Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

KEBIJAKAN DAN PERATURAN MENGENAI TATA KELOLA


PERUSAHAAN

Makalah Kelompok
Untuk Mata Kuliah Tata Kelola Perusahaan

Disusun Oleh:
Efraim Arinado Sirait (1306378483)
Nurfitria Risqie Widayanti (1306378514)
Muhammad Naufal Zahransyah Ramadhan (1306380203)
Defi Wirdah Amara (1406533882)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Depok
September 2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.

Nama: Efraim Arinado Sirait


NPM: 1306378483
Tanda Tangan:

Nama: Nurfitria Risqie Widayanti


NPM: 1306378514
Tanda Tangan:

Nama: Muhammad Naufal Zahransyah Ramadhan


NPM: 1306380203
Tanda Tangan:

Nama: Defi Wirdah Amara


NPM: 1406533882
Tanda Tangan:

Tanggal: 6 September 2017


I. Tata Kelola Menurut Undang-Undang Perseroran Terbatas
Prinsip Keterbukaan Pasal 29 & 30
Dalam pasal ini, perseroan wajib melakukan pendaftaran dan
mengumumkan pendirian perseroan, dengan begitu informasi mengenai
perusahaan dapat diketahui oleh publik. Informasi yang disampaikan
meliputi laporan neraca & laba rugi, laporan conflic of interest, susunan
direksi, dewan komisaris, dan daftar pemegang saham serta informasi
lainnya yang diwajibkan dalam pasal 29 & 30

Prinsip Akuntabilitas Pasal 66


Dalam pasal ini, perseroan wajib menyampaikan laporan tahunan
berupa laporan keuangan maupun aktivitas lain yang relevan dan material
sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap pihak-pihak terkait
terutama pemegang saham (bertanggung jawab terhadap posisi pemegang
saham atas dana yang dikelolanya).
Laporan tahunan tersebut memuat laporan keuangan, laporan
mengenai kegiatan persereoan, laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan, dll sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 66 ayat 2 dan
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan SAK (pasal 66 ayat 3) dan
wajib diaudit (pasal 66 ayat 4)

Prinsip Tanggung Jawab (tanggung jawab organ perseroan dan tanggung


jawab sosial)
Tanggung jawab organ perusahaan

Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas


perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab
atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki (pasal 3 ayat 1),
tetapi pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi jika :
pemegang saham yang bersangkutan melakukan itikad buruk
memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi, pemegang saham
yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan, dan pemegang saham yang bersangkutan
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan
kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan
(pasal 3 ayat 2 b,c,d)
Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (pasal 92). Direksi juga
wajib menjalankan pengurusan dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab (Penuh tanggung jawab artinya memperhatikan perseroan dengan
seksama dan tekun), bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugas dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad
baik, demikian juga bila perseroan pailit akibat kelalaian dan kesalahan
direksi ikut bertanggungjawab juga (pasal 97)
Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan pengawasan dan
memberi nasihat kepada direksi untuk kepentingan perseroan (pasal 108
ayat 1&2). Dewan komisaris bertanggung jawab penuh secara pribadi
atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugas dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad
baik. Jika perseroan pailit akibat kelalaian dan kesalahan dewan
komisaris ikut bertanggungjawab. Dewan komisaris bertanggungjawab
secara renteng (pasal 114)
Tanggung jawab sosial

Perseroan yang usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya


alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, jika
tidak, perseoran dikenakan sanksi sesuai aturan perundang-undangan
(pasal 74)
Prinsip Kemandirian Pasal 92 & 108
Adanya pemisahan tugas dan fungsi direksi serta dewan komisaris.
Tugas direksi terdapat pada pasal 92 sedangkan tugas dewan komisaris
terdapat pada pasal 108. Pemisahan tersebut akan menciptakan kondisi
dimana direksi dan dewan komisaris dapat menjalankan fungsi, tugas, dan
kewenangannya tanpa campur tangan dari pihak lain

