertanahan yang
dikelola dalam Sistem Informasi Pertanahan (SIP) menerapkan teknologi-teknologi tersebut
di bidang pertanahan dan merupakan unsur dasar dalam perencanaan, perancangan dan
pengambilan keputusan keruangan. Sistem Informasi Pertanahan (SIP) merupakan sistem
informasi pendukung dalam pengelolaan (management) pertanahan secara terintegrasi. SIP
dapat didefinisikan sebagai kombinasi manusia dan sumberdaya keteknikan yang disertai
dengan tata-laksana organisasi untuk memproduksi informasi yang diperlukan untuk
pendukung pengelolaan pertanahan. Sistem Informasi Pertanahan (SIP) adalah kombinasi
sumberdaya manusia dan sumberdaya teknik bersama dengan seperangkat prosedur
mengorganisir yang menghasilkan pengumpulan, penyimpanan, pemanfaatan, penyebaran,
dan pemakaian informasi pertanahan dalam suatu cara yang sistematis (Walijatun; 2002).

2.2 Pelayanan BPN Pencatatan Sita Jaminan


Sita jaminan adalah sita terhadap barang-barang milik tergugat yang disengketakan
status kepemilikannya melalui gugatan, baik dalam sengketa wanprestasi maupun perbuatan
melanggar hukum. Upaya sita jaminan (Conservatoir Beslaag) diatur dalam pasal 227
HIR. Pihak yang bersengketa dengan dasar gugatan dan bukti-bukti otentik mengajukan
Permohonan Sita Jaminan kepada Ketua Pengadilan Negeri di mana gugatan diajukan.
Ketua Pengadilan Negeri kemudian menunjuk Majelis Hakim untuk menangani
permohonan sita jaminan. Selanjutnya proses permohonan sita jaminan adalah sebagai
berikut :
1. Ketua Majelis membuat penetapan tentang permohonan sita jaminan dan hari
persidangan perkara tersebut, dengan empat macam kemungkinan :
Mengabulkan permohonan sita sekaligus menetapkan hari sidang;
Menolak permohonan sita jaminan dan menetapkan hari sidang;
Mengabulkan permohonan sita jaminan dan menangguhkan hari sidang;
Menetapkan hari sidang perkara tersebut dan menangguhkan.
2. Apabila Majelis Hakim memilih membuat penetapan yang keempat, yaitumenetapkan
hari sidang dan menangguhkan tentang permohonan sita jaminan jurusita pengganti
memanggil para pihak untuk hadir dipersidangan yang telah ditetapkan hari serta tanggal
persidangan tersebut, sebelum memeriksa pokok perkara dengan persidangan insidentil,
Majelis Hakim meme riksa mengenai permohonan sita jaminan tentang kebenaran dalil

