Anda di halaman 1dari 24

Hakikat Kepemimpinan dan Manajemen

di Lembaga PAUD

JHONI WARMANSYAH

DESY AYU NINGRUM

Makalah ini ditulis untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Manajemen PAUD

Dosen Pengampu :

Dr. SOFIA HARTATI, M. Psi

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok

Semester Genap 2016/2017 Mata kuliah Manajemen PAUD, yaitu membuat paparan

makalah dengan Tema : Hakikat Kepemimpinan dan Manajemen di Lembaga PAUD

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kasih kepada semua pihak yang secara

langsung dan tidak langsung memberi konstrubusi didalamnya, terutama untuk dosen

pengampu mata kuliah Manajemen PAUD, Ibunda Dr. Sofia Hartati. M.Psi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, untuk

itu masukan guna perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, dan

mohon maaf atas segala kekurangannya.

Jakarta, April 2017

Jhoni Warmansyah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . I
DAFTAR ISI. ii
GAMBAR TOKOH ................................................................................... V
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah.. 5
C. Tujuan Penulisan....... 5

BAB II. PEMBAHASAN


A. Tokoh-tokoh PAUD Indonesia
1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-19230) ................. 6
1.1. Pemikiran Pendidikan Ahmad
6
Dahlan ...................
1.2. Fungsi Lembaga Pendidikan Ahmad
12
Dahlan ........

2. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) ................ 12


2.1. Pemikiran Ki Hajar
16
Dewantara ...............................
2.2. Lahirnya Taman
19
Siswa ..........................................
2.3. Implementasi Dunia Pendidikan Beserta
Tantangannya....................................... 26
2.4. Implementasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dalam Pembelajaran ............................................. 26

3. Mohammad Syafei ( 1899-1969) .. 35


3.1. Filosofi Pendidikan Moh. Syafie . 36
3.2. Prinsip Pendidikan Moh. Syafei ....... 40
3.3. Aplikasi Pendidikan Moh. Syafei ...... 46
3.4. Metode Pendidikan Moh. Syafei ... 46

4. Buya Hamka (1908-1981) ...............................................


50
4.1. Pemikiran Hamka .... 61
4.2. Filosofi hamka ........................................................ 74

B. Tokoh-Tokoh Aliran Baru (Abad 19 20 )


1. Maria Montessori (1870-
75
1952) ..........................................
1.1. Metode Montessori ................................................ 77
1.2. Sejarah Metode Montessori ...... 78
1.3. Keunggulan dan kekurangan Metode Montessori.. 79
1.4. Implementasi Konsep Montesseri pada PAUD ...... 86

2. Froebel (1782
97
1852)......................................................
2.1. Pandangan Froebel Tentang Pendidikan .............. 97
2.2. Konsep Pendidikan Menurut
99
Froebel .....................
2.3. Aplikasi Kurikulum Rancangan Froebel ................. 101
2.4. Konsep Pendidikan Modern
102
Froebel ......................

3. Jhon Dewey (1859


107
1952) ..............................................
3.1. Ajaran Jhon Dewey ................................................ 108
3.2. Fragmatisme Jhon Dewey ..................................... 112
3.3. Riwayat Hidup dan Karya Jhon
114
Dewey ..................
3.4. Teori (Pandangan) Dewey Tentang Pendidikan .... 117

4. William Heard Kilpatrick ( 1871


123
1965) .........................
4.1. Filosofi Kilpatrik ...................................................... 124
4.2. Metode Proyek Kilpatrick ....................................... 124

5. Hellen Parkust (1887


126
1973) .........................................
5.1. Pandangan Hellen Parkust tentang Pendidikan .... 126
5.2. Model Pembelajaran Hellen
126
Parkust ......................
BAB III. PENUTUP
128
A. Kesimpulan ....... 128
B. Saran ...................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA... 130

