Anda di halaman 1dari 87

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT


DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN

NASKAH SEKOLAH SEMENTARA

tentang

PENGETAHUAN UNDANG - UNDANG


LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN RAYA

untuk

SUSTA MUDI ANGMOR

Nomor : 32-03-C3-D3001

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN DIRBEKANGAD


NOMOR KEP / 47 / X / 2010 TANGGAL 29 OKTOBER 2010

DILARANG MEMPERBANYAK ATAU MENGUTIP TANPA IZIN DIRBEKANGAD


RAHASIA
RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Dirbekangad


DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN Nomor Kep / 47 / X / 2010
Tanggal 29 Oktober 2010

PETUNJUK UMUM
( Khusus untuk Tenaga Pendidik )

1. Mata Pelajaran : Pengetahuan Undang - Undang Lalu Lintas


Angkutan Jalan Raya.

Untuk macam / jenis pendidikan : Susta Mudi Angmor.

2. Jumlah Jam Pelajaran : 10 Jam Pelajaran.

a. Teori : 8 Jam Pelajaran.


b. Praktek siang : - Jam Pelajaran.
c. Praktek malam : - Jam Pelajaran.
d. Ujian : 2 Jam Pelajaran.

3. Isi Pelajaran :

a. Pendahuluan.
b. Fungsi Peraturan dan Perambuan Jalan Raya.
c. Ketentuan dan Aturan Pengunaan Jalan Raya.
d. Penandaan Jalan Raya.
e. Perambuan Lalu Lintas Jalan Raya.
f. Evaluasi Akhir.
g. Penutup.

RAHASIA
2

4. Tujuan Pelajaran :
a. Tujuan Kurikuler : Agar Tantama Siswa memahami tentang Peraturan
dan Perambuan Jalan Raya yang sangat berguna dalam pelaksanaan tugas.
b. Tujuan Instruksional :
1) Pendahuluan. ( 10 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tantama Siswa
memahami maksud dan tujuan diberikannya pelajaran tentang
Pengetahuan Undang - Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjelaskan
maksud dan tujuan diberikan pelajaran Pengetahuan Undang -
Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya serta menunjukkan
antusias / minat dalam menerima pelajaran.
2) Fungsi Peraturan dan Perambuan Jalan Raya. ( 1 JP 40 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tamtama Siswa me-
mahami tentang fungsi peraturan dan perambuan jalan raya.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjelaskan
secara jelas tentang fungsi peraturan dan perambuan jalan raya.
3) Ketentuan dan Aturan Pengunaan Jalan Raya. ( 1 JP 25 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tantama Siswa
memahami tentang ketentuan dan aturan pengunaan jalan raya.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjelaskan
tentang ketentuan Undang - undang RI nomor. 22 tahun 2009, azas
dan tujuan, ruang lingkup keberlakuan undang - undang, jaringan lalu
lintas dan angkutan jalan, penggunaan dan perlengkapan jalan,
fasilitas pendukung, kendaraan, pengemudi, syarat dan prosedur,
pemasangan, tata cara berlalu lintas, angkutan, kecelakaan lalu lintas
dan ketentuan pidana.
4) Penandaan Jalan Raya. ( 1 JP 25 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tantama Siswa
memahami tentang penandaan jalan raya.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjelaskan
tentang marka jalan, material dan warna marka dan fasilitas
pendukung marka jalan.
3
5) Perambuan Lalu Lintas Jalan Raya. ( 1 JP 25 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tantama Siswa
memahami tentang perambuan lalu lintas jalan raya.
b) Kriteria keberhasilan. Agar Tantama Siswa dapat
menjelaskan tentang persyaratan warna dan bentuk, rambu - rambu
peringatan, rambu - rambu larangan dan rambu - rambu petunjuk.
6) Penutup. ( 10 menit )
a) Tujuan instruksional umum. Agar Tantama Siswa
mengerti pentingnya pelajaran Pengetahuan Undang - Undang Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya untuk mendukung pelaksanaan tugas di
satuan.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjelaskan
seluruh isi materi pelajaran Pengetahuan Undang - Undang Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya.
7) Evaluasi. ( 1 JP )
a) Tujuan Instruksional umum. Agar tingkat pemahaman
dan kemampuan Tantama Siswa dapat diukur / diketahui sesuai
materi pelajaran Pengetahuan Undang - Undang Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya. Yang telah diberikan.
b) Kriteria keberhasilan. Tantama Siswa dapat menjawab
pertanyaan dan dapat menjelaskan tentang materi Pengetahuan
Undang - Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dengan baik dan
benar.

5. Metode :

a. Metode Utama : Ceramah.


b. Metode Penunjang : Tanya jawab.

6. Alins / Alongins :
a. Komputer dan LCD Proyektor.
b. OHP dan Transparasi.
c. White Board dan Board Maker.
d. Papan Tulis / Kapur Tulis.
4

7. Proses Belajar Mengajar :

NO KEGIATAN GADIK KEGIATAN TAMTAMA SISWA


1 2 3
1. Pendahuluan.

- Menjelaskan secara umum tentang - Memperhatikan, mendengar-


maksud dan tujuan perlunya kan dan mencatat hal - hal yang
diberikan pelajaran Pengetahuan penting.
Undang - Undang Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya.

2. Fungsi Peraturan dan Perambuan Jalan


Raya.

a. Menjelaskan secara rinci tentang fungsi a. Memperhatikan, mendengar-


peraturan dan perambuan jalan raya. kan dan mencatat hal - hal yang
penting.

b. Melaksanakan pengecekan / evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan dari /
melemparkan pertanyaan dan menjawab kepada Gadik.
pertanyaan ke / dari Siswa.

3. Ketentuan dan Aturan Pengunaan Jalan


Raya.

a. Menjelaskan secara rinci tentang


a. Memperhatikan, mendengar-
ketentuan Undang - Undang RI nomor. 22
kan dan mencatat hal - hal yang
tahun 2009, asas dan tujuan, ruang lingkup
penting.
keberlakuan Undang - Undang, jaringan lalu
lintas dan angkutan jalan, penggunaan dan
perlengkapan jalan, fasilitas pendukung,
kendaraan, pengemudi, syarat dan
prosedur, pemasangan, tata cara berlalu
lintas, angkutan, kecelakaan lalu lintas dan
5

1 2 3

ketentuan pidana.

b. Melaksanakan pengecekan / evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan dari /
melemparkan pertanyaan dan menjawab kepada Gadik.
pertanyaan ke / dari Siswa.

4. Penandaan Jalan Raya.

a. Menjelaskan secara rinci tentang marka a. Memperhatikan, mendengar-


jalan, material dan warna marka dan kan dan mencatat hal - hal yang
fasilitas pendukung marka jalan. penting.

b. Melaksanakan pengecekan / evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan dari /
melemparkan pertanyaan dan menjawab kepada Gadik.
pertanyaan ke / dari Siswa.

5. Perambuan lalu lintas jalan raya.

a. Menjelaskan secara rinci tentang a. Memperhatikan, mendengar-


persyaratan warna dan bentuk, rambu - kan dan mencatat hal - hal yang
rambu peringatan, rambu - rambu larangan penting.
dan rambu - rambu petunjuk.

b. Melaksanakan pengecekan / evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan dengan mengajukan pertanyaan dari /
melemparkan pertanyaan dan menjawab kepada Gadik.
pertanyaan ke / dari Siswa.
6

1 2 3

6. Penutup.

a. Memberikan kesimpulan / rangkuman a. Memperhatikan, mendengar


dan penekanan terhadap seluruh materi kan dan mencatat hal - hal yang
pelajaran yang telah diberikan. penting.

b. Melaksanakan pengecekan / evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap akhir pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari /
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik
menjawab pertanyaan ke / dari Siswa.

7. Evaluasi.

a. Menyusun bahan ujian yang diketahui a. Mengikuti ujian sesuai jadwal


oleh kadep terkait dan dalam pelaksanaan dan tempat yang ditentukan.
ujian sebagai pengawas umum.

b. Menyerahkan bahan evaluasi ujian pada b. Menyerahkan hasil ujian kepada


Kasi Opsdik dan menilai hasil ujian pengawas ujian.

8. Kualifikasi tenaga pendidik : Gadik yang sudah berkualifikasi


Susgadik / Susgumil dan menguasai materi Pengetahuan Undang - Undang
Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.

9. Referensi :

a. Undang - Undang Republik Indoneia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan Republik Indonesia.

b. Buku Dirjen Perhubungan Darat yang berjudul Menuju Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang tertib.
RAHASIA
7

10. Lain - lain :

a. Naskah Sekolah Sementara ini disusun untuk kepentingan Lembaga


Pendidikan.

b. Untuk kepentingan Bintara Siswa dapat diproduksi Lembaga Pendidikan


tanpa Petunjuk Umum dan Evaluasi Tiap Bab serta Evaluasi Akhir pelajaran.

Direktur Pembekalan Angkutan

Dr. Albiker Hutabarat


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA
RAHASIA

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN
1. Umum ......................................................................................1
2. Ruang Lingkup dan Tata Urut .................................................2
3. Ruang Lingkup ........................................................................2

BAB II FUNGSI PERATURAN DAN PERAMBUAN JALAN RAYA


4. Umum .......................................................................... 3
5. Fungsi Peraturan Jalan Raya ..................................... 3
6. Fungsi Perambuan Jalan Raya ................................... 11
7. Evaluasi ....................................................................... 13

BAB III KETENTUAN DAN ATURAN PENGGUNAAN JALAN RAYA


8. Umum .......................................................................... 14
9. Ketentuan Undang - Undang RI Nomor. 22 tahun 2009 14
10. Asas dan Tujuan ......................................................... 18
11. Ruang Lingkup Keberlakuan Undang - undang ......... 18
12. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ................... 19
13. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan ........................ 21
14. Fasilitas Pendukung .................................................... 24
15. Kendaraan ................................................................... 24
16. Pengemudi .................................................................. 34
17. Syarat dan Prosedur Pemasangan ............................. 43
18. Tata Cara Berlalu Lintas .............................................. 44
19. Angkutan ..................................................................... 50
20. Kecelakaan Lalu Lintas ............................................... 52
21. Ketentuan Pidana ........................................................ 57
22. Evaluasi ....................................................................... 64

RAHASIA
RAHASIA
II

BAB. IV PENANDAAN JALAN RAYA


23. Umum .......................................................................... 65
24. Marka Jalan ................................................................. 65
25. Material dan Warna Marka ......................................... 69
26. Fasilitas Pendukung Marka Jalan ............................... 70
27. Evaluasi ....................................................................... 71

BAB. V PERAMBUAN LALU LINTAS JALAN RAYA


28. Umum .......................................................................... 72
29. Persyaratan Warna dan Bentuk ................................. 72
30. Rambu - Rambu Peringatan ....................................... 73
31. Rambu - Rambu Larangan ......................................... 76
32. Rambu - Rambu Petunjuk ........................................... 81
33. Evaluasi ....................................................................... 82

BAB VI EVALUASI AKHIR

34. Evaluasi akhir .............................................................. 83

BAB VII PENUTUP

35. Penutup ....................................................................... 84

SUB LAMPIRAN A : REFERENSI

SUB LAMPIRAN B : PENGERTIAN

RAHASIA
RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Dirbekangad


DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN Nomor Kep / 47 / X / 2010
Tanggal 29 Oktober 2010

PENGETAHUAN UNDANG - UNDANG LALU LINTAS


ANGKUTAN JALAN RAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Transportasi di jalan sebagai salah satu bagian dari tranportasi secara
umum yang ditata dalam tranportasi nasional yang dinamis dan mampu
mengadaptasi kemajuan dimasa mendatang, hal tersebut perlu dikembangkan
potensi dan peranannya sebagai penghubung wilayah baik nasional maupun
internasional.
b. Dari sekian banyak kota besar di Indonesia, ternyata transportasi melalui
jalan merupakan moda transportasi yang paling dominan dibandingkan dengan
moda transportasi lainnya.
c. Untuk meningkatkan pembinaan dan penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan sesuai dengan perkembangan, serta agar lebih berhasil guna dan
berdaya guna dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai lalu lintas dan
angkutan jalan dalam undang - undang.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Naskah sekolah sementara ini disusun sebagai pegangan /
pedoman Gadik / Instruktur dan Siswa dalam proses belajar mengajar dengan
mata pelajaran Pengetahuan Undang - Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya
pendidikan Kursus Tamtama mengemudi Angkutan bermotor.

b. Tujuan. Agar Hanjar tentang Pengetahuan Undang - Undang Lalu


Lintas Angkutan Jalan Raya ini dapat dijadikan referensi dan panduan dalam
kegiatan proses belajar mengajar serta pelaksanaan tugas di lapangan.
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


a. Ruang Lingkup. Penulisan Hanjar Pengetahuan Undang - Undang Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya. ini dibatasi pada lingkup di satuan militer.
b. Tata Urut. Tata urut Hanjar ini dibatasi pada pelaksanaan dan ketentuan
Pengetahuan Undang - Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.
dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pendahuluan.
2) Fungsi Peraturan dan Perambuan Jalan Raya.
3) Ketentuan dan Aturan Penggunaan Jalan Raya.
4) Penandaan Jalan Raya.
5) Perambuan Lalu Lintas Jalan Raya.
6) Evaluasi Akhir.
7) Penutup.

