SALLY MATTHEWS
Motivasi lainnya adalah berasal dari hasil pengamatan bahwa teori Pasca-
Pembangunan sangat sedikit sekali membahas tentang Afrika, dan bahwa sarjana-
sarjana dari Afrika sangat sedikit membahas tentang teori Pasca-Pembangunan.
Meskipun kelihatannya kritik terhadap pembangunan yang dinyatakan oleh teori
Pasca-Pembangunan tidak relevan dengan Afrika, ada sedikit upaya untuk
mengkaitkan perspektif teori Pasca-Pembangunan ke benua tersebut. Saya akan
menunjukkan bahwa teori Pasca-Pembangunan relevan dengan Afrika dan memberi
perhatian lebih jauh tentang teori Pasca-Pembangunan oleh para sarjana Afrika
sebagaimana saya memperhatikan negara Afrika dalam tulisan ini dari perspektif
teori Pasca-Pembangunan.
Selain itu, saya percaya bahwa pembahasan mengenai Afrika dalam perspektif teori
Pasca-Pembangunan akan sangat bermanfaat dalam menjelaskan konsep alternatif
pembangunan. Dimana pandangan dunia tentang Afrika dan gaya hidup yang
2
Hal
tentang kehidupan di Afrika akan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi
mereka yang peduli dengan penjabaran alternatif tersebut.
dengan istilah pembangunan pada era pasca PD II. Dengan demikian, bentuk
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
Harus diakui bahwa ide, teori dan praktek yang terkait dengan istilah pembangunan
sejak tahun 1950-an sangat beragam, dan beberapa teori pembangunan
bertentangan dengan lainnya. Era pasca PD II telah melihat akar dari teori
pembangunan sebagai ideologi kapitalis, yang lainnya berakar dari ideologi Marxis;
ada yang menggunakan pendekatan pembangunan yang dipimpin oleh negara
sedangkan yang lain dipimpin oleh mekanisme pasar; ada yang menggunakan ide-
ide ekonomi (bersumber dari Bank Dunia dan International Monetary Fund) dan
adapula yang menanggapi ide-ide itu secara kritis. Proyek Pembangunan Pasca-PD II
mencakup kesemuanyaistilah dimaksudkan untuk merujuk berbagai ide dan
praktek yang didasarkan pada keyakinan bahwa beberapa wilayah di Dunia telah
terbangunsedangkan yang lainnya tidak, dan wilayah yang tidak terbangun dapat
tersentuh oleh pembangunan yang selama ini jauh dari mereka. Keseluruhan
pengetahuan ini (dengan segala kendalanya) ditolak oleh para ahli teori Pasca-
Pembangunan, dan juga menolak gagasan bahwa masyarakat dimungkinkan untuk
mengalami beberapa proses transformasi yang pada akhirnya akan mencapai
kehidupan yang lebih baik.
