Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspirin tidak asing lagi di masyarakat yang memiliki fungsi dalam


kesehatan masyarakat. Aspirin merupakan obat untuk menghilangkan sakit ringan
dan nyeri. Pada umumnya masyarakat menggunakan aspirin sebagai obat demam,
migran dan nyeri. Aspirin atau asam asetil salisilat adalah senyawa turunan dari
asam salisilat, senyawa golongan asam karboksilat (Siswandoro & Soekardjo,
2000). Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan senyawa
glikosida.
Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan salah satu obat konvensional
yang sering digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Akan tetapi, karena asam
asetil salisilat memiliki efek yang merugikan antara lain menimbulkan iritasi
lambung dan menyebabkan pendarahan, maka mulai dilakukan sintesis senyawa
turunan salisilat yang relatif kurang toksik dan lebih aman digunakan (Asetya,
2010). Sulistyo et al.(2015), telah melakukan sintesis senyawa turunan asam
salisilat sebagai obat analgetik. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan salah
satu obat konvensional yang sering digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Akan
tetapi, asam salisilat memiliki efek yang merugikan anatara lain menimbulkan
iritasi dan menyebabkan pendarahan, maka mulai dilakukan sintesis senyawa
turunan salisilat yang relatif kurang toksik dan lebih aman digunakan (Asetya,
2010).
Seiring berkembangnya sintesis senyawa organik dengan banyaknya
kebutuhan terutama pengaplikasiannya pada bidang kesehatan, oleh karena itu,
dalam penulisan makalah ini akan dibahas tentang salah satu jenis sintesis
senyawa organik yaitu sintesis senyawa turunan asam asetil salisilat dengan bahan
dasar vanillin yang merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam tumbuhan
vanilla.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan asam asetil salisilat ?

2. Apa yang dimaksud dengan vanillin ?

3. Bagaiman mekanisme reaksi dari sintesis senyawa turunan asam asetil

salisilat dengan vanillin ?

C. Tujuan

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dari makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi asam asetil salisilat.

2. Mengetahui definisi vanillin.

3. Mengetahui mekanisme reaksi dari sintesis senyawa turunan asam asetil

salisilat.

2
BAB II.
PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Asam Asetil Salisilat

Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga
biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenil atau 2-formilfenol. Senyawa ini
stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam
kuat, dan pengoksidasi kuat (Austin, 1984). Turunan yang terpenting dari asam
salisilat ini adalah asam asetil salisilat yang lebih dikenal asetosal atau aspirin.
Berbeda dengan asam salisilat, asam asetil salisilat memiliki efek analgesic,
antipiretik dan anti inflamansi yang lebih besar jika dibandingkan dengan asam
salisilat. Penggunaan obat ini sangat luas di masyarakat dan digolongkan ke dalam
obat bebas. Selain sebagai prototif, obat ini juga digunakan sebagai standar dalam
menilai efek obat sejenis (Stembayo, 1995).

Asam salisilat dapat ditemukan pada banayak tanaman dalam bentuk metal
salisilat dan dapat disintesa dari fenol. Asam salisilat berbentuk Kristal berwarna
putih dan berasa manis. Asam salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin
(Ganiswara, 1995).
2. Vanillin

Vanillin atau 4-hidroksi-3-metoksibenzeldehida adalah senyawa organic


dengan rumus C8H8O3. Vanillin merupakan komponen utama hasil ekstraksi dari
biji vanilla. Vanilla mengandung senyawa kimia vanillin yang memberi aroma
khas pada vanilla. Vanilla dapat disintesa dengan cara oksidasi eugenol. Vanillin
biasa digunakan untuk penambah cita rasa dalam hidangan makanan, minuman
serta keperluan farmasi (Sri Yuliani, 2007:1-3).
Vanillin merupakan turunan benzaldehida, sehingga mempunyai struktur
aromatic benzene dan gugus fungsi aldehid (CHO). Selain itu, vanillin
mempunyai gugus hidroksi (-OH) dan metoksi (-OCH3). Senyawa tersebut

3
mempunyai gugus karbonil seperti pada senyawa keton, tetapi pada keton terdapat
hidrogen sedangkan pada vanillin tidak mempunyai hidrogen . Struktur
vanillin dapat dilihat pada Gambar 1.

