BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dapat dihubungkan dengan umur anak tetapi dapat dihubungkan dengan pertumbuhan
akar gigi. (Ganong, 1999)
Menurut itjingningsih, 1991 Erupsi intraseous ada 2 yaitu :
a. Tahap aposisi adalah pengendapan dari enamel dan dentin dalam lapisan
tambahan
b. Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-
garam kalsium
c. Tiga tahap erupsi adalah pergerakan gigi kedalam rongga mulut
Hormon merupakan zat perantara kimiawi dalam darah yang bekerja pada sel-
sel sasaran yang biasanya terletak jauh dari kelenjar endokrin tersebut. Apabila
hormon mencapai organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya
perubahan.. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang nyata
dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembanganpada makhluk hidup beragam jenisnya. (Ganong,
1999)
1.3.3.2 Faktor Luar (Eksternal)
Faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup berasal dari faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkunganyang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup adalah sebagai
berikut.
a. Makanan atau Nutrisi
Makanan merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Karena sedang dalam masa
pertumbuhan, tiap anak harus cukup makan makanan yang bergizi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuhmu. Zat gizi yang
diperlukan manusia dan hewan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral. Semua zat ini diperoleh dari makanan. (Ganong, 1999)
b. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini disebut suhu
optimum, misalnya suhu tubuh manusia yang normal adalah sekitar 37C.
Pada suhu optimum, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Manusia memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam
kisaran suhu lingkungan tertentu (Ganong, 1999)
c. Cahaya
7
mempunyai akar yang terpanjang dan terbesar sehingga gigi ini kuat sekali.
Koronanya adalah korona yang terpanjang di dalam mulut dan berbentuk baik sekali
baik kekuatan terhadap stress dan pemakaian maupun kebersihan. Pada umumnya
gigi ini adalah gigi terakhir yang akan tanggal, kadangkala masih tetap di rahang
sesudah gigi lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan.
Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi Kaninus
menjadi struktur yang penting dari muka, yang member karakter, kekuatan dan
kecantikan (Itjingningsh, 1991).
Ciri Identifikasi Utama :
1. Cuspis tunggal runcing kira-kira segaris dengan sumbu panjang akar.
2. Lereng distal cuspis lebih panjang daripada lereng mesial dan menyatu dengan
permukaan distal cembung.
3. Proporsi keseluruhan kekar panjang.
4. Bagian labial cembung jelas dan cingulum palatal besar.
5. Garis cervikal kurang berkelok pada permukaan distal.
6. Akar tunggal sangat panjang dengan potongan melintang segitiga membulat.
7. Permukaan disto dan mesio-palatal akar sering beralur longitudinal (Geoffrey C.
van Beek, 1996).
3. Hanya caninus bawah yang mungkin mempunyai akar berbifurkasi, suatu variasi
yang tidak jarang terjadi.
4. Lereng mesial cuspis lebih pendek daripada yang dista
5. Cingulum kurang jelas bila dibanding dengan caninus atas.
6. Permukaan labial dari mahkota kurang lebih segaris lurus dengan akar.
7. Permukaan labial dari mahkota bersambung lengkung longitudinal dengan akar.
8. Pada kebanyakan kasus, akar cenderung bengkok sedikit ke distal. Mahkota
tampak miring ke distal dalam hubungan dengan akar (Geoffrey C. van Beek,
1996).
10. Servikal ridge pada pandangan bukal dan lingual dari gigi molar susu lebih tegas dari
pada molar tetap.
11. Ruang pulpa gigi susu lebih besar daripada rung pulpa gigi permanen.
12. Secara keseluruhan ukuran gigi susu lebih kecil daripada gigi permanen
(Itjingningsih, 1991).
dapat terjadi walaupun sebagian besar jaringan tubuh terus tumbuh selama hidup.
Sekali epifisi tulang panjang telah bersatu dengan batang tulang, walaupun tulang
tidak dapat bertambah panjang lagi, tapi ketebalan tulangnya dapat bertambah.
Hormon pertumbuhan bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak
dari kecil sampai dia tumbuh besar. Setelah manusia sudah bertumbuh besar, bukan
berarti hormon ini tidak berguna, akan tetapi hormon ini bertugas untuk menjaga agar
organ tubuh tetap pada kondisi yang prima. Kelenjar yang bertanggung jawab untuk
memproduksi GH adalah kelenjar pituitary, yang terletak di bawah otak manusia, dan
ukurannya sebesar kacang kedelai. Walaupun kecil, kelenjar pituitary ini merupakan
raja dari seluruh kelenjar yang memproduksi hormon di tubuh. Produksi dari GH
sangat mempengaruhi produksi hormon-hormon lain di dalam tubuh.
Lebih dari 28.000 studi klinik membuktikan manfaat GH antara lain
1. Meningkatkan tenaga dan fungsi otak, fungsi seksual, fungsi
metabolisme, sistem imunisasi
2. Menguatkan fungsi jantung dan paru-paru
3. Mengurangi lemak tubuh
4. Anti penuaan
5. Mencegah osteoporosis
6. Memperbaiki penglihatan dan daya ingat
darah sedikit. Prinsip kerja kedua hormon ini mengatur metabolisme pertumbuhan,
perkembangan, dan kegiatan sistem saraf.
Efek utama hormon tiroid: meningkatkan aktifitas metabolisme sebagian
besar jaringan tubuh kecuali otak, retina, limpa, testis dan paru-paru. Dan merangsang
pertumbuhan pada anak-anak.
Efek fisiologis hormon tiroid pada berbagai mekanisme tubuh.
1. Efek pada pertumbuhan. Pada anak yang sedang tumbuh bila menderita
hipotiroid pertumbuhannya sangat terhambat. Sedangkan yang menderita
hipertiroid, pertumbuhan rangka menjadi berlebihan, sehingga anak
menjadi lebih tinggi dari biasanya. Akan tetapi bila epifisis menutup pada
usia yang lebih awal, sehingga pada waktu dewasa kemungkinan lebih
pendek. Selain itu, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak
selama kehidupan janin. Bila kekurangan hormon tiroid, otak tidak
berkembang atau lebih kecil dari normal.
2. Efek pada respirasi. Peningkatan kecepatan metabolisme yang disebabkan
oleh hormon tiroid meningkatkan penggunaan oksigen dan pembentukan
karbon dioksida. Efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang
meningkatkan kecepatan dan dalamnya pernapasan.
3. Efek pada saluran cerna. Selain meningkatkan kecepatan absorpsi
makanan, hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah
pencernaan dan pergerakan saluran cerna. Seringkali, mengakibatkan
diare. Juga, yang berhubungan dengan peningkatan sekresi dan pergerakan
ini adalah peningkatan nafsu makan, sehingga intake makanan biasanya
meningkat. Kekurangan hormon tiroid menyebabkankonstipasi.
4. Efek pada pertumbuhan tulang dan metabolisme kalsium. Hormon tiroid
meningkatkan pertumbuhan tulang dengan cara yang sama seperti ia
meningkatkan pertumbuhan semua jaringan pembentukan tubuh lain. Hal
ini mungkin akibat dari efek hormon tiroid meningkatkan pembentukan
protein. Sebaliknya, hormon tiroid juga mempercepat penutupan epifisis.
Oleh karena itu, orang muda yang berada di bawah pengaruh hormon
tiroid mula-mula tumbuh dengan cepat tetapi kemudian berhenti tumbuh
17
pada usia yang jauh lebih muda dan pada teman seusianya. Akhirnya,
tinggi badannya kurang dari normal. Apabila konsentrasi hormon tiroid
tinggi, aktifitas osteoklas menyebabkan tulang menjadi keropos.
yang berdekatan, dan hal ini diikuti oleh absopsi lokal tulang yang
cepat
2. Penyuntikan hormon paratiroid pada binatang yang menderita rickets
berat menyebabkan reabsorpsi matriks yang baru dibentuk walaupuan
tidak terdapat garam dalam matriks. Oleh karena itu, hormon
paratiroid bekerja pada matriks dan garam pada saat yang sama,
menunjukkan sekali lagi bahwa efek primer hormon paratiroid adalah
meningkatkan aktivitas faktor absorpsi yang berhubungan dengan
osteoklas.
a. Mastikasi
24
b. Delugtasi
C. Berbicara
Suara bisa ditimbulkan karena adanya pita suara yang berbentuk seperti
lipatan sepanjang dinding lateral laring yang diatur posisinya oleh otot khusus dalam
batas laring.
Gerakan pita suara bergerak ke arah lateral. Getaran ini terjadi apabila pita suara satu
sama lain berdekatan dan dihembuskan udara. Tekanan udara mendorong pita suara
sampai terpisah satu sama lain. Kemudian aliran udara masuk dengan cepat di celah-
celah pita suara sehingga menciptakan suatu ruangan hampa. Parsial diantara pita
27
suara yang menarik mendekati satu sama lain dan menghentikan aliran udara. Pita
suara terbuka sekali lagi dan meneruskan suatu pola getaran.
Dalam proses bicara atau fonasi terdapat dua bagian besar yaitu artikulasi dan
resinansi.
1) Artikulasi
Dalam hal ini ada organ organ yang berperan yaitu bibir, lidah dan palatum. Oto-otot
pada organ ini akan membantu dalam proses pengucapan atau artikulasi.
Otot-otot pada lidah
a. M. Genioglosus
b. M. Hipoglosus
c. M. Chondroglossus
d. M. Stiloglosus
e. M. Palatoglosus
f. M. Longitudinal superior
g. M. Longitudinal inferior
3) Resonansi
Organ yang berpan di resonansi ini yaitu mulut, hidung, laring dan rongga
dada. Dibantu otot-otot pada organ ini membuat getaran yang masuk pada dinding
lateral faring bisa menghasilakn suara.
Otot-otot pada laring
a. M. Krikotiroideus
b. M. Krikotenoideus
c. M. Krikotenoideus lateral
d. M. Aritenoideus transversus
e. M. Aritenoideus pbligues
f. M. Vokalis
g. M. Ariepiglotikus
h. M. Tyroaritenoideus
i. M. Tyroepiglotikus
28
1.10.1 Neurocranium
1. Neurocranium membranosa
Penulangan intramembran yang terjadi pada mesenkim pada sisi lateral dan
kap otak membentuk calvaria (atap tengkorak). Sisi dan atap tengkorak berkembang
29
dari mesenkim yang mengelilingi otak dan mengalami penulangan membranosa yang
ditandai dengan terdapatnya spikula tulang berbentuk seperti jarum. Spikula ini
secara progresif memancar dari pusat penulangan primer ke arah tepi. Dengan
berlanjutnya pertumbuhan selama kehidupan janin dan setelah kelahiran, tulang
membranosa membesar melalui peletakan lapisan-lapisan baru di atas permukaan luar
dan melalui penyerapan osteoklastik yang berturut-turut dari arah dalam (Rohen,
2003).
2. NeurocraniumKartilaginosa/ Kondrocranium
Bagian tengkorak ini pada permulaan terdiri dari sejumlah tulang (kartilago)
yang terpisah-pisah. Bila kartilago ini menyatu dan menulang oleh pertulangan
endokondral, maka terbentuk dasar tengkorak (Rohen, 2003)
Dasar tulang occipitale dibentuk oleh kartilago parakondral dan badan ketiga
sklerotom occipital. Ke arah mulut dari lempeng dasar occipitale ditemukan kartilago
hipofisis dan trabecula cranii. Kartilago hipofisis membentuk daerah sekitar hipofisis
atau glandula pituitary, ia juga menyatu untuk membentuk corpus os sphenoidale.
Trabeculae cranii berfusi dan membentuk os ethmoidale yang meluas dari daerah
hidung hingga batas depan foramen magnum (Rohen, 2003)
Sejumlah pemadatan mesenkim lainnya timbul di kanan dan kiri lempeng
tengah. Paling ujung ke arah mulut, ala orbitalis, membentuk sayap kecil (ala parva)
os sphenoidale. Ke caudal, ia diikuti oleh ala temporalis yang membentuk sayap besar
(ala magna) os sphenoidale. Unsur ketiga sampai perotik, membentuk pars petrosa
dan pars mastoidea os temporale. Ketiga unsur ini kemudian menyatu dengan
lempeng tengah dan satu dengan yang lainnya, kecuali pada pembukaan dimana saraf
otak meninggalkan tengkorak (foramen opticum). Kapsul otic (otic capsules) muncul
di sekitar telinga dalam yang sedang berkembang atau otic vesicles dan membentuk
pars petrosa dan pars mastoidea os temporale. Kapsul nasal (nasal capsule)
berkembang di sekitar cavum nasal dan berperan dalam membentuk os ethmoidale
(Rohen, 2003)
3. Viscero Cranium
30
4. Perkembangan Orofasial
Perkembangan kepala tergantung pada aktifitas induksi pusat pengatur
prosensephalik dan rombenshephalik. Pusat prosensephalik, berasal dari mesodermal
prakordal yang berjalan melalui garis primitive, berada di ujung rostral notokord di
balik forebrain (prosensephalon) merangsang pembentukan alat indra penglihatan dan
telinga tengah serta sepertiga atas wajah. Pusat rombensephalik kaudal merangsang
pembentukan sepertiga bawah dan tengah dari wajah (rangka viseroskletal), termasuk
telinga luar dan tengah (Sadler, 2009).
dari seluruh besar tubuh selama periode pascasomit embrionik (minggu ke-5 ke-8).
Perkembangan pascacranial selanjutnya akan menyebabkan kepala mempunyai besar
seperempat dari seluruh panjang tubuh pada saat lahir, dan hanya 6-8 % dari seluruh
besar tubuh pada manusia dewasa (Sperber, 1991).
dari celah bibir atas dan celah bagian depan palatum, dengan cara menghalangi
penyatuan mesenkim nasal medial dan maksila (Sadler, 2009).
a) Mata
Mata berasal dari neuro-ektoderm, ectoderm permukaan dan mesoderm. Mula-
mula tampak adanya gelembung ke lateral dari bagian otak depan yang disebut
gelembung optic (optic vesicle). Gelembung optic tersebut akan berpisah dengan
lapisan di dinding otak, tetapi masih dihubungkan oleh tangkai optic (optic stalk).
Bersamaan dengan itu lapisan ektoderm makin menebal, bundar dan padat yang
disebut gelembung lensa (lens vesicle). Gelembung optic membentuk lapisan baru
sehingga menjadi dua lapisan yang disebut mangkuk mata (optic cup). Antara
gelembung lensa dan mangkuk optic dihubungkan oleh khoroid mata. Khoroid
mata tersebut dilalui oleh pembuluh darah arteri, vena, dan serabut saraf
(Syahrum, dkk., 1994).
b) Hidung
Mula-mula tampak olfactory palacode yaitu penebalan ectoderm di daerah
ventro-lateral kepala embrio. Placode berkembang menjadi lesung olfactory
hidung (olfactory pit). Di sekitar lubang hidung tepinya agak menonjol, terdapat
tonjolan medial dan tonjolan lateral yang dekat dengan proc. maksila. Masa
jaringan di antara tonjolan medial sebelah kanan dan kiri disebut septum nasi.
Lama kelamaan tonjolan medial hidung bergabung dengan proc. maksila yang
terletak di sebelah lateralnya dan dengan demikian terbentuklah rongga hidung.
Di sebelah dalam rongga hidung, mula-mula masih ada membran oro-nasal.
Membrane ini pun akhirnya pecah, dan terjadilah hubungan antara rongga hidung
dan rongga mulut (Syahrum dkk, 1994).
c) Rongga mulut
Sekitarhari ke-25 setelah pembuahan, cavum oris primitivum (stomatodeum)
berkembang sebagai suatu celah sempit yang dikelilingi oleh capsul otak di
bagian atas, pericardium di bagian bawah, proc. mandibula dan proc. maksila di
34
d) Palatogenesis
Maksila propium (kecuali premaksila) terbentuk berupa proc. maksilaris dari
arcus mandibularis. Penulangan pada maksila berlangsung pada minggu ke-9.
Palatum terbentuk dari proc. maksilaris kanan dan kiri serta proc. nasal medial.
Proc. Nasal medial membentuk jaringan yang meliputi area incisivus maksila
sentral dan lateral dan sebuah proc. kecil berbentuk segi 3 yang meluas ke
belakang diketahui sebagai palatum primer atau premaksila. Pada sekitar minggu
perkembangn ke-6, dua perluasan proc. Maksilaris akan tumbuh ke arah dalam
dan ke bawah sebagai proc. palatinus.
e) Mandibula (Chondrometaplastica)
Pertumbuhan mandibula biasanya didahului dengan pertumbuhan cartilago
Meckel. Pada embrio manusia cartilago Meckel akan berkembang ke bentuk
sempurna pada minggu ke-6. Cartilago Meckel pada tahap perkembangan ini
berhubungan erat terhadap N. mandibularis, saraf arcus pharyngeus prismus,
cabang-cabang nya akan berfungsi sebagai pendukung skeletal. Riwayat
perkembangan selanjutnya dari cartilago Meckel umumnya berhubungan dgn
perkembangan corpus mandibula. Pada mandibula terdapat 3 daerah pembentukan
cartilago sekunder yang utama. Yang pertama dan terbesar adalah cartilago
condylaris berperan penting pada pertumbuhan mandibula. Cartilago ini muncul
pertama kali pd minggu ke-12. Pada tahap ini terlihat berupa potongan cartilago
pada aspek superior dan lateral tulang pada proc. condylaris. Pada bulan ke-5
masa kehidupan fetus, semua cartilago sudah digantikan sebagian besar oleh
trabekula tulang. Selama periode ini penebalan zona cartilago akan berkurang
perlahan-lahan karena aktifitas proliferasi dari sel-sel fibro-sellular tumbuh lebih
lambat, sampai akhirnya cartilago menghilang dan tulang pengganti membentuk
seluruh bagian proc. condylaris tersebut (Sadler, 2009).
36
f) Lingua
lingua terbentuk dalam dua bagian.
1. Pars anterior lingua (oral). Berasal dari tiga tonjolan mesoderma arkus
mandibularis, terletak di dalam cavum oris. Tonjolan ini terdiri dari
tonjolan lingua lateral dan struktur garis median dasar mulut (tuberculum
impar). Berarti tonjolan abungan terletak di dalam sulkus di antara arcus
mandibularis dan arcus hyoideus (Dixon, 1993).
2. Pars posterior (pharingeus). Berasal terutama dari arcus pharingeus tertius
dan akan bertumbuh ke depan, ke atas arkus pharingeus secundus (hyoid)
pada dasar mulut untuk bergabung dengan ujung belakang pars anterior
lingua. Daerah ini disebut juga sebagai eminentia hypobranchialis. Bagian
belakang nanti akan membentuk epiglotis (Dixon, 1993).
g) Glandula Salivari
Glandula salivari mulai terbentuk sebagai suatu pita sel-sel yang padat
dari stomadeum selama minggu perkembangan ke-6 dan 7. Glandula parotis
adalah organ yang terbnetuk pertama kali ke luar bats sktoderma stomadeum
pada permukaan dalam pipi yang sedang berkembang di dekat sudut mulut.
Gemma akan bertumbuh ke belakang mengarah ke regio telinga, mula-mula
terlihat sebagai suatu pita sel padat dan bercabang-cabang dan nantinya akan
terkanalisaasi untuk membentuk sistem acinus dan duktus. Kapsula glandula
berasal dari mesooderma sekitarnya (Dixon, 1993).
a. Herediter
Sudah lama diketahui bahwa faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi.
Kerusakan genetik mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak
beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer pada pertumbuhan kraniofasial dan
sebagai penyebab deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari, tetapi belum
banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam pemasakan muskulatur
orofasial.
b. Lingkungan
Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi terus
menerus selama individu masih bertumbuh dan berkembang. Ada beberapa pengaruh
lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial :
f) Trauma
Trauma prenatal
a. Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau trauma
selama kelahiran.
b. Vogelgesicht pertumbuhan mandibula terhambat berhubungan dengan
ankilosis persendian temporomandibularis, mungkindisebabkan karena cacat
perkembangan oleh trauma.
c. Asimetri. Lutut atau kaki dapat menekan muka sehingga menyebabkan
asimetri pertumbuhan muka dan menghambat pertumbuhan mandibula.
d. Trauma postnatal
a) Fraktur rahang atau gigi
b) Trauma pada persendian temporomandibularis menyebabkan fungsi dan
pertumbuhan yang tidak seimbang sehingga terjadiasimetri dan disfungsi
persendian.
g) Agen Fisik
a) Ekstraksi prematur gigi susu
39
Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi (mahkota
terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akanterbentuk diatas
gigi permanen, menyebabkan erupsi terlambat,terlambatnya erupsi akan
menyebabkan gigi yang lain bergeser ke arahruang yang kosong.
b) Jenis makanan
Pada masyarakat primitif, diet yang berserat merangsang otot mastikasi
bekerja keras, menambah beban fungsi pada gigi. Diet semacam ini mencegah
karies, mempertahankan lebar lengkung gigi tetapi menyebabkan atrisi pada
gigi. Pada masyarakat modern, diet berubah menjadi lunak dan kurang
berserat, menyebabkan beberapa maloklusi dan kariogenik. Berkurang fungsi
penguyahan dan menyebabkan kontraksi lengkung gigi, tidak terjadi atrisi,
tidak terjadi penyesuaian oklusal seperti yang terjadi pada perkembangan
normal.
h) Kebiasaan Buruk
Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal misalnya
gerakan bibir dan penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan abnormal mempengaruhi
pola pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi fungsi orofasial yang mempunyai
pengaruh penting pada pertumbuhan kraniofasial dan fisiologi oklusal. Kebiasaan
buruk dan kebiasaan otot menghambat pertumbuhan tulang, malposisi gigi, hambatan
pernapasan, gangguan bicara, keseimbangan otot fasial dan problem psikologis.
a. Mengisap jempol dan mengisap jari
Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu pertama kehidupan biasanya
disebabkan oleh problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan pada anak usia
yang lebih lanjut biasanya disebabkan oleh problem psiko logis. Arah dan
kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol menyebabkan incisivus atas
tertekan ke labial, incisivus bawah tertekan ke lingual, otot-otot pipi menekan
lengkung gigi didaerah lateral ke arah lingual.
b. Menjulurkan lidah
Ada 2 tipe :
1. Simple tongue thrust swallow
Biasanya berhubungan dengan kebiasaan mengisap jari.
2. Complex tongue thrust swallow
40
i) Penyakit
a. Penyakit sistemik
Contoh penyakit yang dapat menimbulkan maloklusi
a) Rachit is
Kekurangan vitamin D, pengapuran tulang berkurang sehingga terjadi
deformasi tulang. Pada rahang ditandai dengan tepi prosesus alveolaris
abnormal dan pembentukan email gigi terganggu.
b) Sifilis
41
b. Kelainan endokrin
Ketidakseimbangan kelenjar endokrin mempengaruhi metabolisme yang ada
dalam tubuh. Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan
gangguan metabolik dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan
kranio dentofasial.
Misalnya Hipoplasia gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan muka tetapi
tidak merubah arah pertumbuhan, menggangu osifikasi tulang, waktu menutupan
sutura, waktu erupsi gigi, waktu resorpsi akar gigi susu, membrana periodontalis dan
gingiva sensitif terhadap gangguan endokrin.
c. Penyakit-penyakit lokal
d) Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan
e) Penyakit periodontal Tumor
f) Karies
g) Prematur loss gigi susu
h) Gangguan urutan erupsi gigi permanen
i) Hilangnya gigi permanen
j) Malnutrisi
Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh cukup kalsium,
fosforvit A, C, D untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat tersebut. Zat-zat
inidengan pengawasan fungsi hormon yang seimbang merupakan faktor yangpenting
bagi pertumbuhan tulang.