Asesmen Alternatif
Asesmen Alternatif
I PENDAHULUAN
Asesmen atau pengukuran hasil belajar mahasiswa merupakan suatu kesatuan atau bagian dari
pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak diukur hasil belajarannya.
Kata asesmen (assessment) berasal dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Menurut Fenton
(1996), Asesmen ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam rangka pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi ialah aplikasi suatu standar dan sistem
pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan keputusan (judgments)
tentang besaran dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1]
Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya
seorang pengajar peduli (concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa
secara individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik, dan
sudah puas apabila ada satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, padahal lebih
dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang
hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan dosen killer, dan merupakan suatu
kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen
menggunakan dirinya sendiri sebagai standar untuk mengukur kemampuan belajar mahasiswa;
mahasiswa yang tidak lulus dianggap bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga
mahasiswa yang memperoleh skor tinggi.
Orientasi pembelajaran sudah berubah sejak digunakannya Sistem Kredit Semester. Seorang
dosen menerima sekelompok mahasiswa dalam kelasnya yang terdiri atas individu-individu.
Tugas seorang dosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individu itu berubah
perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadi memahami materi perkuliahannya. Jadi
apabila masih banyak mahasiswa yang belum berubah perilakunya, alias dapat diluluskan, maka
dosen itu belum berhasil dalam mengajar. Tidak ada mahasiswa yang bodoh, apalagi mereka
yang telah melalui penjaringan seleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini
dosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudah merencanakan pembelajaran dengan
baik (dengan merumuskan tujuan belajar); apakah ia telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana; apakah dosen memberi bimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat belajar
(menurut teori belajar, tidak ada manusia yang persis sama, ada yang cepat ada yang agak lambat
belajar), dan yang penting pula ialah apakah ia menggunakan metode asesmen dan evaluasi hasil
belajar yang sahih (valid) dan terpercaya (reliable).
1
II ASESMEN ALTERNATIF (ALTERNATIVE ASSESSMENT)
Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternatif pengukuran atau evaluasi hasil
belajar mahasiswa yang lain daripada uji tradisional yang sudah baku, yang menggunakan standar
penilaian tertentu, misalnya Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang menetapkan batas lulus
(passing grade) sebelum ujian dilakukan, atau Penilaian Acuan Norma (PAN) yang menetapkan
batas lulus sesudah ujian, yaitu menggunakan rata-rata kelas pada kurva normal. Kedua cara
penilaian tersebut menggunakan ujian essay atau multiple choice, atau yang lazim disebut
pengukuran menggunakan kertas dan pinsil (paper and pencil test). Kedua instrumen / alat uji
tersebut terdiri atas pertanyaan kepada mahasiswa yang sudah ada jawabannya yang benar.
Asesmen otentik (Authentic Assessment) adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen
alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku
mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional
bergantung pada sesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang disederhanakan, yang
mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang kinerja mahasiswa pada tantangan bernilai itu.
Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk mempersiapkannya ? Meskipun tes pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor
yang valid mengenai penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan perhatian (mislead)
2
dosen dan mahasiswa tentang jenis keterampilan yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma
bukan merupakan standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban yang benar
bukanlah rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka yang mempertahankan tes tradisional tidak
melihat bahwa bentuk tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa merasa
bahwa belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu adalah pencari fakta, pemaksaan
yang terdiri atas susunan pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan
keberhasilan belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa digiring pada keyakinan bahwa
jawaban yang benar itu lebih penting daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta
hasil pekerjaan seseorang.
Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat meningkatkan proses
pengajaran dan belajar; mahasiswa memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban
mereka (dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik bagi mereka), dan dosen akan
percaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih berguna dalam meningkatkan proses
pembelajaran. Apabila tujuan dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes
konvensional mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen ialah meningkatkan kinerja
ke arah yang lebih baik, maka tes itu hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh,
kriteria dan standar.
Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (Scoring Rubrics), Portfolio atau
Observasi oleh instruktor.
3
III ASESMEN BERDASARKAN PERFORMANS
(PERFORMANCE-BASED ASSESSMENT).
