Anda di halaman 1dari 17

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Kadipaten


Kelas/Semester : VIII/1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tema : Keunggulan lokasi dan kehidupan masyarakat
Indonesia
Sub Topik : Pengaruh Keunggulan lokasi terhadap kolonialisme
Barat di Indonesia
Sub-sub Tema : Daya tarik Indonesia Bagi Bangsa-bangsa Barat
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 1x pertemuan ( 2 JP)

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong -oyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1.3 Menghargai karunia Tuhan 1.1.1. Berdoa sebelum dan sesudah
1. YME yang telah menciptakan kegiatan pembelajaran
manusia dan lingkungannya
2.1 Menunjukan perilaku jujur, 2.1.1. Menghargai dan menghormati
gotong royong, bertanggung sesama
jawab, toleran dan percaya diri 2.1.2. Menjaga kebersihan lingkungan
2.
sebagaimana ditunjukkan oleh kelas
tokoh-tokoh sejarah pada masa 2.1.3. Memelihara hubungan baik dengan
lalu teman sekelas
3.2 Mendeskripsikan perubahan
3.2.1. mendeskripsikan dengan tepat
masyarakat pada masa
adanya kebijakan pemerintahan
penjajahan dan tumbuhnya
kolonial di Indonesia
3. semangat kebangsaan serta
3.2.2. mendeskripsikan dengan tepat
perubahan dalam aspek
dampak kebijakan pemerintahan
geografis, ekonomi, budaya,
kolonial di Indonesia
pendidikan dan politik.
3.4. Mendiskripsikan bentuk-bentuk 3.4.1. menganalisis dengan tepat adanya
4. dan sifat dinamika interkasi pengaruh kebijakan pemerintahan
manusia dengan lingkungan kolonial pada masa sekarang
alam , sosial, budaya, dan
ekonomi

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah:
1. Menyebutkan berbagai kebijakan pemerintahan kolonial yang merugikan bangsa
Indonesia
2. Menjelaskan dampak kebijakan pemerintahan kolonial terhadap bangsa Indonesia
3. Mengklarifikasi dampak kolonial terhadap bangsa Indonesia pada masa kini
4. Menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu

D. Materi Pembelajaran
Kebijakan pemerintah kolonial di Indonesia
1. monopoli perdagangan
2. Sistem kerja paksa
3. Sistem sewa tanah
4. Sistem tanam paksa

E. Pendekatan dan Model pembelajaran


Pendekatan dan Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini:
1. pendekatan : Saintifik (Scientific)
2. Metode : Discovery learning
3. Model : Jigsaw

B. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media
a. Lembar Kerja/bahan ajar
b. Peta jalan POS
2. Alat/Bahan
a. Laptop
b. LCD
3. Sumber Belajar
a. Kemendikbud. 2014. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs. Kelas VIII. Halaman 8-
13. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
b. Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
c. Internet
C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Peserta didik bersama guru menyampaikan salam, doa, dan memeriksa
kehadiran peserta didik.
b. Peserta didik bersama guru mengkondidiskan kelas
c. Guru memberi motivasi ; menanyakan materi yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya
d. Peserta didik menerima informasi topic dan tujuan pembelajaran dari guru
e. Peserta didik di bagi menjadi beberapa kelompok tiap kelompok teridi dari 4-5
orang dipilih secara heterogen.

2. Kegiatan Inti (55 menit)


a. Mengamati
1) Peserta didik diminta mengamati gambar pengaruh kebijakan pemerintah
kolonial barat di Indonesia
2) Buatlah beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas empat orang. Tiap
anggota kelompok diberi nama A, B, C, D. Pada tahap ini kelompok disebut
kelompok asal / induk (home group). (Pastikan terdapat pemerataan dari aspek
gender, kemampuan, dsb dalam pembagian kelompok)

