Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan

disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

Teori Pasca Pembangunan dan


pertanyaan alternatif: sebuah tinjauan
dari Afrika

SALLY MATTHEWS

INTISARI Ahli teori Pasca-Pembangunan menyatakan


bahwa pembangunan mulai usang dan menuju kebangkrutan
sehingga memerlukan alternatif solusi. Apa yang mereka
maksudkan? Dan apa yang seharusnya dilakukan oleh bangsa
Afrika? Dalam makalah ini akan menjelaskan 3 pertanyaan
mendasar yaitu: Pertama, apa yang dimaksud oleh teori Pasca-
Sally Matthews Pembangunanuntuk alternatif pembangunan? Kedua, mengapa
perlu mempertimbangkan teori Pasca-Pembangunan dari perspektif negara Afrika?
Ketiga, kontribusi apa yang diperoleh dari persfektif tersebut dalam perdebatan
mengenai alternatif pembangunan? Dapat disimpulkan bahwa perlunya
mempertimbangkan dari perspektif Afrika akan sangat membantu dalam mencari
berbagai macam solusi alternatif yang berkaitan dengan persoalan pembangunan.

Sachs (1992: 1) menyatakan pembangunan diambang


kehancuran pada tataran intelektual; sebuah mercusuar yang
seharusnya manjadi inspirasi sebuah bangsa, menjadi retak
dan mulai runtuh. Kenyataan ini mencerminkan kekecewaan
terhadap pembangunan yang dirasakan oleh beberapa ahli.
Kelompok ini merasa bahwa konsep teori pembangunan telah
Wolfgang Sachs usang atau bangkrut dan dalam prakteknya, pembangunan
lebih banyak sisi negatif daripada sisi positifnya. Ada banyak ahli teori pembangunan
yang kecewa dan mengkritisi praktek teori pembangunan, yang membedakan
perspektif teori Pasca-Pembangunan dengan perspektif lainnya adalah bahwa teori
pasca pembangunan menyatakan keruntuhan pembangunan dan lebih menekankan
pada berbagai alternatif untuk pembangunan daripada pembangunan alternatif.
Penolakan terhadap seluruh paradigma pembangunan ini, menyebabkan teori Pasca-
Pembangunan merupakan kritik yang lebih bersifat destruktif daripada konstruktif;
1
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

dengan menyatakan bahwa pembangunan menuju kehancuran tanpa memberi


masukan terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Perumpamaan Sachs tentang
mercusuar yang rusak digunakan oleh para kritikus teori Pasca-Pembangunan untuk
berpendapat bahwa mercusuar yang rusak dan tidak berfungsi lebih baik daripada
tidak ada cahaya pemandu sama sekali! Ketika literatur Pasca-Pembangunan
menggunakan istilah alternatif untuk pembangunan, diskusi tentang berbagai
alternatif ini tidak terlalu menonjol tetapi hanya disebut atau dijelaskan secara
singkat saja. Oleh karena itu, Nederveen Pieterse (2000: 188) mengatakan bahwa ide
altefnatif pembangunan adalah keliru karena tidak menawarkan solusi yang
kongkrit.

Seperti yang Nustad (2001) katakan baru-baru ini, kelemahan


teori Pasca-Pembangunan adalah ketidakmampuan untuk
menjelaskan secara komprehensif tentang alternatif
pembangunan, tidak ada alasan yang kuat untuk menolak
teori pembangunan secara keseluruhan. Kelemahan teori
Pasca-Pembangunan seharusnya tidak boleh menyebabkan
lahirnya kritik yang terlalu radikal. Namun demikian,
Knut G Nustad
pertanyaan tentang alternatif sangatlah penting, waktu dan
pikiran seharusnya tercurah untuk menentukan maksud para ahli teori Pasca-
Pembangunan tentang ditinggalkannya seluruh aspek epistimologis dan politik
pembangunan pasca PD II (Escobar 1991: 675), serta diskusi mengenai alternatif
untuk pembangunan yang mungkin terlibat. Pertanyaan alternatif inilah yang
menjadi salah satu persoalan yang memotivasi penulisan makalah ini.

Motivasi lainnya adalah berasal dari hasil pengamatan bahwa teori Pasca-
Pembangunan sangat sedikit sekali membahas tentang Afrika, dan bahwa sarjana-
sarjana dari Afrika sangat sedikit membahas tentang teori Pasca-Pembangunan.
Meskipun kelihatannya kritik terhadap pembangunan yang dinyatakan oleh teori
Pasca-Pembangunan tidak relevan dengan Afrika, ada sedikit upaya untuk
mengkaitkan perspektif teori Pasca-Pembangunan ke benua tersebut. Saya akan
menunjukkan bahwa teori Pasca-Pembangunan relevan dengan Afrika dan memberi
perhatian lebih jauh tentang teori Pasca-Pembangunan oleh para sarjana Afrika
sebagaimana saya memperhatikan negara Afrika dalam tulisan ini dari perspektif
teori Pasca-Pembangunan.