Para ahli teori Pasca-Pembangunan secara tegas menolak upaya mereformasi Proyek
Pembangunan Pasca-PD II untuk mengurangi dampak negatifnya. Mereka
mencemooh proyek-proyek seperti pembangunan berkelanjutan, yang bertujuan
mempertahankan inti gagasan/asumsi yang dianut Proyek Pembangunan Pasca-PD II
dengan melakukan beberapa perubahan untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif yang selalu menyertai bentuk pembangunan ini. Para ahli teori
Pasca-Pembangunan mengejek upaya tersebut. Latouche (1993: 186) menyebutnya
dengan istilah lagu sumbang dan mengatakan bahwa apa yang disebut dengan
istialh pembangunan alternatif lebih berbahaya dari pada pembangunan kompak
karena istilah yang dipakai lebih menarik dari pada pembangunan kompak padahal
isinya sama. Para ahli teori Pasca-Pembangunan tidak percaya bahwa pembangunan
berkelanjutan, sebuah pendekatan kebutuhan pokok atau perbaikan lain dari
Proyek Pembangunan Pasca-PD II menumbuhkan harapan, bersikeras bahwa apa
yang dibutuhkan adalah melengserkan pembangunan dan meninggalkannya dalam
4
mencapai alternatif visi kehidupan sosial yang radikal (OConnor & Arnoux, 1993:
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
13). Tapi apa maksud sebenarnya dari pengabaian terhadap Proyek Pembangunan
Pasca-PD II? Jika pembangunan didefinisikan secara lebih sederhana, dapat
dikatakan merupakan sebuah proses yang melibatkan perubahan arah untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Seperti kuncup yang mekar
menjadi bunga, seorang anak yang tumbuh menjadi dewasa dan ulat yang menjadi
kupu-kupu. Berdasarkan konotasi yang selama ini melekat pada konsep tersebut
dalam beberapa dekade, pengertian konsep pembangunan lebih mengarah kepada
pembuatan, perbaikan menuju kepada perubahan yang diinginkan. Tentunya para
ahli teori Pasca-Pembangunan bukan berarti menolak keinginan perubahan positif
ketika mereka menyatakan akhir dari pembangunan.Antusiasme para ahli teori
Pasca-Pembangunan terhadap apa yang disebut Pergerakan Sosial Baru dan
Organisasi kemasyarakatan lainnya yang bertujuan untuk membawa perubahan di
dalam komunitasnya, menunjukkan bahwa para ahli teori tidak yakin perubahan
sosial yang positif akan terjadi atau tidak diinginkan. Terlihat bahwa perbedaan
antara Proyek Pembangunan Pasca-PD II dan pembangunan yang telah dibuat
sebelumnya menjadi penting. Para ahli teori Pasca-Pembangunan lebih menolak
Proyek Pembangunan Pasca-PD II dari pada pembangunan. Memang, dapat
dikatakan bahwa mereka merasa Proyek Pembangunan Pasca-PD II tidak membawa
perubahan! Dengan demikian, pernyataan mengakhiri pembangunan dan alternatif
untuk pembangunan merupakan sebuah upaya penolakan pasca-PD II terhadap
perubahan teknik tertentu dalam istilah yang disebut Dunia Ketiga untuk membawa
situasi yang dianggap oleh beberapa ahli (yang, lebih sering dari pada tidak, bukan
berasal dari Dunia Ketiga) menjadi lebih diinginkan dari pada situasi saat ini.
Panggilan untuk mengakhiri pembangunan seharusnya tidak diterjemahkan sebagai
keyakinan bahwa perbaikan organisasi sosial tidak mungkin terjadi, atau sebagai
panggilan untuk kembali kepada kehidupan sebelumnya.
Dengan demikian, tugas alternatif untuk pembangunan (mungkin lebih baik ditulis
di dalam konteks makalah ini dengan alternatif untuk Proyek Pembangunan Pasca-
PD II) adalah tugas untuk melakukan perubahan dengan cara yang baru, dalam hal
membangun, mengembangkan, mengkonstruksi kehancuran Proyek Pembangunan
Pasca-PD II. Panggilan untukalternatif tidak harus dibaca sebagai panggilan
penolakan dari kemungkinan ataukeinginan perubahan ke arah perbaikan
masyarakat, maupun sebagai perasaanyang mengabaikan adanya keinginan dari
sebagian besar masyarakatyang menderita dalam kemiskinan dan penderitaan untuk
memperbaiki situasi mereka saat ini.
Sejumlah ahli teori Pasca-Pembangunan yang disebut Dunia Ketiga (seperti Alvares,
Escobar, Kothari, Rahnema dan lainnya), tetapi tidak satupun dari mereka berasal dari
negara Afrika, terlebih lagi situasi di Afrika belum menonjol di dalam diskusi teoritik
tersebut. Salah satu temuan para ahli teori Pasca-Pembangunan kurang relevan
dengan Afrika dari pada Negara-negara Dunia Ketiga lainnya.