3
Permohonan mengenai sita jaminan, apabila terbukti dalil permohonan
mengenai :Adanya persangkaan yang kuat serta beralasan bahwa Tergugat akan
menghilangkan atau bermaksud untuk memin dah tangankan atau menjauhkan barang
dari kepent ingan Penggugat. Selanjutnya Ketua Majelis membuat penetapan yang
berisikan pengabulan tentang permohonan sita jaminan sekaligus memerintahkan kepada
Jurusita atau jika berhalangan digantikan oleh wakilnya yang sah dengan didampingi dua
orang saksi untuk meletakkan sita terhadap barang/objek yang dimohonkan agar
diletakkan sita jaminan.
Hal-hal yang penting diperhat ikan dalam penanganan sita jaminan antara lain : SEMA
RI No. 5 Tahun 1975 Tanggal 09 Desember 1975, yaitu :
Barang yang disita nilainya jangan melampaui nilai gugat;
Barang yang disita didahulukan benda yang bergerak, jika tidak mencukupi baru benda
yang tidak bergerak;
Barang yang disita tetap dalam penguasaan/pemeliharaan sitersita;
Perhatikan ketentuan pasal 198 dan 199 HIR/213 dan 214 RBg.
Setelah memperoleh perintah dari Ketua Majelis agar meletakkan sita terhadap objek
yang dimohonkan diletakkan sita jaminan. Jurusita atau wakilnya yang sah, perlu melakukan
langkah-langkah persiapan antara lain sebagai berikut :
1. Mencek pada kasir/jurnal keuangan perkara, apakah panjar biaya perkara telah
mencukupi untuk kepentingan/keperluan proses perkara tersebut, jika belum cukup maka
sesuai dengan prosedur kepada Penggugat diminta agar menambah panjar biaya perkara,
adapun rincian biaya pelaksanaan sita jaminan meliputi : Biaya Materai dan Biaya
Pelaksanaan, yaitu : Biaya Transportasi, Upah Saksi dan Biaya Pengamanan.
2. Merencanakan/menetapkan tentang hari dan tanggal pelaksanaan sita dimaksud,
membuat surat yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan sita jaminan antara lain :
Pemberitahuan kepada para pihak agar hadir pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan
di tempat/lokasi objek yang akan diletakkan sita jaminan, permohonan pengamanan ke
pada Ke polisian (POLSEK) setempat (jika dianggap perlu), serta surat-surat lain yang
diajukan kepada Pejabat terkait seperti Kepala Kelurahan /Kepala Desa, Kepala Kantor,
BPN dan lain-lain .
3. Merencanakan/menetapkan tentang hari dan tanggal pelaksanaan sita dimaksud,
membuat surat yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan sita jaminan antara lain :
Pemberitahuan kepada para pihak agar hadir pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan
di tempat/lokasi objek yang akan diletakkan sita jaminan, permohonan pengamanan ke
pada Ke polisian (POLSEK) setempat (jika dianggap perlu), serta surat-surat lain yang
diajukan kepada Pejabat terkait seperti Kepala Kelurahan /Kepala Desa, Kepala Kantor,
BPN dan lain-lain.

4
4. Membuat/mengecek persiapan yang menyangkut sarana dan prasarana ketika akan
melaksanakan tugas penyitaan seperti : dua orang saksi yang memenuhi persyaratan ,
menyiapkan berita acara sita jaminan,jika objek yang akan disita berupa benda yang
tidak bergerak dan belum disertifikatkan, maka diperlukan pula petugas yang profesional
dari kantor BPN untuk melakukan pengukuran tentang luas objek tersebut, sert a h al-hal
lain yang diperlukan.

2.3 Buku Tanah


Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data
fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

2.4 Surat Ukur


Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk
peta dan uraian, yang diambil datanya dari peta pendaftaran . Dalam PP 10/1961 surat ukur
merupakan petikan dari peta pendaftaran.

2.5 Sertipikat Tanah


Sertipikat Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, Hak Pengelolaan, tanah wakaf, Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dan Hak Tanggungan, yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan.

2.6 Pemodelan Basis Data


Model basis data adalah kumpulan dari konsepsi basisdata yang biasanya mewakili
struktur dan relasi data yang terdapat pada suatu basis data. Esensi sebuah model basisdata
adalah tempat dimana data atau suatu metodologi untuk menyimpan data. Kita tidak dapat
melihat model basisdata tetapi kita dapat melihat algoritma yang digunakan oleh model
basisdata tersebut.
Ada 2 macam model basis data :
1. Model konseptual
Model konseptual terfokus kepada representasi basis data secara alam logika. Model
ini lebih memperhatikan tetang apa yang disajikan dibanding dengan bagaimana cara
menyajikannya.
2. Model Implementasi
Ditekankan pada Bagaimana cara data disajikan pada basis data atau Bagaimana
struktur data diimplementasikan. Dari konsep Model basisdata implementasi terdapat
beberapa konsep basisdata yang berkembang antara lain :
Model basisdata hierarki (hierarchical database)