BAB II
FUNGSI PERATURAN DAN PERAMBUAN JALAN RAYA

4. Umum. Sebagai alat untuk mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk


meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan maka marka dan rambu lalu
lintas merupakan obyek fisik yang dapat menyampaikan informasi ( perintah, peringatan,
dan petunjuk ) kepada pemakai jalan serta sebagai fungsi peraturan dan perambuan jalan
raya.
5. Fungsi Peraturan Jalan Raya.
a. Pengaturan / pengendalian. Dengan alat pemberi isyarat mencakup :
1) Dasar pengendalian persimpangan dengan alat pemberi
isyarat lalu lintas.
2) Tata letak dari persimpangan yang dikendalikan dengan
alat pemberi isyarat lalu lintas.
3) Cara perhitungan waktu isyarat dari alat pemberi isyarat
lalu lintas.
4) Penerapan alat pemberi isyarat lalu lintas pada jalan
dengan kecepatan tinggi.
b. Pengaturan lalu lintas. Lalu lintas pada suatu persimpangan yang diatur
dengan alat pemberi isyarat harus mematuhi aturan yang disampaikan oleh isyarat
lalu lintas ditentukan dengan berkurangnya penundaan waktu untuk selalu
3
persimpangan ( waktu antri yang minimal ) dan berkurangnya angka kecelakaan
pada persimpangan yang bersangkutan.
1) Kriteria. Kriteria bahwa suatu persimpangan sudah harus
dipasang alat pemberi isyarat lalu lintas adalah :
a) Arus minimal lalu lintas yang menggunakan persimpangan rata
- rata diatas 750 kendaraan / jam selama delapan (8) jam dalam
sehari.
b) Atau bila waktu menunggu hambatan rata - rata kendaraan
dipersimpangan telah melampaui 30 (tiga puluh) detik.
c) Atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang
bersangkutan.
d) Atau persimpangan digunakan oleh rata - rata lebih dari 175
pejalan kaki / jam selama 8 (delapan) jam dalam sehari.
e) Atau merupakan kombinasi dari sebab-sebab yang disebutkan
diatas.
f) Atau karena pada daerah yang bersangkutan dipasang suatu
sistem pengendalian lalu lintas terpadu ( Area Trafic Control / ATC )
sehingga setiap persimpangan yang termasuk di dalam daerah yang
bersangkutan harus dikendalikan dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas.
Syarat - syarat yang disampaikan di atas tidaklah baku dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
2) Penyampaian isyarat.
- Isyarat lampu.
2 a) Ukuran mengenai isyarat alat pemberi isyarat lalu
lintas diatur dalam surat Keputusan Menteri Perhubungan No.
KM 62 Tahun 1993 tentang alat pemberi isyarat lalu lintas.
3 b) Ukuran isyarat lampu yang berlaku di Indonesia
adalah merah, hijau, kuning dan kembali ke merah lagi dan
agar supaya tidak terjadi tumpang tindih antara hijau dan phase
berikutnya. Diberi suatu waktu merah bersama ( all red ) yang
fungsinya untuk meningkatkan keselamatan di persimpangan.
3) Prinsip dasar. Pada persimpangan yang menggunakan alat
pemberi isyarat lalu lintas, konflik antar lalu lintas dikendalikan dengan
isyarat lampu, konflik dapat dihilangkan dengan melepaskan hanya satu
4
arus lalu lintas, tetapi akan mengakibatkan hambatan besar bagi arus - arus
dari kaki - kaki persimpangan lainnya dan secara keseluruhannya
mengakibatkan penggunaan persimpangan tidak efesien. Oleh sebab itu
perlu dipertimbangkan mengalirkan beberapa arus bersamaan untuk
mempertinggi efisiensi penggunaan persimpangan dengan tidak mengurangi
perhatian pada aspek keselamatan. Menurunkan hambatan dan
meningkatkan kapasitas persimpangan yang menggunakan alat pemberi
isyarat lalu lintas dapat dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut
:Menggunakan tahap sedikit mungkin
a) Arus yang melalui persimpangan harus dapat
ditampung.
b) Waktu yang dialokasikan untuk masing - masing
tahap harus memenuhi kebutuhan.
c) Bila memungkinkan sebaiknya dikoordinasikan
pengendalian lalu lintas dengan alat pemberi isyarat yang berdekatan,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi terbentuknya kelompok
kendaraan.
4) Teknik - teknik yang dapat diterapkan merupakan satu atau kombinasi
sebagai berikut :
a) MengIzinkan pergerakan. Dimana derajat
terjadinya konflik masih dalam batas kewajaran ( rendah ) pergerakan
dapat dilakukan dengan aman dan konflik pergerakan dapat diterima (
misalnya belok kanan bersamaan dengan arus yang berlawanan ).
b) Membatasi pergerakan, misalnya melarang belok
kanan apabila pergerakan - pergerakan akan mengakibatkan konflik.
c) Memisahkan pergerakan, dengan memisahkan
aliran arus lalu lintas yang akan menyebabkan konflik kedalam
beberapa tahap.
5) Mengizinkan pergerakan. Lalu lintas yang datangnya dari arah yang
berlawanan dilepas bersamaan, sedangkan kedua arah lainnya ditahan.
Kendaraan yang berjalan lurus mendapat proritas untuk berjalan lebih
dahulu sedangkan kendaraan yang akan belok kanan harus menunggu
kesempatan. Bila jumlah lajur yang tersedia hanya satu maka kendaraan
yang akan belok kanan dapat berjalan menuju pertengahan persimpangan
untuk menunggu kesempatan, dengan demikian kendaraan yang berada
dibelakangnya yang berjalan lurus tidak terganggu.

Gambar 1. Pengaturan aliran lalu lintas sederhana


6) Memisahkan pergerakan ( persimpangan empat kaki dengan tiga
tahapan ).
a) Kaki yang berlawanan dengan waktu hijau yang tidak sama
( Pemotongan cepat / early cut off ). Bila arus belok kanan besar
pada salah satu kaki, tahap dapat dilakukan dengan cara pertama
sekali dilepas arus yang berlawanan bersama - sama, sedang yang
belok kanan ditahan terlebih dahulu, setelah itu pada tahap
berikutnya arus yang berlawanan dengan arus belok kanan ditahan
dan dilanjutkan dengan melepas arus belok kanan bersama - sama
dengan arus yang terus dari kaki yang sama. Karena arus belok
kanan ditahan maka dalam persimpangan yang diatur dengan cara
ini perlu disediakan suatu lajur khusus untuk belok kanan. Dalam
persimpangan yang seperti ini maka dari satu kaki ( yang arus belok
kanannya besar ) perlu disediakan dua bentuk isyarat lampu yaitu
bulat penuh untuk yang bergerak lurus dan panah yang menuju ke
arah kanan untuk yang akan membelok ke kanan, pengaturan arus
lalu lintas dengan cara pemotongan cepat.
Gambar 2. Pengaturan aliran lalu lintas sederhana

7
b) Kaki yang berlawanan dengan waktu hijau yang tidak sama
( mulai terlambat / Late start ) Sebagai alternatif untuk memecahkan
masalah arus yang akan belok kanan yang besar adalah dengan
memberi kesempatan untuk belok kanan untuk berjalan bersama
-sama dengan arus yang akan terus, sedangkan dari arah yang
berlawanan ditahan.dengan pengaturan yang demikian ini
persimpangan dapat dioperasikan tanpa menggunakan lajur khusus
belok kanan, tetapi bila memungkinkan untuk menggunakan lajur
belok kanan persimpangan akan beroperasi lebih baik. Setelah arus
belok kanan bersih, baru kemudian ditahan dan dari arah yang
berlawanan dibuka.

Gambar 3. Pengaturan lalu lintas dengan mulai terlambat.


c) Tahap terpisah khusus untuk pergerakan belok kanan.
Bila arus belok kanan besar pada kedua arah, maka sebaiknya
arus yang belok kanan dilepas secara simultan dan diberi
tahapan tersendiri dan arus - arus lainnya ditahan.Untuk arus
yang belok kanan diberikan lajur khusus dengan menggunakan
isyarat lampu yang tersendiri.
Gambar 4. Pengaturan arus dengan memberikan tahapan khusus
untuk lalu lintas belok kanan
7) Pengendalian. Pengendalian alat pemberi isyarat lalu
lintas dilakukan dengan cara - cara sebagai berikut :
9
a) Waktu tetap. Dengan cara ini alat pemberi isyarat lalu
lintas dikendalikan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
lebih dahulu. Pembagian waktu didasarkan atas survei yang
dilakukan terlebih dahulu untuk selanjutnya ditetapkan
pembagian waktu yang terbaik. Dengan tambahan alat
teretentu ( Micro procesor ) penetapan waktu isyarat
dikelompokkan sampai 3 ( tiga ) atau 4 ( empat ) kelompok
untuk digunakan pada waktu - waktu yang berbeda - beda
( sepanjang pagi, siang, sore dan malam ) kelemahan cara ini
pada penetapan waktunya yang tetap tidak dapat mengikuti
kondisi arus lalu lintas yang berubah-ubah. Dalam kondisi lalu
lintas yang sepi seringga terjadi pengemudi yang tidak sabar
untuk menunggu isyarat lampu hijau, dan masuk ke dalam
persimpangan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
b) Dipengaruhi oleh arus lalu lintas. Alat pemberi isyarat
lalu lintas yang pengendaliannya dipengaruhi oleh arus lalu
lintas penggunaan persimpangan menjadi lebih efektif dan
waktu menunggu menjadi lebih pendek. Prinsip yang diguna-
kan adalah :
(1) Dilakukan pengukuran arus lalu lintas yang
menggunakan persimpangan untuk menentukan waktu
yang optimal untuk persimpangan yang bersangkutan
dan untuk menetukan tahapan yang akan digunakan.
(2) Data dimasukan ke dalam kotak pengendali.
(3) Dikotak pengendali akan ditentukan waktu hijau
minimal dan waktu hijau maksimal.
(4) Controler selanjutnya dihubungkan dengan
detektor yang ditempatkan pada jarak 30 ( tiga puluh ) m
dari mulai persimpangan, detektor ini berfungsi untuk
mendeteksi kendaraan, bila ada kendaraan yang
mencapai detektor sebelum lampu berubah menjadi
merah, maka lampu hijau diperpanjang sampai
kendaraan yang bersangkutan dapat melewati

10
persimpangan dengan batasan bahwa waktu hijau
maksimum tidak terlampaui.
8) Koordinasi antar alat pemberi isyarat. Bila beberapa per-
simpangan yang berdekatan menggunakan alat pemberi isyarat lalu
lintas maka akan sangat bermanfaat bila alat pemberi isyarat lalu
lintas pada persimpangan - persimpangan tersebut di koordinasikan
sedemikian rupa sehingga hambatan total pada semua persimpangan
yang dikoordinasikan menjadi kurang koordinasi akan berjalan dengan
baik apabila variasi kecepatan kendaraan dalam suatu kelompok
adalah kecil sehingga kelompok kendaraan yang terbentuk pada awal
persimpangan yang dikoordinasikan tidak terlalu menyebar / terpisah.
Dan bila jarak antara persimpangan yang dikoordinasikan kurang dari
700 m ( tetapi sampai dengan jarak 1200 m masih dapat diperoleh
manfaat koordinasi walaupun manfaatnya telah berkurang ).
Koordinasi dapat berjalan lancar dengan baik apabila jarak antara
persimpangan yang menggunakan alat pemberi isyarat lalu lintas
seragam.
(1) Pengendalian daerah dengan cara Komputer ( Area Trfic
Control ) Bila alat pemberi isyarat lalu lintas yang dikoor-
dinasikan meliputi daerah yang luas maka sebaiknya lampu
-lampu tersebut dikendalikan dengan komputer untuk
menentukan waktu hambatan yang minimal pada daerah yang
bersangkutan.
(2) Pengendalian dengan komputer ini dapat dilakukan
dengan dua cara :
(a) Dengan waktu tetap
(b) Dipengaruhi oleh arus lalu lintas.
9) Perhitungan waktu pada alat pemberi isyarat. Petunjuk ini
merupakan pedoman untuk perhitungan dan pembagian waktu pada
pengendalian persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalulintas
pada persimpangan yang terisolasi (tidak dikoordinasikan dengan
lampu alat pemberi isyarat lalu lintas lainnya yang berdekatan).
Sasaran perhitungan waktu ini adalah agar persimpangan dapat
beroperasi pada kondisi yang optimal, dimana waktu menunggu dapat

11
ditekan seminimal mungkin tanpa mengorbankan keselamatan
pemakai.
10) Informasi dan data yang diperlukan. Informasi dan data
data yang perlukan dari data selama perhitungan waktu dapat
dilakukan adalah :
a) Geometri persimpangan
Informasi dasar yang diperlukan dari data geometri
persimpangan adalah :
(1) Radius tikungan
(2) Sudut yang dibentuk antara jalan
yang berpotongan.
(3) Lebar masing - masing kaki
(4) Data - data lain yang terdiri dari :
(a) Pembagian dan lebar dari
masing - masing lajur
(b) Tata guna lahan disekitar
persimpangan.
(c) Rambu - rambu dan tanda -
tanda permukaan jalan yang digunakan didaerah
sekitar persimpangan.
(d) Lokasi perabot jalan yang
ada disekitar persimpangan.
(e) Lokasi objek - objek yang ada
disekitar persimpangan, terutama yang
mengakibatkan gangguan terhadap pandangan.
(f) Lokasi tempat parkir disekitar
persimpangan.
(g) Kelandaian dari jalan yang
memasuki
(h) Kelandaian dari jalan yang
memasuki persimpangan.
b) Data arus lalu lintas . Data arus lalu lintas yang
dibutuhkan untuk perhitungan waktu alat pemberi isyarat lalu
lintas adalah arus untuk masing - masing arah pergerakan data
rinci pergerakan lalu lintas yang dibutuhkan meliputi volume dan
arah pergerakan lalu lintas yang diukur selama 14, 16 atau 24
jam selama 1 ( satu ) minggu menurut klasifikasi jenis
12
kendaraan. Klasifikasi kendaraan diperlukan untuk
mengkonversikan kendaraan kedalam satuan mobil penumpang
jangka waktu pelaksanaan surve tergantung kepada
karakteristik arus lalu lintas persimpangan yang bersangkutan.