Gambar Peta Pelayaran Ferdinand Magelhaens


b. Menanya
1) Guru meminta siswa mengamati peta dan gambar kedatangan bangsa-bangsa
Barat di Indonesia, peserta didik diminta mendiskusikan di dalam kelompok
dan menanyakan hal-hal yang ingin diketahui melalui Tanya jawab
c. Mengunpulkan data/ informasi
1) menginformasikan bahwa tiap anggota kelompok akan mendapat tugas
mendalami bagian-bagian tertentu dari bacaan karena mereka harus menjadi
ahli dalam bagian/topik tersebut:
A mempelajari Penyebab dan Dampak monopoli perdagangan (bagian A)
B mempelajari Penyebab dan Dampak Sistem kerja paksa (bagian B)
C mempelajari Penyebab dan Dampak Sistem sewa tanah (bagian C)
D mempelajari Penyebab dan Dampak Sistem tanam paksa (bagian D)
2) Dengan demikian, di dalam setiap kelompok induk (home group) terdapat
beberapa ahli, yaitu A ahli tentang Penyebab dan Dampak monopoli
perdagangan, B ahli tentang Penyebab dan Dampak Sistem kerja paksa, C
ahli tentang Penyebab dan Dampak Sistem sewa tanah, dan D ahli tentang
Penyebab dan Dampak Sistem tanam paksa
b. Mengasosiasi/menalar
3) Guru membagi peserta ke dalam kelompok berikutnya (kelompok ahli.)
Mintalah A berkumpul dengan A, B berkumpul bersama B, C dengan C, dan D
dengan D, Pada tahap ini kelompok-kelompok tersebut disebut kelompok ahli
(expert group).
4) Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, tiap kelompok membaca dan
mendiskusikan bagiannya. Guru memberi tugas pada masing-masing
kelompok ahli untuk membahas dan membuat ringkasan tentang topik masing-
masing antara lain dapat dalam bentuk diagram/bagan alir (flow chart) yang
bisa menjelaskan isi topik masing-masing dengan jelas pada orang lain. Tiap
anggota harus aktif karena dalam kelompok ini mereka harus menjadi ahli
dalam menjawab pertanyaan tentang topiknya.
5) Setelah tugas kelompok ahli selesai dilaksanakan, Guru meminta peserta
berkumpul lagi ke kelompok asal (home group).
6) Guru meminta setiap anggota kelompok asal untuk saling bertukar hasil
bacaannya kemudian menyiapkan presentasi sesuai tugas kelompoknya
dengan menggunakan diagram alur atau cara lain yang dianggap lebih
komunikatif. Dan tipa kelompok diberi pertanyaan tambahkan:
Sebutkan bangunan peninggalan yang masih ada di masa sekarang yang ada
di lingkungan tempat tinggalmu!
c. Mengkomunikasikan
1) Peserta didik dalam kelompok diminta mempresentasikan hasil simpulan dari
jawaban, atas pertanyaan yang telah dirumuskan
2) Kelompok lain diminta memberi tanggapan atas hasil simpulan kelompok yang
mempresentasi
3) Ringkasan yang telah dibuat tiap anggota ketika berada di kelompok ahli
dimanfaatkan setelah dimodifikasi sesuai kesepakatan dalam kelompok asal
(menyempurnakan jawaban sementara yang telah dirumuskan dalam
kelompok ahli)
4) Guru meminta kelompok asal memajangkan hasil kerjanya.
5) Peserta didik bersama guru mengambil simpulan atas jawaban dari
pertanyaan

3. Kegiatan Penutup (15 menit)


a. Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelakaran yang
terkait dengan penguasaan materi, pendekatan, dan model pembelajaran yang
digunakan
b. Peserta didik diberi pesan tentang nilai dan moral
c. Peserta didik diberi tugas untuk menyempurnakan laporan hasil diskusi
kelompok tentang jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan untuk
dikumpulkan kepada guru
d. Peserta didik diberi tugas untuk membaca materi pada sub berikutnya
e. Mengakhiri pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdoa sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing (religius)

D. Penilaian
1. Sikap Spiritual
Teknik Penilaian: Observasi
Bentuk Instrumen: Lembar observasi
Kisi-kisi:
No. Sikap/nilai Butir Instrumen
Menghargai

Instrumen: lihat Lampiran 1


2. Sikap Sosial
Teknik Penilaian: Observasi
Bentuk Instrumen: Lembar observasi
Kisi- Sikap/nilai Butir Instrumen
kisi:
No.
Menghargai dan menghormati sesama
Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas
Instrumen: lihat Lampiran 2

3. Pengetahuan
Teknik Penilaian:
Tes: tulis
Soal
1. Sebutkan dampak Sistem tanam bagi bangsa Indonesia
2. Bagaimanakah pengaruh Kapitulasi Tuntang tahun 1811 terhadap kehidupan
kolonial di Indonesia?
3. Sebutkan kebijakan-kebijakan VOC saat berkuasa di
Indonesia!
4. Jelaskan alasan Napoleon Bonaparte mencopot
Daendels sebagai Gubernur Jenderal Belanda di
Indonesia!
5. Apakah peran tokoh disamping ini pada masa Kolonial!

