Anda di halaman 1dari 39

Analisis Aktivitas Pendanaan

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekutitas, atau dapat juga dengan
keduanya. Kewajiban merupakan suatu utang yang digunakan untuk mendapatkan pendanaan
yang harus dibayarkan di masa yang akan datang baik dalam bentuk uang, jasa, atau dalam
bentuk lainnya.Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas aset dan sumber daya
perusahaan yang kini dan masa depan. Kewajiban berupa pendanaan atau operasi dan
biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas.Kewajiban pendanaan merupakan seluruh
bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka
pendek, dan sewa. Kewajiban operasi merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seprti
kreditor perdagangan, kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban biasanya
dilaporkan dalam bentuk lancar dan/atau tidak lancar biasanya didasarkan pada kapan
kewajiban tersebut jatuh tempo, dalam waktu satu tahun ataukah lebih. Ekuitas merupakan
klaim pemilik atas aset bersih perusahaan. Klaim pemilik dibawah kreditor, yang berarti
klaimnya dipenuhi setelah klaim kreditor diselesaikan.

KEWAJIBAN

Kewajiban Lancar

Merupakan kewajiban yang pelunasannya memerlukan penggunaan aset lancar atau


munculnya kewajiban lancar lainnya. Periode yang diharapkan menyelesaikan kewajiban
adalah periode yang mana lebih panjang antara satu tahun dan satu siklus operasi perusahaan.

Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Kewajiban pertama timbul akibat aktivitas operasi yang
melliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan beban
operasi akrual lainnya seperti gaji. Jenis kewajiban yang kedua adalah kewajiban lancar yang
timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka
panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Kewajiban Tidak Lancar

Kewajiban tidak lancar atau yang disebut juga dengan utang jangka panjang adalah
kewajiban yang jatuh temponya tidak dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar.
Kewajiban tidak lancar beragam bentuknya, dan penilaiannya serta pengukurannya
memerlukan pengungkapan atas seluruh batasan dan ketentuan.pengungkapan meliputi
tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, dan provisi subordinasi.
Pengungkapan meliputi pula jaminan, persyaratan penyisihan dana pelunasan, dan provisi
kredit berulang. Perusahaan harus mengungkapkan default atas provisi kewajiban, termasuk
untuk bunga dan pembayaran kembali pokok pinjaman.

Pengungkapan juga disyaratkan untuk pembayaran di masa depan utang jangka panjang dan
untuk saham yang dibeli kembali. Pengungkapan ini meliputi:

Tanggal jatuh tempo dan persyarartan pencadangan dana pelunasan setiap tahun
selama lima tahun ke depan.
Persyaratan pelunasan setiap tahun selama lima tahun kedepan.

Daftar Amortisasi Sewa

KOMPONEN POKOK DAN BUNGA


DALAM MLP

Kewajiban
Kewajiban Awal Akhir
Tahun Tahun Bunga Pokok Jumlah Tahun

2005 10000 800 1705 2505 8295

2006 8295 664 1841 2505 6454

2007 6454 517 1988 2505 4466

2008 4466 358 2147 2505 2319

2009 2319 186 2319 2505 0


2525 10000 12525

Analisis Kewajiban

Auditor merupakan satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran kewajiban.
Auditor menggunakan teknik seperti konfirmasi langsung, melakukan telaah atas notulen
rapat, membaca kontrak perjanjian, serta bertanya kepada pihak-pihak yang memahami
kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh
kewajibannya. Sumber keyakinan lainnya adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda
yang mensyaratkan adanya jurnal penyeimbang antara perolehan aset, sumber daya atau
biaya dengan kewajiban atau pembebanan sumber daya. Namun demikian, tidak terdapat
keharusan penjurnalan untuk sebagian besar komitmen dan kewajiban kontinjen. Dalam
kasus ini analisa kita seringkali harus didasarkan pada catatan atas laporan keuangan dan
pada komentar manajemen dalam laporan tahunan, serta dokumen-dokumen terkait.
Keakuratan dan kewajaran jumlah utang dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang
dengan pengungkapan beban bunga dan pembayaran bunga. Setiap perbedaan yang tidak

dapat dijelaskan memerlukan analisis yang lebih lanjut atau memerlukan penjelasan
manajemen.

SEWA

Sewa merupakan bentuk pendanaan yang populer, khsusnya dalam beberapa industri tertentu.
Sewa merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik dan penyewa. Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada penyewa untuk menggunakan aset yang dimiliki oleh pemilik
selama masa sewa. Sebgai balasannya, penyewa membayar sewa yang disebut dengan
pembayaran sewa minimum (minimum leasee payment MLP).

Sewa pendanaan sewa yang diterjemahkan dari captial lease merupakan jenis sewa atau
pendanaan yang memiliki istilah lain, yaitu financial lease yaitu skema pendanaan yang
mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara substansial dicatat sebagai perolehan aset
dan menimbulkan kewajiban bagi penyewa. Sama halnya dengan pemilik barang sewa yang
mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan. Pada skema ini, objek
sewa diakui menjadi milik penerima pendanaan atau sewa atau lesee.
Sewa operasi penyewa mencatat MLP sebagai kewajiban sewa sedangkan pemilik
mencatat MLP sebagai pendapatansewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam
neraca.

Akuntansi dan Pelaporan Sewa

Klasifikasi dan Pelaporan Sewa

Penyewa mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat
terjadinya transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut:

1) Terdapat transfer kepemilikan aset pada penyewa pada akhir masa sewa,
2) Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah,
3) Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset, atau
4) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sebesar
90% atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang
ditahan oleh pemberi sewa.

Sewa dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak ada satu kriteria pun diatas
yang terpenuhi. Walaupun demikian, perusahaan sering mengatur sewa secara efektif
sehingga dapat diklasifikasikan sebagai operating lease.