Hal ini tentu tidak otomatis menjustifikasi bahwa setiap prakarsa yang berhubugan
dengan P4D-II juga mengalami kegagalan. Papa pendukung P4D-II menunjukkan
bahwa perbaikan yang dijanjikan dalam tingkat melek huruf telah terwujud; angka
kematian bayi telah menurun, dan beberapa indikator lain dari standarhidup telah
mengalami keberhasilan. Corbridge (1998: 145) membantah teori Pasca-
Pembangunan karena gagal mengakui prestasi luar biasa yang telah diraih pada Era
Pembangunan. Hal ini mungkin saja benar dan teori Pasca-Pembangunan dikritik
karena gagal mengakui bahwa P4D II telah membawa perubahan dan pengaruh
positif, tetapi juga tidak menolak anggapan bahwa P4D II mengalami kegagalan. P4D
II tidak membawa kehidupan seperti yang diklaim oleh para ahli, meskipun ada juga
beberapa prakarsa yang berhasil, namun ketika dikaitkan dengan persoalan-
persoalan yang mendesak seperti kemiskinan, ketidaksetaraan dan perampasan hak,
7
keberhasilan tersebut tidak berarti apa-apa yang ada hanya kegagalan semata. Untuk
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
menjanjikan seseorang yang kelaparan dengan daging banyak tapi ternyata hanya
memberikan secuil saja itu sama saja dengan mengingkari janji.
Jadi, ketika membaca kemarahan para ahli teori Pasca-Pembangunan bahwa P4D II
hanya membawa kekecewaan, peningkatan ketidaksetaraan, penyeragaman budaya
dan kerusakan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari kondisi Afrika saat ini. Yang
mengejutkan adalah bahwa wawasan teori Pasca-Pembangunan secara ektensif tidak
berkaitan langsung dengan Afrika tidak pula tidak dibahas oleh Akademisi dari
Afrika.
Saya tidak akan berspekulasi dengan kasus ini, tapi menyatakan dengan lebih
sederhana bahwa teori Pasca-Pembangunan relevan dengan Afrika, karena
kegagalan P4D II dapat ditemukan dan dikenali dari pengalaman bangsa Afrika.
Disamping kegagalannya, P4D II masih berkembang di Afrika, dengan proyek
pembangunan benua terbarunya, NEPAD mendapat banyak perhatian dari dunia.
NEPAD merupakan proyek yang berakar dari pemikiran pembangunan yang dibenci
oleh para ahli teori Pasca-Pembangunan dan banyak kritik brillian yang ditujukan
kepada NEPAD, para pengkritik NEPAD dapat memperkaya kritikan mereka jika
mempertimbangkan gagasan yang ditawarkan oleh teori Pasca-Pembangunan
sebagai berikut:
PD4 II telah gagal, bukan hanya karena buruknya implementasi, tetapi juga
karena terjadi kesalahpahaman.
Salah satu alasan mengapa P4D II dianggap salah memahami pembangunan
karena didasarkan atas universalitas nilai dari negara barat dan tidak
memperhitungkan keragaman budaya, kebutuhandan aspirasi masyarakat
lokal yang diklaim dapat membantu.
Penolakan terhadap P4D II bukan berarti harus mengakhiriupaya untuk
memecahkan masalah itu yang seharusnya dapat diatasi (seperti kemiskinan,
ketidakadilan dan ketaksetaraan hak), tetapi lebih kepada menemukan cara
alternatif untuk menyelesaikan permaslahan ini.
pengertian alternatif dalam proyek ini. Saya berpendapat bahwa perbedaan Afrika
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
dengan negara Barat dan negara yang kebarat-baratan dalam hal nilai, pandangan
dan gaya hidup masyarakatnya (mulai sekarang disebut dengan perbedaan Afrika);
juga sebagai cara dimana Afrika adalah rumah bagi kelompok masyarakat yang
beragam yang menjalani kehidupan dengan berbagai cara (mulai sekarang disebut
dengan keragaman Afrika) dapat memberikan beberapa petunjuk bagi mereka yang
sedang berusaha untuk memahami alternatif.