Selain itu, saya percaya bahwa pembahasan mengenai Afrika dalam perspektif teori
Pasca-Pembangunan akan sangat bermanfaat dalam menjelaskan konsep alternatif
pembangunan. Dimana pandangan dunia tentang Afrika dan gaya hidup yang
2
Hal

berbeda dengan negara-negara barat, serta keanekaragaman pandangan dunia


Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

tentang kehidupan di Afrika akan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi
mereka yang peduli dengan penjabaran alternatif tersebut.

Makalah ini akan mencoba memberikan beberapa diskusi tentang persoalan


alternatif pembangunan dan membuat beberapa ulasan terhadap teori Pasca-
Pembangunan dari perspektif Benua Afrika. Untuk itu, ada 3 pertanyaan mendasar
yaitu: Pertama, apa yang dimaksud oleh teori Pasca-Pembangunan tentang alternatif
pembangunan? Kedua, mengapa perlu mempertimbangkan teori Pasca-
Pembangunan dari perspektif BenuaAfrika? Ketiga, kontribusi apa yang diperoleh
dari persfektif tersebut dalam perdebatan mengenai alternatif pembangunan?
Dapat disimpulkan bahwa perlunya mempertimbangkan dari perspektif afrika akan
sangat membantu dalam mencari berbagai macam solusi alternatif yang berkaitan
dengan persoalan pembangunan.

Alternatif Untuk Apa?

Seperti yang ditunjukkan oleh Nederveen Pieterse (2000:


176), teori pasca pembangunan dapat dibedakan
berdasarkan pendekatan kritis lain untuk pembangunan
(seperti teori dependensi, pembangunan alternatif dan
pembangunan manusia) oleh desakan bahwa
pembangunan ditolak seluruhnya bukannya lebih baik
dilaksanakan atau diubah dengan cara tertentu. Penolakan ini
Nederveen Pieterse
muncul dari perasaaan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,
pembangunan selalu memiliki konsekuensi negatif.

Jadi permasalahannya, menurut para ahli teori Pasca-Pembangunan, bukanlah pada


implementasi proyek pembangunan yang buruk dan perlunya menemukan cara yang
lebih baik, tetapi asumsi dan ide-ide yang menjadi inti pembangunan yang
bermasalah, sehingga peningkatan implementasi bukannlah jawabannya. Coba
pertimbangkan yang dikatakan Rahnema (1997: 397) yang mengatakan bahwa
pembangunan itu gagal bukanlah disebabkan oleh pemerintah, lembaga dan
implementasinya yang buruk, melainkan lebih karena adanya kesalahan target dan
tujuan dari pembangunan tersebut. Pembangunan yang seperti ini harus ditolak
daripada direformasi. Namun apa artinya menolak pembangunan? Apa (dan yang
tidak) yang ditolak?

Dalam menjawab pertanyaan ini saya pikir sangatlah penting menggarisbawahi


bahwa para ahli teori Pasca-Pembangunan muncul untuk menggunakan kata
pembangunan sebagai rujukan dari teori dan praktek yang paling sering dikaitkan
3

dengan istilah pembangunan pada era pasca PD II. Dengan demikian, bentuk
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

khusus dari pembangunan menjadi rujukan literatur Pasca-Pembangunan. Agar


perbedaan ini lebih jelas, selanjutnya dalam makalah ini, saya akan menggunakan
istilah Proyek Pembangunan Pasca-Perang Dunia II (Proyek Pembangunan Pasca-PD
II) untuk merujuk teori dan praktek yang sejak tahun 1950-an telah dikaitkan dengan
istilah pembangunan. Saya akan menggunakan pembangunan tanpa kualifikasi
untuk merujuk konsep pembangunan yang digunakan secara luas.