Misalkan perusahaan hendak memenuhi kebutuhan perusahaan akan suatu aset, maka
perusahaan dapat memilih leasing sebagai model pendanaan, baik dengan skema operating
lease atau financial lease. Dengan memperhatikan kebutuhan perusahaan, perusahaan dapat
menentkan kebijakan dengan memperhatikan beberapa aspek, diantaranya adalah beban
bunga, pajak atas aset, dan juga kepemilikan atas aset yang menjadi objek yang dituju.

Berikut ini merupakan dampak yang akan muncul akibat pemilihan dari keputusan
menggunakan skema operating lease atau pun menggunakan capital atau financial lease.
Dampak Metode Akuntansi Sewa Pada Laporan Laba Rugi

OPERATING LEASE CAPITAL LEASE

Tahun Beban Sewa Bunga Pokok Jumlah

2005 2505 800 2000 2800

2006 2505 664 2000 2664

2007 2505 517 2000 2517

2008 2505 358 2000 2358

2009 2505 186 2000 2186

Total 12525 2525 10000 12525


Dampak Capital Lease Pada Neraca

Bulan/Hari/Tahun Kas Aset sewa Kewajiban Sewa Ekuitas

1/1/2005 0 10000 10000 0

12/31/2005 2505 8000 8295 -2800

12/31/2006 2010 6000 6454 -5464

12/31/2007 7515 4000 4466 -7981

12/31/2008 10020 2000 2319 -10339

12/31/2009 12525 0 0 -12525

Pengungkapan Sewa

Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk melaporkan aset sewa
maupun kewajiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus mengungkapkan
komitmen sewa di masa depan untuk capital lease dan operating lease yang tidak dapat
dibatalkan. Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.
ANALISIS SEWA

Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan
keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan
laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.

Dampak Operating Lease

Walaupun standar akuntansi memperbolehkan metode alternatif untuk mencerminkan


perbedaan ekonomi yang mendasari transaksi sewa, pilihan ini sangat sering disalahgunakan
oleh lessee yang menstrukturkan kontrak sewa sehingga mereka dapat menggunakan metode
operating lease. Praktik ini mengurangi manfaat laporan keuangan. Terlebih lagi, karena
proporsi capital lease terhadap operating lease beragam antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain, akuntansi sewa memengaruhi kemampuan kita untuk membandingkan
laporan keuangan perusahaan yang berbeda.

Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebsgai operating lease terkait dengan
dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan dampak pada
laporan keuangan ini adalah sebagai berikut :

1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca. Selain menyembunyikan kewajiban dari
neraca, hal tersebut juga menaikkan rasio solvabilitas (seperti debt to equity) yang
sering digunakan dalam analisis kredit.
2. Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat
meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio perputaran aset
(assets turnover ratio).
3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.
Artinya, operating lease melaporkan laba lebih tinggi di awal masa sewa dan
melaporkan laba lebih rendah di akhir masa sewa.
4. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan
tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dalam neraca. Hal tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas
lainnya.
5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian, perating
lease menyajikan lebih rendah dari seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal
tersebut menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.

Kemampuan operating lease untuk meingkatkan rasio utama dalam analisis kredit dan
analisis profitabilitas tetap menjadi insentif utama bagi lessee untuk melakukan pendanaan
diluar neraaca ini. Lessee juga yakin bahwa mengklasifikasikan sewa sebagai operating lease
membantu mereka untuk memenuhi persyaratan kredit dan meningkatkan prospek mereka
untuk mendapatkan pendanaan tambahan.

Oleh karena klasifikasi serta berdampak pada laporan keuangan dan rasio, analisis harus
membuat penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum melakukan analisis. Banyak
analisis mengonversi seluruh operating lease menjadi capital lease.

Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease

Tampilan 3.6 Menentukan nilai sekarang dari proteksi pembayaran operating lease dan
amortisasi sewa (dalam jutaan dolar)

Tahun Pembayaran Faktor Nilai Bunga Kewajiban Saldo


diskonto sekarang sewa sewa
nilai
sekarang
2004 $3.321
2005 $454 0,94518 $429 $193 $261 3.060
2006 424 0,89336 379 178 246 2.814
2007 391 0,84439 330 163 228 2.586
2008 385 0,79810 307 150 235 2.351
2009 379 0,75435 286 136 243 2.108
2010 379 0,71299 270 122 257 1.851
2011 379 0,67390 255 107 272 1.579
2012 379 0,63696 241 92 287 1.292
2013 379 0,60204 228 75 304 988
2014 370 0,56904 216 57 322 666
2015 379 0,53784 204 39 340 326
2016 347 0,50836 176 21 326 0
Total 4.654 3.321

Langkah-langkah konversi operating lease menjadi capital lease diiliustrasikan dalam


tampilan 3.6 dengan menggunakan data dalam catatan sewa Best Buy. Langkah pertama
adalah menilai apakah klasifikasi operating lease Best Buy dapat diterima. Untuk melakukan
ini, kita harus memperkirakan periode setelah lima tahun, yang diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan berjudul tahun tahun selanjutnya dengan MLP tahun lalu yang
dilaporkan secara terpisah. Untuk Best Buy, kita bagi total MLP tahun-tahun selanjutnya
sebesar $2,621 miliar (untuk operating lease tahun 2004) dengan MLP yang dilaporkan di
tahun 2009 sebesar $379 juta, dengan hasil 6,9 tahun setelah tahun 2004. Tambahkan angka
ini dengan 5 tahun yang telah dilaporkan, kita mendapatkan estimasi sisa masa sewa sekitar
12 tahun. Berdasarkan hasil ini kita perlu mengklasifikasi ulang operating lease Best Buy
menjadi capital lease dengan pertimbangan bahwa komitmen selama 12 tahun untuk
operating lease adalah terlalu panjang untuk diacuhkan. Jika periode sewa yang tersisa
(komitmen) dipandang signifikan, kita perlu mengapitalisasikan operating lease.

Untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease, kita perlu mengestimasi nilai
sekarang kewajiban operating lease Best Buy. Proses ini dimulai dengan estimasi tingkat
bunga yang akan kita gunakan untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa.
Menentukan tingkat bunga operating lease ini merupakan tantangan. Untuk perusahaan yang
melaporkan operating lease maupun capital lease, kita dapat memperkirakan tingkat bunga
implisit untuk capital lease dan mengasumsikan tingkat bunga yang sama untuk operating
lease. Tingkat bunga implisit capital lease dapat dicari dengan cara trial and error dan
merupakan tingkat bunga yang menghasilkan angka proyeksi pembayaran capital lease sama
dengan angka nilai sekarang capital lease, dimana keduanya diungkapkan dalam catatan kaki
sewa.

Terdapat dua masalah saat mencari tingkat bunga capital lease dari pengungkapan.
Pertama, tidaklah mungkin untuk menggunakan cara ini untuk perusahaan yang tidak
melaporkan rincian capital lease. Dalam kasus tersebut, kita perlu menentukan imbal hasil
(yield) utang jangka panjang perusahaan atau utang dengan profil risiko yang sama kemudian
menggunakannya sebagai estimasi tingkat bunga operating lease. Masalah kedua timbul jika
tingkat bunga capital lease dan operating lease berbeda (dapat terjadi saat operating lease dan
capital lease disepakati pada waktu yang berbeda saat tingkat bunga berbeda). Dalam
skenario ini, kita perlu untuk melakukan penyesuaian atas tingkat bunga capital lease agar
lebih mencerminkan tingkat bunga operating lease.

Peringkat obligasi Best Buy adalah BBB, yaitu berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat
bunga pinjaman sebesar 5,8% di tahun 2005. Sebagai contoh lebih lanjut, digunakan 5,8%
tingkat bunga diskonto untuk menentukan nilai sekarang perkiraan pembayaran sewa operasi.
Pembayaran sewa 2005-2009 disajikan dalam catatan kaki sewa seperti yang disyaratkan.
Perkiraan pembayaran setelah 2009 diasumsikan sama dengan pembayaran 2009 dan
berlanjut sampai tujuh tahun ke muka dengan pembayaran sewa final sebesar $347 juta pada
tahun ke-12 (2016). Apabila pembayaran sewa ini didiskontokan pada 5,8% menghasilkan
nilai sekarang sebesar $3,321 miliar. Angka ini yang seharusnya ditambahkan pada
kewajiban yang dilaporkan Best Buy.

Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai aset sewa. Untuk analisis operating lease,
kita asumsikan bahwa nilai aset sewa samadengan estimasi kewajiban sewa. Untuk Best Buy,
aset sewa maupun kewajiban sewa diestimasi sebesar $3,321 miliar untuk tahun 2004. Kita
juga dapat memisahkan kewajiban operating lease menjadi lancarv dan tak lancar masing-
masing sebesar $261 juta dan $3,06 miliar secara berturut-turut. Langkah selanjytnya
mengestimasi dampak reklasifikasi sewa pada laba yang dilaporkan. Terdapat dua beban
terkait dengan capital lease bunga dan penyusutan. Beban bunga dihitung dari perkalian
tingkat bunga dengan nilai sekarang sewa (kewajiban sewa). Untuk Best Buy, diperkirakan
sebesar $193 juta untuk tahun 2005, didapat dari 5,8% dikalikan $3,321 miliar (lihat tampilan
3.6). beban penyusutan ditentukan dengan membagi nilai aset sewa dengan sisa masa sewa.
Dengan asumsi tidak ada nilai sisa, penyusutan aset sewa sebesar $3,321 miliar dengan
metode garis lurus selama 12 tahun adalah $277 juta per tahun. Total beban diestimasi
sebesar $470 juta ($193 juta+$277 juta) untuk tahun 2005, dibandingkan dengan proyeksi
beban sewa sebesar $454 juta, menghasilkan kenaikan sebesar $16 juta sebelum pajak.

Penyajian Kembali Laporan Keuangan Untuk Reklasifikasi Sewa

Tampilan 3.7 Penyajian kembali neraca setelah konversi operating lease menjadi capital lease
Best Buy 2004 (dalam jutaan dolar)
Laporan Laba Rugi Sebelum Sesudah
Penjualan $24.547 $24.547
Beban operasi 23.243 23.066
Laba operasi sebelum bunga 1.304 1481
dan pajak
Beban (pendapatan) bunga 8 201
Pajak penghasilan 496 490
Laba dari operasi berjalan 800 790
Penghentian operasi (95) (95)
Laba bersih 705 695

Neraca Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah


Aset lancar $5.724 $5.724 Kewajiban lancar $4.501 $4.762
Aset tetap 2.928 6.249 Kewajiban jangka 729 3.789
panjng
Ekuitas pemegang 3.422 3.422
saham
Total aset 8.652 11.973 Total kewajiban dan 8.652 11.973
ekuitas

Tampilan 3.7 menunjukkan neraca dan laporan laba rugi Best Buy yang disajikan kembali
sebelum dan sesudah reklasifikasi operating lease dengan menggunakan hasil di tampilan 3.6.
reklasifikasi operating lease memiliki dampak yang terbatas pada laporan laba rugi Best Buy.
Dengan menggunakan perhitungan penyusutan dan beban bunga dari tampilan 3.6. laporan
laba rugi Best Buy untuk tahun 2004 adalah sebagai berikut :

Beban operasi turun sebesar $177 juta (penghapusan beban sewa sebesar $454 juta
yang dilaporkan tahun 2004 dan penambahan beban penyusutan sebesar $277 juta).
Beban bunga naik sebesar $193 menjadi $201 juta
Laba bersih turun sebesar $10 juta (laba sebelum pajak adalah sebesar $16 juta x (1-
0,35), asumsi tarif pajak marginal perusahaan) di tahun 2004.
Tampilan 3.8 Dampak konversi operating lease menjadi capital lease terhadap rasio utang
Best Buy (2004)

Rasio keuangan Sebelum Sesudah


Rasio lancar 1,27 1,20
Total utang terhadap ekuitas 1,53 2,50
Utang jangka panjang terhadap 0,21 1,11
ekuitas
Tingkat pengembalian atas ekuitas 20,6% 20,3%
akhir
Tingkat pengembalian atas aset 8,1% 5,8%
Kelipatan bunga dihasilkan 163,0 7,37

Dampak pada neraca lebih besar. Total aset dan total kewajiban keduanya meningkat
sebesar $3,321 miliar pada akhir tahun 2004, yang merupakan nilai sekarang kewajiban
operating lease. Kenaikan kewajiban terdiri atas kenaikan kewajiban lancar ($261 juta) dan
kewajiban tak lancar ($3,06 miliar).