B. Sintesis

1. Sintesis senyawa turunan aspirin

Sintesis senyawa turunan aspirin dengan bahan dasar vanilin diawali


dengan reaksi oksidasi gugus aldehid menggunakan reagen Tollens (AgNO3)
(Sarker&Nahar, 2009). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 AgNO3 + NaOH Ag2O + H2O + 2 Na+ + 2 NO3- (1)

Endapan Ag2O yang dihasilkan berwarna coklat kehitaman kemudian


dicuci dengan aquades, selanjutya direaksikan dengan vanilin dan NaOH berlebih
unuk menghasilkan asam vanilat. Pembentukan asam vanilat terlihat ketika
larutan yang awalnya berwarna coklat kehitaman berubah menjadi krem dan
terbentuk endapan cermin di dinding gelas reaksi yang merupakan endapan Ag
sebagai produk samping dari reaksi oksidasi. Analisis titik leleh asam vanilat yang
diperoleh dibandingkan dengan senyawa prekursornya yaitu vanilin, diperoleh
titik leleh asam vanilat adalah 204C dan vanilin adalah 80C. Hasil FTIR produk
dibandingkan dengan reaktan yang digunakan yaitu vanilin. perbandingan
spektrum terlihat pada Gambar 2:

4
Gambar 2. Perbandingan spektrum FTIR

Gambar 2. Perbandingan spektrum FTIR senyawa


produk dengan reaktannya, a. Spektrum FTIR dari
senyawa reaktan, b. Spektrum FTIR dari senyawa produk
Berdasarkan Gambar 2, terlihat perbedaan gugus fungsi antara vanilin dan
asam vanilat pada bilangan gelombang 2738.92; 2669.48 cm-1 merupakan vibrasi
C-H dari gugus aldehid senyawa vanilin yang tidak terlihat pada spektrum
senyawa asam vanilat, hal tersebut menandakan bahwa aldehid dari vanilin telah
teroksidasi. Selain itu, vibrasi C=O dari gugus aldehid senyawa vanilin berada
pada bilangan gelombang 1666.50 cm-1 sedangkan vibrasi C=O dari gugus asam
karboksilat senyawa asam vanilat bergeser ke bilangan gelombang yang lebih
besar yaitu 1681.93 cm-1. Pergeseran bilangan gelombang tersebut disebabkan
karena adanya efek induksi negatif gugus oksigen dari asam karboksilat, yang
mengakibatkan elektron-elektron dari gugus karbonil seolah tertarik ke gugus
oksigen sehingga frekuensi serapan senyawa C=O menjadi lebih tinggi dan berada
pada bilangan gelombang yang lebih tinggi.

2. Hasil sintesis senyawa turunan aspirin


Sintesis senyawa asetil vanilat dilakukan menggunakan katalis asam dan
basa diharapkan dapat membantu esterifikasi gugus hidroksi dari asam vanilat
dengan anhidrida asetat. Produk yang diperoleh dari kedua katalis tersebut cairan
berwarna coklat sebagai hasil asetilasi menggunakan katalis basa dan serbuk
berwarna kuning sebagai produk asetilasi menggunakan katalis asam. Produk
yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan FTIR, spektrum karakterisasi
senyawa produk dalam suasana basa disajikan pada Gambar 3:

5
Gambar 3. Spektrum FTIR senyawa produk dalam suasana basa.
Berdasarkan hasil FTIR, terjadi serapan kuat dan lebar pada bilangan
gelombang 3417.86cm-1 memperlihatkan bahwa masih terdapat gugus hidroksi
yang tidak tersubtitusi oleh senyawa asetil. Hal ini membuktikan bahwa anhidrida
asetat yang ditambahkan ke dalam campuran garam vanilat tidak menyerang
gugus hidroksi. Reaksi asam vanilat dan anhidrida asetat dalam suasana basa tidak
membuktikan terbentuknya senyawa produk yang diharapkan. Spektrum asetilasi
dalam suasana asam dibandingkan dengan spektrum dari senyawa reaktan.
Perbandingan spektrum terlihat pada Gambar 4:

Gambar 4. Spektra FTIR dari senyawa asam vanilat dan senyawa


produk.[(a) senyawa produk sintesis. (b) senyawa asam
vanilat.