Harus diakui bahwa ide, teori dan praktek yang terkait dengan istilah pembangunan
sejak tahun 1950-an sangat beragam, dan beberapa teori pembangunan
bertentangan dengan lainnya. Era pasca PD II telah melihat akar dari teori
pembangunan sebagai ideologi kapitalis, yang lainnya berakar dari ideologi Marxis;
ada yang menggunakan pendekatan pembangunan yang dipimpin oleh negara
sedangkan yang lain dipimpin oleh mekanisme pasar; ada yang menggunakan ide-
ide ekonomi (bersumber dari Bank Dunia dan International Monetary Fund) dan
adapula yang menanggapi ide-ide itu secara kritis. Proyek Pembangunan Pasca-PD II
mencakup kesemuanyaistilah dimaksudkan untuk merujuk berbagai ide dan
praktek yang didasarkan pada keyakinan bahwa beberapa wilayah di Dunia telah
terbangunsedangkan yang lainnya tidak, dan wilayah yang tidak terbangun dapat
tersentuh oleh pembangunan yang selama ini jauh dari mereka. Keseluruhan
pengetahuan ini (dengan segala kendalanya) ditolak oleh para ahli teori Pasca-
Pembangunan, dan juga menolak gagasan bahwa masyarakat dimungkinkan untuk
mengalami beberapa proses transformasi yang pada akhirnya akan mencapai
kehidupan yang lebih baik.

Para ahli teori Pasca-Pembangunan secara tegas menolak upaya mereformasi Proyek
Pembangunan Pasca-PD II untuk mengurangi dampak negatifnya. Mereka
mencemooh proyek-proyek seperti pembangunan berkelanjutan, yang bertujuan
mempertahankan inti gagasan/asumsi yang dianut Proyek Pembangunan Pasca-PD II
dengan melakukan beberapa perubahan untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif yang selalu menyertai bentuk pembangunan ini. Para ahli teori
Pasca-Pembangunan mengejek upaya tersebut. Latouche (1993: 186) menyebutnya
dengan istilah lagu sumbang dan mengatakan bahwa apa yang disebut dengan
istialh pembangunan alternatif lebih berbahaya dari pada pembangunan kompak
karena istilah yang dipakai lebih menarik dari pada pembangunan kompak padahal
isinya sama. Para ahli teori Pasca-Pembangunan tidak percaya bahwa pembangunan
berkelanjutan, sebuah pendekatan kebutuhan pokok atau perbaikan lain dari
Proyek Pembangunan Pasca-PD II menumbuhkan harapan, bersikeras bahwa apa
yang dibutuhkan adalah melengserkan pembangunan dan meninggalkannya dalam
4

mencapai alternatif visi kehidupan sosial yang radikal (OConnor & Arnoux, 1993:
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

13). Tapi apa maksud sebenarnya dari pengabaian terhadap Proyek Pembangunan
Pasca-PD II? Jika pembangunan didefinisikan secara lebih sederhana, dapat
dikatakan merupakan sebuah proses yang melibatkan perubahan arah untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Seperti kuncup yang mekar
menjadi bunga, seorang anak yang tumbuh menjadi dewasa dan ulat yang menjadi
kupu-kupu. Berdasarkan konotasi yang selama ini melekat pada konsep tersebut
dalam beberapa dekade, pengertian konsep pembangunan lebih mengarah kepada
pembuatan, perbaikan menuju kepada perubahan yang diinginkan. Tentunya para
ahli teori Pasca-Pembangunan bukan berarti menolak keinginan perubahan positif
ketika mereka menyatakan akhir dari pembangunan.Antusiasme para ahli teori
Pasca-Pembangunan terhadap apa yang disebut Pergerakan Sosial Baru dan
Organisasi kemasyarakatan lainnya yang bertujuan untuk membawa perubahan di
dalam komunitasnya, menunjukkan bahwa para ahli teori tidak yakin perubahan
sosial yang positif akan terjadi atau tidak diinginkan. Terlihat bahwa perbedaan
antara Proyek Pembangunan Pasca-PD II dan pembangunan yang telah dibuat
sebelumnya menjadi penting. Para ahli teori Pasca-Pembangunan lebih menolak
Proyek Pembangunan Pasca-PD II dari pada pembangunan. Memang, dapat
dikatakan bahwa mereka merasa Proyek Pembangunan Pasca-PD II tidak membawa
perubahan! Dengan demikian, pernyataan mengakhiri pembangunan dan alternatif
untuk pembangunan merupakan sebuah upaya penolakan pasca-PD II terhadap
perubahan teknik tertentu dalam istilah yang disebut Dunia Ketiga untuk membawa
situasi yang dianggap oleh beberapa ahli (yang, lebih sering dari pada tidak, bukan
berasal dari Dunia Ketiga) menjadi lebih diinginkan dari pada situasi saat ini.
Panggilan untuk mengakhiri pembangunan seharusnya tidak diterjemahkan sebagai
keyakinan bahwa perbaikan organisasi sosial tidak mungkin terjadi, atau sebagai
panggilan untuk kembali kepada kehidupan sebelumnya.