Berbagai istilah telah digunakan utuk performance; ada yang menggunakan istilah kinerja,
penampilan atau performans. Performance-Based Assessment merupakan suatu observasi
sistematik secara langsung, dan penilaian atas tercapainya suatu tujuan (instruksional). Seringkali
oberservasi dilakukan terus menerus selama periode waktu tertentu, dan secara khusus dilakukan
untuk yang berkaitan dengan pengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk interaksi
kontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Asesmen hendaknya merupakan performans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas
mahasiswa dan lingkungan. Asesmen performans ini dilakukan menggunakan rubrik, atau
panduan penskoran analitik yang dapat membantu objektivitasnya. Asesmen berdasar-performans
berbentuk suatu uji penerapan pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari, yang meliputi
performans tugas contoh dalam mendemonstrasikan kemampuan intelektual.
IV PORTFOLIO
Portfolio ialah suatu kumpulan hasil kerja mahasiswa yang dilakukan secara sistematik dan
terorganisasi, yang mengungkapkan bukti nyata dari usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa,
hasil perolehannya, dan perkembangannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data ini
hendaknya melibatkan mahasiswa dalam pemilahan materi pelajaran, dan mencantumkan
informasi tentang kriteria penampilannya (performans), rubrik atau criteria untuk menilai
keuntungan yang diperoleh, dan bukti tentang refleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio
meliputi hasil kerja yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentang performans
mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasi kemajuan yang dicapai mahasiswa.
Portfolio dapat meliputi berbagai demonstrasi belajar yang telah dikumpulkan dalam bentuk
koleksi fisik materi, video, CD-ROM, jurnal reflektif, dll.
Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara. Setiap bagian dapat diskoring secara individual, atau
hanya diukur bagian-bagian penting yang dikehendaki, atau digunakan proses penskoran secara
menyeluruh (holistic), dan dilakukan evaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan mahasiswa
secara menyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator berunding sebelumnya untuk
mencapai kesepakatan tentang standar penilaian dalam rangka mencapai tingkat kepercayaan
(reliability) tinggi dalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akan digunakan
oleh reviewer dan mahasiswa yang terlibat, dalam proses mengevaluasi kemajuan, dan pada
pencapaian tujuan (instruksional).
4
V RUBRIK
Rubrik adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist, yang digunakan pada asesmen
penampilan (performance assessment). Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman
penskoran, yang terdiri atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan
digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen penampilan. Secara khas, rubrik
merupakan format spesifik dari suatu instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi
penampilan mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.
Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang digunakan dalam asesmen subjektif.
Suatu rubrik mengharuskan adanya suatu aturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen
yang harus diikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisit tentang karaktersitik
performans tertentu pada suatu rentangan skala. Rubrik penskoran secara eksplisit menunjukkan
kualitas performans yang diharapkan menurut rentang skala, atau definisi tentang suatu titik skor
tertentu pada skala.
Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagai patokan dalam
menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan
untuk penilaian (judgment) kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek
ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah sebagai panduan dalam
mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian
kualitas tulisan atau presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan
oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih menekankan pada gramatika
penulisan, yang lainnya mungkin pada segi argumentasi dalam tulisan. Dengan
dikembangkannya skema penilaian sebelumnya untuk proses evaluasi, subyektivitas evaluator
yang terlibat itu akan lebih menjadi objektif.
5
Rating Scales
Checklists
Rubrics
Rubrik Holistik
Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian dari proses masih dapat
ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak
sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons
tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu skor yang menggunakan
rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap
isi dan ketrampilan spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan rubrik
holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada
dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca ,
memeriksa produk atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh kesan
yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinya ialah asesmen keseluruhan
penampilan, maka rubrik holistik digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan
asesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan kepada
mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil penskoran tugas penampilan
menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Template for Holistic Rubrics
Skor Uraian
5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
6
3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang permasalahan.