Tampilan 3.8 menunjukkan beberapa rasio untuk Best Buy sebelum dan sesudah
reklasifikasi sewa. Rasio lancar (current ratio) sedikit menurun dari 1,27 menjadi 1,20.
Namun, reklasifikasi berdampak negatif pada rasio solvabilitas Best buy. Total rasio utang
terhadap ekuitas (debt to equity ratio) meningkat sebesar 65% menjadi 2,50 dan rasio utang
jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity ratio) melonjak dari 0,21 menjadi
1,11. Rasio kelipatan bunga dihasilkan (times interest earned ratio) Best buy naik dari 163,0
(karena perusahaan melaporkan pendapatan bunga sebelum reklasifikasi) menjadi 7,37 dan
tetap sangat tinggi meskipun setelah penyesuaian operating lease.

ROE tidak banyak dipengaruhi karena laba setelah pajak hanya berubah sedikit (berarti
reklasifikasi tidak banyak berpengaruh pada ekuitas). Namun terdapat pengaruh besar pada
komponen profitabilitas. ROA turun dari 8,1% menjadi 5,8% karena kenaikan aset dan
berdampak pula pada total aset turnover. Penurunan ini saling hapus (offset) dengan kenaikan
financial leverage sehingga ROE tidak berubah.
MANFAAT PASCA PENSIUN

Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun (prostretirement benefit) ini :

1. Manfaat pensiun (pension benefit), dimana pemberi kerja menjanjikan


manfaat moneter kepada pekerja pascapensiun
2. Manfaat lain pascapensiun pekerja (other postretirement employee benefit
OPEB), dimana pemberi kerja menyediakan manfaat lain (biasanya nonmoneter)
pascapensiun, terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.

Kedua jenis manfaat memberikan tantangan konseptual yang sama bagi akuntansi dan
analisis. Standar akuntansi saat ini mensyaratkan pengakuan beban manfaat pascapensiun
saat pekerja aktif memberikan jasa, bukan saat manfaat dibayarkan. Estimai nilai sekarang
manfaat pensiun yang diakui, dilaporkan sebagai kewajiban bagi pemberi kerja. Oleh karena
waktu dan besaran manfaat ini tidak pasti, biaya manfaat pascapensiun (dan kewajibannya)
perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria atas harapan hidup, perputaran pegawai, tingkat
kenaikan kompensasi, biaya perawatan kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan,
dan tingkat bunga.

Manfaat pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan.
Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi. Hampir
sepertiga pekerja AS berpartisipsi dalam program perawatan kesehatan pascapensiun, dengan
total kewajiban yang tidak didanai (unfunded liability) berkisar antara $1 sampai $2 triliun.
Kewajiban pensiun dan OPEB besar kemungkinan akan berkembang karena perubahan
demografis dan meningkatnya harapan hidup.

Program pensiun masih menjadi berita beberpa tahun terakhir ini. Selama dekade awal,
turunnya tingkat bunga dan meletusnya pasar modal telah mengakibatkan badai yang hebat
bagi program pensiun, yan dikenal dengan istilah krisis pensiun. Progam pensiun pada
banyak perusahaan menjadi kekurangan dana, dan pada beberapa kasus (misalnya, United
Airlines), beberapa perusahaan menyatakan dirinya bangkrut sehingga tidak mampu
memenuhi kewajiban pensiunnya. Akuntansi pensiun (dibawah standar lama SFAS 87)
dianggap terlibat sebagai salah satu penyebab krisis karena tidak mengatasi masalah pada
waktunya. Oleh karena itu, FASB telah merekomendasikan akuntansi pensiun dan baru-baru
ini mengeluarkan standar baru (SFAS 158), untuk membenahi, paling tidak sebagian,
masalah yang berhubungan dengan akuntansi pensiun.

Manfaat Pensiun

Akuntansi pensiun mensyaratkan pemahaman ekonomi yang mendasari transaksi dan


peristiwa pensiun. Dengan demikian, kita membahas sifat transaksi dan peristiwa pensiun
terlebih dahulu, bersamaan dengan ekonomi yang mendasari akuntansi pensiun, sebelum
membahas ketentuan akuntansi pensiun.

Sifat Kewajiban Pensiun

Perusahaan memformalkan komitmen pensiun dalam bentuk program pensiun. Program


pensiun (pension plan) merupakan janji pemberi kerja untuk menyediakan manfaat pensiun
bagi pekerja, dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak : pemberi kerja, yang memberikan
kontribusi pada program pensiun; pekerja yang menerima manfaat; dan dana pensiun. Dana
pensiun terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk (trustee).
Dana pensiun menerima kontribusi, menginvestasikan kontribusi tersebut dengan cara yang
tepat, dan membagikan manfaat pensiun kepada pekerja. Proses program pensiun
digambarkan dalam diagram di tampilan 3.9

Elemen dari Proses Pensiun

Pemberi Kerja Dana Pensiun Pekerja

Kontribusi manfaat
(pengeluaran uang)

Investasi dan Pengembalian

Program pensiun secara pasti menentukan manfaat, hak dan tanggungjawab pemberi kerja
dan pekerja. Program pensiun dapat dibagi dalam dua kategori uama.
1. Program pensiun manfaat pasti (defined benefit) menentukan jumlah pensiun yang
dijanjikan oleh pemberi kerja untuk dosediakan bagi pensiunan. Dalam program ini,
pemberi kerja menanggung risiko kinerja dana pensiun.
2. Program pensiun iuran (defined contribution) menentukan jumlah kontribusi pembri
kerja pada program pensiun. Dalam kasus ini, jumlah manfaat pensiun yang diterima
pensiunan bergantung pada kinerja dana pensiun. Dalam program ini, pekerja
menaggung risiko kinerja dana pensiun.