Selama beberapa ahli teori Pasca-Pembangunan belum


membuat perbedaan yang jelas, maka akan memberi
peluang timbulnya kerancuan terhadap pengertian yang
mereka sebut sebagai alternatif untuk pembangunan,
namun beberapa ahli telah membuat perbedaan yang jelas,
ketika Proyek Pembangunan Pasca-PD II mulai usang dan
mengalami kebangkrutan, proyek peningkatan tarat hidup
Majid Rahnema masyarakat (yang akan membawa arti pembangunan
secara benar) seharusnya tidak diabaikan. Hal ini dipaparkan secara jelas di dalam
kesimpulan dari Post-Development Reader, dimana Rahnema & Bawtree (1997: 385,
penekanan pada keaslian) mengatakan:
5
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

Kontributor [The Post-Development Reader] secara umum sepakat bahwa


masyarakat yang seringkali mengalami trauma dengan perubahan akibat adanya
pembangunan tidak menolak untuk menerima perubahan. Namun yang mereka
cari adalah perubahan yang alamiah. Mereka ingin perubahan yang akan
membuat mereka berkembang seperti bunga yang mekar dari kuncupnya
(sebuah definisi yang bagus dalam kamus Webster tentang bagaimana
seharusnya pembangunan!); hal itu akan membuat mereka bebas mengubah
aturan dan isi dari perubahan, menurut budaya, etika dan aspirasinya sendiri.

Dengan demikian, tugas alternatif untuk pembangunan (mungkin lebih baik ditulis
di dalam konteks makalah ini dengan alternatif untuk Proyek Pembangunan Pasca-
PD II) adalah tugas untuk melakukan perubahan dengan cara yang baru, dalam hal
membangun, mengembangkan, mengkonstruksi kehancuran Proyek Pembangunan
Pasca-PD II. Panggilan untukalternatif tidak harus dibaca sebagai panggilan
penolakan dari kemungkinan ataukeinginan perubahan ke arah perbaikan
masyarakat, maupun sebagai perasaanyang mengabaikan adanya keinginan dari
sebagian besar masyarakatyang menderita dalam kemiskinan dan penderitaan untuk
memperbaiki situasi mereka saat ini.

Mengapa mempertimbangkan Teori Pasca-Pembangunan dari perspektif


Afrika?

Sejumlah ahli teori Pasca-Pembangunan yang disebut Dunia Ketiga (seperti Alvares,
Escobar, Kothari, Rahnema dan lainnya), tetapi tidak satupun dari mereka berasal dari
negara Afrika, terlebih lagi situasi di Afrika belum menonjol di dalam diskusi teoritik
tersebut. Salah satu temuan para ahli teori Pasca-Pembangunan kurang relevan
dengan Afrika dari pada Negara-negara Dunia Ketiga lainnya.

Tidak adanya diskusi tentang perspektif teori Pasca-Pembangunan jelas bukan


merupakan akibat dari kurangnya minat terhadap pembangunan di Afrika, kajian
pembangunan di Afrika hanya menonjol dalam naskah akademik. Para ahli yang
menulis tentang afrika sering mengasumsikan bahwa pembangunan menjadi
prioritas yang sangat mendesak. Para pemimpin Afrika juga sering membuat
referensi tentang kebutuhan pembangunan, seringkali mendesak masyarakat untuk
mampu bertahan dalam kesulitan karena itulah pembangunan atau untuk menerima
kebijakan kontroversial yang mengatakan perlunya pembangunan. Deklarasi dan
publikasi terbaru dari Kemitraan Baru untuk Pembangunan Afrika (NEPAD) sekali lagi
menekankan bahwa pembangunan merupakan hal yang sangat mendesak untuk
Afrika.

Banyak faktor yang menyebabkan para ahli teori pasca-pambangunan kecewa


6
Hal

terhadap pembangunan di Afrika. Proyek Pembangunan Pasca-PD II telah


Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

menyebabkan kehancuran lingkungan kemudian banyak janji-janji yang tidak


ditepati, seperti pengurangan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan,
kesetaraan hak, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup layak. Proyek
Pembangunan Pasca-PD II selalu menghasilkan peningkatan penyeragaman budaya
dan westernisasi sehingga kesenjangan antara standar hidup bangsa Afrika dan
negara maju semakin melebar.

UNDP (2001: 10) menyebutkan beberapa negara yang


mengalami kemunduran dalam pembangunan manusia (yaitu
standar hidup, yang diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia) dari 20 negara yang disebutkan, terdapat 12 negara
dari benua Afrika. UNDP juga mencatat bahwa laju
pertumbuhan sub-sahara Afrika antara 1975 dan 1999 sebesar
1%, sehingga bangsa Afrika yang telah miskin sejak 1975
menjadi semakin miskin (UNDP, 2001: 10). Amin (1990: 6 7)
membuat daftar jumlah indikator sosial dan ekonomi yang
menunjukkan bahwa pembangunan di Afrika mengalami
kegagalan. Statistik yang dibuat oleh UNDP dan Amin hanya
dapat memberi gambaran yang terbatas tentang dampak yang
ditimbulkan oleh Proyek Pembangunan Pasca-PD II (P4D-II),
namun demikian sangat sulit menghindari kesimpulan bahwa P4D-II telah gagal.
Setelah tak terhitung jumlahnya intervensi berbeda yang didasarkan atas teori-teori
yang berbeda pula, kemiskinan dan ketidaksetaraanhak mewabah di Afrika.
Kegagalan P4D-II yang secara nyata telah terjadi di Afrika kemudian juga terjadi di
negara-negara Dunia Ketiga.

