Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 9

BLOK 5.1
BIOMEDICAL ETHICS
Kasus Ny. Agian, RS Telah Lakukan Euthanasia Pasif

Kamis, 31 Agustus 2017


Pukul 10.00-12.00 WIB

Nama Tutor: dr. Ika Murti ,M.Sc


KELOMPOK 9
Anggota :
Nabila Diar Isnaini G1A015099
Andrew Kusuma Denny G1A015101
Safrida Nur Hasraeda G1A015102
Ajeng Ridha Zulafa G1A015104
Elma Wiliandini G1A015105
Sinta Triagustina G1A015106
Sana Ghita Fauziah G1A015107
Mela Try Rahayu G1A015108
Dinda Wigrha Aprillinda G1A015109
Nurmaida Ayuk Indriani G1A015110
Diskusi Kasus 2 : Kasus Ny. Agian, RS Telah Lakukan Euthanasia Pasif
Nama tutor : dr. Ika Murti, M,sc
Notulensi : Nurmaida Ayuk Indriani

Kasus Ny. Agian, RS Telah Lakukan Euthanasia Pasif

I. KLARIFIKASI ISTILAH
a. Euthanasia
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu Euthanatos (Eu berarti
baik,tanpa penderitaan dan Thanatos berarti Kematian). Jadi Euthanasia artinya
mengakhiri kehidupan seseorang yang menurut ilmu tidak akan sembuh atau
usaha untuk mengurangi dan meringankan sesorang yang sedang menghadapi
kematian. Euthanasia dapat juga berarti mati dengan tenang atau suatu jalan
mengakhiri hidup dengan baik dan tenang.
Menurut Kamus Hukum, Euthanasia berarti menghilangkan rasa sakit
yang kemungkinan tidak akan sembuh lagi pada pasien dengan dasar
kemanusiaan. Euthanasia sendiri dalam Oxford English Dictionary berarti
kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit
yang penuh penderitaan dan tidak tersembuhkan. Sedangkan menurut Kamus
Kedokteran Euthanasia mengandung 2 pengertian yaitu 1) Suatu kematian yang
mudah atau tanpa rasa sakit, 2) Pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran
kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat sisembuhkan dan
sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.
b. Euthanasia Pasif
Euthanasia Pasif berarti membiarkan pasien meninggal tanpa pemberian
tindakan dokter. Menurut Kamus Hukum, Euthanasia Pasif berarti pihak dokter
menyuntikan segala obat kepada pasien kecuali obat rasa sakit atas permintaan
pasien di karenakan keadaan ekonomi terbatas, dana pengobatan tinggi dan fungsi
pengobatan menurut dokter sudah tidak efektif lagi.
Menurut Pradjonggo, 2016 , Euthanasia Pasif berarti perbuatan
menghentikan atau mencabut segala tindakan / pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia. Hal ini dilakukan bila penderita gawat darurat
tidak diberi obat sama sekali, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal
setelah tindakan pertolongan dihentikan.
c. Maintanace
Maintanace adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang
agar peralatan selalu memiliki kondisi sama dengan keadaan awalnya.
d. Fase Terminasi
Fase Terminasi merupakan fase dimana perawat akan menghentikan
interaksi dengan klien. Pada fase ini dibagi menjadi 2 , yaitu tahap terminasi
sementara dan terminasi akhir.
e. Koma
Koma adalah situasi darurat ketika sesorang mengalami keadaan tidak
sadar dalam jangka waktu lama, saat kesadaran hilang dan tidak memberikan
reaksi pada semua rangsangan. Koma dapat pula diartikan sebagai penurunan
kesadaran yang paling rendah/ eadaan unarousable unresponsiveness, yaitu
keadaan pasien tidak dapat berespon terhadap lingkungan.
f. Eklamsia
Eklamsia adalah masalah serius pada masa kehamilan akhir. Yang ditandai
dengan kejang klonik tonik.
g. Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian.

