Pusat musik liturgi Yogyakarta 1996 Sejarah suita Selain musik vokal, musik tari adalah sumber kedua untuk perkembangan musik instrumental di eropa. Suita (dari bahasa perancis berarti deretan) sudah terdapat di perancis pada abad 16, di mana istilah ini untuk pertama kalinya muncul. Dalam abad ke 17/18 istilah suita dipakai di eropa barat dalam arti yang tak tentu; umumnya yang dimaksudkan adalah deretan beberapa tarian. Nama lain yang dipakai untuk suita ialah partita (=terdiri dari bagian- dari kata italia ;patire= membagi), Ordre (perancis = urutan istilah ordre sering dipakai oleh Couperin). Namun dengan istilah Ritornello, intermedium (preatorius), Pieces de claverin, (Couperin) ), Tafelmusik (Telemann) , Balli (itali) , sonata da camera (untuk musik ruang kecil) Konser kadang dimaksudkan tak lain kecuali suita Mula-mula hanyalah dua tarian yang rangkaikan sebagai suatu pasangan, yang satu dengan tempo biasa (moderato), yang satu agak hidup. Namanya sering Pavane Galliard, atau Pavane Saltarello. Lagu dari kedua tarian sering kurang lebih sama namun iramanya berbeda-beda; yang satu memakai irama biner, yang satu irama terner. Maka sering juga disebut tari melangkah dan tari meloncat. Pada abad ke 17 terjadi pengembangan hingga abad 18, standar dari suita disebut Allemande, Courante, Sarabande, Gigue. Di sini nampak pengaruh dari berbagai bangsa eropa dan keinginan untuk mengikut sertakan berbagai gaya yang berlainan, Allemande menunjuk pada gaya jerman, yang ingin dihadirkan dalam bagian ini; Courante mewakili gaya perancis, Sarabande menunjuk pada gaya spanyol, serta Gigue mewakili gaya Inggris dan Scotlandia. Catatan: 1. Allemande Sampai akhir abad ke-16 Allemande masih merupakan suatu tarian sejati dalam birama biner. Namun sebagai bagian dari suita ia kehilangan karakter ini sama sekali. Terpengaruh perkembangan suita di perancis , Allemande umumnya merupakan musik yang mengalir cukup stabil dengan tempo Allegro moderato (misalnya dengan nada perenambelasan yang hampir selalu diawali irama gantung / singkat) 2. Courante Sebagai kontras Courante bersifat lebih hidup (allegro) dari pada Allemande,ia memakai birama terner, suka dengan nada-nada yang bertitik, kadang-kadang pada hitungan satu dan kadang-kadang pada hitungan dua, sehingga terciptalah suatu variasi irama yang sangat segar. 3. Sarabande Sarabande memakai tempo yang lambat (andante) dan mantap patetis selalu berirama terner dan diawali tanpa irama gantung. Ciri khas dari sarabande ialah pada hitungan dua. Temponya lambat, maka sarabande sering disertai dengan banyak nda hiasan (ornamen). 4. Gigue merupakan bagian penutup dari suita. Temponya sangat hidup (vivace) dalam birama 6/8 9/8 atau 12/8. Arus melodi mengalir terus biasanya dengan teknik fugato/ imitasi. Pada bagian kedua tak jarang terjadi suatu penukaran suara ; suara 2 (kontrapung) menjadi suara 1 ; atau tema di awal bagian A dibalik dalam bagian B.