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh sebab
itu pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Agar
tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, maka pendidikan itu sendiri membutuhkan
pengelolaan secara baik. Pengelolaan pendidikan baik oleh pemerintah dan swasta
untuk jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah diselenggarakan oleh Mendikbud
atau menteri lain, sedang satuan pendidikan yag didirikan oleh masyarakat
diselenggarakan oleh yayasan atau badan yang bersifat sosial. Kepala sekolah pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah, rektor pada tingkat uninversitas /institut, ketua
pada tingkat akademi/sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam kontek manajemen pendidikan, agar pimpinan atau kepala sekolah dan
kinerja guru dalam aplikasinya di lembaga persekolahan agar dapat mencapai standar
tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Di
lembaga pendidikan selain praktisi pendidikan (perencana) pendidikan, maka ujung
tombak yang mampu mengangkat keberhasilan pendidikan adalah para guru, termasuk
di dalamnya adalah guru yang bertindak sebagai kepala sekolah (manajer pendidikan).
Manajemen sekolah sebagai suatu bagian proses dalam pendidikan meliputi manusia,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut
semua aspek program sekolah (merancang, melaksanakan, menilai atau mengevaluasi,
mengelola dan memecahkan masalah demi perbaikan). Melalui manajemen sekolah baik
dan benar serta dijalankan oleh pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) yang profesional, cakap
dan berdedikasi dapat memungkinkan proses pendidikan bermutu. Seperti diketahui bahwa
tugas pokok Kepala Sekolah memegang peranan strategis dalam membawa arah
pendidikan yang mampu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dan mengacu pada tema/judul
makalah, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan makalah di atas, maka tujuan penulisan adalah :


BAB II
PEMBAHASAN

fungsi manajemen PAUD secara umum adalah terdiri dari 4 hal yaitu perencanaan,
pengorganisasi, pengendalian serta pengarahan. Pertama, rencana merupakan suatu
pemikiran atau gagasan mengenai tindakan yang akan dilakukan guna untuk mencapai
tujuan. Kedudukan perencanaan sangat penting dalam penyelenggaraan PAUD. Hal ini
didalam perencanaan mencakup visi, misi dan fungsi organisasi, tujuan kelembagaan,
strategi untuk mencapai tujuan dan lain sebagainya. Perencanaan yang lebih riil dan aplikatif
biasanya dilengkapi dengan time schedule atau penjadwalan. Dalam konteks kelembagaan
PAUD, hal ini bisa diimplementasikan kedalam kalender akademik yang memuat program
sepanjang tahun. Kedua, pengorganisasian merupakan pengembangan tugas secara
profesional sesuai dengan kemampuan masing-masing sumber daya dalam menjalankan
tugasnya. Jadi, setiap perencanaan harus diorganisasikan kedalam lingkup-lingkup yang
lebih kecil, sehingga semua komponen PAUD mendapat tugas sesuai dengan kapaistas
masing-masing. Dengan adanya pengorganisasian ini sebuah perencanaan menjadi lebih
matang, sehingga keungkinan berhasil lebih besar. Ketiga, kepemimpinan. Tugas utama
seorang pemimpin adalah mengantar seluruh komponen yang terlibat untuk meraih tujuan
bersama. Ia harus mampu menjadi motivator sekaligus inspirator untuk kemajuan lembaga
maupun organisasi yang dipimpinnya. Dalam konteks kelembagaan PAUD, seorang
pemimpin atau Direktur PAUD hendaknya tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan
intern kelembagaan tetapi harus menengok keluar agar dapat menginisiasi sesuatu yang
baru bagi lembaga PAUD yang dipimpinnya. Dengan demikian, kepemimpinan lembaga
PAUD harus menyeimbangkan antara kondisi lapangan yang ada dengan inisiasi yang akan
diusungnya serta rencana yang akan dilkukanya. Keempat, pengawasan. Walaupun sebuah
rencana telah disusun dengan matang dan dikerjakan secara organisatoris, tetpi kedua hal
ini belum menjamin sebuah rencana dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya kontrol atau
pengendalian dari seorang pengawas. Dalam konteks manajemen PAUD, maka pengawasan
merupakan upaya kontrol terhadap semua komponen kelembagaan PAUD dalam
merealisasikan program-program pembelajaran. pengawasan ini bukan dilamksudkan untuk
menakuti-nakuti staf-staf yang terlibat didalamnya, tetapi lebih kepada motivasi, pengarahan
dan membantu memecahkan kendala di lapangan, sehingga sebuah program kelembagaan
PAUD dapat berjalan secara mulus sesuai dengan harapan awal. Selain dari empat komonen
diatas, dalam sebuah lembaga PAUD harus ada manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kependidikan PAUD, manajemen anak-didik di lembaga PAUD, manajemen sarana
prasarana, manajemen desain lingkungan PAUD, manajemen input, proses & output PAUD
serta manajemen pengewasan (supervisi) PAUD.