II. BRAINSTORMING
a. Adanya pelanggaran hak hidup yang termasuk dalam pelanggaran HAM karena
sang suami menyuruh dokter untuk menyuntik mati istrinya Ny. Agian.
b. Penelantaran Ny. Again oleh anggota keluarganya
c. Dilema dokter dalam mengambil tindakan medis yang cepat dan tepat
d. Rumah Sakit menolak saat suami megajukan Euthanasia Aktif
e. Hak anak untuk diasuh orang tuanya terabaikan
f. Keterbatasan ekonomi membuat orang melakukan Euthanasia
g. Tidak adanya inform consent secara langsung ke pasien

III. MORAL REASONING


a. Adanya pelanggaran hak hidup yang termasuk dalam pelanggaran HAM
Prinsip :
a) Human Dignity and Human Right
Karena melanggar hak asasi untuk hidup dan tidak ada persetujuan dari
pasien sendiri sehingga melanggar hak asasi.
b) Benefit and Harm
Ny. Agian dirugikan dengan adanya Euthanasia karena Ny. Agian yang
seharusnya bisa mengurusi anaknya menjadi tidak bisa karena penyakitnya.
Selain itu, suaminya merasa kasihan dengan Ny. Agian yang sakit.
b. Penelantaran Ny. Agian oleh anggota keluarganya
Prinsip :
a) Otonomy and Individual Responsibility
Karena Ny. Again berhak untuk diurusi keluarganya akan tetapi pada
kenyataanya dia diterlantarkan keluargannya.
b) Human Dignity and Human Right
Seharusnya keluarga wajib memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang cacat, akan tetapi sang suami justru menginginkan dilakukan
euthanasia pada Ny. Agian.
c) Benefit and Harm
Karena siapa pun yang sakit pasi butuh perhatian saat dirinya sakit. Kalau
tidak ada tanggung jawab dari keluarga nanti akan berdampak pada pasien.
Dukungan keluarga penting untuk proses penyembuhan contohnya berdaarkan
kasus untuk penyembuhan ingatan dan memori. Harm jadi tidak repot untuk
menurusi Ny. Agian
c. Dilema dokter dalam mengambil tindakan medis yang cepat dan tepat
Prinsip :
a) Otonomy and Individual rensponsibility
Terjadi dilema dalam urusan biaya pada kasus tersebut. Di Indonesia
sendiri belum diperbolehkan melakukan Euthanasia berdasakan hukum,
sehingga dokter bisa dikenakan hukuman 12 tahun penjara meskipun keluarga
pasien yang meminta untuk dilakukan, sehingga terjadi dilema pada dokter.
d. Rumah Sakit menolak saat suami megajukan Euthanasia Aktif
Prinsip :
a) Benefit and Harm
Dalam hal harm, rumah sakit dapat diblack list jika melakukan euthanasia.
Sedangkan untuk benefitnya, jika keinginan sang suami dikabulkan dapat
menghemat biaya.
e. Hak anak untuk diasuh orang tuanya terabaikan
Prinsip :
a) Human Dignity and Human Rights
Anak seharusnya berhak untuk mengetahui siapa orangtuanya dan berhak
diasuh oleh orang tuanya. Akan tetapi, jika Ny. Agian dilakukan euthanasia
maka hak anak Ny. Agian akan dirampas.
b) Otonomy and Individual Rensponsibility
Masih memiliki tanggung jawab untuk mengasuh anak-anaknya, harus
bisa menyeimbangkan.
f. Keterbatasan Ekonomi membuat orang melakukan Euthanasia
Prinsip :
a) Human Dignity and Human Rights
Hukum Indonesia mengajarkan bahwa semua orang berhak untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan yang setara. Jadi ekonomi bukan menjadi
alasan untuk melakukan Euthanasia.
b) Benefit and Harm
Keuntungan dilakukan Euthanasia adalah pengeluaran biaya berkurang
dan rasa sakit pada pasien juga berkurang. Sedangkan untuk kerugiannya,
golongan-golongan rendah akan dirugikan karena pengeluaran untuk
euthanasia yang banyak sehingga merugikan keluarga itu sendiri.
g. Tidak adanya Inform Consent secara langsung ke pasien
a) Benefit and Harm
Dengan adanya inform consent maka akan mengurangi resiko dokter jika
nantinya terdapat hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga,
Inform Consent yang sesuai prosedur harus dilakukan.