Van Den Bosh


Jawaban
1. Bagi rakyat Indonesia, yaitu:
a) mengalami kemiskinan dan kemelaratan, rakyat banyak yang mati karena
kelaparan dan penyakit karena hasil panen yang dikerjakan dengan paksa diambil
semua oleh penjajah Belanda;
b) banyak penduduk melarikan diri meninggalkan desa; dan jumlah penduduk Jawa
berkurang, karena selain meninggal mereka juga banyak yang diculik (ditangkap)
dan dibawa ke pulau lain untuk kerja paksa
2. Dengan adanya Kapitulasi Tuntang, maka Indonesia jatuh ke tangan Inggris. Inggris
mengirimkan Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur di Indonesia. Zaman
pendudukan Inggris ini hanya berlangsung selama lima tahun, yaitu antara tahun 1811
dan 1816
3. diberikan hak Octrooi (hak paten) sebagai berikut:
a) hak monopoli perdagangan;
b) hak memiliki angkatan perang, berperang;
c) hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja atau penguasa; dan
d) hak mencetak dan mengedarkan uang.
4. akibat tindakannya menjual tanah milik negara kepada pengusaha swasta asing,
berarti ia telah melanggar undang-undang negara
5. tokoh yang menentukan Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa tertuang dalam
lembaran negara (staatbled) Nomor 22 Tahun 1834
Non tes: Penugasan kelompok
Bentuk Instrumen:
Soal tes tulis uraian dan pilihan ganda
Proyek
Kisi-kisi:

No. Indikator Butir Instrumen


3.2.1. mendeskripsikan dengan tepat apa saja kebijakan
adanya kebijakan pemerintahan pemerintah Kolonial di
kolonial di Indonesia Indonesia?
3.2.2. mendeskripsikan dengan tepat bagaimana dampak
dampak kebijakan pemerintahan kebijakan pemerintah
kolonial di Indonesia kolonial di Indonesia?
3.4.1. menganalisis dengan tepat adanya Jelaskan pengaruh kebijakan
pengaruh kebijakan pemerintahan pemerintahan kolonial pada
kolonial pada masa sekarang masa sekarang
Instrumen: lihat Lampiran 3
4. Keterampilan
Teknik: Observasi
Bentuk Instrumen: Check list
Kisi-kisi:
No. Keterampilan Butir Instrumen
1. Memaparkan hasil analisis kebijakan dan dampak 1
kebijakan pemerintahan kolonial di Indonesia
Instrumen: lihat Lampiran 4
Kadipaten, Juli 2014
Guru Mata Pelajaran,

UCU SRI SULASTRI, S.Pd.


NIP. 19720528 199801 2 001
LAMPIRAN 1

A.Monopoli Perdagangan
Muncullah benih kekuasaan Belanda di Indonesia yang berawal
dari ekspedisi empat kapal dagang Belanda yang tiba di Teluk Banten
pada 1596, dibawah pimpinan Cornelis De Houtman. Ekspedisi
Belanda gagal karena rakyat Banten langsung mengusirnya.
Ekspedisi kedua Belanda datang dengan ramah, sopan, dan hormat
kepada penduduk. Akhirnya, rakyat menerima mereka.
Keberhasilan ekspedisi kedua yang dipimpin Jacob Van Neck pada 1598 sesudah
mendapatkan keuntungan, rombongan kembali ke negaranya dengan muatan kapal yang
penuh rempah-rempah. Berbondong-bondonglah kapal Belanda datang ke wilayah
Nusantara.
Atas usul Johan Van Olden-Barneveldt, masyarakat Belanda membuat kongsi dagang
seperti yang dilakukan Inggris dan Perancis. Sehingga pada 20 Maret 1602, Belanda
mendirikan VOC atau perhimpunan perusahaan Hindia Timur. Adapun tujuan didirikannya
VOC adalah:
a) menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang Belanda;
b) menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dagang dengan bangsa lain; dan
c) mencari keuntungan untuk biaya perang.
Untuk melaksanakan tujuannya tersebut, VOC oleh pemerintah Belanda diberikan hak
Octrooi (hak paten) sebagai berikut:
a) hak monopoli perdagangan;
b) hak memiliki angkatan perang, berperang;
c) hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja atau penguasa; dan
d) hak mencetak dan mengedarkan uang.
Dengan hak-hak tersebut VOC berkembang pesat. Banyak orang Belanda di
Nusantara yang lupa diri. Akhirnya, korupsi dimana-mana. Orang-orang VOC lebih mencari
keuntungan pribadi. Akhirnya, di penghujung abad ke-18 VOC bangkrut dan pada 31
Desember 1799 resmi dibubarkan.
Ketika VOC mengalami kesulitan moneter, di Eropa terjadi Perang Koalisi (1792 -
1797) yang dimenangkan oleh Perancis. Sedangkan, Belanda berada di pihak yang kalah.
Atas kejadian ini, bukan saja negara Belanda yang diambil alih oleh Perancis, tetapi daerah-
daerah jajahan milik Belanda pun menjadi milik Perancis, termasuk Indonesia.