6. Fungsi Perambuan Jalan Raya.


a. Rambu peringatan. Digunakan untuk memberi peringatan
kemungkinan ada bahaya bagian jalan didepannya. Rambu peringatan ditempatkan
sekurang - kurangnya pada 50 ( lima puluh ) m atau pada jarak tertentu sebelum
tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan
yang disebabkan oleh faktor geografis, geometris, permukaan jalan dan kecepatan
rencana jalan. Rambu peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Jarak
8
antara rambu dan permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak dapat
diduga oleh pemakai jalan dan tidak sesuai dengan keadaan biasa. Rambu
peringatan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dengan awal
bagian jalan yang berbahaya dinyatakan dengan papan tambahan. Warna dasar
rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam.
Bentuk rambu peringatan adalah bujur sangkar dan empat persegi panjang.
b. Rambu Larangan. Digunakan untuk menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pemakai jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan
titik larangan dimulai rambu larangan dapat juga dilengkapi dengan papan
tambahan, warna dasar rambu larangan mempunyai warna putih bertuliskan hitam
atau merah. Bentuk rambu larangan terdiri dari segi delapan sama sisi, segi tiga
sama sisi larangan silang dengan ujung - ujung yang runcing dan lingkaran.
c. Rambu perintah. Digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pemakai jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan titik
kewajiban dimulai. Rambu ini dapat dilengkapi dengan papan tambahan dan
dilengkapi dengan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban
dimulai. Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
d. Rambu Petunjuk. Digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai
jurusan jalan, situasi, kota tempat, pengaturan fasilitas dan lain - lain bagi pemakai
jalan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna sebesar -
besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas, sedang
13
untuk menyatakan jarak dapat digunakan papan tambahan atau dicantumkan pada
rambu berupa kata - kata serta tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar biru
dan yang menyatakan petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang
dinyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan seperti kota, daerah atau wilayah
serta nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang atau
tulisan warna putih. khusus rambu petunjuk jurusan obyek wisata dinyatakan
dengan warna dasar coklat dengan lambang atau tulisan warna putih.
7. Evaluasi.
a. Sebut dan jelaskan fungsi dan bentuk serta rambu lalu lintas tersebut !
b. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi rambu sebutkan !
c. Jelaskan fungsi rambu - rambu peringatan !
d. Jelaskan fungsi rambu - rambu Petunjuk !
e. Jelaskan fungsi rambu - rambu larangan !
f. Jelaskan fungsi rambu - rambu perintah !

BAB II
KETENTUAN DAN ATURAN PENGGUNAAN JALAN RAYA
8. Umum. Dalam pelaksanaan Undang - undang ada ketentuan - ketentuan
pokok - pokok yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah sesuai dengan
kebutuhan, sehingga harus dipatuhi bagi pengguna media yang ada agar tercipta
kelancaran / tidak terhambat dalam perjalanan.
9. Ketentuan Undang - Undang RI Nomor. 22 tahun 2009.
a. Pasal 1. Dalam undang - undang ini yang dimaksud dengan :
1) Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan,
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna
jalan, serta pengolahannya.
2) Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
jalan.
3) Angkutan adalah perpindahan orang dan / atau barang dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas
jalan.
4) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul
dan / atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
14
5) Simpul adalah tempat yang di peruntukkan bagi pergantian antar
moda dan intermoda yang berupa terminal, stasiun kereta api, pelabuhan
laut, pelabuhan sungai dan danau, dan / atau bandar udara.
6) Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas,
terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi
isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat
pengawasan dan pengamanan jalan, serta fasilitas pendukung.
7) Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
8) Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang di gerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
9) Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan
oleh tenaga manusia dan / atau hewan.
10) Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang di
gunakan untuk angkutan barang dan / atau orang yang dipungut bayaran.
11) Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, dan / atau barang yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung.
12) Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
rel dan jalan kabel.
13) Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang di
gunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan
menurunkan orang dan / atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
14) Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
15) Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
16) Berhenti adalah keadaan kendaraan tidak bergerak untuk sementara
dan di tinggalkan pengemudinya.
17) Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dan / atau perpaduan yang berfungsi
sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.
15
18) Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau
tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta
lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah kepentingan lalu lintas.
19) Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat elektronik yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi
untuk mengatur lalu lintas orang dan / atau kendaraan di persimpangan atau
pada ruas jalan.
20) Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau
tanpa rumah - rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau
kendaraan bermotor tiga tanpa rumah - rumah.
21) Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang
menyediakan jasa angkutan orang dan / atau barang dengan kendaraan
bermotor umum.
22) Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang
menggunakan jasa perusahaan angkutan umum.
23) Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
di jalan yang telah memiliki surat Izin mengemudi.
24) Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak di sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan / atau
kerugian harta benda.
25) Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain
pengemudi dan awak kendaraan.
26) Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas
jalan.
27) Pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu
lintas.
28) Dana preservasi Jalan adalah dana yang khusus digunakan untuk
pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan secara berkelanjutan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
29) Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,

16
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas.
30) Keamanan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
terbebasnya setiap orang, barang, dan / atau kendaraan dari gangguan
perbuatan melawan hukum, dan / atau rasa takut dalam berlalu lintas.
31) Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan
kewajiban setiap pengguna jalan.
32) Ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan
kewajiban setiap pengguna jalan.
33) Kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
berlalu lintas dan pengguna angkutan yang bebas dari hambatan dan
kemacetan di jalan.
34) Sistem komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan adalah sekumpulan
subsistem yang saling berhubungan dengan melalui penggabungan,
pemrosesan, penyimpanan, dan pendistribusian data yang terkait dengan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
35) Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang - undang untuk melakukan penyidikan.
36) Penyidik pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
tugas penyidikan yang diatur dalam Undang - undang ini.
37) Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana di maksud dalam Undang - Undang dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
38) Pemerintahan daerah adalah Gubernur, Bupati / Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.
39) Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin kementrian
negara dan bertanggung jawab atas urusan pemerintahan di bidang jalan,
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, bidang industri,
bidang pengembangan teknologi, atau bidang pendidikan dan pelatihan.

17
40) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pemimpin
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab
penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi bidang keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.

10. Asas dan Tujuan.


a. Pasal 2. Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan
memperlihatkan :
1) Azas transparan.
2) Azas akuntable.
3) Azas berkelanjutan.
4) Azas partisipatif.
5) Azas bermanfaat.
6) Azas efisien dan efektif.
7) Azas seimbang.
8) Azas terpadu.
9) Azas mandiri.
b. Pasal 3. Lalu lintas dan angkutan jalan di selenggarakan dengan tujuan :
1) Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa.
2) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.
3) Terwujudnya penegakkan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
11. Ruang Lingkup Keberlakuan Undang - Undang.
a. Pasal 4. Undang - undang ini berlaku untuk membina dan
menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, dan
lancar melalui :
1) Kegiatan gerak pindah kendaraan, orang, dan / atau barang di jalan.
2) Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.

18
3) Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan indentifikasi
kendaraan bermotor dan pengemudi, pendidikan berlalu lintas, manajemen
dan rekayasa lalu lintas dan angkutan jalan.

12. Jaringan lalu lintas dan Angkutan Jalan.


a. Kelas Jalan
1) Pasal 19.
a) Jalan di kelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan.
(1) Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan
pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan.
(2) Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat
dan dimensi kendaraan bermotor.
b) Pengelompokkan jalan dalam beberapa kelas jalan
sebagaimana di maksud pada ayat a) terdiri atas :
(1) Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 ( dua ribu lima ratus ) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 ( delapan belas ribu ) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 ( empat ribu dua ratus ) milimeter, dan muatan
sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
(2) Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 ( dua ribu lima ratus )
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 ( dua belas
ribu ) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 ( empat ribu dua
ratus ) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan ) ton.
(3) Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 ( dua ribu seratus ) milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 9.000 ( sembilan ribu ).
Milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 ( tiga ribu lima ratus )
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ( delapan ) ton.
(4) Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat
melebihi 2.500 ( dua ribu lima ratus ) milimeter, ukuran panjang
19
melebihi 18.000 ( delapan belas ribu ) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 ( empat ribu dua ratus ) milimeter, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 ( sepuluh ) ton,
c) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III
sebagaimana didukung dalam ayat b) angka (3) dapat di tetapkan
muatan sumbu terberat kurang dari 8 ( delapan ) ton.
d) Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana
perundang - undang di bidang jalan.
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan kelas khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat b) angka (4) diatur dengan
peraturan pemerintah.

2) Pasal 20.
a) Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan dilakukan oleh :
(1) Pemerintah, untuk jalan nasional.
(2) Pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi.
(3) Pemerintah kabupaten, untuk jalan kabupaten.
(4) Pemerintah kota, untuk jalan kota.
b) Kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat a) dinyatakan
dengan rambu lalu lintas.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kelas jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dan tata cara penetapan
kelas jalan sebagaimana di maksud pada ayat a) dan ayat b) di atur
dengan peraturan pemerintah.
13. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan.
a. Pasal 21.
1) Setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan
secara nasional.
2) Batas kecepatan paling tinggi sebagaimana di maksud pada ayat 1)
ditentukan berdasarkan kawasan pemukiman, kawasan perkotaan, jalan
antar kota, dan jalan bebas hambatan.
3) Atas pertimbangan keselamatan atau pertimbangan khusus lainnya.
Pemerintah Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi
setempat yang harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas.

20
4) Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan di
tetapkan dengan batas absolute 60 ( enam puluh ) kilometer perjam dalam
kondisi arus bebas.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas kecepatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1) dan ayat 2) diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Pasal 22.
1) Jalan yang dioperasikan harus memenuhi persyaratan laik fungsi
jalan secara teknis dan administratif.
2) Penyelenggaraan jalan wajib melaksanakan uji kelaikan fungsi jalan
sebelum pengoperasian jalan.
3) Penyelenggaraan jalan wajib melakukan uji kelaikan fungsi jalan pada
jalan yang sudah beroperasi secara berkala dalam jangka waktu paling lama
10 ( sepuluh ) tahun dan / atau sesuai dengan kebutuhan.
4) Uji kelaikan fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 2) dan
ayat 3) dilakukan oleh tim uji laik fungsi jalan yang dibentuk oleh
penyelenggara jalan.
5) Tim uji laik fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 4) terdiri
atas unsur penyelenggaraan jalan, instansi yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
6) Hasil uji kelaikan fungsi jalan wajib di publikasikan dan di tindak
lanjuti oleh penyelenggaraan jalan, instansi yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7) Uji kelaikan fungsi jalan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perUndang - undangan.
c. Pasal 23.
1) Penyelenggraan jalan dalam melaksanakan preservasi jalan dan /
atau peningkatan kapasitas jalan wajib menjaga keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
2) Penyelenggara jalan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1) berkoordinasi dengan koordinasi yang bertanggung
jawab dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

21
d. Pasal 24.
1) Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki jalan
yang rusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
2) Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan jalan yang rusak
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) Penyelenggara jalan wajib memberi
tanda atau rambu pada jalan yang rusak untuk mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
e. Pasal 25.
1) Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi
dengan perlengkapan jalan berupa :
a) Rambu lalu lintas.
b) Marka jalan.
c) Alat pemberi isyarat lalu lintas.
d) Alat penerangan jalan.
e) Alat pengendali dan pengaman pengguna jalan.
f) Alat pengawasan dan pengamanan jalan.
g) Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat.
h) Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan
yang berada di jalan dan diluar badan jalan.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan jalan sebagaimana


dimaksud pada ayat 1) diatur dengan peraturan pemerintah.
f. Pasal 26.
1) Penyediaan perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal
25 ayat 1) diselenggarakan oleh :
a) Pemerintah untuk jalan nasional.
b) Pemerintah provinsi untuk jalan provinsi.
c) Pemerintah kabupaten / kota untuk jalan kabupaten / kota
dan jalan desa.
d) Badan usaha jalan tol untuk jalan tol.

2) Penyediaan perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

22
g. Pasal 27.
1) Perlengkapan jalan pada jalan lingkungan tertentu disesuaikan
dengan kapasitas, intensitas, dan volume lalu lintas.
2) Ketentuan mengenai pemasangan perlengkapan jalan pada jalan
lingkungan tertentu diatur dengan peraturan daerah.
h. Pasal 28.
1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
kerusakan dan / atau gangguan fungsi jalan.
2) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
gangguan pada fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 25 ayat 1)
14. Fasilitas Pendukung.
a. Pasal 45.
1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jasa
meliputi :
a) Trotoar
b) Laju sepeda.
c) Tempat penyeberangan pejalan kaki
d) Halte
e) Fasilitas khusus untuk penyandang cacat dan manusia usia
lanjut.
2) Penyediaan fasilitas pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
diselengarakan oleh:
a) Pemerintah untuk jalan nasional.
b) Pemerintah Propinsi untuk jalan Provinsi.
c) Pemerintah kabupaten untuk jalan Kabupaten dan
Desa.
d) Pemerintah Kota untuk jalan Kota.
e) Badan usaha jalan tol untuk jalan tol.