tertentu sesuai dengan P4D II sehingga bisa dilaksanakan. Namun demikian, dia
mengabaikan alternatif yang jelas: mungkin nilai-nilai lokal harus dipertahankan dan
P4D II juga tetap dilaksanakan. Bertahannya nilai-nilai 'anti-kemajuan'
menyebabkanmereka yang berkomitmen terhadap P4D II menjadi cemas, tetapi
merupakan kabar gembira bagi mereka yang menyatakanbahwaP4D II telah usang
dan bangkrut. Jika bangsa Afrika tidak memiliki nilai-nilai yang diperlukan untuk
keberhasilan pembangunan ini, maka mereka yang percaya bahwa P4D II di Afrika
akan lebih baik jika tidak dilaksanakan, dapat berharap bahwa nilai-nilai 'anti-
kemajuan' mungkin membantu dalam mengartikulasikan alternatif. Jadi, perbedaan
Afrika dapat memberikan beberapa petunjuk dalam merumuskan tujuan dan praktek
untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang lebih baik seperti kemiskinan,
kekurangan dan ketidakadilan.
Selain menjadi berbeda dari Barat, berbagai komunitas di Afrika berbeda satu sama
lain. Sementara nilai-nilai tertentu tampaknya lebih umum dalam budaya Afrika
daripada dalam budaya lain, ada keragaman yang cukup besar dalam budaya Afrika.
Afrika dapat dikatakan menjadi rumah bagi sejumlah cara yang berbeda dalam hal
pemahaman dan berprilaku. Mereka yang mendukung P4D II mengakui bahwa
kemiskinan merupakan pemahaman berprilaku, akan menemukan keragaman ini
karena dapat membuka kemungkinan membangun serangkaian nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang berbeda dimana pemahaman pembangunan yang berbeda
dapat dibangun. Kothari (1990: 49 50) berpendapat bahwa ada kemiripan antara
Asia dan Timur Tengah, hal ini menunjukkan bahwa keragaman agama dan
peradaban hadir di India dan Dunia Islam dapat menjadi sumber inspirasi bagi
mereka yang mencari alternatif. Afrika juga memilki banyak agama (dan banyak
manifestasi agama dunia seperti Islam dan Kristen) dan banyak peradaban, Afrika
juga harus dianggap sebagai sumber gagasan yang sangat berharga bagi mereka
yang berkomitmen untuk menemukan alternatif pembangunan. Hal ini tidak berarti
bahwa gaya hidup bangsa Afrika selalu unggul dengan yang lainnya (atau selalu
rendah), atau untuk mengatakan bahwa Afrika harus menjadi sumber dari nilai-nilai
dan pandangan Dunia yang unik atau utama untuk mengartikulasikan alternatif,
melainkan untuk membuat pandangan yang jauh lebih mendasar: dalam keragaman
Afrika, ada beragam cara pemahaman dan berprilaku dan variasi ini dapat menjadi
kerangka berpikir bagi semua orang (baik Afrika dan non-Afrika) yang
mempertanyakan P4D II dan yang ingin menemukan cara yang berbeda untuk
mengatasi masalah tersebut.Hal ini tidak hanya memberi peluang untuk berteori
bahwa perbedaan dan keragaman Afrika dapat memberikan harapan bahwa
10
untuk mengamati cara di mana perbedaan dan keragaman Afrika sudah mengarah
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
pada penekanan terhadap alternatif.Para teoris yang setia kepada P4D II meratapi
cara di mana masyarakat Afrika telah gagal untuk mencapai 'pembangunan', tetapi
buta terhadap kemungkinan bahwa beberapa komunitas ini telah menolak jenis
pembangunan yang diusulkan oleh teoris tersebut dan mungkin bangsa Afrika
secara aktif berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka dengan cara
yang berbeda. Bukannya merangkul tujuan dan praktek P4D II, beberapa komunitas
di Afrika menggunakan cara yang berbeda untuk mengatasi masalah kemiskinan dan
ketidakadilan dengan bersandar pada nilai-nilai budaya dan perspektif bangsa Afrika
sendiri.