Dalam kedua program pensiun, manfaat pekerja biasanya ditentukan melalui rumus yang
dikaitkan dengan upah pekerja. Program pensiun iuran pasti segera mewajibkan pemberi
kerja untuk membayar sebesar proporsi tetap dari kompensasi pekerja saat ini, sedangkan
program pensiun manfaat pasti mensyaratkan pemberi kerja untuk membayar pekerja secara
berkala sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya sejak pekerja pensiun sampai pekrja
meninggal.

Pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting
merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun terlepas dari apakah pekerja masih berada
dalam perusahaan atau tidak. Hak ini biasanya diberikan setelah pekerja memberikan jasa
kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu.

Setelah kewajiban pensiun ditentukan, beban pendanaa (funding) menjadi keputusan


manajemen untuk program pensiun manfaat pasti, yang dipengaruhi oleh pertimbangan legal
dan pertimbangan pajak. Hukum pajak menerapkan ketentuan pendanaan minimum untuk
menjamin keamanan manfaat pensiunan. Hukum pajak juga menerapkan batasan
pengurangan pajak (tax deductibility) untuk program pensiun yang didanai terlalu tinggi
(overfunded). Ketentuan pendanaan minimum juga terdapat dalam Employee Retirement
Income Security Act (ERISA). Perusahaan mempunyai pilihan untuk mendanai program
dalam jumlah yang pas (dengan menyerahkan aset kepada trustee sebesar kewajiban pensiun)
atau mendanai terlalu tinggi (overfund) atau mendanai terlalu rendah (underfund).

Tampilan 3.10 menggambarkan garis waktu untuk program pensiun manfaat pasti yang
sederhana. Kasus ini melibatkan seorang pekerja yang diharapkan pensiun 15 tahun
mendatang dan menerima pensiun tahunan berjumlah tetap sebesar $20.000 selama 10 tahun
setelah pensiun. Tingkat diskonto (bunga) diasumsikan sebesar 8% pertahun. Kita juga
,mengasumsikan pemberi kerja mendanai program secara pas. Meskipun disederhanakan,
ilustrasi ini menunjukkan ekonomi yang mendasari program pensiun manfaat pasti. Program
ini melibatkan investasi saat ini oleh pemberi kerja untuk pembayaran manfaat pensiun
pekerja di masa depan. Tantangan bagi akuntansi adalah perkiraan program pensiun pemberi
kerja dan penentuan beban (biaya) pensiun untuk periode bersangkutan, yang berbeda dari
pendanaan (kontribusi yang sebenarnya) oleh pemberi kerja. Untuk tujuan ini, akuntan
bersandar pada asumsi yang dibuat oleh spesialis yang dikenal sebagai aktuaris.

Akumulasi Pensiun dan Pembagian untuk Program Imbalan Pasti

Dana yang diperlukan pada saat


pekerja pensiun; nilai sekarang
dari 10 kali pembayaran sebesar
$20.000 per tahun dengan
Kontribusi = $4.942 per tingkat diskonto 8% per tahun Imbalan = $20.000 per
tahun tahun
$134.200

15 th 10 th

Sebelum pensiun Saat pensiun Pascapensiun

Ekonomi dari Akuntansi Pensiun

Tantangan akuntansi dalam mendefinisikan program pensiun adalah bahwa akuntansi


membuat perkiraan kewajiban dan beban yang dibutuhkan untuk menciptakan pembayaran
kas yang mungkin terjadi di tahun-tahun yang akan datang. Dalam bagian ini, kita
mempelajari ekonomi yang mendasari akuntansi untuk program pensiun.

Harus dipahami bagaimana aktual arus kas masuk dan keluar dari program pensiun
yang mempengaruhi status pendanaan. Araus kas masuk utama di dalam program diperoleh
dari kontribusi pemberi kerja, yang dapat meningkatkan nilai asset program. Arus kas keluar
utama di dalam program pensiun adalah pembayaran manfaat kepada pekerja yang sudah
pensiun. Pembayaran manfaat mengurangi kedua aset program (karena kas telah dibayarkan
dari aset program) dan kewajiban pensiun (karena bagian dari pembayaran yang dijanjikan
kepada pekerja telah dibuat) dengan tepat dalam jumlah yang sama. Sehingga, pembayaran
manfaat tidak mempengaruhi status pendanaan bersih dari program tersebut.
Persyaratan Akuntansi Pensiun

Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali oleh GAAP dalam SFAS
87. Fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang stabil dan permanen. Oleh
karena itu, beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih disebut biaya pensiun periode
bersih. Yang meratakan komponen volatilitas biaya pensiun dengan cara menunda
pengakuannya melalui proses ditangguhkan atau amortisasi.

Akuntansi pensiun terkini mengakui status pendanaan bagi program pensiun pada
neraca. Status pendanaan merupakan perbedaan antara nilai pasar terkini asset program
pensiun dan kewajiban pensiun. Definisi kewajiban pensiun yang digunakan adalah proyeksi
kewajiban manfaat yang di dasarkan pada estimasi kompensasi pekerja pada saat pensiun
yang diestimasi menggunakan asumsi sehubungan dengan rata-rata pertumbuhan.