15. Kendaraan.
a. Jenis dan Fungsi Kendaraan.
1) Pasal 47.
a) Kendaraan terdiri atas :
(1) Kendaraan bermotor.
23
(2) Kendaraan tidak bermotor.
b) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat a)
angka (1) dikelompokkan berdasarkan jenis :
(1) Sepeda motor.
(2) Mobil penumpang.
(3) Mobil bus.
(4) Mobil barang.
(5) Kendaraan khusus.
c) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat b)
angka (2), (3),dan (4) dikelompokkan berdasarkan fungsi :
(1) Kendaraan bermotor perseorangan.
(2) Kendaraan bermotor umum.
d) Kendaraan tidak bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat
1) huruf b) dikelompokkan dalam :
(1) Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang.
(2) Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.

b. Persyaratan Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor


1) Pasal 48.
a) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus
memenuhi teknik dan laik jalan.
b) Persyaratan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat a) terdiri
atas :
(1) Susunan.
(2) Perlengkapan.
(3) Ukuran.
(4) Karoseri.
(5) Rancangan teknik kendaraan sesuai dengan
peruntukannya.
(6) Pemuatan.
(7) Penggunaan.
(8) Penggandengan kendaraan bermotor.
(9) Penempelan kendaraan bermotor.

24
c) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat a)
ditentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur
sekurang - kurangnya terdiri atas :
(1) Emisi gas buang.
(2) Kebisingan suara.
(3) Efisiensi system rem utama.
(4) Efisiensi system rem parker.
(4) Kincup roda depan.
(5) Suara klakson.
(6) Daya pancar dan arah sinar lampu utama.
(7) Radius putar.
(8) Akurasi alat penunjuk kecepatan.
(9)) Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban.
(10) Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat
kendaraan.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknik dan laik
jalan sebagai dimaksud dalam ayat b) dan c) diatur dengan peraturan
pemerintah.

c. Perlengkapan Kendaraan Bermotor


1) Pasal 57.
a) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib
dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan bermotor.
b) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat a) bagi
Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
c) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat a) bagi
Kendaraan bermotor beroda empat atau lebih sekurang - kurangnya
terdiri atas :
(1) Sabuk keselamatan.
(2) Ban cadangan.
(3) Segitiga pengaman.
(4) Dongkrak.
(5) Pembuka roda.

25
(6) Helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang tidak
memiliki rumah - rumah.
(7) Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu
lintas.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan kendaraan
bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat a), ayat b ), dan ayat c )
diatur dengan peraturan pemerintah.
2) Pasal 58. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan
dilarang memasang perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan
berlalu lintas.
3) Pasal 59
a) Untuk kegiatan tertentu, kendaraan bermotor dapat dilengkapi
dengan lampu isyarat dan / atau sirene.
b) Lampu isyarat sebagaimana dimaksud pada ayat a) terdiri atas
warna :
(1) Merah.
(2) Biru.
(3) Kuning.
c) Lampu isyarat warna merah atau biru sebagaimana dimaksud
pada ayat b ) angka (1) dan angka (2) serta sirene sebagaimana
dimaksud pada ayat b) berfungsi sebagai tanda kendaraan bermotor
yang memiliki hak utama.
d) Lampu isyarat warna kuning sebagaimana dimaksud pada
ayat b) angka (3) berfungsi sebagai tanda peringatan kepada
pengguna jalan lain.
e) Penggunaan lampu isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud
pada ayat a) dan ayat b) sebagai berikut.
(1) Lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk
Kendaraan bermotor petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(2) Lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan
kedaraan bermotor tahanan, pengawalan Tentara Nasional
Indonesia, pemadam kebakaran, ambulance, palang merah,
rescue, dan jenazah.
26
(3) Lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan
untuk kendaraan bermotor patroli jalan tol, pengawasan sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, perawatan dan
pembersihan fasilitas umum, menderek kendaraan, dan
angkutan barang khusus.
f) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, prosedur, dan
tata cara pemasangan lampu isyarat dan sirene sebagaimana
dimaksud pada ayat a) diatur dengan peraturan pemerintah.
g) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan lampu
isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat a) diatur dengan
peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

d. Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.


1) Pasal 64.
a) Setiap kendaraan bermotor wajib di registrasikan.
b) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat a) meliputi :
(1) Registrasi kendaraan bermotor baru.
(2) Registrasi perubahan identitas kendaraan bermotor dan
pemilik.
(3) Registrasi perpanjangan kendaraan bermotor.
(4) Registrasi pengesahan kendaraan bermotor.
c) Registrasi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada
ayat a) bertujuan untuk :
(1) Tertib administrasi.
(2) Pengendalian dan pengawasan kendaraan bermotor
yang dioperasikan di Indonesia.
(3) Mempermudah penyidikan pelanggaran dan / atau
kejahatan.
(4) Perencanaan, operasiaonal manajemen dan rekayasa
lalu lintas dan angkutan jalan.
(5) Perencanaan pembangunan nasional.
d) Registrasi kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia melalui system manajemen registrasi
kendaraan bermotor.

27
e) Data registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor merupakan
dari system informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan
dan digunakan untuk forensik Kepolisian.
f) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat b) diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian
Negra Republik Indonesia.
2) Pasal 65.
a) Registrasi kendaan bermotor baru sebagaimana dimaksud
dalam pasal 64 ayat b) angka (1) meliputi kegiatan :
(1) Registrasi dan indikasi kendaraan bermotor dan
pemiliknya
(2) Penerbitaan Buku Pemilik Kendaran Bermotor dan
Tanda Nomor Kendaran Bermotor
(3) Penerbitan Surat Tanda Kendaraan Bermotor.
b) Sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah di registrasi,
pemilik diberi Buku Pemilik Kendaran Bermotor, Surat Nomor
Kendaraan Bermotor, dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
3) Pasal 66
a) Registrasi dan indikasi kendaraan bermotor untuk pertama
kali harus memenuhi persyarataan :
(1) Memiliki sertifikat registerasi uji type.
(2) Memiliki bukti kepemilikan kendaraan bermotor yang
sah.
(3) Memiliki hasil pemeriksaan cek fisik kendaraan
bermotor.
4) Pasal 67
a) Registerasi dan indifikasi kendaraan bermotor, pembayaran
pajak kendaraan bermotor, pembayaran kendaraan bermotor, dan
pembayaran wajib dana kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan
diselenggarakan secara terintegrasi dan terkoordinasi dalam system
administrasi manunggal satu atap.
b) Sarana dan prasarana penyelengaraan system administrasi
manunggal satu atap sebagaimana dimaksud dalam pasal a)
disediakan oleh pemerintah daerah.

28
c) Mekanisme penyelenggaraan system administrasi manunggal
satu atap dikoordinasikan oleh kepolisian Negara Repubik Indonesia
d) ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan prosedur
serta pelaksanaan system administrasi manunggal satu atap
sebagaimana dimaksud dalam pasal a) diatur dengan peraturan
Presiden.
5) Pasal 68
a) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib
dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
b) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dengan ayat a) membuat tanda kendaraan bermotor,
identitas pemilik, nomor registrasi kendaraan bermotor.
c) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud
dengan ayat a) membuat kode wilayah, nomor registrasi dan nomor
berlaku.
d) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi syarat
bentuk, ukuran ban, bahan, warna, dan cara pemasangan.
e) Selain Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat c) dapat dikeluarkan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor khusus / tanda nomor tanda kendaraan bermotor.
f) Ketentuan lebih lanjut mengenai Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor dan tanda nomor tanda kendaraan bermotor
diatur dengan peraturaan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

6) Pasal 69
a) Setiap kendaraan bermotor yang belum di registrasi dapat
dioperasikan di jalan untuk kepentingan tertentu dengan dilengkapi
surat tanda coba kendaraan bermotor dan tanda coba nomor
kendaraan bermotor.
b) Surat tanda coba kendaraan bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat a) diberikan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada badan usaha di

29
bidang penjualan, pembuatan, perakitan, atau impor kendaraan
bermotor.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
pemberian dan penggunaan surat tanda coba kendaraan bermotor
dan tanda coba nomor kendaraan bermotor diatur dengan peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7) Pasal 70
a) Buku pemilik kendaraan bermotor berlaku selama
kepemilikannya tidak di pindah tangankan.
b) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor berlaku selama 5 (lima) tahun, yang harus
dimintakan pengesahan setiap tahun.
c) Sebelumnya berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat b), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor wajib diajukan permohonan
perpanjangan.
8) Pasal 71
a) Pemilik kendaraan bermotor wajib melaporkan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(1) Bukti registrasi rusak atau hilang.
(2) Spesifikasi teknis dan / atau fungsi kendaraan bermotor
diubah.
(3) Kepemilikan kendaraan bermotor beralih.
(4) Kendaraan bermotor digunakan secara terus menerus
lebih dari 3 (tiga) bulan diluar wilayah kendaraan diregistrasi.
b) Pelaporan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada
ayat a) angka (1), angka (2), dan angka (3) disampaikan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia di tempat kendaraan bermotor
tersebut terakhir diregistrasi.
c) Pelaporan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam
ayat a) angka (4) di sampaikan ke Kepolisian Negara Republik
Indonesia di tempat kendaraan bermotor tersebut dioperasikan.
9) Pasal 72
a) Registrasi kendaraan bermotor Tentara Negara Republik
Indonesia diatur dengan peraturan Panglima Tentara Nasional
30
Indonesia dan dilaporkan untuk pendataan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
b) Registrasi kendaraan bermotor Kepolisian Negara Republik
Indonesia diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
c) Registrasi kendaraan bermotor perwakilaan Negara asing dan
lembaga internasional diatur dengan peraturaan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
10) Pasal 73
a) Kendaraan bermotor umum yang telah diregistrasi dapat
dihapus dari daftar registrasi dan indetifikasi kendaraan bermotor
umum atas dasar :
(1) Permintaan pemilik kendaraan bermotor umum.
(2) Usulan pejabat yang berwenang memberi Izin angkutan
umum.
b) Setiap kendaraan bermotor umum yang tidak lagi digunakan
sebagai angkutan umum wajib dihapuskan dari daftar registrasi dan
identifikasi kendaraan bermotor umum.
11) Pasal 74
a) Kendaraan bermotor yang diregistrasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 64 ayat a) dapat dihapus dari daftar registrasi dan
identifikasi kendaraan bermotor atas dasar :
(1) Permintaan pemilikan kendaraan bermotor.
(2) Pertimbangan pejabat yang berwenang melaksanakan
registrasi kendaraan bermotor.
b) Penghapusan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud dalam ayat a) angka (2) dapat dilakukan jika :
(1) Kendaraan bermotor rusak berat hingga tidak dapat
dioperasikan.
(2) Pemilik kendaraan bermotor tidak melakukan registrasi
ulang sekurang - kurangnya 2 (dua) tahun setelah habis masa
berlaku Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
c) Kendaraan bermotor yang telah dihapus sebagaimana
dimaksud pada ayat a) tidak dapat diregistrasikan.

31
16. Pengemudi.
a. Surat Izin Mengemudi.
1) Persyaratan Pengemudi.
a) Pasal 77
(1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
di jalan wajib memiliki surat izin mengemudi sesuai dengan
jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.
(2) Surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas (dua) jenis :
(a) Surat izin mengemudi kendaraan bermotor
Perseorangan.
(b) Surat izin mengemudi kendaraan bermotor
umum.
(3) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi, calon
pengemudi harus memiliki kompentensi mengemudi yang
dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan atau belajar
sendiri.
(4) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi kendaraan
bermotor umum, calon pengemudi wajib mengikuti pendidikan
dan pelatihan pengemudi angkutan umum.
(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) hanya diikuti oleh orang yang telah memiliki surat izin
mengemudi untuk kendaraan bermotor perseorangan.
2) Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
a) Pasal 78.
(1) Pendidikan dan pelatihan mengemudi diselenggarakan
oleh lembaga yang mendapat izin dan terkreditasi dari
pemerintah.
(2) Izin penyelenggara pendidikan dan pelatihan
mengemudi yang diberikan oleh pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
(3) Izin penyelenggara pendidikan dan pelatihan
mengemudi yang diberikan oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
32
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Menteri yang membidangi sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan serta Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
2) Pasal 79
(1) Setiap calon pengemudi pada saat belajar mengemudi
atau mengikuti ujian praktek mengemudi di jalan wajib
didampingi instruktur atau penguji.
(2) Instruktur atau penguji sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggung jawab atas pelanggaran dan / atau
kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat calon pengemudi
belajar atau menjalani ujian.
3) Bentuk dan penggolongan surat izin mengemudi
(1) Pasal 80. Surat izin mengemudi untuk kendaraan
bermotor perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal
77 ayat (2) huruf ( a ) digolongkan menjadi :
(a) Surat izin mengemudi A berlaku untuk
mengemudikan mobil penumpang dan barang
perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan
tidak melebihi 3.500 ( tiga ribu lima ratus ) kilogram :
(b) Surat izin mengemudi BI berlaku untuk
mengemudikan mobil penumpang dan barang
perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan
lebih dari 3.500 ( tiga ribu lima ratus ) kilogram :
(c) Surat izin mengemudi BII berlaku untuk
mengemudikan kendaraan alat berat, kendaraan
penarik, atau kendaraan bermotor dengan menarik
kereta tempelan atau gandengan. perseorangan
dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta
tempelan atau gandengan lebih dari 1.000 ( seribu )
kilogram
(d) Surat izin mengemudi C berlaku untuk
mengemudikan sepeda motor.
33
(e) Surat izin mengemudi D berlaku untuk
mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang
cacat.
b) Pasal 81.
(1) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi sebagimana
dimaksud dalam pasal 77, setiap orang harus memenuhi
persyaratan usia, administrasif, kesehatan, dan lulus ujian.
(2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan paling rendah sebagai berikut :
(a) Usia 17 ( tujuh belas ) tahun untuk surat izin
mengemudi A. Surat izin mengemudi C, dan surat izin
mengemudi D.
(b) Usia 20 ( dua puluh ) tahun untuk surat izin
mengemudi BI.
(c) Usia 21 ( dua puluh satu ) tahun untuk surat izin
mengemudi B II.
(3) Syarat administratif sebagimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
(a) Identitas diri berupa kartu tanda penduduk.
(b) Pengisian formulir permohonan.
(c) Rumusan sidik jari.
(4) Syarat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
(a) Sehat jasmani dengan surat keterangan dari
dokter.
(b) Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis.
(5) Syarat lulus ujian sebagimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
(a) Ujian teori.
(b) Ujian praktek.
(c) Ujian keterampilan melalui alat simulator.
(6) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), ayat(4), ayat (5), setiap pengemudi kendaraan
bermotor yang akan mengajukan permohonan :