5
Sistem basisdata hierarki merupakan konsep model basisdata yang tertua, tidak ada
kepastian kapan konsep ini mulai digunakan. Model ini berupa suaty tree dengan relasi
Parent Child Relationships dengan hubungan satu-banyak (1-N).
Struktur dasar basisdata hierarki :
Kumpulan record-record yang secara logika terorganisir seperti struktur pohon
dari atas ke bawah (berbentuk hirarki). Model ini banyak digunakan pada saat awal
komputer database mainframe. Sistem ini banyak digunakan pada tahun 50-an dan 60-an,
yang banyak digunakan oleh bank dan lembaga asuransi pada masa itu.
Lapisan paling atas bertindak sebagai induk/root dari segmen yang tepat berada di
bawahnya dan lapisan bawah tidak bisa memiliki lebih dari satu root.
Segmen yang berada di bawah dari suatu segmen lainnya merupakan anak dari
segmen yang ada di atasnya.
Struktur pohon mewakili urutan hierarki dari media penyimpan pada komputer.
Keuntungan :
Secara konseptual model basisdata ini sederhana.
Keamanan basisdata lebih baik
Kebebasan data
Integritas data dalam satu tree lebih baik
Basisdata skala besar lebih efisien
Kerugian :
Sistem lebih rumit
Kekurangan pada kebebasan structural

2.7 Software PostgerSQL


PostgreSQL adalah sebuah sistem basis data yang disebarluaskan secara bebas menurut
Perjanjian lisensi BSD. Piranti lunak ini merupakan salah satu basis data yang paling banyak
digunakan saat ini, selain MySQL dan Oracle. PostgreSQL menyediakan fitur yang berguna
untuk replikasi basis data. Fitur-fitur yang disediakan PostgreSQL antara lain DB Mirror,
PGPool, Slony, PGCluster, dan lain-lain. PostgreSQL adalah sistem database yang kuat untuk
urusan relasi, open source. Memiliki lebih dari 15 tahun pengembangan aktif dan sudah terbukti
segala rancangan arsitekturnya telah mendapat reputasi tentang kuat, handal, integritas
data, dan akurasi data

2.8 Software PostGIS


PostGIS adalah extension dari PostgreSQL yang bersifat object relational database
server yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan fitur SIG dalam database server. PostGIS
adalah software Open Source yang tidak perlu membeli lisensi untuk menggunakannya. PostGIS
dikembangkan oleh Refractions Research of Victoria sebagai proyek penelitian teknologi
database spasial. PostGIS mempunyai karakteristik unik tersendiri yang membedakannya dengan
database yang lain, seperti :

6
PostGIS mendukung semua fitur OGC (OpenGIS Consortium) seperti : titik, garis, polygon,
multipoint, multiline, multipoligon, dan Geometry Collection.
PostGIS menggunakan teks format OGC dalam perintah SQL untuk merepresentasikan fitur
SIG.
PostGIS menyediakan proses indexing secara cepat dengan menggunakan GiST (Generalized
Search Tree) atau R-Tree Indexes.

BAB III
METODOLOGI PEKERJAAN

3.1 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan adalah Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya
Propinsi Jawa Timur. Kelurahan Menanggal terletak pada koordinat 72026LS
1124346BT. Kelurahan Menanggal memiliki perbatasan sebagai berikut:

7
Gambar 3.1 Lokasi Pekerjaan

3.2 Data dan Peralatan


3.2.1 Data
Data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Data tabel simulasi buku tanah, surat ukur dan sertipikat.
2. Citra Google Earth Kecamatan Gayungan
3. Data batas wilayah Kelurahan Menanggal
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Perangkat Keras (Hardware)
- Notebook
- Mouse
2. Perangkat Lunak (Software)
- Microsoft Office 2010
- AutoCAD Map 3D
- PostgreSQL 9.2
- PostGIS 2.0
- Map Object
- Visual Basic 6