Prinsip Kewajaran Pasal 61, 62, 71, 126, dan penjelasan pasal 48 ayat 3
Hak pemegang saham adalah mengajukan gugatan ke perseroan (pasal
61); saham dibeli dengan harga yang wajar (pasal 62); mendapat dividen
(pasal 71); menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS; memberikan
kuasa; meminta diadakan RUPS; mengajukan gugatan terhadap direksi
ataupun dewan komisaris; mengambil keputusan diluar mata acara RUPS;
mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan; mengajukan
permbubaran perseroan; mendapat sisa kekayaan hasil likuidasi serta hak
stakeholder lainnya seperti kreditur, karyawan perseroan dam masyarakat
sebagaimana diatur dalam Pasal 126.
II. Tata Kelola Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang
berkaitan dengan tata kelola perusahaan adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum. Bank
yang dimaksud di sini adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU
nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU
nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, termasuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri, yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional. Peraturan ini menjelaskan mengenai definisi Direksi, Dewan
Komisaris, Komisaris Independen, Komisaris Non Independen pada bank dengan
berbagai bentuk badan hukum.
Tata kelola yang baik adalah suatu tata cara pengelkolaan bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness).
Bank diwajibkan memiliki anggota Direksi minimal tiga orang yang
berdomisili di Indonesia. Direksi ini wajib dipimpin oleh presiden direktur.
Presiden direktur sendiri diwajibkan berasal dari pihak independen terhadap
pemegang saham pengendali. Direksi wajib memiliki pengalaman minimal lima
tahun dalam bidang operasional. Selain itu, Direksi dilarang merangkap jabatan
sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan lain. Selain itu, Direksi dilarang memiliki sama lebih dari 25% dari
modal disetor pada perusahaan lain.
Bank diwajibkan memiliki anggota Dewan Komisaris dengan jumlah
minimal tiga orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi.
Dewan Komisaris wajib terdiri dari Komisaris Independen dan Komisaris Non
Independen. Komisaris Independen sendiri wajib paling sedikit berjumlah 50%
dari jumlah anggota Dewan Komisaris. Dewan Komisaris diwajibkan
menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris minimal empat kali dalam satu tahun.
Komite-komite terdiri dari komite audit, komite pemantau risiko, dan
komite remunerasi dan nominasi. Ketua komite-komite tersebut dilarang
merangkap jabatan sebagaik ketua komite lebih dari satu pada komite lain.
III. Tata Kelola Menurut Peraturan Pemerintahan

Peraturan-peraturan pemerintahan yang ada rata-rata mengatur tata kelola


dari pemerintahan, bukan dari perusahaan. Beberapa kementerian membuat
produk-produk hukum yang mengatur tentang tata kelola pemerintahan tersebut.
Beberapa mengatur tata kelola pemerintahan secara umum, beberapa mengatur
tata kelola pemerintahan secara khusus seperti tata kelola kementerian itu sendiri.

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi (Permenpan) no. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola
Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah, dijelaskan secara tertulis
mengenai prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun kesepuluh
prinsip tersebut adalah kesetaraan, pengawasan, penegakan hukum, daya tanggap,
efektivitas dan efisiensi, partisipasi, profesionalisme, akuntabilitas, wawasan ke
depan, dan transparansi. Tidak dijelaskan lebih lanjut detil dari masing-masing
prinsip tersebut.

Sementara dalam Kementerian Dalam Negeri, terdapat beberapa produk


hukum yang mengatur tentang tata kelola pemerintahan. Peraturan Menter Dalam
Negeri (Permendagri) no. 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Desa mengatur tata kelola pemerintahan desa secara detil.
Peraturan ini mengatur dalam bab-babnya seperti struktur organisasi, tugas,
fungsi, tata kerja dan pengawasan dari pemerintahan desa.

Pemerintahan desa sendiri adalah Kepala Desa yang dibantu oleh


perangkat desa, yang mana perangkat desa itu terdiri dari Sekretariat Desa,
Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis. Sekretariat desa dikepalai oleh
sekretaris desa dan dibantu oleh unsur staf sekretariat. Pelaksana kewilayahan
dilaksanakan oleh kepala dusun atau sebutan lainnya yang dialokasikan
berdasarkan dengan pertimbangan geografis dan lain-lain. Pelaksana teknis dibagi
paling banyak dalam tiga seksi,yaitu seksi pemerintahan, seksi kesejahteraan, dan
seksi pelayanan. Sedangkan minimalnya terdiri dari dua seksi, seksi pemerintahan
dan seksi kesejahteraan dan pelayanan. Seksi tersebut dipimpin oleh kepala seksi.
Sedangkan pelaksana kewilayahan bertugas dalam membantu Kepala Desa dalam
pelaksanaan tugasnya di wilayahnya.