Buku Rinventer le prsent (NDione, 1994)salah satu dari beberapa buku dengan
fokus Afrika yang tampaknya berakar dalam perspektif kompatibel dengan teori
Pasca-Pembangunanmembahas mengenai pengalaman dari beberapa komunitas/
suku-suku di Senegal, dan menunjukkan bagaimana suku-suku tersebut menolak
P4D II sehingga tujuan pembangunan gagal tercapai. Suku-suku ini menolak P4D II
karena nilai-nilai yang mereka anut berbeda dengan nilai yang dianut P4D II dan
nilai-nilai yang dianut sangat berharga bagi mereka (NDione, 1994). The Post-
Development Reader memasukkan sebuah bab berdasarkan buku ini (NDione et al,
1997). Dalam bab ini ia menunjukkan bahwa beberapa asumsi yang merupakan inti
dari P4D II jauh dari nilai-nilai universal, dan kurangnya universalitas tersebut
berdampak pada penolakan terhadap P4D II oleh suku-suku yang tidak berbagi
asumsi universal yang dianutnya. Salah satu contoh yang diberikan berkaitan dengan
perbedaan asumsi adalah saling tukar menukar barang. Para ahli teori pembangunan
konvensional beranggapan bahwa si A akan memberikan kelebihan barang yang dia
memiliki ke si B dengan harapan bahwa si B pada gilirannya akan memberikan
kelebihan barang yang ia miliki sebanding dengan apa yang ia terima dari si
A.Namun, beberapa suku di Senegal memiliki anggapan yang sangat berbeda:
mereka menganggap bahwa untuk menganugerahkan kehormatan pada seseorang,
yaitu Pihak A, yang berlebih, akan memberi sesuatu tanpa pamrih, karena tindakan
memberi tersebut merupakan kehormatan/ kebanggaan tersendiri (NDione et al,
1997: 371). Ini adalah salah satu contoh kecil, tetapi ini memberikan poin penting
bahwa nilai-nilai yang diasumsikan olehP4D II bersifat universal ternyata tidak
demikian kenyataannya. Proyek-proyek pembangunan tidak dapat
dilaksanakantanpa mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di
mana pembangunan diimplementasikan.
11
Hal
Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan
disusun oleh: TAUFIK HIDAYAT
Kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II, di Afrika dan negara lainnya yang
disebut dengan negara berkembang, harus diakui. Setelah selama setengah Abad
para ahli teori dan praktisi mengklaim tentang pembangunan, rakyat miskin semakin
miskin, ketidakadilah semakin menggurita, pembangunan untuk kehidupan yang
lebih baik hanyalah sebuah slogan. Para ahli teori pembangunan telah menunjukkan
sebab kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II dan menyarankan bahwa
kegagalan ini adalah akibat dari lemahnya konsep dan ide-ide pembangunan, bukan
hanya kedangkalan cara pembangunan tersebut diimplementasikan. Dengan adanya
kelemahan tersebut, seharusnya Proyek Pembangunan Pasca-PD II dtinggalkan saja.
Pasca-PD II. Jadi, akademisi dari Afrika belum terlalu memperhatikan pendapat dari
para ahli teori pasca-pambangunan, padalah para ahli tersebut secararelatif menaruh
perhatian kepada pengalaman bangsa Afrika. Jika situasi ini berubah, nilai-nilai dan
sikap yang berkontribusi terhadap kegagalan Proyek Pembangunan Pasca-PD II di
Afrika dapat menjadi pondasi bagi siapa saja yang tertarik untuk menemukan cara
baru dalam mengatasi permasalahan yang gagal diatasi oleh Proyek Pembangunan
Pasca-PD II. Podasi ini dapat digabungkan dengan pondasi dari bagian lain di Dunia,
dan secara bersama-sama dibangun berdasarkan pertimbangan dan diskusi yang
cermat antara semua orang yang berkepentingan untuk membangun sebuah
mercusuar baru menggantikan Proyek Pembangunan Pasca-PD II yang telah runtuh
dan hancur.
13
Hal