Berdasarkan spektrum yang terdapat pada Gambar 4, Pada senyawa asetil


vanilat, terdapat serapan kecil pada bilangan gelombang 3425.58 cm-1. sedangkan
pada senyawa asam vanilat terdapat serapan tajam pada bilangan gelombang
3479.58 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang dari -OH. Perbedaan tersebut
mengindikasikan bahwa gugus hidroksi dari asam vanilat telah mengalami reaksi

6
asetilasi dengan anhidrida asetat, hal tersebut membuktikan bahwa produk sintesis
menghasilkan senyawa asetil vanilat. identifikasi dilanjutkan dengan
menggunakan spektroskopi H1 NMR, spektrum yang diperoleh disajikan pada
Gambar 5:

Gambar 5. Spektrum 1H NMR dari senyawa hasil sintesis

Tabel 1. Identifikasi jumlah proton pada spektra 1H NMR

Pergeseran Integrasi Kenampakan Identifikasi


Puncak
Kimia luas puncak Spektra Jumlah Proton
2,342 28,36 Singlet 3 Proton (CH3)
A
dari asetil
3,906 24,85 Singlet 3 Proton dari
B
metoksi
2 Proton dari
7,766-7,703 7,92 dan 8,16 Doublet
C benzen
7,258 5,60 Singlet 1 Proton benzen

Berdasarkan hasil identifikasi 1HNMR, terlihat bahwa puncak ke 4 dari


gugus karboksilat tidak terlihat pada spektrum, hal tersebut disebabkan oleh
lingkungan proton dari asam karboksilat menyebabkan peak yang muncul dari
senyawatersebut menjadi sangat lebar dan menunjukkan intensitas yang sangat
lemah. Lebar peak yang terbentuk mengakibatkan peak dari karboksilat hampir
tidak terlihat pada pergeseran spektrum 1H NMR (Pavia et al, 2009), sehingga
identifikasi senyawa karboksilat cukup dilakukan dengan spektroskopi FTIR.

7
Mekanisme reaksi yang terjadi diprediksi sebagai reaksi SN2 dan disajikan pada
Gambar 6:

Gambar 6. Mekanisme reaksi asetilasi asam vanilat dalam suasana


asam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vane dan Botting (2003),
disimpulkan bahwa aspirin mampu menghambat rasa sakit dengan cara
mengasetilasi gugus aktif dari enzim siklooksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin sebagai raseptor rasa nyeri dapat terhambat. Pada penelitian ini,
vanilin memilki gugus aktif berupa gugus aldehid yang dapat mengalami reaksi
oksidasi sehingga diperoleh senyawa asam karboksilat sebagai salah satu gugus
aktif dari senyawa aspirin. Selain itu juga terdapat gugus hidroksi yang dapat
mengalami reaksi asetilasi dengan senyawa anhidrida asam membentuk senyawa
asetil vanilat. Gugus asetil yang disubtitusikan ke dalam senyawa asam vanilat
merupakan gugus aktif dari senyawa asetil vanilat dan dapat mengasetilasi gugus
aktif dari enzim siklooksigenase sehingga produksi hormon prostaglandin sebagai
reseptor rasa nyeri dapat terhambat. Sintesis senyawa asetil vanilat diharapkan
memiliki kemampuan yang sama dengan aspirin sebagai obat penghilang rasa
nyeri.

8
BAB III
KESIMPULAN

Sintesis senyawa asetil vanilat sebagai komponen senyawa


analgesik dapat dilakukan dalam suasana asam dan dapat diprediksikan
mekanisme reaksi yang terjadi adalah SN2 (Substitusi Nukleufilik 2).

9
DAFTAR PUSTAKA

Asetya.D.M. 2010. Sintesis Asam 2-(2- klorobenzoiloksi) Benzoat dan uji


Aktivitas Analgesik pada Mencit (Musmusculus).Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas. Airlangga.Surabaya.halaman.3.
Ganiswara, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru. Jakarta
Palleros. 2000. Kimia Organik Eksperimental. New York : John Willey and Sons.

Pavia.D.L., Lampman.G.M., Kriz.G.S., Vyvyan.J.R. 2009.


Introduction to Spectroscopy. Fourth Edition. USA. Pre
Press PMG.158.
Vane.J.r. and Botting.R.M. 2003. The Mecanism of Action of Aspirin.
Thrombosis Research Journal. 110.255-258.
Wilmana.P.F. 1995.Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
non Steroid dan Obat Pirai. Sulistiana G.Ganiswara.Farmakologi dan
Terapi. Edisi keempat. Jakarta: GayaBaru.207-209.
Vane, J.R and Botting, R.M. 2003. Review Article : The Mechanisme of Action
of Aspirin. Trombosic Research 110 : 255-258.
Siswandono, & Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya : Universitas
Airlangga Press
Sri Yuliani. (2007). Vanilin dari limbah daun cengkeh.
Stembayo. 2008. Belajar Kimia Punk, http://oteka-stembayo.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 16 Agustus 2017

10

Anda mungkin juga menyukai