Selengkapnya : file:///D:/semester%202/ma/Manajemen

%20PAUD.html

- Tugas Pokok Kepala Sekolah

Sekolah sebagai suatu tempat proses belajar mengajar yang baik sekurang-kurangnya
memiliki murid, guru dan gedung. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus ada
pimpinan. Pimpinan ini disebut Kepala Sekolah dibantu oleh wakil atau guru yang ada.
Kepala Sekolah sebagai EMASLIN mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Edukator (E)
1. Mampu membimbing guru
2. Mampu membimbing karyawan
3. Mampu membimbing siswa
4. Mampu mengembangkan staf
5. Mampu belajar mengikuti perkembangan IPTEK
6. Mampu memberikan contoh mengajar yang baik
2. Manajer (M)
1. Kemampuan menyusun program sekolah
2. Kemampuan menyusun organisasi kepegawaian di sekolah
3. Kemampuan menggerakkan sraf (guru dn karyawan)
4. Kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah
3. Administrasi (A)
1. Kemampuan mengelola administrasi sekolah (KBM/BK)
2. Kemampuan mengelola administrasi Kesiswaan
3. Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan
4. Kemampuan mengelola adminisrasi keuangan
5. Kemampuan mengelola administrasi sarana/Prasarana
6. Kemampuan mengelola administrasi
4. Supervisi (S)
1. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan
2. Kemampuan melaksanakan suprvisi pendidikan
3. Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi
5. Leader (L) atau Pemimpin
1. Memiliki kepribadian yang kuat
2. Memahami kondisi guru, karyawan, siswa
3. Memliki Visi dan memahami Misi Sekolah
4. Mampu mengambil keputusan
5. Kemampuan berkomunikasi
6. Inovator (I)
1. Kemampuan mencari/menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah
(pendidikan)
2. Kemampuan melakukan pembaharuan di sekolah
7. Motivator (M)
1. Kemampuan mengatur lingkungan kerja (Fisik)
2. Kemampuan mengatur lingkungan kerja non fisik
3. Kemampuan menetapkan prinsip penghargaan/hukuman
Masalah dan Upaya Pemecahannya

Masalah tugas pokok Kepala Sekolah sebagai EMASLIN yang dihadapi dewasa ini antara
lain:

1. Kurangnya informasi, kesiapan dan kompetensi sebagai Kepala Sekolah yang cakap
dan terampil (khususnya bagi Kepala Sekolah pemula). Faktor ini yang sering membuat
kurang percaya diri dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan. Upaya pemecahan
yang dapat dilakukan melalui seleksi berjenang dengan berdasarkan kriteria dan
kualifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang ada (standar pendidik dan kependidikan),
seperti; minimal mengajar 5 tahun di jenjang pendidikan, lulus tes seleksi (wawancara
dan psikotes).
2. Lemahnya manajemen dan supervisi sekolah yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
terutama dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja sekolah.
Upaya pemecahan yang dapat dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan tutor sebaya
sebagai Kepala Sekolah dalam menangani persoalam pengelolaan sekolah yang muncul.
3. Pengetahuan administrasi sekolah yang dikuasai oleh Kepala Sekolah masih kurang.
Oleh karena itu perlu didukung oleh tim kerja administrasi yang handal (terampil). Upaya
pemecahan yang dapat dilakukan dengan mengadakan sharring ataupun studi banding
dengan pihak sekolah lain yang tertib dalam administrasi sekolah, mengikut sertakan
guru dan tata usaha untuk mengikuti pelatihan adminitrasi sekolah.
4. Kurang optimalnya proses belajar di sekolah, hal ini tampak dari hasil belajar yang
belum mencapai ketuntasan, tidak bervariasinya penggunaan alat peraga yang ada,
pengelolaan kelas dan pendampingan siswa yang bermasalah yang belum tertata dan
terkelola dengan baik.. Upaya yang dapat dilakukan melalui supervisi dan monitoring
secara rutin, pendampingan ataupun pembinaan guru secara individual dan klasikal perlu
dijadwalkan serta dilaksanakan dengan semangat perubahan dalam pencapaian prestasi
belajar siswa.
5. Kurangnya pengkajian atau analisa terhadap hasil evaluasi dan proses belajar
mengajar di sekolah (data hasil evaluasi belajar dan mengajar belum dikaji dan ditindak
lanjuti untuk pengembangan sistem pengembangan mutu). Upaya yang dapat dilakukan
melalui kerja sama dengan Yayasan Bunda Hati Kudus (biro pendidikan atau
perencanaan dan penelitian pendidikan) untuk mengadakan pelatihan analisa hasil
evaluasi belajar siswa setiap ulangan harian atau semester, peningkatan sistem
pengolahan data melalui komputerisasi, pengadaan papan statistik sekolah, rapat
pengolahan data, analisa dan pengkajian, rekomendasi hasil analisis dan kajian data.
6. Kurang optimalnya kegiatan ekstrakurikuler (minimnya tenaga pengajar serta alokasi
pengunaan ruang secara full time). Upaya yang dapat dilakukan dengan merencanakan
program ekstrakurikuler yang benar-benar berdampak pada posisi sekolah atau jenjang
pendidikan mendasarkan pada anggaran yang ada, mendatangkan pengajar yang sesuai
dan bersertifikat.melalui kerja sama dengan pihak lain.
7. Kurang optimalnya peran serta masyarakat (rendahnya tingkat pemahaman
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan anaknya). Upaya yang dapat
dilakukan bekerja sama dengan pihak orang tua siswa melalui komite sekolah untuk
bersama membangun kesepahaman dalam rangka meningkatkan prestasi pendidikan
siswa melalui pertemuan atau pelaksanaan rapat kerja dengan komite sekolah,
sosialisasi program sekolah, pelaksanaan program sekolah dan evaluasi secara berkala
serta melaksanakan kemitraan dengan pihak lembaga lain dalam rangka meningkatkan
program pembelajaran dan kegiatan siswa yang berkualitas untuk menjawab tuntutan
kurikulum dan tantangan global yaitu terciptanya pembelajar yang mempunyai
kemampuan iptek dan bermartabat.

BAB III
Kesimpulan
Mendasarkan hambatan dan upaya alternatif pemecahannya terhadap tugas pokok Kepala
Sekolah sebagai EMASLIN tersebut di atas, diharapkan mampu menjawab persoalan
manajemen sekolah yang saat ini tengah terus diupayakan baik dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut program sekolah agar mencapai target dan tujuan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
pendidikan khususnya di tingkat dasar dan menengah harus terus menerus membenahi diri
untuk memenuhi delapan standar pendidikan nasional dan mengembangkannya (standar isi,
kompetensi lulusan, proses, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan pendidikan, pembiayaan pendidikan, penilaian pendidikan). Sehingga salah satu
tujuan negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang
dalam UUD 1945 dapat terwujud.

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PAUD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Masalah
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar bisa bekerjasama sesuai dengan rencana demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua pendapat atau konsepsi
tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang-orang lain
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.

Pertama, Teori Genetik (pembawaan sejak lahir). Dimasa lalu banyak orang
percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah atau
keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Misalnya dalam
cerita pewayangan: Mahabrata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan-kerajaan
Hindu dan Islam di Indonesia. Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang
dapat menggantikan kedudukan ayah atau orang tuanya untuk memerintah
sebagai seorang pemimpin. Sebaliknya bukan atau tidak pernah menjadi
pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.

Kedua, Teori Sosial. Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya


diperoleh berdasarkan keturunan, tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi
masyarakat. Dengan perkataan lain teori ini menyatakan bahwa semua orang
dapat saja menjadi pemimpin asal memiliki bakat-bakat yang cukup dapat
dikembangkan melalui pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung pula
akan ada tidaknya kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi
pemimpin. Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai
dengan alam demokrasi dan tuntutan hak-hak asasi manusia[1].

Dalam kenyataannya, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin


memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki kepemimpinan, sebaliknya
banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat
kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Saat ini di Indonesia telah berkembang sebuah system pendidikan baru yang
berfokus pada anak usia dini, karena pengetahuan mengenai pentingnya
pendidikan untuk anak usia dini telah berkembang pesat dan menyadarkan
orang-orang dewasa di sekeliling anak usia dini. Begitu pula dengan dana
dukungan pemerintah, maka kini bermunculan lembaga pendidikan untuk anak
usia dini. Namun ironisnya lembaga PAUD ini pada kenyataannya sering berjalan
tidak sesuai harapan pemerintah maupun orang tua yang menyekolahkan
anaknya di lembaga tersebut. Dikarenakan banyak masalah yang timbul
kemudian termasuk masalah kepemimpinan dalam manajemen PAUD.

Pengelolaan pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang,


melainkan mengelola sumber daya manusia dengan peradaban dimasa
mendatang. Suatu bencana besar ketika manusia mengelola pendidikan hanya
dilihat dari kacamata pribadi, orang yang demikian ini termasuk melemahkan
generasi mendatang. Begitu pula bagi orang yang mengembangkan pendidikan
hanya mengandalkan kekuasaan atau power semata. Untuk itulah dibutuhkan
formula yang tepat dalam mengatur segala permasalahan manajemen
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta kepemimpinan yang handal yang
memahami posisinya sebagai pemimpin dengan benar.

B. Ruang Lingkup

Untuk membatasi pembahasan masalah dalam makalah kali ini, maka dibuat
ruang lingkup yang akan memetakan permasalahan apa saja yang akan dibahas
berikutnya.

1. Pengertian kepemimpinan

2. Pengertian manajemen PAUD

3. Peranan kepemimpinan mengutip dari pemikiran Joseph J Caruso (Roles


and Responsibility)
a. Peranan Pemimpin sebagai direktur pelaksana/pemimpin pelaksana

b. Peranan Pemimpin sebagai pemimpin program pelaksanaan

c. Peranan Pemimpin sebagai coordinator pendidikan

d. Peranan Pemimpin sebagai kepala sekolah

e. Peranan Pemimpin sebagai guru

f. Peranan pemimpin sebagai penanggung jawab training dari Perguruan


Tinggi

g. Peranan pemimpin sebagai penasihat himpunan perkembangan anak

h. Peranan pemimpin sebagai konsultan

4. Peranan kepemimpinan menurut Marjory Ebbeck

C. Tujuan pembahasan

1. Agar setelah melakukan diskusi dengan bahan permasalahn dari makalah


ini, penulis khususnya serta para pembaca dapat memahami arti dari
kepemimpinan terutama dalam manajemen PAUD

2. Selain itu, agar dapat memahami dengan benar peranan kepemimpinan


yang luas dan beragam dalam manajemen PAUD

D. Manfaat pembahasan

Manfaat yang didapat dari penulisan ini bagi penulis khususnya adalah
dapat memahami serta mudah-mudah dapat mengaplikasikan ilmu tentang
peranan kepemimpinan dalam manajemen PAUD. Begitu pula dengan para
pembaca pada umunya

B A B II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari kepemimpinan

Sekarang ini, hampir tidak ada pendapat yang sama mengenai


kepemimpinan, khususnya pada lembaga atau manajemen PAUD. Dan kita juga
tidak memiliki daftar pengetahuan mengenai kepemimpinan dan apa yang dapat
kita harapkan dari seorang pemimpin.

Pada awal tahun 1990, sebuah kelompok(himpunan) pendidikan di finlandia,


Inggris, Australia, Amerika, dan Rusia mendirikan International Leadership
Project (ILP) untuk mengeksplor konsep kepemimpinan pada pengelolaan
pendidikan anak usia dini di Negara mereka. Model kepemimpinan ILP
konteksnya ditenpatkan dalam kerangka lingkungan dimana anak, orang tua, dan
anggota (staf) lembaga PAUD diorganisir sebagai system sosial yang lebih luas.
Hal ini telah dimunculkan bahwa kepemimpinan timbul melalui interaksi antara
berbagai peranan dan struktur dalam organisasi yang berbeda.

Berbagai tantangan yang ditemui telah memastikan (menyeleksi) secara


alami dan signifikan kepemimpinan pada pendidikan anak usia dini, hal ini sama
baiknya dengan eksplorasi berbagai peran dan tanggung jawab yang melekat
pada kepemimpinan dalam bermacam konteks sosial.[2]

Berbagai macam definisi dari kepemimpinan:

kepimimpinan adalah sebuah penataan hubungan timbal balik, bukan sesuatu


yang statis/kaku (tidak berubah ( Morgan 1997:13)
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, terutama
dengan cara menyatukan orang-orang untuk menghadapi tantangan dalam
meraih tujuan (Chapman & ONeil 200:2)

kepemimpinan adalah komoditas yang mudah berubah (pecah/retak), diperoleh


dengan waktu yang lama dan berulang-ulang, kepemimpinan dapat
tumbuh(bertanbah) pada individu (pemimpin itu sendiri) maupun organisasi
(Kagan & Bowman 1997)

kepemimpinan berarti(dapat diartikan sebagai) dua hal, mengelola hari ini dan
mengarahkan untuk masa depan (Nivala 1998:15)

kepemimpinan adalah memiliki tujuan penuh kebiasaan dalam mempengaruhi


orang lain untuk berkontribusi pada tujuan umum yang telah disetujui untuk
keuntungan individu dan juga organisasi atau kebaikan umum(bersama)
(Sarros & Butchatsky 1996:3)

Dari beberapa definisi di atas, jelas bahwa kepemimpinan merupakan


multibidang atau mencakup berbagai bidang pekerjaan/ peranan dan mungkin
dapat dijelaskan dengan berbagai cara. Ada persetujuan/ kesamaan pendapat
diantara para penulis bahwa kepemimpinan tumbuh melalui interaksi dengan
orang lain, dan kerjasama yang tersusun antara pemimpin dan pengikut adalah
hal penting yang menopang kepemimpinan. Dengan kata lain, ada banyak cara
untuk menjelaskan keahlian yang esensi dan karakteristik dari pemimpin.

Mengutip dari Rodd 1998 ada lima kunci kepemimpinan yang efektif adalah
kemampuan pemimpin untuk:

1. Menyediakan sebuah pandangan dan mengkomunikasikannya

2. Membangun budaya kelompok

3. Membuat tujuan dan sasaran-sasaran

4. Memantau dan meningkatkan komunikasi, dan


5. Memfasilitasi dan mendorong pengembangan diri (anggota)[3]

B. Pengertian Manajemen PAUD

Imron Arifin yang juga ketua Yayasan Pendidikan Anak Saleh Malang dan
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, menerangkan dalam Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar,
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal,
dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.[4]

Manajemen Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka


lembaga PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD(improvisasi
manajemen PAUD yang sudah berjalan)). Persyaratan minimal manajemen PAUD
yaitu, ada peserta didik usia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara berbadan
hukum, ada pengelola PAUD (TPA, KB, BKB, TK, dll), ada pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD. Juga tersedia saran dan prasarana pendidikan, memiliki
menu generik (kurikulum), memiliki program kegiatan belajar-bermain dan
mengajar (PKBM), dan tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau
operasional pendidikan.

Ditambahkan, dalam manajemen PAUD mempunyai orientasi layanan berupa


layanan kesehatan dan gizi (pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis,
layanan sosial dan sikap (emosional), layanan keagamaan dan spiritualisasi. Hal
ini bertujuan agar anak usia dini yang terdidik dapat memiliki pengalaman
belajar, otak berkembang optimal, pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan
psikososial positif, dan bertumbuh sesuai dengan dunia anak.
Selain substansi pengelolaan program PAUD yang meliputi manajemen
personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan belajar kemudian
manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan manajemen
humas serta manajemen sarana- prasarana.

Dalam hal ini Imron Arifin pun menegaskan bahwa di dalam manajemen
keuangan lembaga harus jelas yaitu pembukuan keuangan yang akuntable,
pembukuan sumbangan-sumbangan, pelaporannya dan pertanggungjawaban,
pelaporan keuangan dana bantuan dari pemerintah dan instansi terkait. Selain
itu pun juga harus memiliki manajemen pendukung keuangan yang juga
mempunyai pembukuan usaha-usaha ekonomi PAUD, dan pembukuan khusus
dana-dana keagamaan, serta pembukuan keuangan POMG.

C. Peranan kepemimpinan mengutip dari pemikiran Joseph J Caruso (Roles


and Responsibility)

Peranan kepemimpinan pada posisi seorang pemimpin dalam manajemen


PAUD sangat beragam, biasanya pemimpin memiliki banyak peran, seperti
sebagai direkrur pelaksana, koordinator pendidikan, kepala sekolah, dll. Seluruh
pekerjaan di atas, mempunyai nama dan istilah masing masing. Seringkali
seorang pemimpin harus mengerjakan lebih dari satu pekerjaan. Dan sebaliknya,
jarang sekali seorang pemimpin dalam manajemen PAUD hanya mengerjakan
satu jenis tugas dalam kepemimpinannya.

Kepemimpinan ini merupakan posisi yang mengemban banyak peran dan


tanggung jawab, seperti, pemilik lembaga, pemimpin guru (kepala sekolah),
pemimpin perpustakaan, dll. Pemimpin juga harus memiliki pengalaman yang
beragam atau pernah menjalankan tugas (peran) rangkap, seperti,
menyelesaikan konflik anggota (staf), mengatasi stres, dan menyadarkan
anggota atas peran dan tugas mereka sehingga mereka menemukan bahwa
mereka tidak memiliki waktu atau sumber untuk semua keluhan mereka. Dengan
kata lain para anggota/staf harus dihimbau agar bekerja lebih efisien dan efektif,
dan ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang baik dan memahami perannya
dengan benar.

1. Peranan Pemimpin sebagai direktur eksekutif/pemimpin pelaksana


(executive director)

Pemimpin/direktur eksekutif biasanya adalah kepala administrasi pada


sebuah pengelolaan manajemen PAUD yang besar dan bertugas melaporkan
langsung pada dewan pengurus. Direktur eksekutif bertugas mengawasi seorang
asisten, koodinator beberapa program pelayanan sosial dalam lembaga,
memimpin program pada berbagai tempat, dan memimpin seluruh pegawai
melalui sebuah pusat rangkaian tugas. Pemimpin model ini seperti pemimpin
yang lebih tinggi dari tingkat staf langsung namun memiliki sedikit kontak
pribadi dengan staf yang bertanggung jawab pada anak dalam sebuah lembaga
pendidikan AUD.

2. Peranan pemimpin sebagai pemimpin program (program director)

Pemimpin program adalah administrator yang bertanggungjawab akan


berjalannya suatu program. Tanggung jawab pemimpin program biasanya,
menjadi pengelola administrasi, pemantau, dewan pengurus
pertemanan/kerjasama, dan komunitas kerja sama, dan sebagian besar sebagai
guru.

Diantara tugas tugas mereka adalah memelihara pemenuhan yang sesuai


dengan hukum/peraturan, merekrut staf dan anak, membuat anggaran belanja
dan mengumpulkan dana, memantau dan mengevaluasi staf, memimpin program
evaluasi tahunan, bekerja sama dengan orang tua dan lembaga PAUD lainnya
serta berbagai Instutusi pendidikan lainnya, merencanakan kurikulum,
melaporkan dan mengerjakannya dengan dewan pengurus, mengawasi
pemeliharaan fasilitas dan perlengkapan, dan perencanaan makanan yang
dimasak di sekolah.

Karena pemimpin program selalu ada di tempat dan bekerja langsung di


kelas atau di luar kelas (ruang staf). Pemantauan menjadi lebih luas dari direktur
eksekutif. Program administrasi atau mengajar dapat mengambil banyak dari
waktu pemimpin ini.

3. Peranan pemimpin sebagai koordinator pendidikan

Koordinator pendidikan adalah yang memberikan batasan dan lebih fokus


pada kepemimpinan [rogram. Tanggungjawabnya adalah untuk mengawasi
komponen pendidikan/pembelajaran dari sebuah lembaga pendidikan atau
program yang memastikan bahwa kelas dan staf berfungsi sesuai dengan garis
pedoman program untuk memberikan keuntungan terbaik bagi anak. Koodinator
ini bekerja pada area pengembangan staf, training dan kurikulum, dengan
pembagian waktu yang telah disepakati.

Pada program yang lebih kecil, koordinator program mengawasi staf yang
bekerja langsung dengan anak(mengajar anak) dan juga diawasi oleh pemimpin
program.

4. Peranan pemimpin sebagai kepala guru/pemimpin guru (head teacher)

Tidak sepeerti pemimpin program dan koordinator pendidikan, yang lebih


banyak bekerja dengan orang dewasa, kepala sekolah mempunyai tanggung
jawab utama berkerja dengan anak. Biasanya dikarenakan pengalaman,
pendidikan, pelatihan, dan atau demontrasi keahlian guru kelas maka ia menjadi
kepala guru/sekolah.
Pemimpin guru biasanya mengawasi pekerjaan dari beberapa kelas. Mereka
mengawasi guru lain, dan diawasi oleh koordinator pendidikan atau pemimpin
program. Sebagai kepala/pemimpin guru berusaha untuk menyatukan dua
tanggungjawab dengan mengajar dan mengawasi.

Diantara tugas spesifik dari kepala/pemimpin guru adalah tiba lebih dulu di
kelas untuk mempersiapkan dan menata bahan untuk aktivitas hari itu,
menyiapkan/memeriksa kehadiran harian, dan meneliti hasil rekaman
pengamatan anak-anak, memberikan bantuan dalam perencanaan program
orangtua, menghadiri pertemuan evaluasi dengan lembaga pelayanan sosial,
menata/merencanakan konferensi(pertemuan) tahunan dengan masing-masing
orang tua, membuat acara perpisahan/penyerahan, mengawasi anggota tim yang
lain, mengajar anak, dan merencanakan serta memimpin pertemuan anggota
(team guru).

5. Peranan pemimpin sebagai guru

Guru anak usia dini seringkali menjadi pengawas seorang asisten(guru


pendamping, atau membayar seorang relawan, dalam rangka menambah tenaga
kerja untuk mendidik dan mengurus anak-anak. Guru biasanya diawasi oleh
pemimpin guru, koordinator, dan pemimpin program.

6. Peranan pemimpin sebagai penanggung jawab training dari Perguruan


tinggi (college supervisor)

College supervisor adalah seorang anggota fakultas dari sebuah perguruan


tinggi yang bertanggung jawab untuk melatih dan mengawasi beberapa individu
yang beraspirasi untuk bekerja pada lembaga PAUD. Kadang-kadang mereka
mengawasi pembantu/relawan yang berpengalaman yang bekerja pada program
spesial atau untuk tingkat yang lebih tinggi. Seringkali, mereka mengawasi
mahasiswa yang berencana mengajar anak usia dini.

7. Peranan pemimpin sebagai penasihat perkumpulan/asosiasi perkembangan


anak (child development assosiate (CDA) advisor)

Penasihat ini mungkin bagian dari program pelatihan CDA, atau pekerja
freelance(bebas) dengan staf di kelas yang dengan surat kuasa dari CDA.
Penasihat ini juga sering bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi,
universitas, atau berbagai sumber dan pelatihan atau lembaga training, namun
mungkin diikuti oleh seorang staf dari lembaga mereka sendiri atau lembaga
pendidikan lainnya.

8. Sebagai konsultan (consultant)

Konsultan dari lembaga pelatihan, kadang berkerja di tempat dengan sebuah


program dengan seluruh atau seorang guru. Mereka mungkin juga bekerja
dengans staf melalui kelompok diskusi. Hal ini adalah bentuk dari pengawasan
pada program pemeliharaan anak dalam keluarga (family child care).[5]

D. Peranan kepemimpinan menurut Marjory Ebbeck

1. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun dan menyampaikan


pilosofi dari visi dan misi.

2. Peranan pemimpin sebagai orang yang menyampaikan (mengajarkan,


mengerjakan) kualitas pelayanan (dalam pelayanan PAUD)
3. Peranan pemimpin sebagai orang yang melakukan profesionalitas secara
terus menerus dan mendorong seluruh anggota (staff) untuk melakukan hal yang
sama.

4. Peranan pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dan bersikap


(berbuat./bertingkah laku) sebagai pendukung/penyokong anak, orang tua, staf,
profesinya, dan komunitas umum.

5. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun kolaborasi dan gaya


kerjasama dalam kepemimpinan

6. Peranan pemimpin sebagai orang yang sensitive dan responsive terhadap


perubahan perubahan yang dibutuhkan serta mengelola perubahan dengan
efektif

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Hubertus Kasan Hidayat, Buku Panduan Seminar Kiat Yayasan Pendidikan
Katolik untuk Meningkatkan Mutu Kelulusannya dengan Peningkatan Mutu Pengajaran
dan Sumber daya Manusia, Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta: 2000.
2. Depdiknas, Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: 2006.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
4. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2000.

Anda mungkin juga menyukai