B. Sistem Kerja Wajib (Kerja Rodi)


Setelah lebih kurang 200 tahun berkuasa, akhirnya VOC (Kompeni) mengalami
kemunduran dan kebangkrutan. Hal ini disebabkan banyak biaya perang yang dikeluarkan
untuk mengatasi perlawanan penduduk, terjadinya korupsi di antara pegawai-pegawainya,
dan timbulnya persaingan dengan kongsi-kongsi dagang yang lain. Faktorfaktor itulah,
akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799, secara resmi VOC dibubarkan. Kekuasaan VOC
kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini secara tidak langsung
memengaruhi koloni Belanda di Indonesia.
Perubahan politik yang terjadi di Belanda, merupakan pengaruh
revolusi yang dikendalikan oleh Prancis. Dalam revolusi tersebut,
kekuasaan raja Willem V runtuh, dan berdirilah Republik Bataaf. Tidak
lama kemudian Republik Bataaf juga dibubarkan dan Belanda dijadikan
kerajaan di bawah pengaruh Prancis, sebagai rajanya adalah Louis
Napoleon. Louis Napoleon kemudian mengirim Herman Willem Daendels sebagai gubernur
jenderal dengan tugas utama mempertahankan pulau Jawa dari ancaman Inggris. Juga diberi
tugas mengatur pemerintahan di Indonesia.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Daendels mengambil beberapa langkah, antara lain
sebagai berikut.
- Menarik orang-orang Indonesia untuk dijadikan tentara.
- Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
- Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
- Membangun benteng-benteng.
- Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan, yang panjangnya + 1.000 km.
Untuk mewujudkan langkah tersebut, Daendels menerapkan sistem kerja wajib (kerja
rodi). Di samping kerja wajib, untuk memperoleh dana guna menghadapi Inggris, Daendels
melakukan beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
- Melaksanakan contingenten stelsel, yaitu pajak yang harus dibayar oleh rakyat dengan
menyerahkan hasil bumi.
- Menetapkan verplichte leverentie, yaitu kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada
pemerintah Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
- Melaksanakan preanger stelsel, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat
Priangan untuk menanam kopi.
- Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing, seperti kepada Han Ti Ko
seorang pengusaha Cina.
Gambar 5.3 Jalan Pos Daendels
Sumber: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia PT. Pembina hal. 29

Daendels dikenal sebagai penguasa pemerintah yang sangat disiplin, keras dan
kejam. Selain itu, akibat tindakannya menjual tanah milik negara kepada pengusaha swasta
asing, berarti ia telah melanggar undang-undang negara. Oleh karena itu, pemerintah
Belanda memanggil pulang Daendels ke negeri Belanda. Daendels berkuasa di Indonesia
pada tahun 1808 - 1811. Sebagai pengganti Daendels adalah
Janssens sebagai gubernur jenderal di Indonesia. Janssens ternyata sangat lemah
dan kurang cakap dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat dikalahkan oleh Inggris
dan harus menandatangani perjanjian di Tuntang yang terkenal dengan nama Kapitulasi
Tuntang.