3.3 Metodologi Pekerjaan


3.3.1 Perancangan Basis Data

8
Perancangan basis data merupakan tahap awal pembuatan basis data, termasuk
didalamnya penentuan struktur basis data, hubungan antar tabel, isi, dan aplikasi apa saja
yang akan dijalankan. Perancangan basis data dalam system mempunyai tujuan untuk
mempermudah hubungan-hubungan antar tabel satu dengan tabel lainnya. Basis data
mempunyai fungsi untuk mencatat, menyimpan, memanipulasi dan menampilkan hasil.
Secara garis besar, tahapan pembangunan basis data ini meliputi tahapan eksternal, tahapan
konseptual dan tahapan implementasi.
3.3.1.1 Tahapan Eksternal
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan pengguna yang berhubungan
dengan perancangan sistem informasi pertanahan simulasi pelayanan pencatatan sita
jaminan BPN. Dalam mengidentifikasi kebutuhan pengguna ini, dilakukan studi literatur
tentang prosedur pelayanan pencatatan sita jaminan BPN. Hasil identifikasi kebutuhan
pengguna dalam tahapan eksternal dapat membantu pembuatan entitas-entitas untuk
membangun basis data sistem informasi pertanahan. Tiap entitas memiliki informasi yang
mendeskripsikan karakteristik dari entitas yang disebut sebagai atribut. Adapun entitas yang
digunakan adalah batas persil, data yurisdis, jalan, lokasi persil, persil, sertipikat, surat ukur,
dan STTD.
3.3.1.2 Tahap Konseptual
Setelah pemilihan entitas yang akan dimasukkan ke dalam basis data, relasi antara data
tersebut harus dibuat terlebih dahulu. Pada tahapan ini dilakukan perancangan model relasi
antar entitas yang akan dibentuk berupa Entity Relationship Diagram (ERD). Adapun entitas
dan atribut yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar entitas dan atribut sistem informasi pertanahan simulasi pelayanan pencatatan
sita jaminan BPN
No. Entitas Atribut
1. Batas Persil a. ID Batas Persil
b. PPAT
c. No Buku Tanah
d. Tanggal Penetapan Batas
2. Data a. ID Data Yurisdis
Yurisdis b. No Buku Tanah
c. Status Hukum

Tabel 3.2 Daftar entitas dan atribut sistem informasi pertanahan simulasi pelayanan
pencatatan sita jaminan BPN (lanjutan)
No. Entitas Atribut
3. Jalan a. ID Jalan
b. Geometry Jalan
c. Nama Jalan
4. Lokasi a. ID Lokasi Persil
Persil b. No Buku Tanah
c. Alamat
d. Kelurahan

9
e. Kecamatan
f. Kota
g. Propinsi
5. Persil a. ID Persil
b. Geometry Persil
6. Sertipikat a. ID Sertipikat
b. No Buku Tanah
c. Pemegang Hak
d. No Bidang Tanah
7. Surat Ukur a. ID Surat Ukur
b. No Induk Bangunan
c. No Buku Tanah
d. No Surat Ukur
e. No Peta Pendaftaran
8. STTD a. ID STTD
b. Pemegang Hak
c. Tanggal
d. Keterangan

Gambar 3.2 ERD sistem informasi pertanahan simulasi pelayanan pencatatan sita jaminan
BPN
a. Entity Relationship
1. Hubungan entitas batas persil dengan entitas lokasi persil
a) Enterprise Rules
i. satu batas persil memiliki lebih dari satu lokasi persil.
ii. satu lokasi persil pasti memiliki satu batas persil.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah banyak ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. batas_persil (#id_batas_persil, ppat, tanggal_penetapan_batas)

10
ii. lokasi_persil (#id_lokasi_persil, alamat, kelurahan, kecamatan, kota, propinsi)
2. Hubungan entitas lokasi persil dengan entitas surat ukur
a) Enterprise Rules
i. satu lokasi persil hanya memiliki satu surat ukur.
ii. satu surat ukur pasti memilki satu lokasi persil.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. lokasi_persil (#id_lokasi_persil, alamat, kelurahan, kecamatan, kota, propinsi)
ii. surat_ukur (#id_surat_ukur, no_induk_bangunan, no_buku_tanah,
no_surat_ukur, no_peta_pendaftaran)
3. Hubungan entitas batas persil dengan entitas surat ukur
a) Enterprise Rules
i. satu batas persil hanya memiliki satu surat ukur.
ii. satu surat ukur pasti memiliki satu batas persil.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. batas_persil (#id_batas_persil, ppat, tanggal_penetapan_batas)
ii. surat_ukur (#id_surat_ukur, no_induk_bangunan, no_buku_tanah,
no_surat_ukur, no_peta_pendaftaran)
4. Hubungan entitas jalan dengan entitas lokasi persil
a) Enterprise Rules
i. satu jalan memiliki lebih dari satu lokasi persil.
ii. satu lokasi persil pasti memiliki satu jalan.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah banyak ke satu.

b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. jalan (#id_jalan, geometry_jalan, nama_jalan)
ii. lokasi_persil (#id_lokasi_persil, alamat, kelurahan, kecamatan, kota, propinsi)
5. Hubungan entitas lokasi persil dengan entitas persil
a) Enterprise Rules
i. satu lokasi persil hanya memiliki satu persil.
ii. satu persil pasti memiliki satu lokasi persil.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. lokasi_persil (#id_lokasi_persil, alamat, kelurahan, kecamatan, kota, propinsi)

11
ii. persil (#id_persil, geometri_persil)
6. Hubungan entitas sertipikat dengan entitas surat ukur
a) Enterprise Rules
i. satu sertipikat hanya memiliki satu surat ukur.
ii. satu surat ukur pasti memiliki satu sertipikat
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. sertipikat (#id_sertipikat, no_buku_tanah, pemegang_hak, no_bidang_tanah)
ii. surat_ukur (#id_surat_ukur, no_induk_bangunan, no_buku_tanah,
no_surat_ukur, no_peta_pendaftaran)
7. Hubungan entitas data yurisdis dengan entitas surat ukur
a) Enterprise Rules
i. satu data yurisdis hanya memiliki satu surat ukur.
ii. satu surat ukur pasti memiliki satu data yurisdis.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. data_yurisdis (#id_data_yurisdis, no_buku_tanah, status_hukum)
ii. surat_ukur (#id_surat_ukur, no_induk_bangunan, no_buku_tanah,
no_surat_ukur, no_peta_pendaftaran)

8. Hubungan entitas data yurisdis dengan sertipikat


a) Enterprise Rules
i. satu data yurisdis hanya memiliki satu sertipikat.
ii. satu sertipikat pasti memiliki satu data yurisidis.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton
i. data_yurisdis (#id_data_yurisdis, no_buku_tanah, status_hukum)
ii. sertipikat (#id_sertipikat, no_buku_tanah, pemegang_hak, no_bidang_tanah)
9. Hubungan entitas sertipikat dengan entitas sttd
a) Enterprise Rules
i. satu sertipikat hanya memiliki satu sttd.
ii. satu sttd pasti memiliki satu sertipikat.
iii. hubungan kedua entitas tersebut adalah satu ke satu.
b) Diagram ER

c) Tabel skeleton

12
i. sertipikat (#id_sertipikat, no_buku_tanah, pemegang_hak, no_bidang_tanah)
ii. sttd (#id_sttd, pemegang_hak, tanggal, keterangan)
b. Tabel Skeleton
Berikut ini adalah tabel-tabel skeletonnya secara keseluruhan:
1. batas_persil (#id_batas_persil, ppat, no_buku_tanah, tanggal_penetapan_batas)
2. data_yurisdis (#id_data_yurisdis, no_buku_tanah, status_hukum)
3. jalan (#id_jalan, geometry_jalan, nama_jalan)
4. lokasi_persil (#id_lokasi_persil, no_buku_tanah, alamat, kelurahan, kecamatan, kota,
propinsi)
5. persil (#id_persil, geometri_persil)
6. sertipikat (#id_sertipikat, no_buku_tanah, pemegang_hak, no_bidang_tanah)
7. surat_ukur (#id_surat_ukur, no_induk_bangunan, no_buku_tanah, no_surat_ukur,
no_peta_pendaftaran)
8. sttd (#id_sttd, pemegang_hak, tanggal, keterangan)
3.3.1.3 Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahapan untuk membuat perancangan fisik bagaimana
menerapkan data dan model basis data sesuai dengan perangkat lunak (software) yang
digunakan yang mengacu pada tahapan eksternal dan tahapan konseptual yang telah
dikerjakan sebelumnya. Tahap implementasi adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Basis Data
Pembuatan basis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak PosgreSQL 9.2
pgAdmin III adalah sebagai berikut:
Klik kanan pada Databases New Database ketik nama basis data pilih owner
postgres.

Gambar 3.3 Pembuatan Basis Data


b. Pembuatan Tabel
Pembuatan tabel baru dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak PosgreSQL 9.2
pgAdmin III adalah sebagai berikut:

13
1) Masuk pada database postgis Schemas public klik kanan pada Tables New
Table

Gambar 3.4 Menambahkan Tabel


2) Memberi nama tabel baru sesuai yang diinginkan dan memilih owner postgres

Gambar 3.5 Memberi nama tabel baru


3) Menambahkan kolom pada tabel dengan cara klik Columns memberi nama kolom
memilih tipe data kolom

14
Gambar 3.6 Membuat kolom tabel tipe angka
Apabila ingin menambhkan kolom karakter pilih tipe data character varying dan ketik
panjang karakter pada Length

Gambar 3.7 Membuat kolom tabel tipe karakter


Sehingga akan terbentuk daftar nama-nama kolom yang digunakan

Gambar 3.8 Daftar kolom tabel

15
4) Membut Primary Key dengan cara klik Constrants Add ketik nama primary key
pilih kolom yang akan dijadikan primary key

Gambar 3.9 Membuat Primary Key

Gambar 3.10 Memberi nama primary key

16
Gambar 3.11 Memlih kolom primary key

3.4 Pengolahan Data


3.4.1 Pengumpulan Data
Data awal yang digunakan berupa tabel dalam format Microsoft Excel *.xlsx, data
jalan dalam bentuk data raster citra Google Earth dan data persil dalam bentuk data raster
citra Google Earth. Masing-masing data raster citra Google Earth mempunyai system
koordinat proyeksi UTM zona 48S dengan ellipsoid WGS84.

3.4.2 Digitasi Jalan dan Persil


Tahapan ini adalah tahapan untuk mendapatkan data jalan dan persil dalam bentuk
model data vektor yang berasal dari data raster citra Google Earth. Pembuatan jalan dan
persil menggunakan proses digitasi berupa objek polyline untuk digitasi jalan dan poligon
untuk digitasi persil.

17
Gambar 3.12 Digitasi Jalan

Gambar 3.13 Digitasi Persil


3.4.3 Konversi *.dwg ke format *.shp
Tahapan ini adalah tahapan untuk melakukan konversi dari format fie autoCAD *.dwg
ke basis data *.sql. Tahapan ini menggunakan aplikasi eksport pada autoCAD. Langkah-
langkah mengeksport data *dwg ke *.shp adalah sebagai berikut:
1) Pilih menu Map Drafting Import/Eksport Eksport

Gambar 3.14 Ekport *.dwg


2) Ketik lokasi file *.shp pilih output type

18
Gambar 3.15 Lokasi file *.shp

Gambar 3.16 Pilih output type


3.4.4 Konversi *.shp ke format *.sql
Tahapan ini adalah tahapan untuk melakukan konversi dari format file *.shp ke basis
data *.sql. Tahapan ini menggunakan aplikasi shp2pgsql-gui pada program file postgreSQL.
Langkah-langkah mengimport data *.shp ke database *.sql adalah sebagai berikut:
1) Membuka aplikasi shp2pgsql-gui pada C:\Program
Files\PostgreSQL\9.2\bin\postgisgui\shp2pgsql-gui

19
Gambar 3.17 Aplikasi shp2pgsql-gui
2) Mengkoneksikan dengan databse pada pgAdmin III dengan cara klik View connection
details ketik username, password dan database postgresql yang digunakan OK