Kebanyakan persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan. Banyak
persyaratan tugas yang tidak ada
1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan
0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha
Rubrik Analitik
Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus, yaitu untuk
tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu
esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa
skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada
tingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat
mengakibatkan proses penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai
ketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing memerlukan
pemeriksaan berulang kali. Baik pengkonstruksiannya maupun pada penggunaannya memerlukan
waktu yang lama. Ketentuan umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu
memerlukan waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria
penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu sangat berarti. Derajat
umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa (dan dosen) sangatlah bermakna. Mahasiswa
menerima umpanbalik spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual dari penampilannya,
dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itu dimungkinkan untuk
menciptakan suatu profil tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada
Tabel 2 disajikan templat rubrik penskoran analitik.
Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih dahulu apakah penampilan
atau produk itu akan diskor secara holistik atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu
diidentifikasi dan dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang dapat
diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan tentang pemilihan pendekatan
holistik atau analitik pada penskoran mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal
terpenting yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan hasil
akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih baik memilih pendekatan
holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik
penskoran analitik. Perlu dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang
lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Implikasi lain meliputi
waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan kriteria penampilan spesifik yang diamati.
Tabel 2
Templat untuk rubrik analitik
Tahap Awal Pengembangan Terselesaikan Patut Dicontoh Skor
1 2 3 4
Kriteria # 1 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
7
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 2 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 3 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Kriteria # 4 Uraian Uraian Uraian Uraian
menggambarkan menggambarkan menggambarkan menggambarkan
tahap awal gerakan ke arah pencapaian tingkat tingkat
penampilan tingkat penguasaan penguasaan penampilan
penampilan penampilan tertinggi
Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan penampilan mahasiswa itu dapat
ditetapkan menggunakan label kuantitatif ( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya
deskriptif). Dalam hal tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif.
Jika suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam suatu kontinuum
(kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar antara 1 sampai 4. Lebih fleksibel dan
lebih kreatif apabila menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat
meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice. Hampir semua tipe skala
kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai dengan tugas.
Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa menggunakan rubrik ialah
pengubahannya / pengkonversiannya menjadi markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya
tidak digunakan persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau angka,
maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 % pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak
lulus). Proses konversi skor rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada
matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran rubrik, lebih banyak skor
(nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding
di bawah rata-rata. Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada tabel 3.
Tabel 3
Sampel Nilai dan Kategori
Skor Rubrik Nilai (Grade) Kategori
8 A+ Sangat Baik
7 A Sangat Baik
6 B+ Baik
5 B Baik
4 C+ Cukup
3 C Cukup
2 E Tidak memuaskan
1 E Tidak memuaskan
0 E Tidak memuaskan
8
Langkah 1.
Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini perlu untuk
menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan pelaksanaan pembelajaran.
Langkah 2.
Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin Anda lihat (maupun
yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan mahasiswa dalam produk, proses maupun
kinerjanya.
Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda cari, maupun kesalahan
umum yang tidak mau Anda lihat.
Langkah 3
Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara untuk menguraikan:
kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-rata untuk setiap atribut yang dapat diamati
pada langkah 2.
Langkah 4a.
Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik
dan sangat buruk, dengan memasukkan setiap atribut ke dalam dekripsi itu. Uraikan tingkat
kinerja tertinggi dan terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.
Langkah 4b.
Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik dan
sangat buruk untuk setiap atribut secara individual. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang
terendah dengan menggunakan deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah.
Langkah 5a.
Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain pada kontinuum yang
berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk dari atribut secara kolektif. Tuliskan
deskripsi untuk semua tingkatan antara dari kinerja
Langkah 5b.
Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-tingkat lain pasa
kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk untuk setiap atributf. Tuliskan uraian
untuk semua tingkat antara dari kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .
Langkah 6
Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh setiap tingkat. Ini akan
berguna sebagai benchmark (batas ambang = batas minimal) dan membantu Anda pada
penskoran di waktu yang akan datang.
Langkah 7
Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki sebelum digunakan di lain
waktu.
9
Contoh I: Rubrik Holistik
Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data yang difokuskan pada
ketrampilan mengestimasi dan menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit
ini, dosen dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK :
- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai
- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang (Langkah 1)
Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan digabung dengan skor
mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut
berikut sebagai fokus rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan
mengkomunikasi penjelasannya (Langkah 2 dan 3)
Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja untuk atribut
yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
10
5. Kejujuran Ilmiah
JUMLAH NILAI RATA-RATA
Kriteria Penilaian : A = 80
B = 71-79
C = 61-70
Tidak lulus = 60
Pertanyaan :
1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? , sehingga dapat diberi
nilai, misalnya 90
2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?
