(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Rembang
Kelas/Semester : VIII/1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tema : Keunggulan lokasi dan kehidupan masyarakat Indonesia
Sub Topik : Pengaruh Keunggulan lokasi terhadap kolonialisme Barat
di Indonesia
Sub-sub Tema : Daya tarik Indonesia Bagi Bangsa-bangsa Barat
Alokasi Waktu : 1x pertemuan ( 2 Jam Pelajaran @40 menit )
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah:
1. Menyebutkan berbagai kebijakan pemerintahan kolonial yang merugikan bangsa Indonesia
2. Menjelaskan dampak kebijakan pemerintahan kolonial terhadap bangsa Indonesia
3. Mengklarifikasi dampak kolonial terhadap bangsa Indonesia pada masa kini
4. Menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu
D. Materi Pembelajaran
Kebijakan pemerintah kolonial di Indonesia
1. monopoli perdagangan
2. Sistem kerja paksa
3. Sistem sewa tanah
4. Sistem tanam paksa
E. Pendekatan dan Model pembelajaran
Pendekatan dan Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini:
1. pendekatan : Saintifik (Scientific)
2. Metode : Discovery learning
3. Model : Jigsaw
H. Penilaian
1. Sikap Spiritual
Teknik Penilaian: Observasi
Bentuk Instrumen: Lembar observasi
Kisi-kisi:
No. Sikap/nilai Butir Instrumen
Menghargai
A. Monopoli Perdagangan
Muncullah benih kekuasaan Belanda di Indonesia yang berawal dari
ekspedisi empat kapal dagang Belanda yang tiba di Teluk Banten pada 1596,
dibawah pimpinan Cornelis De Houtman. Ekspedisi Belanda gagal karena rakyat
Banten langsung mengusirnya. Ekspedisi kedua Belanda datang dengan ramah,
sopan, dan hormat kepada penduduk. Akhirnya, rakyat menerima mereka.
Keberhasilan ekspedisi kedua yang dipimpin Jacob Van Neck pada 1598
sesudah mendapatkan keuntungan, rombongan kembali ke negaranya dengan muatan kapal yang penuh
rempah-rempah. Berbondong-bondonglah kapal Belanda datang ke wilayah Nusantara.
Atas usul Johan Van Olden-Barneveldt, masyarakat Belanda membuat kongsi dagang seperti
yang dilakukan Inggris dan Perancis. Sehingga pada 20 Maret 1602, Belanda mendirikan VOC atau
perhimpunan perusahaan Hindia Timur. Adapun tujuan didirikannya VOC adalah:
a) menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang Belanda;
b) menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dagang dengan bangsa lain; dan
c) mencari keuntungan untuk biaya perang.
Untuk melaksanakan tujuannya tersebut, VOC oleh pemerintah Belanda diberikan hak Octrooi
(hak paten) sebagai berikut:
a) hak monopoli perdagangan;
b) hak memiliki angkatan perang, berperang;
c) hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja atau penguasa; dan
d) hak mencetak dan mengedarkan uang.
Dengan hak-hak tersebut VOC berkembang pesat. Banyak orang Belanda di Nusantara yang lupa
diri. Akhirnya, korupsi dimana-mana. Orang-orang VOC lebih mencari keuntungan pribadi. Akhirnya,
di penghujung abad ke-18 VOC bangkrut dan pada 31 Desember 1799 resmi dibubarkan.
Ketika VOC mengalami kesulitan moneter, di Eropa terjadi Perang Koalisi (1792 - 1797) yang
dimenangkan oleh Perancis. Sedangkan, Belanda berada di pihak yang kalah. Atas kejadian ini, bukan
saja negara Belanda yang diambil alih oleh Perancis, tetapi daerah-daerah jajahan milik Belanda pun
menjadi milik Perancis, termasuk Indonesia.
Daendels dikenal sebagai penguasa pemerintah yang sangat disiplin, keras dan kejam. Selain itu,
akibat tindakannya menjual tanah milik negara kepada pengusaha swasta asing, berarti ia telah melanggar
undang-undang negara. Oleh karena itu, pemerintah Belanda memanggil pulang Daendels ke negeri
Belanda. Daendels berkuasa di Indonesia pada tahun 1808 - 1811. Sebagai pengganti Daendels adalah
Janssens sebagai gubernur jenderal di Indonesia. Janssens ternyata sangat lemah dan kurang
cakap dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat dikalahkan oleh Inggris dan harus menandatangani
perjanjian di Tuntang yang terkenal dengan nama Kapitulasi Tuntang.