Hal ini tentu tidak otomatis menjustifikasi bahwa setiap prakarsa yang berhubugan
dengan P4D-II juga mengalami kegagalan. Papa pendukung P4D-II menunjukkan
bahwa perbaikan yang dijanjikan dalam tingkat melek huruf telah terwujud; angka
kematian bayi telah menurun, dan beberapa indikator lain dari standarhidup telah
mengalami keberhasilan. Corbridge (1998: 145) membantah teori Pasca-
Pembangunan karena gagal mengakui prestasi luar biasa yang telah diraih pada Era
Pembangunan. Hal ini mungkin saja benar dan teori Pasca-Pembangunan dikritik
karena gagal mengakui bahwa P4D II telah membawa perubahan dan pengaruh
positif, tetapi juga tidak menolak anggapan bahwa P4D II mengalami kegagalan. P4D
II tidak membawa kehidupan seperti yang diklaim oleh para ahli, meskipun ada juga
beberapa prakarsa yang berhasil, namun ketika dikaitkan dengan persoalan-
persoalan yang mendesak seperti kemiskinan, ketidaksetaraan dan perampasan hak,
7

keberhasilan tersebut tidak berarti apa-apa yang ada hanya kegagalan semata. Untuk
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

menjanjikan seseorang yang kelaparan dengan daging banyak tapi ternyata hanya
memberikan secuil saja itu sama saja dengan mengingkari janji.

Jadi, ketika membaca kemarahan para ahli teori Pasca-Pembangunan bahwa P4D II
hanya membawa kekecewaan, peningkatan ketidaksetaraan, penyeragaman budaya
dan kerusakan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari kondisi Afrika saat ini. Yang
mengejutkan adalah bahwa wawasan teori Pasca-Pembangunan secara ektensif tidak
berkaitan langsung dengan Afrika tidak pula tidak dibahas oleh Akademisi dari
Afrika.

Saya tidak akan berspekulasi dengan kasus ini, tapi menyatakan dengan lebih
sederhana bahwa teori Pasca-Pembangunan relevan dengan Afrika, karena
kegagalan P4D II dapat ditemukan dan dikenali dari pengalaman bangsa Afrika.
Disamping kegagalannya, P4D II masih berkembang di Afrika, dengan proyek
pembangunan benua terbarunya, NEPAD mendapat banyak perhatian dari dunia.
NEPAD merupakan proyek yang berakar dari pemikiran pembangunan yang dibenci
oleh para ahli teori Pasca-Pembangunan dan banyak kritik brillian yang ditujukan
kepada NEPAD, para pengkritik NEPAD dapat memperkaya kritikan mereka jika
mempertimbangkan gagasan yang ditawarkan oleh teori Pasca-Pembangunan
sebagai berikut:

PD4 II telah gagal, bukan hanya karena buruknya implementasi, tetapi juga
karena terjadi kesalahpahaman.
Salah satu alasan mengapa P4D II dianggap salah memahami pembangunan
karena didasarkan atas universalitas nilai dari negara barat dan tidak
memperhitungkan keragaman budaya, kebutuhandan aspirasi masyarakat
lokal yang diklaim dapat membantu.
Penolakan terhadap P4D II bukan berarti harus mengakhiriupaya untuk
memecahkan masalah itu yang seharusnya dapat diatasi (seperti kemiskinan,
ketidakadilan dan ketaksetaraan hak), tetapi lebih kepada menemukan cara
alternatif untuk menyelesaikan permaslahan ini.