34
(a) Surat izin mengemudi B I harus memiliki surat
izin mengemudi A sekurang - kuranngnya 12 bulan.
(b) Surat izin mengemudi B II harus memiliki surat
izin mengemudi B I sekurang - kurangnya 12 bulan.
c) Pasal 82.
(1) Surat izin mengemudi untuk kendaraan bermotor umum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (2) huruf (b)
(2) Surat izin mengemudi B I umum berlaku untuk
mengemudikan mobil penumpang dan barang umum dengan
jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima
ratus) kilogram
(3) Surat izin mengemudi B II umum berlaku untuk
mengemudikan kendaraan penarik atau kendaraan bermotor
dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan
berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau
gandengan lebih 1.000 kilogram.
d) Pasal 83.
(1) Setiap orang yang mengajukan permohonan untuk
dapat memiliki surat izin mengemudi untuk kendaraan
bermotor umum harus memenuhi persyaratan usia dan
persyaratan khusus.
(2) Syarat usia untuk mendapatkan surat izin mengemudi
kendaraan bermotor umum sebagimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan paling rendah sebagi berikut :
(a) Usia 20 tahun untuk surat izin mengemudi A
umum.
(b) Usia 22 tahun untuk surat izin mengemudi B I
umum.
(c) Usia 23 tahun untuk surat izin mengemudi B II
umum.
(3) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagi berikut:
(a) Lulus ujian teori yang meliputi pengetahuan
mengenai :
i. Pelayanan angkutan umum.
35
ii. Fasilitas umum dan fasilitas sosial.
iii. Pengujian kendaraan bermotor.
iv. Tata cara mengangkut orang atau barang.
v. Tempat penting di wilayah domisili.
vi. Jenis barang berbahaya.
vii. Pengoperasian peralatan keamanan.
(b) Lulus ujian praktek yang meliputi :
i. Menaikkan dan menurunkan penumpang
atau barang di terminal dan di tempat tertentu
lainnya.
ii. Tata cara mengangkut orang atau barang.
iii. Mengisi surat muatan.
iv. Etika pengemudi kendaraan bermotor
umum.
v. Pengoperasian peralatan keamanan.
(4) Dengan memperhatikan syarat usia, setiap pengemudi
kendaraan bermotor yang akan mengajukan permohonan :
(a) Surat izin mengemudi A umum harus memiliki
Surat izin mengemudi A sekurang - kurangnya 12 bulan.
(b) Untuk surat izin mengemudi B I umum harus
memiliki surat izin mengemudi B I atau surat izin
mengemudi A sekurang - kurangnya 12 bulan.
(c) Untuk surat mengemudi B II umum harus
memiliki surat izin B II atau surat izin mengemudi B I
sekurang - kurangnya 12 bulan.
(5) Selain harus memenuhi persyaratan usia dan
persyaratan khusus sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), setiap orang yang mengajukan permohonan untuk
memperoleh surat izin mengemudi kendaraan bermotor umum
harus memenuhi ketentuan sebagimana dimaksud dalam
pasal 81 ayat (3) dan ayat (4).
e) Pasal 84. Surat Izin mengemudi untuk kendaraan bermotor
dapat digunakan surat Izin mengemudi kendaraan bermotor yang
jumlah sama atau lebih rendah sebagai berikut :

36
(1) Surat mengemudi Sim A Umum dapat berlaku untuk
mengemudi kendaraan bermotor yang seharusnya
menggunakan surat Izin mengemudi A.
(2) Surat Izin mengemudi B I dapat berlaku untuk
mengemudikan kendaraan bermotor yang seharusnya
menggunakan Surat Izin Mengemudi A.
(3) Surat Izin mengemudi B I dapat berlaku untuk
mengemudikan kendaraan bermotor yang seharusnya
menggunakan surat Izin mengemudi A.surat Izin mengemudi A
Umum, surat Izin mengemudi B I.
(4) Surat Izin mengemudi B II dapat berlaku untuk
mengemudikan kendaraan bermotor yang seharusnya
menggunakan surat Izin mengemudi A dan surat Izin
mengemudi B I.
(5) Surat Izin mengemudi B II Umum dapat berlaku untuk
mengemudikan kendaraan bermotor yang seharusnya
menggunakan surat Izin mengemudi A, surat Izin mengemudi
A Umum, surat Izin mengemudi B I, surat Izin mengemudi B I
Umum, Surat Izin mengemudi B II.
f) Pasal 85.
(1) Surat Izin mengemudi berbentuk kartu elektronik atau
bentuk lain.
(2) Surat Izin mengemudi berlaku selama 5 tahun dan
dapat diperpanjang.
(3) Surat Izin mengemudi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berlaku diseluruh Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(4) Dalam hal terdapat surat perjanjian bilateral atau
multilateral antara Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Negara Lain, surat Izin mengemudi yang di terbitkan di
Indonesia dapat pula berlaku di negara lain dan dapat surat
izin mengemudi yang di terbitkan oleh Negara lain berlaku di
Indonesia.
(5) Pemegang Surat Izin Mengemudi.
3) Fungsi surat izin mengemudi.
37
a) Pasal 86
(1) Surat izin mengemudi berfungsi sebagai bukti
kompetensi mengemudi.
(2) Surat izin mengemudi berfungsi sebagai registrasi
pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan
identitas lengkap pengemudi.
(3) Data pada registrasi pengemudi dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi
forensik kepolisian.

b. Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi

1) Penerbitan Surat Izin Mengemudi

a) Pasal 87
(1) Surat izin mengemudi diberikan kepada setiap calon
pengemudi yang lulus ujian pengemudi.
(2) Surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di terbitkan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib
Menyelenggarakan sistem informasi penerbitan surat izin
pengemudi.
(4) Setiap petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di
bidang penerbitan surat izin mengemudi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib menaati prosedur penerbitan
surat izin mengemudi.
b) Pasal 88. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara,
persyaratan pengujian, dan penerbitan surat izin mengemudi di atur
dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Pemberiaan tanda pelanggaran pada surat izin mengemudi.

- Pasal 89
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang
memberikan tanda atau data pelanggaran terhadap surat izin
mengemudi milik pengemudi yang melakukan pelanggaran
tindak pidana lalu lintas.

38
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk
menahan sementara atau mencabut surat izin mengemudi
sementara sebelum diputuskan oleh pengadilan.
(3) Keputusan lebih lanjut mengenai pemberian tanda atau
data pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

3) Waktu kerja pengemudi

- Pasal 90.
(1) Setiap Perusahaan Angkutan Umum wajib mematuhi
dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu
istirahat, dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang -
undangan.
(2) Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 8 ( delapan
) jam sehari.
(3) Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah
mengemudikan kendaraan selama 4 ( empat ) jam berturut
-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam.
(5) Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan
paling lama 12 ( dua belas ) jam sehari termasuk waktu
istirahat selama 1 ( satu ) jam.

17. Syarat dan Prosedur Pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu
Lalu Lintas.
a. Marka Jalan.
- Pasal 102.
a) Alat pemberi isyarat Lalu Lintas, rambu lalu lintas, dan / atau
marka jalan yang bersifat perintah, larangan peringatan, atau
petunjuk pada jaring atau ruas jalan pemasangannya harus di
selesaikan paling lama 60 ( enam puluh ) hari sejak tanggal
pemberlakuan peraturan Menteri yang membidangi sarana dan

39
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan atau peraturan daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (1).
b) Alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu lalu lintas, dan / atau
marka jalan sebagaimana dimaksud pada ayat a) mempunyai
ketentuan hukum yang berlaku mengikat 30 ( tiga puluh ) hari setelah
tanggal pemasangan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan hukum alat
pemberi isyarat lalu lintas, rambu lalu lintas, dan / atau marka jalan
diatur dengan peraturan pemerintah.

b. Pengutamaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dan Rambu Lalu Lintas
- Pasal 103.
a) Alat pemberi isyarat lalu lintas yang bersifat perintah atau
larangan harus diutamakan dari pada rambu lalu lintas dan / atau
marka jalan.
b) Rambu lalu lintas yang bersifat perintah atau larangan harus
diutamakan daripada marka jalan.
c) Dalam hal terjadi kondisi kemacetan lalu lintas yang tidak
memungkinkan gerak kendaraan, fungsi marka kotak kuning harus
23
diutamakan daripada alat pemberi isyarat lalu lintas yang bersifat
perintah atau larangan.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai rambu lalu lintas, marka jalan,
dan / atau alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat a) diatur dengan peraturan menteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

18. Tata Cara Berlalu Lintas.


a. Ketertiban dan Keselamatan.
1) Pasal 105. Setiap orang menggunakan jalan wajib :
a) Berperilaku tertib dan atau
b) Mencegah hal - hal yang dapat merintangi membahayakan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat
menimbulkan kerusakan jalan.

40
2) Pasal 106.
a) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib
mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi
b) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan bersepeda.
c) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan
d) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib mematuhi ketentuan :
(1) Rambu perintah atau rambu larangan.
(2) Marka jalan.
(3) Alat pemberi isyarat lalu lintas.
(4) Gerakan lalu lintas.
(5) Berhenti dan parkir.
(6) Peringatan dengan bunyi dan sinar.
(7) Kecepatan maksimal atau minimal.
(8) Tata cara penggandengan dan penempelan dengan
kendaraan lain.
e) Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan
setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib
menunjukkan :
(1) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau surat
tanda coba kendaraan bermotor.
(2) Surat Izin mengemudi.
(3) Bukti lulus uji berkala.
(4) Tanda bukti lain yang sah.
f) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda
empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk disampingnya
wajib menggunakan sabuk keselamatan.
g) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda
empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah - rumah di jalan
dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk
keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar
nasional Indonesia.

41
h) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor wajib
mengenakan helm yang memenuhi standar Indonesia.
i) Setiap orang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta
samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 ( satu ) orang.
b. Penggunaan Lampu Utama.
1) Pasal 107.
a) Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu
utama kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari
dan pada kondisi tertentu
b) Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat a) wajib menyalakan lampu utama
pada siang hari.
c. Jalur atau Jalur Lalu Lintas.
1) Pasal 108.
a) Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan jalur
jalan sebelah kiri.
b) Penggunaan jalur sebelah kanan hanya dapat dilakukan jika :
(1) Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan di
depannya.
(2) Diperintahkan oleh petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia atau digunakan sementara sebagai jalur kiri.
2) Pasal 109.
a) Pengemudi kendaraan bermotor yang akan melewati
kendaraan lain harus menggunakan lajur jalan sebelah kanan dari
kendaraan yang akan dilewati, mempunyai jarak pandang yang
bebas, dan tersedia ruang yang cukup.
b) Dalam keadaan tertentu, pengemudi sebagaimana dimaksud
pada ayat a) dapat menggunakan lajur jalan sebelah kiri dengan tetap
memperhatikan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan.
c) Jika kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan
menggunakan lajur jalan sebelah kanan, pengemudi sebagaimana
dimaksud pada ayat a) dilarang melewati kendaraan tersebut.

42
3) Pasal 110.
a) Pengemudi yang berpapasan dengan kendaraan lain dari arah
berlawanan pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara jelas
wajib memberikan ruang gerak yang cukup di sebelah kanan
kendaraan.
b) Pengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat a) jika terhalang
oleh suatu rintangan atau pengguna jalan lain di depannya wajib
mendahulukan kendaraan yang dari arah berlawanan.
4) Pasal 111. Pada jalan yang menanjak atau menurun yang tidak
memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi
kandaraan yang arahnya menurun wajib memberi kesempatan jalan kepada
kendaraan yang mendaki.
d. Belokan atau Simpangan.
1) Pasal 112.
a) Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah
wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan
dibelakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu
petunjuk arah atau isyarat tangan.
b) Pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau
bergerak ke samping wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di
samping dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat.
c) Pada persimpangan jalan yang dilengkapi alat pemberi isyarat
lalu lintas, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri,
kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu lintas atau alat pemberi isyarat
lalu lintas.
2) Pasal 113.
a) Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan
alat pemberi isyarat lalu lintas,pengemudi wajib memberikan hak
utama kepada.
(1) Kendaraan yang datang dari arah depan dan / atau
dari arah cabang persimpangan yang lain jika hal itu
dinyatakan
dengan rambu lalu lintas atau marka jalan.