Gambar 3.18 Koneksi dengan database


3) Pilih file *.shp dengan cara Add file Open Import OK

20
Gambar 3.19 PIlih file yang akan diimport ke sql

Gambar 3.20 Proses import *.shp ke *.sql


3.4.5 Konversi Data Excel pada pgAdmin III
Tahapan ini adalah berupa mengimport data pada tabel Microsoft Excel ke dalam tabel
pada basis data PostGIS pgAdmin III. Langkah-langkah mengimport data excel pada
pgAdmin III adalah sebagai berikut:
1) Klik kanan pada tabel surat_ukur import pilih file *.csv format csv encoding
UTF8

21
Gambar 3.21 Memilih file csv
2) Memilih bentuk delimiter file csv Import Done

Gambar 3.22 Memilih bentuk delimiter

22
Gambar 3.23 Proses mengimport file csv

BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Analisa Desain dan Implementasi Perancangan Sistem Basis Data


Pada tahap perancangan basis data tahap konseptual, relasi yang terbentuk sebagian
besar adalah relasi tunggal (satu ke satu). Selain itu terdapat relasi ganda yang digunakan
untuk kebutuhan kedua relasi yang berbeda. Sistem basis data yang telah dibangun
memudahkan mengakses atau merubah data yang telah ada. Model desain dan implementasi
perancangan system basis data yang diterapkan memiliki entitas berupa data tabel non
spasial yang saling berhubungan, entitas berupa spasial digunakan untuk mengetahui lokasi
data tabel non spasial tersebut.

4.2 Analisa Query Tabel pada Database


Query tabel yang dimunculkan pada system informasi pertanahan ini adalah query
antara tabel lokasi persil, batas persil, surat ukur sehingga mendapatkan tabel baru dengan
nama surat ukur.sql, query antara tabel sertipikat, data yurusdis, dan surat ukur sehingga
mendapatkan tabel baru dengan nama sertipikat.sql, dan query antara tabel lokasi persil dan

23
tabel geometri persil sehingga mendapatkan tabel baru dengan nama persil.sql. Query ini
memudahkan untuk mendapatkan data surat ukur, lokasi persil, dan sertipikat pengguna.

4.3 Analisa Identify Peta dengan Map Object


Berdasarakan analisa indentify peta dengan map object dalam system informasi
pertanahan dapat diketahui persil beserta atribut persil. Tiap-tiap persil memiliki atribut yang
berbeda-beda. Identify ini menghubungkan persil dengan databasenya.

4.4 Analisa Pencarian Data pada Database


Berdasarkan analisa pencarian data pada database dapat memunculkan data yang
diketikkan pada form pencarian pada tabel database. Data yang dicari otomatis akan keluar
beserta tabel query penyusunnya. Pengguna system informasi pertanahan ini tidak akan
kesulitan dalam mencari data ratusan bahkan ribuan data yang tersimpan pada database.

4.5 Analisa Menambahkan Data pada Database


Berdasarkan analisa menambahkan data pada database dapat membantu mengupdate
data pengguna secara otomatis. Penambahan data hanya dapat berupa data field angka atau
karakter, sedangkan data gambar persil tidak bisa.
4.6 Implementasi Interface pada Sistem
Desain form atau interface dari Sistem Informasi Properti Koperasi Mekar dan Koperasi
Sumber Makmur adalah sebagai berikut:

1. Menu Masuk Aplikasi dan Form Login

24
Gambar 4.1 Menu Masuk Aplikasi

Gambar 4.2 Form Log in

2. Menu Utama

Gambar 4.3 Menu Utama (Main Menu)

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pekerjaan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Pencatatan sita jaminan dapat dijadikan sebuah sistem informasi pertanahan dengan
bantuan software postgreSQL, PostGIS, ArcGIS, dan Visual Basic
2) Pencatatan sita jaminan dapat dikelola dengan mudah dengan sistem informasi
pertanahan digital.

5.2 Saran
Saran penyusun untuk perbaikan perkerjaan pembuatan sistem informasi pertanahan
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Program sistem informasi pertanahan harus jelas
2) Pembuatan sistem informasi pertanahan dibentuk dengan basis data yang teratur dan
tersusun rapi.
3) Pelajari software yang digunakan dengan cermat.

26

Anda mungkin juga menyukai