Perbedaan, Keragaman bangsa Afrika dan pertanyaan alternatif

Bagian pertama makalah ini menjelaskan maksud dari teori-pasca pembangunan


tentang alternatif untuk pembangunan dan bagian kedua telah mengilustrasikan
relevansi antara teori Pasca-Pembangunan dengan konteks bangsa Afrika. Saya
harap bisa menggambarkan keduanya dengan melihat bagaimana pertimbangan
terhadap P4D II di Afrika dapat memberikan nilai tambah untuk lebih memperjelas
8

pengertian alternatif dalam proyek ini. Saya berpendapat bahwa perbedaan Afrika
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

dengan negara Barat dan negara yang kebarat-baratan dalam hal nilai, pandangan
dan gaya hidup masyarakatnya (mulai sekarang disebut dengan perbedaan Afrika);
juga sebagai cara dimana Afrika adalah rumah bagi kelompok masyarakat yang
beragam yang menjalani kehidupan dengan berbagai cara (mulai sekarang disebut
dengan keragaman Afrika) dapat memberikan beberapa petunjuk bagi mereka yang
sedang berusaha untuk memahami alternatif.

Afrika tetap sangat berbeda dari Barat. Sementara pengaruh


Barat secara nyata dapat ditemukan di Afrika, ada banyak aspek
kehidupan Afrika yangrelatif tak tersentuh oleh pengaruh
tersebut. Sebagian besar bangsa Afrika, masihberkomunikasi
dalam bahasa pribumi (walaupun bahasa-bahasa Barat masih
sering digunakan dalambisnis dan pemerintah), banyak warga
Afrika yang masih tinggal di rumah-rumah bergaya-Afrika
danmakan makanan yang hampir secara eksklusif ala-Afrika.
Yang paling penting bahwa pandangan duniaterhadap Afrika dan sistem nilainya
tetap terasa berbeda dari Barat. Secara budaya, gaya hidup bangsa Afrika sangat
berbeda dengan gaya hidup negara-negara barat. Perbedaan budaya ini menjadi
pertimbangan yang sangat relevan terhadap berhasil tidaknya P4D II. Sebuah
publikasi terbaru, berjudul Culture Matters: Bagaimana Bentuk Nilai Kemajuan
Manusia (Harrison & Huntington, 2000), membahas hubunganantara budaya dan
pembangunan. Satu bab yang ditulis oleh Daniel Etounga-Manguelle (2000), fokus
terutama pada budaya bangsa Afrika dan bagaimana nilai-nilai budaya tersebut
berdampak pada P4D II yang telah dilaksanakan di Afrika. Etounga-Manguelle
mengakui kegagalan P4D II di Afrika dan dengan gigih menyalahkan kegagalan pada
apa yang dia sebut 'budaya Afrika'.Dia berpendapat bahwa, jika P4D II akan
dilaksanakan di Afrika, Afrika harus menjalani 'program penyesuaian budaya' dalam
rangka untuk menyingkirkan nilai-nilai 'anti-kemajuan' dan untuk menanamkan nilai-
nilai yang 'benar' di Afrika. Saya menemukan saran bahwa nilai-nilai Afrika 'salah' dan
Afrika harus mengadopsi nilai-nilai yang lebih umum dalam masyarakat Barat untuk
'berhasil', saya pikir Etounga-Manguelle membuat satu hal penting: sebuah proyek
yang didasarkan pada serangkaian nilai tidak dapat berhasil tanpa adanya nilai-nilai
tersebut. Sama seperti mobil tidak bisa dikemudikan di sungai dan perahu tidak bisa
mengapung di jalan raya, sebuah proyek yang berakar pada asumsi tertentu dan
nilai-nilai tidak dapat berhasil tanpa adanya asumsi dan nilai-nilai yang relevan. Jadi
itu tidak sepenuhnya salah untuk mengatakan bahwa nilai-nilai Afrika telah menjadi
hambatan untuk keberhasilan proyek P4D II (meskipun ini hanya salah satu dari
banyak faktor yang bisa dikatakan telah memberi kontribusi pada kegagalan proyek
9
Hal

ini di Afrika).Etounga-Manguelle menyimpulkan bahwa nilai-nilai bangsa Afrika


Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

tertentu sesuai dengan P4D II sehingga bisa dilaksanakan. Namun demikian, dia
mengabaikan alternatif yang jelas: mungkin nilai-nilai lokal harus dipertahankan dan
P4D II juga tetap dilaksanakan. Bertahannya nilai-nilai 'anti-kemajuan'
menyebabkanmereka yang berkomitmen terhadap P4D II menjadi cemas, tetapi
merupakan kabar gembira bagi mereka yang menyatakanbahwaP4D II telah usang
dan bangkrut. Jika bangsa Afrika tidak memiliki nilai-nilai yang diperlukan untuk
keberhasilan pembangunan ini, maka mereka yang percaya bahwa P4D II di Afrika
akan lebih baik jika tidak dilaksanakan, dapat berharap bahwa nilai-nilai 'anti-
kemajuan' mungkin membantu dalam mengartikulasikan alternatif. Jadi, perbedaan
Afrika dapat memberikan beberapa petunjuk dalam merumuskan tujuan dan praktek
untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang lebih baik seperti kemiskinan,
kekurangan dan ketidakadilan.