C. Sistem Sewa Tanah (Lande Lijk Stelsel)


Dengan adanya Kapitulasi Tuntang, maka Indonesia jatuh ke tangan Inggris. Inggris
mengirimkan Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur di Indonesia. Zaman
pendudukan Inggris ini hanya berlangsung selama lima tahun, yaitu antara tahun 1811 dan
1816, akan tetapi selama waktu ini telah diletakkan dasar-dasar kebijaksanaan ekonomi yang
sangat mempengaruhi sifat dan arah kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda yang dalam
tahun 1816 mengambil alih kembali kekuasaan dari pemerintah kolonial Inggris.
Asas-asas pemerintahan sementara Inggris ini ditentukan oleh Letnan Gubernur
Raffles, yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di India. Pada hakekatnya, Raffles
ingin menciptakan suatu system ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan
yang dahulu melekat pada sistem penyerahan paksa dan pekerjaan rodi yang dijalankan oleh
Kompeni Belanda, dalam rangka kerja sama dengan raja-raja dan para bupati. Secara konkrit
Raffles ingin menghapus segala penyerahan wajib dan pekerjaan rodi yang selama zaman
VOC selalu dibebankan kepada rakyat, khususnya para petani. Kepada para petani ini
Raffles ingin memberikan kepastian hokum dan kebebasan berusaha.
Raffles juga ingin agar para petani dapat berdiri sendiri dan bebas menentukan sendiri
tanaman apa yang akan dikerjakan. Sebaiknya tanaman yang laku di pasaran dunia, seperti
tebu, kopi, nila dan sebagainya.
Dalam usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial yang baru, Raffles
ingin berpatokan pada tiga asas.
a. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan dan
kebebasan penuh diberikan kepada rakyat untuk menentukan jenis tanaman apa yang
hendak ditanam tanpa unsur paksaan apapun juga.
b. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai penggantinya
mereka dijadikan bagian yang integral dari pemerintahan kolonialdengan fungsi-fungsi
pemerintahan yang sesuai dengan asas-asas pemerintahan di negeri Barat. Secara
konkrit hal ini berarti bahwa para bupati dan kepala pemerintahan pada tingkat rendahan
harus memusatkan perhatiannya kepada proyek-proyek pekerjaan umum yang dapat
meningkatkan kesejahteraan penduduk
c. Raffles beranggapan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah, maka para petani
yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa (tenant) tanah milik pemerintah.
Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah (land-rent) atau
pajak atas pemakaian tanah pemerintah. Sewa tanah inilah selanjutnya yang dijadikan
dasar kebijaksanaan ekonomi pemerintah Inggris di bawah Raffles dan kemudian dari
pemerintah Belanda sampai tahun 1830.
Di bidang pemerintahan, Raffles membagi pulau Jawa dan
Gambar Madura menjadi 16 karesidenan yang dikepalai oleh seorang
Residen dan dibantu asisten residen dari Eropa. Para bupati dijadikan
pegawai pemerintah dengan gaji setiap bulan.
T.S. Raffles Sistem sewa tanah tidak meliputi seluruh pulau Jawa. Misalnya, di
daerah-daerah sekitar Jakarta, pada waktu itu Batavia, maupun di daerah-daerah
Parahiyangan sistem sewa tanah tidak diadakan, karena daerah-daerah sekitar Jakarta pada
umumnya adalah milik swasta, sedangkan di daerah Parahiyangan pemerintah kolonial
berkeberatan untuk menghapus sistem tanam paksa kopi yang member keuntungan besar.
Jelaslah kiranya, bahwa pemerintah kolonial tidak bersedia untuk menerapkan asas-
asas liberal secara konsisten jika hal ini mengandung kerugian material yang besar.
Mengingat bahwa Raffles hanya berkuasa untuk waktu yang singkat di Jawa, yaitu lima
tahun, dan mengingat pula terbatasnya pegawai-pegawai yang cukup dan dana-dana
keuangan, sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi setiap pemilik tanah, karena tidak
semua rakyat mempunyai tanah yang sama, dan masyarakat pedesaan belum mengenal
sistem uang, maka tidak mengherankan bahwa Raffles akhirnya tidak sanggup
melaksanakan segala peraturan yang bertalian dengan system sewa tanah itu.
Gagasan-gagasan Raffles mengenai kebijaksanaan ekonomi kolonial yang baru,
terutama yang bertalian dengan sewa tanah, telah sangat mempengaruhi pandangan dari
pejabat-pejabat pemerintahan Belanda yang dalam tahun 1816 mengambil alih kembali
kekuasaan politik atas pulau Jawa dari pemerintah Inggris.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa kebijakan Raffles pada umumnya
diteruskan oleh pemerintahan kolonial Belanda yang baru, pertama-tama di bawah Komisaris
Jenderal Elout, Buyskes, dan Van der Capellen (1816-1819), dan kemudian di bawah
Gubernur Jenderal Van der Capellen (1819-1826) dan Komisaris Jenderal du Bus de
Gisignies (1826-1830). Sistem sewa tanah baru dihapuskan dengan kedatangan seorang
Gubernur Jenderal yang baru, bernama Van den Bosch, pada tahun 1830 yang kemudian
menghidupkan kembali unsur-unsur paksaan dalam penanaman tanaman dagangan dalam
bentuk yang lebih keras dan efisien.