43
(2) Kendaraan dari jalan utama jika pengemudi tersebut
datang dari cabang persimpangan yang lebih kecil atau dari
pekarangan yang berbatasan dengan jalan.
(3) Kendaraan yang datang dari arah cabang
persimpangan sebelah kiri jika cabang persimpangan 4 atau
lebih dan sama besar.
(4) Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di
persimpangan 3 yang tidak tegak lurus.
(5) Kendaraan yang datang dari arah cabang
persimpangan yang lurus pada arah persimpangan 3 tegak
lurus.
b) Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu
lintas yang berbentuk bundaran, pengemudi harus memberikan hak
utama kepada kendaraan lain yang datang dari arah kanan.
3) Pasal 114. Pada perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan
jalan, pengemudi kendaraan wajib :
a) Berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api
sudah mulai ditutup, dan ada isyarat lain.
b) Mendahulukan kereta api.
c) Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu
melintasi rel.
e. Kecepatan.
1) Pasal 115. Pengemudi kendaraan bermotor di jalan dilarang.
a) Mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling
tinggi yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.

b) Berbalapan dengan kendaraan bermotor lain.


2) Pasal 117. Pengemudi yang akan memperlambat kendaraannya
harus mengamati situasi lalu lintas di samping dan di belakang kendaraan
dengan cara yang tidak membahayakan kendaraan lain.
f. Berhenti.
1) Pasal 118. Selain kendaraan bermotor umum dalam trayek, setiap
kendaraan bermotor dapat berhenti di setiap jalan, kecuali;
a) Terdapat rambu larangan berhenti dan marka jalan yang
bergaris utuh.
44
b) Pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan,
keselamatan serta mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan jalan.
c) Di jalan tol.
g. Parkir.
1) Pasal 120. Parkir kendaraan di jalan dilakukan secara sejajar atau
membentuk sudut menurut arah lalu lintas.
2) Pasal 121.
a) Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memasang
segitiga pengaman , lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat
lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan.
b) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat a) tidak berlaku
untuk pengemudi sepeda motor tanpa kereta samping.
h. Pengguna Jalan yang Memperoleh Hak Utama.
1) Pasal 134. Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk
didahulukan sesuai dengan urutan berikut :
a) Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan
tugas.
b) Ambulance yang mengangkut orang sakit.
c) Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan
lalu lintas.
d) Kendaraan Pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia.
e) Kendaraan Pimpinan dan pejabat Negara asing serta lembaga
Internasional yang menjadi tamu Negara.
f) Iring - iringan pengantar jenazah.
g) Konvoi dan / atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu
menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
19. Angkutan.
a. Angkutan Orang dan Barang
1) Pasal 137.
a) Angkutan orang dan / atau barang dapat menggunakan
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
b) Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor
berupa sepeda motor,mobil penumpang, atau bus.
45
c) Angkutan barang dan kendaraan bermotor wajib
menggunakan mobil barang.
d) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang
kecuali :
(1) Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang,
kondisi geografis, dan prasarana jalan di Provinsi /
Kabupaten / Kota belum memadahi.
(2) Untuk pengerahan atau Tentara Nasional Indonesia dan
/ atau Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan / atau pemerintah daerah.
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan
untuk angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat d) diatur
dengan peraturan pemerintah.
b. Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat.
1) Pasal 162.
a) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus wajib :
(1) Memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan
sifat dan bentuk barang yang diangkut.
(2) Diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang
diangkut.
(3) Memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan.
(4) Membongkar dan memuat barang ditempat yang
ditetapkan dan dengan menggunakan alat sesuai dengan sifat
dan bentuk barang yang diangkut.
(5) Beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu
keamanan, keselamatan,kelancaran,dan ketertiban lalu lintas
dan angkutan jalan.
(6) Mendapat rekomendasi dari instansi terkait.
b) Kendaraan bermotor umum yang mengangkut alat berat
dengan dimensi yang melebihi dimensi yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada pasal 19 harus mandapat pengawalan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
c) Pengemudi dan pembantu pengemudi kendaraan bermotor
umum yang mengangkut barang khusus wajib memiliki kompentensi
46
tertentu sesuai dengan sifat dan bentuk barang khusus yang
diangkut.
2) Pasal 163.
a) Pemilik agen ekspedisi muatan angkutan barang, atau
pengirim yang menyerahkan barang khusus wajib memberitahukan
kepada pengelola pergudangan dan / atau penyelenggara angkutan
barang dimuat kedalam kendaraan bermotor umum.
b) Penyelenggara angkutan barang yang melakukan kegiatan
pengakutan barang khusus wajib menyediakan tempat penyimpanan
serta bertanggung jawab terhadap penyusunan sistem prosedur
pengamanan barang khusus dan / atau berbahaya selama barang
tersebut belum dimuat ke dalam kendaraan bermotor umum.

c. Dokumen Angkutan Orang dan Barang dengan Kendaraan Bermotor


Umum.
- Pasal 166.
a) Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum yang
melayani trayek tetap lintas batas negara, antar kota antar provinsi,
dan antar kota dalam provinsi harus dilengkapi dengan dokumen.
b) Dokumen angkutan orang sebagaimana dimaksud pada
ayat a) meliputi :
(1) Tiket penumpang umum untuk angkutan dalam trayek,
(2) Tanda pengenal bagasi,
(3) Manifes.
c) Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum wajib
dilengkapi dengan dokumen yang meliputi :
(1) Surat perjanjian pengangkutan.
(2) Surat muat barang.

20. Kecelakaan Lalu Lintas.


a. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas.
- Pasal 226.
a) Untuk mencegah kecelakaan lalu lintas dilaksanakan melalui
(1) Partisipasi para pemangku kepentingan.
(2) Pemberdayaan masyarakat.
47
(3) Penegakan hukum.
(4) Kemitraan global.
b) Pencegahan kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat a) dilakukan dengan pola pentahapan yang meliputi
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
c) Penyusunan program pencegahan kecelakaan lalu lintas
dilakukan oleh forum lalu lintas dan angkutan jalan dibawah
koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b. Tata cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.


1) Pasal 227. Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas, petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib melakukan penanganan
Kecelakaan Lalu Lintas dengan cara :
a) Mendatangi tempat kejadian dengan segera.
b) Menolong korban.
c) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara.
d) Mengolah tempat kejadian perkara.
e) Mengatur kelancaran arus lalu lintas.
f) Mengamankan barang bukti.
g) Melakukan penyidikan perkara.
2) Pasal 228. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan
kecelakaan lalu lintas diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
c. Pengolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas.
- Pasal 229.
a) Kecelakaan Lalu Lintas di golongkan atas :
(1) Kecelakaan lalu lintas ringan.
(2) Kecelakaan lalu lintas sedang.
(3) Kecelakaan lalu lintas berat.
b) Kecelakaan lalu lintas ringan sebagaimana dimaksud pada
ayat a) angka (1) merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan Kendaraan dan / atau barang.
c) Kecelakaan lalu lintas sedang sebagaimana dimaksud pada
ayat a) angka (2) merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan / atau barang.
48
d) Kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana dimaksud pada
ayat a) angka (3) merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
e) Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat a)
dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidak laikan
kendaraan, serta ketidak laikan jalan dan / atau lingkungan.

d. Pertolongan dan Perawatan Korban.


1) Pasal 231.
a) Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu
lintas wajib :
(1) Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya.
(2) Memberikan pertolongan kepada korban.
(3) Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia terdekat.
(4) Memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian
kecelakaan.
b) Pengemudi kendaraan bermotor yang karena keadaanya
memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat a) angka (1) dan angka (2) segera
melaporkan diri kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
terdekat.
2) Pasal 232. Setiap orang yang mendengar, melihat, dan / atau
mengetahui terjadi kecelakaan lalu lintas wajib :
a) Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu
lintas.
b) Melaporkan kecelakaan tersebut kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
c) Memberikan keterangan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
e. Pendataan Kecelakaan Lalu Lintas.
- Pasal 233.
a) Setiap kecelakaan wajib dicatat dalam formulir data
kecelakaan lalu lintas.
b) Data kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat a) merupakan bagian dari data forensik.

49
c) Data kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat a) harus dilengkapi dengan data yang berasal dari rumah sakit.
d) Data kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat a) dikelola oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dan dapat
dimanfaatkan oleh pembina lalu lintas dan angkutan jalan.
f. Kewajiban dan Tanggung Jawab.
1) Pasal 234.
a) Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan / atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang dan / atau pemilik barang dan / atau pihak
ketiga karena kelalaian pengemudi.
b) Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan / atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan
dan / atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan
pengemudi.
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat a) dan ayat b)
tidak berlaku jika :
(1) Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan
atau di luar kemampuan pengemudi.
(2) Disebabkan oleh prilaku korban sendiri atau pihak
ketiga.
(3) Disebabkan gerakan orang dan / atau hewan walaupun
telah diambil tindakan pencegahan.
2) Pasal 235.
a) Jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, pengemudi,
pemilik, dan / atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan
bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan /
atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara
pidana.
b) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban
akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan / atau
perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada

50
korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan
tuntutan perkara pidana.
3) Pasal 236.
a) Pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 229 wajib mengganti kerugian
yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
b) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 299 ayat (2) dapat dilakukan diluar pengadilan jika terjadi
kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.
g. Hak Korban.
1) Pasal 240. Korban kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan :
a) Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung
jawab atas terjadinya kecelakaaan lalu lintas dan / atau pemerintah.
b) Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
c) Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi.
2) Pasal 241. Setiap korban kecelakaan lalu lintas berhak
memperoleh pengutamaan pertolongan pertama dan perawatan pada rumah
sakit terdekat sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang - undangan.
21. Ketentuan Pidana.
a. Pasal 273.
1) Setiap penyelenggara jalan yang tidak dengan segera dan patut
jalan yang rusak yang mengakibatkan kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 ayat 1) sehingga menimbulkan korban luka ringan
atau kerusakan kendaraan / barang di pidana dengan penjara paling lama
6 bulan atau denda paling banyak Rp 12.000.000 ( dua belas juta rupiah ).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan luka berat, pelaku di pidana dengan pidana penjara paling
lama 1 tahun denda paling banyak Rp 24.000.000 ( dua puluh empat juta
rupiah ).
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku di pidana dengan pidana
paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 120.000.000 ( seratus dua
puluh juta rupiah ).
51
4) Penyelenggara jalan yang tidak memberi tanda atau rambu pada
jalan yang rusak dan belum di perbaiki sebagaimana dimaksud dalam pasal
24 ayat 2) di pidana dengan pidana penjara paling lama 6 bulan atau denda
paling banyak Rp 1.500.000 ( satu juta lima ratus ribu rupiah ).
b. Pasal 274.
1) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
kerusakan atau gangguan jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
ayat 1) di pidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun atau denda
paling banyak Rp 24.000.000 ( dua puluh empat juta rupiah ).
2) Ketentuan ancaman pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku
pula bagi setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
gangguan pada fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ayat 2).
c. Pasal 275.
1) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
gangguan pada fungsi rambu Lalu Lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat
lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, dan alat pengaman penggunaan jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat 2) di pidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 ( dua
ratus ribu rupiah ).
2) Setiap orang yang merusak rambu lalu lintas, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, dan alat pengaman
pengguna jalan sehingga tidak berfungsi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ayat 2) di pidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ).
d. Pasal 276. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor umum
dalam trayek tidak singgah di terminal sebagaimana dimaksud dalam pasal 36
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak
Rp 250.000 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
e. Pasal 277. Setiap orang yang memasukkan kendaraan bermotor, kereta
gandengan, dan kereta tempelan, kedalam wilayah Republik Indonesia, membuat,
merakit, atau memodifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan
type, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang di
operasikan Dalam Negeri yang tidak memenuhi kewajiban uji type sebagaimana