IV. SEEING FROM DIFFERENT PERSPECTIVE, REFLECTION, EMPATHY


a. Adanya pelanggaran hak hidup yang termasuk dalam pelanggaran HAM
a) Pasien : Akan merasa marah karena tidak berhak untuk hidup
b) Agama : Di Islam mengharamkan Euthanasia karena termasuk pembunuhan
yang sengaja.
c) Keluarga (suami) : Mempunyai alasan karena ingin meringankan rasa sakit
pasien
d) Dokter : merugikan bagi dokter karena dokter dapat dituntut melakukan tindak
pidana karena menghilangkan nyawa
e) Pemerintah : Euthanasia tidak diperbolehkan karena belum ada hukum yang
jelas secara langsung
b. Penelantaran Ny. Agian oleh anggota keluarganya
a) Pasien : Merasa sangat kecewa karena saat butuh dukungan tidak ada pihak
keluarga yang support untuk sembuh
b) Keluarga : Mungkin keluarga tidak berniat untuk menelantarkan. Selain itu,
berkaitan dengan ekonomi, mungkin keluarganya sedikit sehingga suami
harus bekerja dan tidak sengaja menelntarkan Ny. Agian.
c) Perawat : Dirugikan karena perawat diharusakan untuk merawat Ny. Again
secara penuh sehingga harus banyak meluangkan waktu
d) Pasien lain : Terganggu karena Ny. Again menjerit-menjerit
e) Sosial : Memberikan pelajaran bagi ibu ibu yang telah hamil agar tidak terjadi
lagi kejadian seperti ini dan agar kandungan selalu diperiksa dan diperhatikan
f) Pemerintah : Harus membiayai Ny. Agian sehingga merugikan
c. Dilema dokter dalam mengambil tindakan medis yang cepat dan tepat, serta
Rumah Sakit menolak saat suami megajukan Euthanasia Aktif
a) Dokter : Merasa dirugikan karena jika melakukan akan dipenjara, akan tetapi
jika tidak pasien akan merasakan sakit dan keluarga terbebani dengan biaya
d. Hak anak untuk diasuh orang tuanya terabaikan
a) Anak : Menjadi kurang kasih sayang karena tidak ada yang merawat dan tidak
ada yang dijadikan role model kehidupannya
b) Pasien : Kondisi Ny. Agian yang seperti itu menjadikan anak anaknya
terabaikan
e. Keterbatasan Ekonomi membuat orang melakukan Euthanasia
a) Keluarga : Keluarga dengan ekonomi terbatas pasti tidak mau membuang
buang uang dengan sesuatu yang tidak pasti ( Ny. Agian koma yang tidak
pasti kesembuhannya) , dengan euthanasia pengeluaran tidak berlebihan
b) Hukum : Sosial ekonomi bukan dijadikan alasan seseorang melakukan
tindakan Euthanasia
c) Dokter : Karena keterbatasan biaya, dokter mau tidak mau melakukan
euthanasia secara pasif
f. Tidak adanya Inform Consent secara langsung ke pasien
a) Pasien : Kecewa karena yang menentukan hidup sesorang harusnya dirinya
sendiri tetapi pada kasus keluarga yang menentukan hidupnya
b) Dokter : Tidak melakukan Inform Consent karena didasarkan kondisi pasien,
misalkan koma, anak-anak, gangguan memori dan gangguan mental.

V. LEGAL ASPECT
a. Euthanasia
- Pasal 344 KUHP
Barang siapa yang dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, di hukum karena pembunuhan direncanakan
dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup.
- Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena salah
telah melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama 15
tahun.
- Kode Etik Kedokteran tahun 2012 pasal 11 tentang perlindungan hidup
ayat 2
Seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri di dalam abortus,
euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak didapat dipertanggungjawabkan
moralitasnya
Ayat 5
Seorang dokter dilarang menggugurkan kandungan tanpa indikasi medis yang
membahayakan kelangsungan hidup ibu dan janin atau mengakhiri kehidupan
seseorang yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh.
- UUD 1945 Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhal mempertahankan hidup dan
kehidupannya
- UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1
Setiap orang berhak hidup sejahtera lshir dan batin, tempat tinggal, dan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
- UU No 39 th 1999
Mengatur tentang hak asasi manusia, hak paling utama adalah hak untuk
hidup
b. Penelantaran anggota keluarga
- UU 1945 Pasal 9 ayat 1
Perbuatan kewajiban memberikan perawatan kepada keluarga misalkan pada
anggota keluarga yang cacat
- Pasal 7 UU no 23 th 2003
Hak anak untuk diasuh orangtuanya terabaikan oleh ibu yang sakit
1. Setiap anak berhak untuk mengetahui orantuanya, dibesarkan, dan diasuh
orang tuannya sendiri
2. Dalam hal suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
berhak diangkat atau diasuh sebagai anak asuh atau anak angkat oleh
orang lain sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku
- Pasal 3 Deklarasi Hak Asasi Manusia
Setiap orang berhak atas kehidupannya
c. Inform Consent
- Permenkes No 585 pasal 4 ayat 2 tentang persetujun tindakan medis
Dalam memberikan informasi kepada pasien atau keluargannya, kehadiran
seorang perawat atau paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting
- Permenkes 290/MENKES/PER/III/2008 BAB 1 Pasal 1
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selnjutnya disebut
tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,
diagnosis, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan
medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negeri yang di akui oleh pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut
perundang-undangan atau telah pernah menikah, tidak terganggu
kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar , tidak mengalami
penurunan perkembangan (retardasi) mental atau tidak mengalami
penyakit memntal sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.
VI. PROBLEM SOLVING
a. Pelanggaran Hak Hidup seharusnya menghargai hak hidup orang lain untuk hidup
karena hak hidup orang lain sudah ada yang mengatur.
b. Penelantaran Anggota leluarag, seharusnya member dukunga, menemani,
merawat, dan hasilnya diserahkan kepada Allah kita harusnya berusaha. Butuh
dukungan moral supaya pemulihan lebih baik.
c. Sosial Ekonomi : bisa langsung ke pemerintah, ada situs suntuk pengumpuan dana
untuk orang yang kurang mampu dalam pengobatan.
d. Memperjelas apakah tindakan Euthanasia aktif boleh tidak.
e. Inform consent harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.

VII. LESSON LEARNED


a. Kita harus menghargai hak hidup orang lain.
b. Jangan menyerah selalu berusaha dantidak putus asa.
c. Memberikan dukungan dan menolong orang yang membutuhkan.
d. Selalu berdoa dan berikhtiar.
e. Dibutuhkan hukum yang jelas mengenai euthanasia agar tidak rancu.
f. Setiap ibu hamil harus memeriksakan bayinya agar tidak terjadi kejadian yang
sama.
g. Sebagai dokter dalam melakukan tindakan harus dilihat dari berbagai aspek.
h. Sebagai dokter harus ingat untuk melindungi nyawa seseorang.
i. Sebagai dokter kita harus menghargai kehidupan.
j. Kita tidak boleh menelantarkan keluarga.
k. Sebagai keluarga, harus tabah karena semua kejadian ada hikmahnya.

Anda mungkin juga menyukai