Selain menjadi berbeda dari Barat, berbagai komunitas di Afrika berbeda satu sama
lain. Sementara nilai-nilai tertentu tampaknya lebih umum dalam budaya Afrika
daripada dalam budaya lain, ada keragaman yang cukup besar dalam budaya Afrika.
Afrika dapat dikatakan menjadi rumah bagi sejumlah cara yang berbeda dalam hal
pemahaman dan berprilaku. Mereka yang mendukung P4D II mengakui bahwa
kemiskinan merupakan pemahaman berprilaku, akan menemukan keragaman ini
karena dapat membuka kemungkinan membangun serangkaian nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang berbeda dimana pemahaman pembangunan yang berbeda
dapat dibangun. Kothari (1990: 49 50) berpendapat bahwa ada kemiripan antara
Asia dan Timur Tengah, hal ini menunjukkan bahwa keragaman agama dan
peradaban hadir di India dan Dunia Islam dapat menjadi sumber inspirasi bagi
mereka yang mencari alternatif. Afrika juga memilki banyak agama (dan banyak
manifestasi agama dunia seperti Islam dan Kristen) dan banyak peradaban, Afrika
juga harus dianggap sebagai sumber gagasan yang sangat berharga bagi mereka
yang berkomitmen untuk menemukan alternatif pembangunan. Hal ini tidak berarti
bahwa gaya hidup bangsa Afrika selalu unggul dengan yang lainnya (atau selalu
rendah), atau untuk mengatakan bahwa Afrika harus menjadi sumber dari nilai-nilai
dan pandangan Dunia yang unik atau utama untuk mengartikulasikan alternatif,
melainkan untuk membuat pandangan yang jauh lebih mendasar: dalam keragaman
Afrika, ada beragam cara pemahaman dan berprilaku dan variasi ini dapat menjadi
kerangka berpikir bagi semua orang (baik Afrika dan non-Afrika) yang
mempertanyakan P4D II dan yang ingin menemukan cara yang berbeda untuk
mengatasi masalah tersebut.Hal ini tidak hanya memberi peluang untuk berteori
bahwa perbedaan dan keragaman Afrika dapat memberikan harapan bahwa
10

alternatif untuk P4D II dapat diartikulasikan di Afrika, tetapi juga memungkinkan


Hal

untuk mengamati cara di mana perbedaan dan keragaman Afrika sudah mengarah
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

pada penekanan terhadap alternatif.Para teoris yang setia kepada P4D II meratapi
cara di mana masyarakat Afrika telah gagal untuk mencapai 'pembangunan', tetapi
buta terhadap kemungkinan bahwa beberapa komunitas ini telah menolak jenis
pembangunan yang diusulkan oleh teoris tersebut dan mungkin bangsa Afrika
secara aktif berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka dengan cara
yang berbeda. Bukannya merangkul tujuan dan praktek P4D II, beberapa komunitas
di Afrika menggunakan cara yang berbeda untuk mengatasi masalah kemiskinan dan
ketidakadilan dengan bersandar pada nilai-nilai budaya dan perspektif bangsa Afrika
sendiri.

Buku Rinventer le prsent (NDione, 1994)salah satu dari beberapa buku dengan
fokus Afrika yang tampaknya berakar dalam perspektif kompatibel dengan teori
Pasca-Pembangunanmembahas mengenai pengalaman dari beberapa komunitas/
suku-suku di Senegal, dan menunjukkan bagaimana suku-suku tersebut menolak
P4D II sehingga tujuan pembangunan gagal tercapai. Suku-suku ini menolak P4D II
karena nilai-nilai yang mereka anut berbeda dengan nilai yang dianut P4D II dan
nilai-nilai yang dianut sangat berharga bagi mereka (NDione, 1994). The Post-
Development Reader memasukkan sebuah bab berdasarkan buku ini (NDione et al,
1997). Dalam bab ini ia menunjukkan bahwa beberapa asumsi yang merupakan inti
dari P4D II jauh dari nilai-nilai universal, dan kurangnya universalitas tersebut
berdampak pada penolakan terhadap P4D II oleh suku-suku yang tidak berbagi
asumsi universal yang dianutnya. Salah satu contoh yang diberikan berkaitan dengan
perbedaan asumsi adalah saling tukar menukar barang. Para ahli teori pembangunan
konvensional beranggapan bahwa si A akan memberikan kelebihan barang yang dia
memiliki ke si B dengan harapan bahwa si B pada gilirannya akan memberikan
kelebihan barang yang ia miliki sebanding dengan apa yang ia terima dari si
A.Namun, beberapa suku di Senegal memiliki anggapan yang sangat berbeda:
mereka menganggap bahwa untuk menganugerahkan kehormatan pada seseorang,
yaitu Pihak A, yang berlebih, akan memberi sesuatu tanpa pamrih, karena tindakan
memberi tersebut merupakan kehormatan/ kebanggaan tersendiri (NDione et al,
1997: 371). Ini adalah salah satu contoh kecil, tetapi ini memberikan poin penting
bahwa nilai-nilai yang diasumsikan olehP4D II bersifat universal ternyata tidak
demikian kenyataannya. Proyek-proyek pembangunan tidak dapat
dilaksanakantanpa mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di
mana pembangunan diimplementasikan.
11
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