52
dimaksud dalam pasal 50 ayat (1) di pidana dengan pidana penjara paling lama 1
tahun atau denda paling banyak Rp 24.000.000,00 ( dua puluh empat juta rupiah ).
f. Pasal 278. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor
beroda empat atau lebih di jalan yang tidak di lengkapi dengan perlengkapan
berupa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan
peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 57 ayat (3) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 ( satu ) bulan
atau denda paling banyak Rp 250.000,00 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
g. Pasal 279. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang di pasangi perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas
sebagaimana di maksud dalam pasal 58 di pidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 ( lima ratus ribu
rupiah ).
h. Pasal 280. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
jalan yang di pasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang di tetapkan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68
ayat (1) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 ( dua ) bulan atau denda
paling banyak Rp 500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah ).
i. Pasal 281. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor di
jalan yang memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam pasal 77
ayat (1) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 4 ( empat ) bulan atau
denda paling banyak Rp 1.000.000,00 ( satu juta rupiah ).
j. Pasal 282. Setiap pengguna jalan yang tidak mematuhi perintah yang
diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 104 ayat (3) di pidana dengan pidana kurungan paling lama
1 ( satu ) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 ( dua ratus lima puluh
ribu ).
k. Pasal 283. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau di pengaruhi oleh suatu
keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 3 ( tiga ) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00
( tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ).
l. Pasal 284. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
dengan tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau bersepeda
53
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (2) di pidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 ( lima
ratus ribu rupiah ).
m. Pasal 285
1) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion,
klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul
cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban
sebagaimana di atur dalam pasal 106 ayat (3) juncto pasal 48 ayat 2) dan
ayat (3) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau
denda paling banyak Rp 250.000,00 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat
atau lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi
kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas
dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk
arah, alat pemantul cahaya, depan, spakbor, bumper, penggandengan,
penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam pasal
106 ayat (3) juncto pasal 48 ayat (2) di pidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 ( lima ratus ribu
rupiah ).
n. Pasal 286. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan Bermotor
beroda empat atau lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (3) juncto pasal 48 ayat (3) di
pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda
paling banyak Rp 500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah ).
1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (4) huruf a atau marka jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal
106 ayat (4) huruf b di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2
( dua ) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 ( lima ratus
ribu rupiah ).
2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan
dengan alat pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
54
dalam pasal 106 ayat (4) huruf c di pidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00
( lima ratus ribu rupiah ).
3) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan parkir
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf e di pidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 ( satu ) bulan atau denda
paling banyak Rp 250.000,00 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
4) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama
bagi kendaraan bermotor yang menggunakan alat peringan dengan
bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, pasal 106
ayat (4) huruf f, atau pasal 134 di pidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 ( satu ) bulan atau denda paling banyak
Rp 250.000,00 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
5) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling
rendah sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf g atau
atau pasal 115 huruf a di pidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 ( dua ) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 ( lima
ratus ribu rupiah ).
6) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan
dengan kendaraan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (4) huruf h di pidana dengan dengan pidana kurungan paling
lama 1 ( satu ) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 ( dua
ratus lima puluh ribu rupiah ).
0. Pasal 288.
1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang
tidak melengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau
surat tanda coba kedaraan bermotor yang di tetapkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (5) huruf a di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 ( dua )
bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah ).
55
2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di Jalan yang
tidak bisa menunjukan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 106 ayat (5) huruf b di pidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 ( satu ) bulan dan / atau denda paling Rp 250.000,
( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
3) Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil
bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak
dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji berkala
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (5) huruf c di pidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 ( dua ) bulan atau denda paling banyak
Rp 500.000, ( lima ratus ribu rupiah ).
p. Pasal 289. Setiap orang mengemudikan kendaraan bermotor atau
penumpang yang duduk di samping pengemudi yang tidak mengenakan sabuk
keselamatan sebagaimana dimaksud pasal 106 ayat (6) di pidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 ( satu ) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00
( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
q. Pasal 293.
1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan tanpa
menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 107 (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 ( satu ) bulan atau denda paling banyak Rp
250.000,00 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ).
2) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan tanpa
menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaiman dimaksud dalam
pasal 107 ayat (2) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 15 ( lima
belas ) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 ( seratus ribu rupiah ).
r. Pasal 294. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
akan membelok atau berbalik arah, tanpa memberikan isyarat dengan lampu
petunjuk arah, tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat
tangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 112 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,- ( dua
ratus lima puluh ribu rupiah )
s. Pasal 295. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
akan berpindah lajur atau bergerak ke samping tanpa memberikan isyarat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 112 ayat (2) dipidana kurungan paling lama 1
56
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,- ( dua ratus lima puluh ribu
rupiah ).
t. Pasal 296. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor pada
perlintasan antara kereta api dan jalan yang tidak berhenti ketika sinyal sudah
berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai ditutup, dan / atau ada isyarat lain
sebagaimana dimaksud dalam pasal 114 huruf a dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 750.000,- ( tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah ).
u. Pasal 298. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
tidak memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat
lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 121 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama
2 ( dua ) bulan atau denda paling banyak Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah ).
v. Pasal 312. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
terlibat kecelakaan Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak memberhentikan
kendaraannya, tidak memberikan pertolongan atau tidak melaporkan kecelakaan
Lalu Lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat dengan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 231ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c tanpa
alasan yang patut di pidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau
denda paling banyak Rp 75.000.000,00 ( tujuh puluh luma juta rupiah ).
22. Evaluasi.
a. Sebutkan ketentuan Undang - undang RI Nomor. 22 tahun 2009.
b. Jelaskan Pasal 48 tentang persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan
bermotor.
c. Jelaskan Pasal 77 tentang Persyaratan Pengemudi. !
d. Jelaskan Pasal 105 tentang Tata cara berlalulintas !
e. Jelaskan Pasal 27 tentang Kecelakaan lalu lintas !

BAB III
PENANDAAN JALAN RAYA

23. Umum. Sebagai alat untuk mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk
meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan maka penandaan jalan raya /
/ marka jalan dapat menyampaikan informasi ( perintah, peringatan, dan petunjuk )
kepada pemakai jalan.
57
24. Marka Jalan.
a. Marka Garis Membujur. Marka garis membujur garis utuh, garis putus
-putus dan ganda.
1) Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi
kendaraan yang melintasi garis tersebut, disamping itu juga untuk
menandakan tepi jalur lalu lintas dan untuk pengaturan lalu lintas dalam
keadaan darurat atau sementara waktu dapat digunakan alat pemisah lajur
yang berfungsi sebagai marka.
2) Marka membujur garis putus - putus berfungsi mengarahkan lalu
lintas dan memperingatkan pengendara akan ada marka membujur berupa
garis utuh di depan serta sebagai pembatas jalur dua arah.
3) Marka membujur garis ganda yaitu marka yang terdiri dari garis utuh
dan putus - putus maka fungsinya adalah lalu lintas yang berada pada sisi
garis putus - putus dapat melintasi garis ganda tersebut dan lalu lintas yang
berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut.

0,15 0,50

JALUR LALU LINTAS

Gambar 5. Marka membujur


b. Marka melintang garis utuh dan garis ganda putus - putus.
1) Marka melintang berupa garis utuh berfungsi untuk menyatakan
batas berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lintas
atau rambu larangan.
2) Marka melintang berupa garis ganda putus - putus yang berfungsi
sebagai batas lewat kendaraan sewaktu mendahului kendaraan lain yang
diwajibkan oleh rambu larangan dan apabila tidak dilengkapi dengan rambu
larangan maka harus didahului dengan marka lambang berupa segitiga yang
salah satu alasnya sejajar dengan marka melintang tersebut.

58

4.50

4.50

Gambar 6. Marka melintang


c. Marka serong. Marka serong adalah marka yang berupa garis utuh dan
mempunyai fungsi dan kegunaan dilarang dilintasi kendaraan dan untuk
menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas
dan pulau lalu lintas sedang marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh
digunakan untuk menyatakan daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan dan
sebagai pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas Tetapi marka
serong yang dibatasi dengan garis putus - putus digunakan untuk menyatakan
kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian
selamat.

59

Gambar 7. Marka serong melebar searah


Gambar 8. Marka serong menyempit searah

Gambar 9. Marka serong dua arah


60
d. Marka lambang. Marka lambang berupa panah, segitiga, dan tulisan
yang berfungsi dan digunakan untuk mengulangi maksud dari Rambu - rambu lalu
lintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan
Rambu - rambu lalu lintas. Marka lambang seperti dinyatakan diatas digunakan
khusus untuk menyatakan tempat pemberhentian mobil Bis, untuk menaikan dan
menurunkan penumpang disamping itu pula menyatakan pemisah arah arus lalu
lintas sebelum mendekati persimpangan yang tanda lambangnya berbentuk panah.

Gambar 10. Marka berbentuk lambang

e. Marka lainnya. Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk


penyeberangan pejalan kaki yang dinyatakan dengan zebra cross yaitu marka
berupa garis - garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur lalu lintas dan
marka berupa dua garis utuh melintang jalur lalu lintas untuk menyatakan tempat
penyeberangan sepeda dipergunakan dua garis putus - putus berbentuk bujur
sangkar atau belah ketupat dan paku jalan yang memantulkan cahaya dapat
disebut dengan marka lainnya.
61

Gambar 7. Marka lainnya

25. Material dan Warna Marka. Semua marka dan tanda - tanda jalan harus
menggunakan warna yang memantul putih dan kuning merupakan warna yang umum
digunakan dimana dapat terlihat pada malam hari, dan juga berlawanan ( kontras )
dengan warna permukaan aspal yang hitam, Bahan - bahan pemantul cahaya juga dapat
digunakan, biasanya berwarna merah atau putih. Marka dan paku jalan secara khusus
juga harus dapat bertahan lama, memantul, dan tidak licin. Material - material marka jalan
yang utama adalah :
a. Cat. Digunakan untuk marka - marka memanjang pada daerah - daerah
yang lalu lintasnya tidak padat dan manik - manik kaca biasanya dapat
ditambahkan guna memberikan ketahanan dan pemantulannya.
b. Material termoplastik. Cairan panas, tuangan atau semprotan plastik
yang dibuat dari damar termoplastik dengan campuran plastik pewarna dan
agregat, terutama digunakan pada lokasi - lokasi yang tingkat kegunaannya tinggi
seperti misalnya pada persimpangan.
c. Material lembaran. Pita yang memiliki perekat dan meterial
lembaran ( sheet ) telah dikembangkan dimana khususnya berguna untuk situasi
-situasi yang sifatnya sementara.
62
d. Material konstruksi. Perkerasan yang mempunyai beragam warna
seperti misalnya blok beton ( ston block / com block ) atau pelapis warna
permukaan jalan.
26. Fasilitas Pendukung Marka Jalan.
a Paku jalan ( roat Studs ). Dapat juga dari logam plastik atau keramik. Paku
jalan terutama digunakan sebagai tanda garis tengah jalan chevron. Karen dapat
mengganggu kestabilan pengendara sepeda motor jika dipasang pada lokasi -
lokasi yang lain maka paku jalan ini tidak boleh menonjol 15 milimeter diatas
permukaan jalan apabila dilengkapi dengan reflektor maksimal tingginya adalah 40
milimeter diatas permukaan jalan alat pemantul frelektor agar dapat terlihat pada
malam hari. Paku jalan ini biasanya digunakan pada marka garis membujur
sebagai batas pemisah lajur ataupun sebagai batas kiri dan kanan badan jalan.

Gambar 11. Paku jalan


71
b. Deleator. Dibuat dari bahan plastik atau fiber glas digunakan sebagai
tanda pembatas tepi jalan biasanya berbentuk lempengan tiang - tiang dan
mempergunakan cat berwarna merah atau putih yang memantulkan cahaya saat
terkena cahaya lampu kendaraan dimalam hari.
63
Gambar 9. Delineator
c. Traffic cones. Merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat
sementara yang berbentuk kerucut berwarna merah dan dilengkapi dengan alat
pemantul cahaya ( reflektor )

27. Evaluasi.

a. Jelaskan yang dimadsuk Marka Jalan !


b. Gambarkan dan jelaskan Paku jalan (roat Studs). !
c. Gambarkan dan jelaskan Deleator. !
d. Gambarkan dan jelaskan Traffic cones !
e. Jelaskan Material dan warna marka !

BAB IV
PERAMBUAN LALU LINTAS JALAN RAYA

28. Umum. Perambuan lalu lintas angkutan jalan raya merupakan obyek fisik
yang dapat menyampaikan informasi ( perintah, peringatan, dan petunjuk ) kepada
pemakai jalan serta dapat mempengaruhi pengguna jalan.
29. Persyaratan, Warna dan Bentuk.
a. Persyaratan Perambuan Lalu Lintas.
1) Yang bersifat perintah dan larangan harus dipatuhi.
2) Peringatan terhadap suatu bahaya.
3) Petunjuk, berupa arah identifikasi tempat fasilitas - fasilitas.
4) Dapat terlihat dengan jelas.
5) Memaksakan perhatian.
6) Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana.
7) Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh pemakai
jalan.
8) Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya / bereaksi.
9) Meningkatkan kemudahan pengenalan bagi para pengemudi.
10) Membuat pengemudi lebih cepat untuk bereaksi.
11) Menciptakan reaksi - reaksi standart dan naluri terhadap situasi -
situasi yang standart.
64
b. Warna dan Bentuk Perambuan Lalu Lintas.
1) Warna :
a) Merah menunjukan bahaya.
b) Kuning menunjukan peringatan.
c) Biru menunjukan amar (perintah).
d) Hijau menunjukan informasi umum.
2) Bentuk
a) Bulat menunjukan larangan.
b) Segi empat pada sumbu diagonal menunjukan peringatan
bahaya dan petunjuk.
3) Secara umum rambu - rambu menggunakan 2 warna untuk
menyampaikan pesan, satu warna terang dan yang lain warna gelap, kadang
- kadang warna yang ketiga digunakan sebagai suatu lingkaran di sekililing
rambu, yang berwarna terang ditulis diatas warna yang gelap. dan tulisan
hitam diatas latar belakang putih atau kuning. Tiang penyangga rambu
biasanya berwarna abu - abu. Tiang - tiang untuk lampu pengatur lalu lintas,
penyeberangan zebra dan tanda - tanda bahaya lainnya adalah hitam dan
putih.
30. Rambu - Rambu Peringatan.
Keterangan :