3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?
4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?
5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?
Jawaban (sementara):
1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :
- Judul Tulisan dirumuskan dengan baik
- Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat
- Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis)
- Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang menunjang judul.
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan Format, yang meliputi pula
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara pengambilan
kesimpulan
- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan
- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai notasi
- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian
3.
11
PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: What to Consider When
Planning for Electronic Portfolios, in Learning & Leading with Technology.)
Definisi Portfolio
Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map) folder dalam laci arsip,
kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan foto, pita audio atau video untuk penyimpanan
hasilkerja mahasiswa.
12
Umpanbalik dosen
Bagian-Bagian refelksi diri mahasiswa
Kriteria yang jelas dan sesuai untuk mengevaluasi pekerjaan (rubrik berdasarkan standar)
Standar dan contoh hasilkerja yang baik.
ELECTRONIC PORTFOLIOS
(Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)
Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio elektronik, yaitu
penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk menciptakan dan mempublikasikan portfolio
yang dapat dibaca dengan komputer atau Video player.
Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun, dengan menggunakan
koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru, atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja
seninya. Portfolio artistik biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial
mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham investasi yang mewakili
nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio pendidikan mengandung hasilkerja yang
dikumpulkan dan dipilah-pilah oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan
(perkembangan) dan perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah
refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan artifak) maupun suatu
refleksi keseluruhan mengenai apa yang terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya
hanya mengenai portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat dikembangkan
untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.
Definisi Portfolio
.kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola untuk suatu tujuan
tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan atau dipamerkan.
Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan untuk tujuan
tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan maupun pencapaiannya dalam salah
satu bidang atau lebih. Kumpulan karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada
pemilahan isi, kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-diri
mahasiswa.
13
1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios), yang biasanya digunakan
sebagai alat bantu pengembangan profesional yang berkelanjutan.
2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yang biasanya digunakan pada
proses evaluasi formal.
3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/Marketing Portfolios), yang digunakan untuk
tujuan pengadaan tenaga kerja.
Pembedaan lain :
1. Working Portfolios
2. Showcase or Best Works Portfolios
3. Assessment Portfolios
Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk asesmen alternatif. Istilah
asesmen alternatif, asesmen otentik atau asesmen berdasar-kinerja (performance-based
assessments) seringkal digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen
performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu jawaban, bukannya
memilih suatu jawaban.
Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai (grade) dan kedudukan
(ranking), pengetahuan, kurikulum, dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui
asesmen di kelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP).
Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan pada hasil dan standar
yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas,
kriteria dan rubrik penskoran.
Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada pertumbuhan (growth) dan
perkembangan (development) seiring waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi,
refleksi, dan pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.
Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio. Suatu portfolio merupakan
wadah yang berisi contoh hasilkerja mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan
refleksi dari hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi bukti pencapaian hasil
(achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui asesmen performans yang
disertai evaluasi dan refleksinya
Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio) menciptakan hubungan antara
tugas mahasiswa dan asesmen performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang
didesain untuk ditampilkannya.
Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio, namun terdapat
perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang bentuknya analog, misalnya pita video
atau bentuk yang dapat dibaca oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah
menjadi bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan merupakan koleksi
artifak sembarangan, melainkan merupakan alat reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan
(perkembangan) seiring waktu.
Koleksi (collection)
Hampir semua definisi mengandung kata collection. Koleksi tugas /pekerjaan dapat berbentuk
folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari
kumpulan catatan digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang merangkum
suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama refleksi peserta didik, baik tentang
pencapaian mereka terhadap standar dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus,
maupun refleksi keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.
Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih mudah apabila
melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang
memerlukan berbagai software yang berbeda.
Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers & Barron, 1998):
Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah mengidentifikasi kebutuhan
(needs assessment) pelanggan, perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk
presentasi akhir portfolio.
Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada pengorganisasian atau
perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media
penyimpanan, dan urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis
storyboard.
Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam presentasi, dan
mengorganisasikannya menurut urutan (sequence) atau menggunakan hyperlinks untuk
presentasi materi yang terbaik menggunakan program multimedia tertentu
Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada audiens.
Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini difokuskan pada
evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan maksud dan untuk tujuan asesmen.
Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu pengembangan profesional
dosen dan kemampuan belajar seumur hidup pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses
Pengembangan Portfolio menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :
16
Presentasi (Presentation) dosen dan mahasiswa bertukar pengalaman dengan kolega (peer).
Tahap ini merupakan tahapan dimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorong
kerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional dan pembelajaran seumur
hidup.
Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk mengumpulkan
artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau videotape. Buatkan folder elektronik
untuk setiap standar dalam mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu
gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide show untuk
mengartikulasikan tujuan/standar yang akan didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk
mengorganisasikan artifak. Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi
yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer, videotape, jaringan lokal,
WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat pula banyak pilihan lain, tergantung dari
software yang dipilih.
Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu dikumpulkan artifak
dari berbagai waktu yang berbeda untuk menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang
telah berlangsung. Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan
untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan
Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului review evaluasi (untuk
portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan (untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio
formatif, secara khas refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan
ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini. Refleksi terhadap pekerjaan
seseorang sangat diperlukan jika pemilik portfolio ingin mempelajari proses.
17
Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan proses reflektif ini :
1. What
2. So what
3. Now what
Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu meringkas artifak yang
mendokumentasikan pengalaman untuk dapat menjawab pertanyaan What. Selanjutnya
mahasiswa perlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini memenuhi
standar, untuk menjawab pertanyaan So what. Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan
implikasi untuk pembelajaran berikut yang diperlukan, dan menetapkan perbaikan dan
adaptasidalam menjawab pertanyaan Now what
Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan pengembangan portfolio
itu sebagai suatu alat yang sangat penting pada pengembanganprofesional. Karena itu
pertanyaan Now what menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap
pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk bekerja dalam bidang ini.
Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari
pengembangan profesionalnya sendiri.
Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik, karena kapabilitas
software untuk menciptakan hypertext links antara dokumen, secara lokal atau melalui
internet. Pada tahap ini diciptakan hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja,
rubrik, dan refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai. Buatlah daftar
isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan kemampuan Word atau Power Point, atau
pengorganisasian grafis AND yang memberikan garisbesar Inspiration.
Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses pengembangan dan kualitas
produk akhir. Paket software yang berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas
tersendiri yang dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting sekali
untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan menciptakan hypertext links, agar
dapat dihubungkan antara pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi
suatu pola melalui proses linkingini
Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada proses asesmen sumatif.
Apabila menggunakan portfolio pada asesmen, maka transformasi artifak menjadi bukti
itu tidak akan jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses berpikir ini
lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan dari berbagai perspektif (dan
berbagai tujuan) juga akan memperbaiki kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan
menjadikannya satu artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar
teknologi nasional, standar pembelajaran negara)
Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai tujuannya dan untuk konteks
asesmennya. Dalam lingkungan yang terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya
dilihat sebagai suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang kefektifannya
perlu direview secara berkala untuk menjamin pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Rekam portfolio dalam CD-ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.
Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk mengembangkan portfolio elektronik,
yang dapat dibagi dalam 2 pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen
biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan sistem jaringan atau membeli
paket software paten atau online service.
Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang cukup baik, namun portolio ini
mencerminkan gaya si pembuatnya, atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan
pendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau untuk diri
sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategi umum.
Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait, hypermedia cardsoftware, mutimedia
authoring software, World Wide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), Office
Suite software, multimedia slide shows, dan digital atau analog video.
Ringkasan
Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan portfolio elektronik
melalui tahap-tahap ayng sudah dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio
elektronik hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya
menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan portfolio mereka. Hendaknya
proses tetap sederhana pada awal pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan
yang terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian (achievement)
peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada penggunaan teknologi untuk mendukung
pembelajaran seumur hidup.
20