D. Sistem Tanam Paksa


Setelah menerima kembali kekuasaan atas wilayah Hindia Belanda dari Inggris,
Belanda kembali dililit persoalan keuangan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut ini:
a) pengeluaran biaya perang, terutama Perang Diponegoro dan Perang Padri;
b) di negeri Belanda terjadi pemberontakan Belgia yang ingin memisahkan diri; dan
c) badan usaha dagang Belanda gagal menghasilkan keuntungan bagi Belanda.
Guna menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan, Gubernur Jenderal
Van Den Bosh menerapkan politik konservatif dengan cara menerapkan
sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel). Sistem ini diharapkan akan
menggairahkan kembali keuangan Belanda, dan dengan system ini Belanda
mengharapkan dapat mengumpulkan sejumlah tanaman yang akan
dipasarkan ke Eropa dan Amerika.
Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa tertuang dalam lembaran negara (staatbled)
Nomor 22 Tahun 1834. Aturan-aturan tersebut, di antaranya adalah:
a) penduduk harus menyerahkan bagian tanahnya untuk ditanami tanaman
perdagangan;
b) tanah tersebut bebas pajak;
c) penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja di perkebunan milik Belanda;
d) waktu untuk tanam paksa tidak boleh melebihi waktu untuk tanam padi atau kurang
lebih tiga bulan;
e) kegagalan panen ditanggung pemerintah; dan
f) pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada kepala desa.
Namun, pada pelaksanaannya tanam paksa menyengsarakan rakyat. Hal ini dikarenakan
adanya berbagai penyimpangan yang muncul selama pelaksanaan tanam paksa.
Penyimpangan tersebut, antara lain:
a) rakyat lebih banyak mencurahkan waktu dan tenaganya untuk tanam paksa;
b) jatah tanah untuk tanam paksa lebih dari luas tanah yang dimilikinya;
c) lahan untuk tanam paksa tetap kena pajak;
d) kelebihan panen tidak dikembalikan kepada rakyat; dan
e) kegagalan panen tetap menjadi tanggungan rakyat.
Sistem tanam paksa berakibat pada Belanda sendiri maupun rakyat Indonesia.
Berikut ini adalah akibatnya.
6. Bagi Belanda, yaitu:
a) teratasinya krisis keuangan negara Belanda;
b) pemerintahan Belanda mengalami surplus (kelebihan target anggaran) keuangan;
dan
c) membangun pusat-pusat perindustrian.
7. Bagi rakyat Indonesia, yaitu:
a) mengalami kemiskinan dan kemelaratan, rakyat banyak yang mati karena
kelaparan dan penyakit karena hasil panen yang dikerjakan dengan paksa diambil
semua oleh penjajah Belanda;
b) banyak penduduk melarikan diri meninggalkan desa; dan
c) jumlah penduduk Jawa berkurang, karena selain meninggal mereka juga banyak
yang diculik (ditangkap) dan dibawa ke pulau lain untuk kerja paksa.
Itulah sebagian kecil penderitaan yang dialami bangsa kita saat dijajah oleh
pemerintahan Belanda dan yang dilakukan oleh bangsa kita sendiri yang menjadi bupati dan
kepala desa karena ingin mendapatkan pujian dari penjajah. Mereka senantiasa berlomba-
lomba menyerahkan hasil tanaman rakyat sebanyak-banyaknya. Mereka tidak sadar saudara
sebangsanya menangis karena kelaparan, meninggal karena tidak makan, anak menjadi
yatim piatu karena bapaknya dihukum dan disiksa oleh Belanda.
Akhirnya, terbongkar pada 1850 di negeri Belanda tentang penderitaan rakyat di
Pulau Jawa yang mengalami kelaparan dan kematian akibat adanya sistem tanam paksa.

Anda mungkin juga menyukai