1. Tikungan ke kiri. 37. Lintasan Pesawat terbang


2. Tikungan ke kanan 38. Angin dari samping.
3. Tikungan tajam ke kiri 39. Lalu lintas dua arah.
4. Tikungan tajam ke kanan 40. Awal bangunan pemisah
untuk lalu lintas dua arah
5. Tikungan ganda, tikungan 41. Akhir bangunan pemisah
pertama ke kiri untuk lalu lintas
6. Tikungan ganda, tikungan 42. Awal bangunan pemisah
Pertama ke kanan. Untuk lalu lintas satu arah
7. Banyak tikungan atau urutan 43. Persimpangan empat
66
beberapa tikungan, tikungan pertama
ke kiri
8. Banyak tikungan atau urutan 44. Persimpangan tiga sisi ke
beberapa tikungan, tikungan kiri.
pertama ke kanan
9. Pengarah tikungan ke kanan 45. Persimpangan tiga sisi
kanan.
10. Pengarah tikungan ke kiri 46. Persimpangan tiga serong
kiri.
11. Turunan 47. Persimpangan tiga serong
kiri.
12. Turunan curam 48. Persimpangan tiga serong
kanan.
13. Tanjakan 49. Persimpangan tiga serong
kanan.
14. Tanjakan terjal 50. Persimpangan tiga tipe T
15. Penyempitan di kiri dan kanan 51. Persimpangan tiga tipe Y
jalan.
16. Penyempitan di kiri jalan 52. Persimpangan tiga ganda
kiri kanan.
17. Penyempitan di kanan jalan 53. Persimpangan tiga ganda
kanan kiri
18. Jembatan atau penyempitan 54. Persimpangan tiga ganda
di jembatan kiri
19. Pengurangan lajur kiri 55. Persimpangan tiga ganda
kanan.
20. Pengurangan jalur kanan 56. Persimpangan empat
dengan prioritas.
21. Jembatan angkat 57. Persimpangan tiga sisi kiri
dengan prioritas.
22. Jalan menuju tepian air, 58. Persimpangan tiga sisi
Tepian jurang. Kanan dengan prioritas
23. Jalan tidak datar, bergelombang 59. Persimpangan tiga serong
atau berbukit - bukit. Kiri dengan prioritas.
24. Jalan cembung atau jembatan 60. Persimpangan tiga serong
67
cembung kanan dengan prioritas.
25. Jalan cekung 61. Persimpangan bundaran
dengan prioritas.
26. Jalan licin 62. Tinggi ruang bebas.... m
27. Krikil lepas 63. Lebar runag bebas..... n
28. Longsoran tanah atau batu yang 64. Persilangan datar dengan
berjatuhan dari sebelah kiri jalan lintasan kereta api berpintu.
29. Longsoran tanah atau batu yang 65. Persilangan datar dengan
berjatuhan dari sebelah kanan jalan lintasan kereta api tanpa pintu.
30. Penyeberangan jalan 66. Hati - hati
31. Banyak anak - anak 67. Rambu tambahan menyata
kan jarak 450 m
32. Banyak orang bersepeda dan 68. Rambu tambahan menyata
sering menyeberang jalan kan jarak 300 m
33. Banyak satwa jinak dan sering 69. Rambu tambahan menyata
Menyeberang jalan. Kan jarak 150 m.
34. Banyak satwa liar dan sering 70. Peringatan tentang bahaya
menyeberang jalan tanah longsor di musim hujan.
35. Ada pekerjaan di jalan
36. Lampu pengatur lalu lintas.
68

31. Rambu - Rambu Larangan dan Perintah.


69
Keterangan :

1. Rambu larangan berupa kata - kata 37. Larangan masuk bagi


Larangan berupa kata - kata dinyatakan kendaraan dengan tinggi lebih dari
dengan contoh rambu berikut. Larangan ...... m
untuk mendahului.
2. Dilarang berjalan terus. Wajib 38. Larangan masuk bagi
berhenti sesaat dan menuruskan kendaraan tidak bermotor dengan
perjalanan setelah mendapat kepastian panjang lebih dari..... m
aman dari lalu lintas arah lainnya.
3. Dilarang berjalan terus apabila 39. Larangan masuk bagi
Mengakibatkan rintangan / hambatan / kendaraan yang seluruh berat
Gangguan bagi lalu lintas dari arah lain termasuk muatannya lebih dari
Yang wajib didahulukan. 5 Ton.
4. Dilarang berjalan terus, wajib berhenti 40. Larangan masuk bagi
Sesaat sebelum bagian jalan tertentu dan kendaraan dengan muatan sumbu
Meneruskan perjalanan setelah lebih dari 2 Ton.
mendahulukan Kendaraan yang
datang dari arah depan Secarah bersamaan.
5. Dilarang berjalan terus pada 41. Larangan kecepatan
Persilangan - persilangan sebidang lintasan kendaraan lebih dari 40 km / jam
Kereta api jalur tunggal, wajib berhenti
Sesaat untuk mendapat kepastian aman
6. Dilarang berjalan terus pada 42. Larangan masuk bagi
Persilangan - persilangan sebidang lintasan kendaraan dengan Muatan Sumbu
Kereta api jalur ganda, wajib berhenti Terberat (MST) lebih besar dari 10
Sesaat untuk mendapat kepastian aman ton atau ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter atau ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 MM
7. Larangan masuk bagi semua 43. Larangan masuk bagi
Kendaraan bermotor maupun tidak kendaraan dengan Muatan Sumbu
Bermotor dari kedua arah. Terberat (MST) lebih besar dari 8
ton atau ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter atau ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 MM
70

8. Larangan masuk bagi semua 44. Larangan masuk bagi


Kendaraan bermotor maupun tidak kendaraan dengan Muatan Sumbu
Bermotor Terberat (MST) lebih besar dari 8
ton atau ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter atau ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 MM
9. Larangan masuk bagi kendaraan 45. Larangan masuk bagi
Bermotor roda empat dan lebih kendaraan dengan Muatan Sumbu
Terberat (MST) lebih besar dari 8
ton atau ukuran lebar tidak melebihi
2.100 milimeter atau ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 MM
10. Larangan masuk bagi semua 46. Dilarang berjalan terus, wajib
Kendaraan bermotor roda tiga berhenti dan meneruskan perjalan
nan setelah melaksanakan sesuatu
kegiatan / kewajiban tertentu,seperti
contoh rambu berikut. wajib
berhenti untuk pemeriksaan cukai
11. Larangan masuk bagi semua 47. Wajib mengikuti arah ke
Kendaraan bermotor roda dua Kanan
12. Larangan masuk bagi 48. Wajib mengikuti arah yang
Semua kendaraan bermotor Ditunjuk.
13. Larangan masuk bagi Bus 49. Wajib mengikuti salah satu
arah yang ditunjuk
14. Larangan masuk bagi semua 50. Lajur atau bagian jalan yang
Kendaraan bermotor dengan kereta wajib dilewati
Gandeng.
15. Larangan masuk bagi semua 51. Lajur atau bagian jalan yang
Kendaraan bermotor dengan kereta Wajib di lewati
Tempel.
16. Larangan masuk bagi semua 52. Wajib melewati salah satu
mobil barang lajur yang ditunjuk
71

17. Larangan masuk bagi kendaraan 53. Batas akhir wajib memakai
bermotor untuk keperluan khusus antara rantai pada ban.
lain Forklift, penggilas jalan, Traktor.
18. Larangan masuk bagi gerobak dan 54. Wajib untuk lalu lintas pedati
dokar.
19. Larangan masuk bagi semua 55. Wajib untuk lalu lintas pedati
kendaraan tidak bermotor gerobak dorong dan dokar
20. Larangan masuk bagi sepeda 56. Perintah kecepatan minimum
yang di wajibkan.
21. Larangan masuk bagi delman 57. Batas akhir kecepatan
dan sejenisnya. Minimum yang diwajibkan.
22. Larangan masuk bagi gerobak, 58. Wajib memakai rantai ban
pedati dan sejenisnya.
23. Larangan masuk bagi gerobak 59. Wajib mengikuti salah satu
dorong dan sejenisnya. Arah yang ditunjukkan.
24. Larangan masuk bagi becak 60. Wajib mengikuti arah yang
ditunjuk.
25. Larangan masuk bagi becak 61. Wajib mengikuti arah yang
dan sepeda ditentukan pada bundaran
26. Larangan masuk bagi pejalan 62. Wajib untuk pejalan kaki
kaki
27. Larangan berhenti sampai dengan 63. Wajib untuk lalu lintas dokar
jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu
menurut arah lalu lintas, kecuali dinyatakan
lalin dengan papan tambahan
28. Larangan parkir sampai dengan 64. Wajib untuk lalu lintas
jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu bersepeda
menurut arah lalu lintas, kecuali dinyatakan
lalin dengan papan tambahan
` 29. Larangan berbelok kekiri bagi 65. Wajib untuk lalu lintas
kendaraan bermotor maupun tidak becak
bermotor untuk masuk jalan simpangan
atau berpindah jalur yang searah atau
arah lalu lintas
72

30. Larangan berbelok kekanan bagi 66. Wajib untuk pengendara


kendaraan bermotor maupun tidak berkuda
bermotor untuk masuk jalan simpangan
atau berpindah jalur yang searah atau
arah lalu lintas
31. Larangan berbalik arah bagi 67. Batas akhir kecepatan
Kendaraan bermotor maupun tidak maksimum 40 km / jam
Bermotor.
32. Larangan mendahului 68. Batas akhir larangan
Kendaraan lain yang berjalan di depan mendahului kendaraan lain
33. Larangan menggunakan isyarat 69. Batas akhir semua larangan
suara setempat terhadap kendaraan
bergerak
34. Larangan mengikuti kendaraan 70. Wajib mengikuti arah ke kiri
di depan kurang dari jarak 15 m
71. Wajib berjalan lurus ke
depan
73

32. Rambu - Rambu Petunjuk.


74

33. Evaluasi.

a. Meliputi apa saja informasi yang disampaikan kepada pengemudi tersebut !


b. Sebutkan persyaratan Perambuan lalu lintas !
c. Jelaskan Bentuk warna rambu - ranbu lalu lintas !
d. Sebut dan jelaskan fungsi dan bentuk serta rambu lalu lintas t !
e. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi rambu sebutkan !

BAB VI
EVALUASI AKHIR

34. Evaluasi Akhir.

a. Sebut dan jelaskan fungsi marka !


b. Sebut dan jelaskan macam - macam material marka !
c. Sebut dan jelaskan material utama marka !
d. Meliputi apa saja pembinaan dan pengawasan teknis marka tersebut !
e. Meliputi apa saja informasi yang disampaikan kepada pengemudi tersebut !
f. Alat pengendali lalu lintas meliputi apa saja !
g. Pertimbangan apa saja guna menjamin efektifnya alat pengendali lalu lintas
tersebut !
h. Sebut dan jelaskan fungsi dan bentuk serta rambu lalu lintas tersebut !
i. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi rambu sebutkan !
j. Meliputi apa saja informasi yang disampaikan kepada pengemudi tersebut !
k. Sebutkan persyaratan Perambuan lalu lintas !
l. Jelaskan Bentuk warna rambu - rambu lalu lintas !
m. Sebut dan jelaskan fungsi dan bentuk serta rambu lalu lintas tersebut !
n. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi rambu sebutkan !
RAHASIA
75

BAB VII
PENUTUP

35. Penutup. Naskah Sekolah Sementara ini disusun untuk digunakan untuk
Gadik / Instruktur dan Siswa sebagai pedoman pelaksanaan tugas dalam proses belajar
mengajar tingkat pendidikan Sustamudi Angmor. Selain itu Naskah Sekolah Sementara ini
dapat dipergunakan sebagai referensi untuk pendidikan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.

Direktur Pembekalan Angkutan

Dr. Albiker Hutabarat


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

RAHASIA
Sub Lampiran A Keputusan Dirbekangad
Nomor Kep / 47 / X / 2010
Tanggal 29 Oktober 2010
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN

REFERENSI

1. Undang - Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Republik Indonesia Nomor. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Republik Indonesia.

2. Buku Dirjen Perhubungan Darat yang berjudul Menuju Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang tertib.

Direktur Pembekalan Angkutan

Dr. Albiker Hutabarat


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

RAHASIA
Sub Lampiran B Keputusan Dirbekangad
Nomor Kep / 47 / X / 2010
Tanggal 29 Oktober 2010
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN

PENGERTIAN

1. Marka. Adalah suatu tanda atau peringatan bagi pengguna jalan.

2. Marka jalan. Adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau diatas
permukaan jalan yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah lalu lintas.

3. Traffic cones. Adalah Merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat
sementara yang berbentuk kerucut berwarna merah dan dilengkapi dengan alat pemantul
cahaya ( reflektor ).

4. Deleator. Adalah sebagai tanda pembatas tepi jalan berbentuk lempengan


tiang - tiang dan mempergunakan cat berwarna merah atau putih yang memantulkan
cahaya saat terkena lampu kendaraan dimalam hari.

5. Paku jalan ( Roat Studs ). Adalah sebagai tanda garis tengah marka
jalan garis membujur sebagai batas pemisah lajur ataupun sebagai batas kiri dan kanan
badan jalan. paku jalan ini tidak boleh menonjol 15 milimeter diatas permukaan jalan
apabila dilengkapi dengan reflektor maksimal tingginya adalah 40 milimeter diatas
permukaan jalan.

Direktur Pembekalan Angkutan

Dr. Albiker Hutabarat


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai