di Lembaga PAUD
JHONI WARMANSYAH
Dosen Pengampu :
PROGRAM PASCASARJANA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
Semester Genap 2016/2017 Mata kuliah Manajemen PAUD, yaitu membuat paparan
Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kasih kepada semua pihak yang secara
langsung dan tidak langsung memberi konstrubusi didalamnya, terutama untuk dosen
pengampu mata kuliah Manajemen PAUD, Ibunda Dr. Sofia Hartati. M.Psi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, untuk
itu masukan guna perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, dan
Jhoni Warmansyah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . I
DAFTAR ISI. ii
GAMBAR TOKOH ................................................................................... V
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah.. 5
C. Tujuan Penulisan....... 5
2. Froebel (1782
97
1852)......................................................
2.1. Pandangan Froebel Tentang Pendidikan .............. 97
2.2. Konsep Pendidikan Menurut
99
Froebel .....................
2.3. Aplikasi Kurikulum Rancangan Froebel ................. 101
2.4. Konsep Pendidikan Modern
102
Froebel ......................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh sebab
itu pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Agar
tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, maka pendidikan itu sendiri membutuhkan
pengelolaan secara baik. Pengelolaan pendidikan baik oleh pemerintah dan swasta
untuk jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah diselenggarakan oleh Mendikbud
atau menteri lain, sedang satuan pendidikan yag didirikan oleh masyarakat
diselenggarakan oleh yayasan atau badan yang bersifat sosial. Kepala sekolah pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah, rektor pada tingkat uninversitas /institut, ketua
pada tingkat akademi/sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam kontek manajemen pendidikan, agar pimpinan atau kepala sekolah dan
kinerja guru dalam aplikasinya di lembaga persekolahan agar dapat mencapai standar
tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Di
lembaga pendidikan selain praktisi pendidikan (perencana) pendidikan, maka ujung
tombak yang mampu mengangkat keberhasilan pendidikan adalah para guru, termasuk
di dalamnya adalah guru yang bertindak sebagai kepala sekolah (manajer pendidikan).
Manajemen sekolah sebagai suatu bagian proses dalam pendidikan meliputi manusia,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut
semua aspek program sekolah (merancang, melaksanakan, menilai atau mengevaluasi,
mengelola dan memecahkan masalah demi perbaikan). Melalui manajemen sekolah baik
dan benar serta dijalankan oleh pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) yang profesional, cakap
dan berdedikasi dapat memungkinkan proses pendidikan bermutu. Seperti diketahui bahwa
tugas pokok Kepala Sekolah memegang peranan strategis dalam membawa arah
pendidikan yang mampu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dan mengacu pada tema/judul
makalah, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
C. Tujuan Penulisan
fungsi manajemen PAUD secara umum adalah terdiri dari 4 hal yaitu perencanaan,
pengorganisasi, pengendalian serta pengarahan. Pertama, rencana merupakan suatu
pemikiran atau gagasan mengenai tindakan yang akan dilakukan guna untuk mencapai
tujuan. Kedudukan perencanaan sangat penting dalam penyelenggaraan PAUD. Hal ini
didalam perencanaan mencakup visi, misi dan fungsi organisasi, tujuan kelembagaan,
strategi untuk mencapai tujuan dan lain sebagainya. Perencanaan yang lebih riil dan aplikatif
biasanya dilengkapi dengan time schedule atau penjadwalan. Dalam konteks kelembagaan
PAUD, hal ini bisa diimplementasikan kedalam kalender akademik yang memuat program
sepanjang tahun. Kedua, pengorganisasian merupakan pengembangan tugas secara
profesional sesuai dengan kemampuan masing-masing sumber daya dalam menjalankan
tugasnya. Jadi, setiap perencanaan harus diorganisasikan kedalam lingkup-lingkup yang
lebih kecil, sehingga semua komponen PAUD mendapat tugas sesuai dengan kapaistas
masing-masing. Dengan adanya pengorganisasian ini sebuah perencanaan menjadi lebih
matang, sehingga keungkinan berhasil lebih besar. Ketiga, kepemimpinan. Tugas utama
seorang pemimpin adalah mengantar seluruh komponen yang terlibat untuk meraih tujuan
bersama. Ia harus mampu menjadi motivator sekaligus inspirator untuk kemajuan lembaga
maupun organisasi yang dipimpinnya. Dalam konteks kelembagaan PAUD, seorang
pemimpin atau Direktur PAUD hendaknya tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan
intern kelembagaan tetapi harus menengok keluar agar dapat menginisiasi sesuatu yang
baru bagi lembaga PAUD yang dipimpinnya. Dengan demikian, kepemimpinan lembaga
PAUD harus menyeimbangkan antara kondisi lapangan yang ada dengan inisiasi yang akan
diusungnya serta rencana yang akan dilkukanya. Keempat, pengawasan. Walaupun sebuah
rencana telah disusun dengan matang dan dikerjakan secara organisatoris, tetpi kedua hal
ini belum menjamin sebuah rencana dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya kontrol atau
pengendalian dari seorang pengawas. Dalam konteks manajemen PAUD, maka pengawasan
merupakan upaya kontrol terhadap semua komponen kelembagaan PAUD dalam
merealisasikan program-program pembelajaran. pengawasan ini bukan dilamksudkan untuk
menakuti-nakuti staf-staf yang terlibat didalamnya, tetapi lebih kepada motivasi, pengarahan
dan membantu memecahkan kendala di lapangan, sehingga sebuah program kelembagaan
PAUD dapat berjalan secara mulus sesuai dengan harapan awal. Selain dari empat komonen
diatas, dalam sebuah lembaga PAUD harus ada manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kependidikan PAUD, manajemen anak-didik di lembaga PAUD, manajemen sarana
prasarana, manajemen desain lingkungan PAUD, manajemen input, proses & output PAUD
serta manajemen pengewasan (supervisi) PAUD.
Selengkapnya : file:///D:/semester%202/ma/Manajemen
%20PAUD.html
Sekolah sebagai suatu tempat proses belajar mengajar yang baik sekurang-kurangnya
memiliki murid, guru dan gedung. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus ada
pimpinan. Pimpinan ini disebut Kepala Sekolah dibantu oleh wakil atau guru yang ada.
Kepala Sekolah sebagai EMASLIN mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Edukator (E)
1. Mampu membimbing guru
2. Mampu membimbing karyawan
3. Mampu membimbing siswa
4. Mampu mengembangkan staf
5. Mampu belajar mengikuti perkembangan IPTEK
6. Mampu memberikan contoh mengajar yang baik
2. Manajer (M)
1. Kemampuan menyusun program sekolah
2. Kemampuan menyusun organisasi kepegawaian di sekolah
3. Kemampuan menggerakkan sraf (guru dn karyawan)
4. Kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah
3. Administrasi (A)
1. Kemampuan mengelola administrasi sekolah (KBM/BK)
2. Kemampuan mengelola administrasi Kesiswaan
3. Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan
4. Kemampuan mengelola adminisrasi keuangan
5. Kemampuan mengelola administrasi sarana/Prasarana
6. Kemampuan mengelola administrasi
4. Supervisi (S)
1. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan
2. Kemampuan melaksanakan suprvisi pendidikan
3. Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi
5. Leader (L) atau Pemimpin
1. Memiliki kepribadian yang kuat
2. Memahami kondisi guru, karyawan, siswa
3. Memliki Visi dan memahami Misi Sekolah
4. Mampu mengambil keputusan
5. Kemampuan berkomunikasi
6. Inovator (I)
1. Kemampuan mencari/menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah
(pendidikan)
2. Kemampuan melakukan pembaharuan di sekolah
7. Motivator (M)
1. Kemampuan mengatur lingkungan kerja (Fisik)
2. Kemampuan mengatur lingkungan kerja non fisik
3. Kemampuan menetapkan prinsip penghargaan/hukuman
Masalah dan Upaya Pemecahannya
Masalah tugas pokok Kepala Sekolah sebagai EMASLIN yang dihadapi dewasa ini antara
lain:
1. Kurangnya informasi, kesiapan dan kompetensi sebagai Kepala Sekolah yang cakap
dan terampil (khususnya bagi Kepala Sekolah pemula). Faktor ini yang sering membuat
kurang percaya diri dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan. Upaya pemecahan
yang dapat dilakukan melalui seleksi berjenang dengan berdasarkan kriteria dan
kualifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang ada (standar pendidik dan kependidikan),
seperti; minimal mengajar 5 tahun di jenjang pendidikan, lulus tes seleksi (wawancara
dan psikotes).
2. Lemahnya manajemen dan supervisi sekolah yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
terutama dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja sekolah.
Upaya pemecahan yang dapat dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan tutor sebaya
sebagai Kepala Sekolah dalam menangani persoalam pengelolaan sekolah yang muncul.
3. Pengetahuan administrasi sekolah yang dikuasai oleh Kepala Sekolah masih kurang.
Oleh karena itu perlu didukung oleh tim kerja administrasi yang handal (terampil). Upaya
pemecahan yang dapat dilakukan dengan mengadakan sharring ataupun studi banding
dengan pihak sekolah lain yang tertib dalam administrasi sekolah, mengikut sertakan
guru dan tata usaha untuk mengikuti pelatihan adminitrasi sekolah.
4. Kurang optimalnya proses belajar di sekolah, hal ini tampak dari hasil belajar yang
belum mencapai ketuntasan, tidak bervariasinya penggunaan alat peraga yang ada,
pengelolaan kelas dan pendampingan siswa yang bermasalah yang belum tertata dan
terkelola dengan baik.. Upaya yang dapat dilakukan melalui supervisi dan monitoring
secara rutin, pendampingan ataupun pembinaan guru secara individual dan klasikal perlu
dijadwalkan serta dilaksanakan dengan semangat perubahan dalam pencapaian prestasi
belajar siswa.
5. Kurangnya pengkajian atau analisa terhadap hasil evaluasi dan proses belajar
mengajar di sekolah (data hasil evaluasi belajar dan mengajar belum dikaji dan ditindak
lanjuti untuk pengembangan sistem pengembangan mutu). Upaya yang dapat dilakukan
melalui kerja sama dengan Yayasan Bunda Hati Kudus (biro pendidikan atau
perencanaan dan penelitian pendidikan) untuk mengadakan pelatihan analisa hasil
evaluasi belajar siswa setiap ulangan harian atau semester, peningkatan sistem
pengolahan data melalui komputerisasi, pengadaan papan statistik sekolah, rapat
pengolahan data, analisa dan pengkajian, rekomendasi hasil analisis dan kajian data.
6. Kurang optimalnya kegiatan ekstrakurikuler (minimnya tenaga pengajar serta alokasi
pengunaan ruang secara full time). Upaya yang dapat dilakukan dengan merencanakan
program ekstrakurikuler yang benar-benar berdampak pada posisi sekolah atau jenjang
pendidikan mendasarkan pada anggaran yang ada, mendatangkan pengajar yang sesuai
dan bersertifikat.melalui kerja sama dengan pihak lain.
7. Kurang optimalnya peran serta masyarakat (rendahnya tingkat pemahaman
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan anaknya). Upaya yang dapat
dilakukan bekerja sama dengan pihak orang tua siswa melalui komite sekolah untuk
bersama membangun kesepahaman dalam rangka meningkatkan prestasi pendidikan
siswa melalui pertemuan atau pelaksanaan rapat kerja dengan komite sekolah,
sosialisasi program sekolah, pelaksanaan program sekolah dan evaluasi secara berkala
serta melaksanakan kemitraan dengan pihak lembaga lain dalam rangka meningkatkan
program pembelajaran dan kegiatan siswa yang berkualitas untuk menjawab tuntutan
kurikulum dan tantangan global yaitu terciptanya pembelajar yang mempunyai
kemampuan iptek dan bermartabat.
BAB III
Kesimpulan
Mendasarkan hambatan dan upaya alternatif pemecahannya terhadap tugas pokok Kepala
Sekolah sebagai EMASLIN tersebut di atas, diharapkan mampu menjawab persoalan
manajemen sekolah yang saat ini tengah terus diupayakan baik dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut program sekolah agar mencapai target dan tujuan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
pendidikan khususnya di tingkat dasar dan menengah harus terus menerus membenahi diri
untuk memenuhi delapan standar pendidikan nasional dan mengembangkannya (standar isi,
kompetensi lulusan, proses, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan pendidikan, pembiayaan pendidikan, penilaian pendidikan). Sehingga salah satu
tujuan negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang
dalam UUD 1945 dapat terwujud.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Masalah
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar bisa bekerjasama sesuai dengan rencana demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua pendapat atau konsepsi
tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang-orang lain
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Pertama, Teori Genetik (pembawaan sejak lahir). Dimasa lalu banyak orang
percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah atau
keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Misalnya dalam
cerita pewayangan: Mahabrata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan-kerajaan
Hindu dan Islam di Indonesia. Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang
dapat menggantikan kedudukan ayah atau orang tuanya untuk memerintah
sebagai seorang pemimpin. Sebaliknya bukan atau tidak pernah menjadi
pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
B. Ruang Lingkup
Untuk membatasi pembahasan masalah dalam makalah kali ini, maka dibuat
ruang lingkup yang akan memetakan permasalahan apa saja yang akan dibahas
berikutnya.
1. Pengertian kepemimpinan
C. Tujuan pembahasan
D. Manfaat pembahasan
Manfaat yang didapat dari penulisan ini bagi penulis khususnya adalah
dapat memahami serta mudah-mudah dapat mengaplikasikan ilmu tentang
peranan kepemimpinan dalam manajemen PAUD. Begitu pula dengan para
pembaca pada umunya
B A B II
PEMBAHASAN
kepemimpinan berarti(dapat diartikan sebagai) dua hal, mengelola hari ini dan
mengarahkan untuk masa depan (Nivala 1998:15)
Mengutip dari Rodd 1998 ada lima kunci kepemimpinan yang efektif adalah
kemampuan pemimpin untuk:
Imron Arifin yang juga ketua Yayasan Pendidikan Anak Saleh Malang dan
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, menerangkan dalam Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar,
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal,
dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.[4]
Dalam hal ini Imron Arifin pun menegaskan bahwa di dalam manajemen
keuangan lembaga harus jelas yaitu pembukuan keuangan yang akuntable,
pembukuan sumbangan-sumbangan, pelaporannya dan pertanggungjawaban,
pelaporan keuangan dana bantuan dari pemerintah dan instansi terkait. Selain
itu pun juga harus memiliki manajemen pendukung keuangan yang juga
mempunyai pembukuan usaha-usaha ekonomi PAUD, dan pembukuan khusus
dana-dana keagamaan, serta pembukuan keuangan POMG.
Pada program yang lebih kecil, koordinator program mengawasi staf yang
bekerja langsung dengan anak(mengajar anak) dan juga diawasi oleh pemimpin
program.
Diantara tugas spesifik dari kepala/pemimpin guru adalah tiba lebih dulu di
kelas untuk mempersiapkan dan menata bahan untuk aktivitas hari itu,
menyiapkan/memeriksa kehadiran harian, dan meneliti hasil rekaman
pengamatan anak-anak, memberikan bantuan dalam perencanaan program
orangtua, menghadiri pertemuan evaluasi dengan lembaga pelayanan sosial,
menata/merencanakan konferensi(pertemuan) tahunan dengan masing-masing
orang tua, membuat acara perpisahan/penyerahan, mengawasi anggota tim yang
lain, mengajar anak, dan merencanakan serta memimpin pertemuan anggota
(team guru).
Penasihat ini mungkin bagian dari program pelatihan CDA, atau pekerja
freelance(bebas) dengan staf di kelas yang dengan surat kuasa dari CDA.
Penasihat ini juga sering bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi,
universitas, atau berbagai sumber dan pelatihan atau lembaga training, namun
mungkin diikuti oleh seorang staf dari lembaga mereka sendiri atau lembaga
pendidikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Hubertus Kasan Hidayat, Buku Panduan Seminar Kiat Yayasan Pendidikan
Katolik untuk Meningkatkan Mutu Kelulusannya dengan Peningkatan Mutu Pengajaran
dan Sumber daya Manusia, Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta: 2000.
2. Depdiknas, Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: 2006.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
4. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2000.