Tugas Kepala Desa sendiri adalah menyelenggarakan Pemerintahan Desa,


melaksanakan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa yang tugasnya adalah
membantu Kepala Desa dalam administrasi pemerintahan. Kepala seksi bertugas
membantu Kepala Desa sebagai pelaksana operasional. Sementara Kepala
Kewilayahan bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di
wilayahnya.

Di lain peraturan, Permendagri no. 71 Tahun 2015 tentang Kebijakan


Pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Tahun 2016 mengatur sistem penyelenggaraan dan
pengawasan dalam lingkungan kerja Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintahan di daerah. Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan oleh empat
unsur:

1. Inspektorat Jenderal Kementerian/Inspektorat Utama Lembaga


Pemerintah Non Kementerian;
2. Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri;
3. Inspektorat Provinsi; dan
4. Inspektorat Kabupaten/Kota.

Kegiatan pengawasan tersebut melingkupi:

a. pengawasan umum;
b. pengawasan teknis atas pelaksanaan urusan pemerintahan kongruen; dan
c. pelaksanaan urusan pemerintahan umum di daerah.

Selain itu juga dijelaskan bahwa Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan


pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah kepada Gubernur. Adapun
bentuk pertanggungjawaban tersebut disampaikan melalui laporan keuangan dan
hasil pengawasan dalam rangka percepatan menuju good governance, clean
government, dan pelayanan publik.
IV. Manfaat ASEAN Corporate Governance Scorecard

Terdapat lima parameter dalam ASEAN CG Scorecard yaitu hak pemegang


saham, perlakuan setara antar pemegang saham, peran pemegang saham,
keterbukaan informasi dan transparasi, serta tanggung jawab dewan direksi dan
komisaris. Selain lima parameter, ASEAN CG Scorecard juga memiliki serratus
Sembilan puluh sub parameter.
Manfaat dari ASEAN CG Scorecard bagi perusahaan yang menerapkan lima
parameter dan seratus sembilan puluh sub parameter yang ada pada ASEAN CG
Scorecard secara komprehensif, sistematis, serta efektif dan efisien adalah
pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan. ASEAN CG Scorecard yang dibuat
berdasarkan OECD Principles mendorong perusahaan-perusahaan yang telah
listing di kawasan ASEAN untuk transparan dalam pengelolaannya dan juga
mematuhi regulasi setempat. ASEAN CG Scorecard ini juga bermanfaat untuk
mendorong kesetaraan antara standar-standar tata kelola perusahaan di negara-
negara anggota ASEAN sebagai persiapan menuju MEA atau dalam kata lain,
semua negara di ASEAN memiliki standard yang sama, yakni ASEAN CG
Scorecard. Dengan demikian, diharapkan kepercayaan investor kepada
perusahaan-perusahaan yang listing di ASEAN dapat meningkat.
SUMBER REFERENSI

Aritonang, Elizabeth Magdalena dkk. (2014). Analisis Penderivasian Prinsip-


Prinsip Good Corporate Governance ( GCG ) Dalam Undang Undang Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Medan.
Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no. 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan
Tata Kelola Bagi Bank Umum
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
no. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di
Lingkungan Instansi Pemerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 71 Tahun 2015 tentang Kebijakan
Pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Tahun 2016
Wilson Arafat: GCG dan Awal Kemunculannya di ASEAN. Media
Informasi Kinerja Perusahaan Indonesia: Dialog. 1 Juli 2016. 4 Septermber
2017 <http://annualreport.id/dialog/wilson-arafat-gcg-dan-awal-
kemunculannya-di-asean->
Sekelumit Sejarah ASEAN CG Scorecard. Media Informasi Kinerja
Perusahaan Indonesia: Higlight. 13 Oktober 2016. 4 September 2017
<http://annualreport.id/highlight/sekelumit-sejarah-asean-cg-scorecard>

Anda mungkin juga menyukai