Jadi, bukan berarti bahwa penolakan bangsa Afrika terhadap


pembangunan tidak beralasandengan kata lain perubahan
sosial yang positif yang mengarah kepada kehidupan yang
lebih baik bagi penduduk suatu bangsa harus menjalani
perubahan tersebutmelainkan bahwa bangsa Afrika menolak
perwujudan dari pembangunan (yang saya beri nama P4D II)
karena ketidakselarasan dengan nilai-nilai yang mereka
Jean Marc Ela
pegang teguh. Seorang ahli teologi-sosiologi dari Kamerun
Jean Marc Ela (1998: 3) membuatnya lebih jelas dengan mengatakan:
Bangsa Afrika tidak menentang Pembangunan. Mereka memimpikan sesuatu yang lain,
lebih dari sekedar kematian budaya atau modernitas yang menghancurkan nilai-nilai
yang dipegang teguh oleh bangsa Afrika bangsa Afrika melihat lebih jauh dari sekedar
dunia materi dan kediktatoran saat ini dan nanti, yang memaksa menerima hanya ada
satu semboyan Saya Jual, maka saya ada. Dunia seringkali menapikan, bangsa Afrika
adalah pengingat bahwa mereka memiliki jalan hidup sendiri yang berbeda dengan
bangsa lain.

Komentar dan kesimpulan

Kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II, di Afrika dan negara lainnya yang
disebut dengan negara berkembang, harus diakui. Setelah selama setengah Abad
para ahli teori dan praktisi mengklaim tentang pembangunan, rakyat miskin semakin
miskin, ketidakadilah semakin menggurita, pembangunan untuk kehidupan yang
lebih baik hanyalah sebuah slogan. Para ahli teori pembangunan telah menunjukkan
sebab kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II dan menyarankan bahwa
kegagalan ini adalah akibat dari lemahnya konsep dan ide-ide pembangunan, bukan
hanya kedangkalan cara pembangunan tersebut diimplementasikan. Dengan adanya
kelemahan tersebut, seharusnya Proyek Pembangunan Pasca-PD II dtinggalkan saja.

Kesimpulan ini membawa kita pada pertanyaanjika kita meninggalkan Proyek


Pembangunan Pasca-PD II, lalu apa yang membimbing kita menuju kehidupan yang
lebih baik, untuk meringankan penderitaan dan untuk membentuk struktur
masyarakat kita sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan ketidakadilan? Apa saja
alternatif untuk Proyek Pembangunan Pasca-PD II? Jika yang diperlukan bukanlah
proses dan proyek yang baru, tetapi ide-ide yang baru, dimana akan kita
menemukan ide-ide tersebut? Dalam makalah ini, saya menyarankan bahwa
pertimbangan dari pengalaman bangsa Afrika sangatlah berharga bagi siapa saja
yang tertarik untuk mengartikulasikan alternatif. Bukan berarti bahwa bangsa Afrika
merupakan satu-satunya yang menjadi sumber tentang nilai-nilai dan pandangan
12

dunia yang membantu membangun gagasan alternatif dari Proyek Pembangunan


Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT

Pasca-PD II. Jadi, akademisi dari Afrika belum terlalu memperhatikan pendapat dari
para ahli teori pasca-pambangunan, padalah para ahli tersebut secararelatif menaruh
perhatian kepada pengalaman bangsa Afrika. Jika situasi ini berubah, nilai-nilai dan
sikap yang berkontribusi terhadap kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II di
Afrika dapat menjadi pondasi bagi siapa saja yang tertarik untuk menemukan cara
baru dalam mengatasi permasalahan yang gagal diatasi oleh Proyek Pembangunan
Pasca-PD II. Podasi ini dapat digabungkan dengan pondasi dari bagian lain di Dunia,
dan secara bersama-sama dibangun berdasarkan pertimbangan dan diskusi yang
cermat antara semua orang yang berkepentingan untuk membangun sebuah
mercusuar baru menggantikan Proyek Pembangunan Pasca-PD II yang telah runtuh
dan hancur.

13
Hal

Anda mungkin juga menyukai