Pertama, jumlah asset dan kewajiban pensiun digabungkan satu sama lain dan
bukannya dilaporkan terpisah sebagai asset dan kewajiban yang berhubungan. Kedua,
perusahaan tidak melaporkan status pendanaan dari program pensiun dalam baris yang
terpisah dalam neraca. Status pendanaan diletakkan dalam berbagai pos asset dan kewajiban.

Pengakuan tingkat pengembalian terhadap aset target yang merupakan estimasi


tingkat pengembalian aset target untuk jangka panjang, diakui dalam beban pensiun ang
dilaporkan. Perbedaan antara ekspektasi tingkat pengembalian aktual dan ekspektasi juga
ditangguhkan. Jumlah yang ditangguhkan ini sedikit demi sedikit diakui dalam laba melalui
proses amortisasi. Oleh karena itu, biaya periodik pensiun bersih meliputi biaya jasa, biaya
bunga, tingkat ekspektasi pengambilan aset target dan amortisasi pos pos yang ditangguhkan.

Oleh karena itu, semua perubahan atas status pendanaan tidak dimasukkan ke dalam
biaya pensiun yang diakui, sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan
diartikulasikan. Untuk mengartikulasikan kedua sekuritas, penangguhan bersih untuk periode
tersebut dimasukkan dalam laba komprehensif lainya untuk periode yang bersangkutan,
sementara kumulatif penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif
lainnya, yaitu merupakan komponen ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu, proses
perataan mengizinkan komponen beban pensiun yang volatil untuk langsung dtransfer ke
ekuitas pemegang saham tanpa mempengaruhi laba bersih periode.

Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya


Manfaat lain pascapensiun (OPEB) merupakan manfaat yang diberikan oleh pemberi
kerja kepada pensiunan atau anggota keluarganya. Komponen dasar dari OPEB adalah
manfaat perawatan kesehatan. Sebagai tambahan, perusahaan memberikan asuransi jiwa, dan
pada kasus lain yang jarang terjadi, perusahaan menyediakan fasilitas perumahan. Perlakuan
akuntansi dan ekonomi yang mendasari OPEB sangat mirip dengan perlakuan untuk pensiun.
(1) biaya OPEB diakui saat terjadi, bukan saat dibayarkan, (2) aset OPEB di offsett dengan
kewajiban OPEB dan pengembalian dari aset ini di offsett dengan biaya OPEB, (3)
keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya masa lalu, dan kelebihan tingkat pengembalian atas
pengembalian yang diharapkan ditangguhkan dan kemudian diamortisasi.

Pelaporan Manfaat Pascapensiun

Keuntungan pelaporan manfaat pascapensiun diatur dalam SFAS 132 yang


mengharuskan format pengungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun.
Perusahaan jarang melaporkan secara terpisah baik antara status pendanaan dalam neraca
maupun biaya manfaat pascapensiun di dalam laporan laba rugi. Namun standar SFAS 132
ini meminta pengungkapan catatan kaki yang panjang lebar.

Catatan terdiri atas 5 bagian utama: (1) penjelasan posisi yang dilaporkan dalam
neraca, (2) detail biaya manfaat periodik bersih, (3) informasi mengenai aktuaria dan asumsi
lain, (4) informasi mengenai alokasi aset dan kebijakan pendanaan, (5) kontribusi masa depan
yang diharapkan dan pembayaran manfaat.

Informasi mengenai posisi yang dilaporkan dalam neraca, terdiri atas dua bagian
utama. Bagian pertama menerangkan mengenai perubahan pada kewajiban manfaat dan asset
program serta penentuan status pendanaan pada akhir tahun. Bagian kedua menunjukkan
detail tentang bagaimana status pendanaan program pensiun dilaporkan dalam neraca.

Status pendanaan awal dan akhir direkonsiliasi melalui penjelasan perubahan


kewajiban dan aset program. Perubahan dalam kewajiban pensiun dijelaskan dengan biaya
ekonomis berulang dan tak berulang dikurangi dengan manfaat yang dibayarkan.

Catatan kaki juga merupakan tuan rumah bagi informasi kualitatif dan kuantitatif.
Pembahasan dimulai dengan memeriksa asumsi aktuarial penting yang mendasari
penghitungan kewajiban manfaat dan biaya manfaat periodik pensiun dan OPEB. Bagian
akhir catatan memuat informasi mengenai antisipasi kontribusi dan perkiraan pembayaran
manfaat perusahaa.

Analisis Manfaat Pascapensiun

Manfaat pasca pensiun dapat dianalisis melalui lima tahap, yaitu :

1. Rekonsiliasi Angka Ekonomis dan Angka yang Dilaporkan


Biaya pension ekonomis untuk AMR sebesar $413 juta dalam bentuk laba diperoleh
dari $1.063 juta pengembalian aset actual dan $390 juta keuntungan actuarial. Sedangkan
biaya pension yang dilaporkan sebesar $467 juta dalam bentuk beban. Perbedaan ini timbul
karena keuntungan aktuaria lsebesar $390 juta dan pengembalian aset program sebesar $394
ditangguhkan. Sebagai tambahan, amortisasi sebesar $96 juta yang terdiri dari keuntungan
bersih dan $16 juta biaya jasa dimasukkan dalam laporan pension sehingga jumlah
penangguhan bersih sebesar $880 juta. Hal tersebut terjadi pula pada pelaporan OPEB (Other
Postretirement Employee Benefit), sehingga untuk angka total, AMR mencatat biaya manfaat
sebesar $715 juta.

Dalam tahun 2006 status pendanaan AMR untuk program pensiun underfunded
sebesar $2.483 juta. Angka ini dilaporkan dalam neraca sebagai utang bersih.Padatahun 2005
dengan SFAS terdahulu, program pensiun underfunded sebesar $3.225 juta, namun jumlah
yang diakui dalam neraca hanya utang sebesar $2.263 juta. Perbedaan status pendanaan dan
jumlah yang diakui neraca adalahs ebesar $962 juta yang terdiridari $2.343 juta penangguhan
bersih yang tidak diakui dan $1.381 juta off setting tambaha nhutang minimum yang
merupakan penyesuaian, yang tidak direncanakan.

Total status pendanaan AMR yang underfunded sebesar $5.537 juta dilaporkan
sebagai utang ditahun 2006 denganakumulaispengangguhanbesihsebesar $1.456 juta
dilaporkan sebagai akumulasi laba komprehensif lainnya. Sebagai perbandingan, pada tahun
2005 hanya $5.247 juta underfunded yang diakui sebagai utang dari total underfunded
sebesar $6.448 juta.

Apaila penangguhan bersih 2006 sebsar $1.126 juta dikombinasikan dengan saldo
awal sebesar $2.582 juta menghasilkansal dooenutup penangguhan bersih 2006 sebesar
$.1456 juta yang akan dimasukkan kedalam akumulasi laba komprehensif lainnya dalam
neraca 2006.
Saldo awal dan akhir dalam penangguhan bersih akan dimasukkan dalam akumulasi
laba komprehensif lainnya dalam neraca secara berurutan dan jumlah penangguhan bersih
tahun tersebut akan dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya pada tahun yang sama.

2. Menyesuaikan Laporan Laba Rugi danNeraca

Penggunaan biaya manfaat ekonomis 2006 menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi
sebesar $714 juta yang meningkatkan 300% dari laba yang dilaporkan yaitu sebesar $231
juta. Peningkatan laba ini disebabkan oleh penurunan beban operasi sebesar $1.099 akibat
perbedaan antara laba manfaat ekonomis dan biaya manfaat yang dilaporkan. Status
pendanaan yang telahdiakui di neraca 2006 dalam SFAS 158 tidak perlu dilakukaan
penyesuaian pada hutang lancar dan ekuitas pemegang saham.
Dengan menggunakan posisi ekonomi bersih, meningkatkan tingkat pengembalian terhadap
aset secara signifikan hampir dua kali lipatnya dari 3.62% menjadi 7.36% pada laba operasi
sebelum pajak, sementara rasio laba bersih terhadap rata rata total aset meningkat
drastic dari 0.79% menjadi 3.22%.

Biaya manfaat yang dilaporkan berbeda dengan biaya ekonomis karena dampak
sementara seperti keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu dan pengembalian aset
abnormal, ditangguhkan dan diamortisasi melalui proses perataan. Tujuan proses perataan ini
adalah untuk mendapatkan komponen biaya manfaat pasca pensiun yang lebih stabil atau
permanen. Dengan demikian, biayamanfaat yang tepat untuk memperoleh laba bergantung
pada tujuan analisis.Jika analisis dilakukan untuk mengukur laba permanen, biaya yang
dilaporkan akan menjadiu kuran yang lebih efektif.

SFAS 158 memilih untuk meratakan biaya manfaat yang dilaporkan. Namun jika
tujuan analisis adalah untuk menentukan laba ekonomis, analisis harus mempertimbangkan
semua elemen sementara laba yang mengimplikasikan bahwa ukuran biaya manfaat yang
lebih berguna adalah biaya ekonomis

Masalah yang terkait adalah apakah biaya manfaat merupakan laba operasi atau non
operasi. Manfaat pesca pension diasumsikan sebagai bagian dari paket kompensasi pegawai
dan harus diklasifikasikan sebagi operasi. Biaya jasa dantakberulang seperti biaya jasa tahun
lalu diklasifikasikan sebagai operasi dalam karakteristiknya. Akan tetapi, biay abunga,
pengembalian aset program dankomponen yang bersifattakberulangseperti (keuntungan)
kerugian bersih diklasifikasikan sebagai pendanaan sehingga harus dimasukkan sebagai
bagian dari laba non operasi.

Status pendanaan merefleksikan posisi ekonomi yang sesungguhnya dari program


sehingga merupakan pengukuran yang tepat dari asetbersih program manfaat. Status
pendanaan ditentukan dengan menggunakan PBO, yang ditentukan dengan
menggunakanupah yang diharapkan pegawai saat pensiun. Pekerja bertanggung jawab atas
kewajiban pension berdasarkan tingkat gaji sekarang yang disebut ABO (accumulated benefit
obligation). Untuk mengevaluasi nilai likuiditas aset bersih perusahaan, pengukuran yang
lebih baik atas kewajiban pension adalah dengan ABO.

Analisis yang dilakukan juga harus menilai neraca mana yang lebih tepat. Masalah ini
merupakan masalah penyajian.

3. Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas

Walaupun nilai aset program didasarkan pada angka yang dapat diuji (nilai pasar),
kewajiban manfaat diestimasi dengan menggunakan angka asumsi aktuaria, seperti tingkat
diskonto.Biaya yang dilaporkan juga sensitive terhadap asumsi actuarial seperti tingkat
pengembalian aset program. Sensitivitas ini mampu membuat manajer memanipulasi asumsi
untuk mempercantik laporan keeuangan, sehingga dalam menganalisis manfaat pasca pension
adalah mengevaluasi asumsi actuarial yang digunakan pemberi kerja.
Perubahan tingkat diskonto mempengaruhi besarnya kewajiban pension maupun biaya
manfaat ekonomi. Tingkat diskonto yang lebih rendah meningkatkan kewajiban pensiun
karenanya menurunkan status pendanaan dari neraca. Tingkat diskonto yang rendah ini akan
meningkatkan biaya manfaat ekonomi selama tahun tersebut.

Asumsi tingkat pengembalian yang diharapkan mempengaruhi biaya manfaat yang


dilaporkan dan merupakan teknik favorit dalam manajemen laba.Tingkat pengembalian yang
diharapkan tergantung pada banyak faktor seperti komposisi aset program dan tingkat
pengembalian jangka panjang pada kelompok aset berbeda.AMR mengalokasikan 37%
asetnya untuk obligasi dan 57% untuk ekuitas. Apabila tingkat pengembalian tahunan jangka
panjang utang dan ekuitas masing-masing 6% dan 10%, alokasi aset AMR akan
mengimplikasikan suatu tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 8.5%, sehingga
tingkat pengembalian yang diasumsikan tersbu tterlalu agresif. Asumsi tingka tpertumbuhan
cenderung lebih stabil dan lebih dapat diprediksi.

4. Paparan Risiko Pensiun

Risiko dalam program pension timbul akibat aset program memiliki profil risiko yang
berbeda dengan kewajiban pension.Nilai kewajiban pension sensitive terhadap perubahan
tingkat diskonto yang kemudian merefleksikan hasil obligasi perusahaan, sehingga
perubahannilaikewajiban pension berkorelasidenganhargapasarobligasi. Perusahaan yang
menginvestasikandanapensiunnyapadasekuritashutangsepertiobligasiakanterlindungdaririsiko
karenanilaiaset program akanberfluktuasibersamasamadengannilaikewajiban pension.
Pengembaliandarisekuritasutang yang lebihkecil ,mengakibatkanbanyakperusahan yang
memilihuntukmengalokasikanaset program kepadaekuitasdenganporsi yang signifikan.
Ekuitasinimemilikikorelasi yang berlawanandengankewwajiban pension,
sehinggamengandungrisiko pension yang signifikan.

Kombinasifaktorsukubunga yang menurundannilaiaset program akibatkeadaanpasar


modal yang menurun, akanmengakibatkanpenurunansignifikanpadatingkatpendanaanpensiun.
Risikopensiunmerupakanprobabilitasketidakmampuanperusahaanuntukmembayarkan
kewajibanpensiuntahunberjalan.Risikopensiuninibergantungpada status pendanaandari
program, semakin program kekurangandanan, semakintinggi pula risikopensiunnya.

Risikopensiunditentukanjugadenganintensitaspensiunyaitubesarkewajibanpensiun
(aset program) dansejauhmanaprofilrisikodari mismatch aset program
dengankewajibanpensiunnya. Intensitaspensiundiukurdengancaramengekspresikanaset
program pensiundankewajibanpensiunsecaraterpisahsebagaipersentasedari total
asetperusahaan.

Risiko meningkat hanya jika perusahaan mengalokasi kan porsi yang signifikan dari
aset programnya pada sekuritas bukan hutang seperti ekuitas dan real estate. Persentasi aset
program yang dialokasikan pada sekuritas bukan hutang menyediakan estimasi baik atas
risiko timbul melalui profil risiko yang mismatched.

Program pensium AMR underfunded sebesar $2.483 jutayaitu 8.5% total asetnya.
Aset programnya sebesar $8.565 juta dan kewajiban $11.048 dirasiokan menjadi 29% aset
program dan 38% kewajiban pension terhadap total aset. Proporsi substansial (63%) dariaset
program dialokasikan pada sekuritas utang. Dengan mempertimbangkan semua faktor, AMR
memiliki paparan risiko pensiun yang tinggi. Bagi AMR, total manfaat pasca pensiun yang
kekurangan dana sebesar $.14.304 juta (49% dari total aset). Hal ini menunjukkan bahwa
AMR memiliki paparan risiko yang tinggid ari program pascapensiunnya.

Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun


Implikasi ini langsung dirasakan, yaitu bahwa arus kas keluar sama dengan kontribusi
yang disiapkan perusahaan untuk program tertentu. Angka arus kas periode sekarang
berguna baik dalam mengevaluasi profitabilitas dari posisi keuangan perusahaan maupun
meramalkan arus kas masa depan. Hal itu disebabkan karena perusahaan
mengkontribusikan suatu program hanya jika diperlukan. Sebagai contoh, AMR hanya
mengkontribusi sebesar $329 juta pada tahun 2006, meskipun sebetulnya perusahaan
membayarkan $605 juta manfaat. Perusahaan dengan program yang membutuhkan dana
banyak (overfunded plans) sering kali tidak membuat kontribusi apa pun, maka dari itu
kontribusi tahun terkini tidak terlalu informatif. Pada catatan kaki yang terdapat di laporan
manfaat pascapensiun tersedia informasi yang dapat membantu seorang analis
memprediksikan arus kas masa depan sehubungan dengan manfaat pascapensiun.

KONTINJENSI DAN KOMITMEN

Kontinjensi

Kontinjensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang


penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan. Kerugian
kontinjensi yang disebut kewajiban kontinjen/bersyarat (contingent liability) merupakan
klaim potensial atas sumber daya perusahaan. Kewajiban kontinjen timbul dari perkara
hukum, ancaman pengambilalihan, penagihan piutang, klaim atas garansi produk atau
kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko yang di asuransikan sendiri
(self-insured risk), dan kerugian property akibat bencana.

Kerugian kontinjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai
kerugian. Pertama, probable bahwa aset akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul.
Kedua, jumlah kerugian harus dapat di estimasikan dengan memadai (reasonably estimate).
Biasanya yang memenuhi kedua kondisi ini adalah kerugaian atas piutang tak tertagih dan
kewajiban garansi produk yang dicatat dalam laporan keuangan. Pencatatan pada laporan
keuangan ini penting karena jika tidak tercatat salah satu atau kedua kondisi tersebut, maka
perusahaan harus mengungkapkan kontinjensi dalam catatan atas laporan keuangan jika
kerugian mungkin terjadi (reasonably possible). Catatan tersebut melaporkan sifat
kontinjensi dan estimasi kerugan atau kisaran kerugian kontinjen -- atau tidak dapat di
estimasi.

Analisis Kewajiban Kontinjen

Kewajiban Kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan (warranties)
merupakan estimasi. Keakuratan analisis atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan
estimasi tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau
harapan di masa depan. Kita harus berhati-hati menerima estimasi manajemen ini untuk
kewajiban kontinjen garansi maupun kewajiban kontinjen lainnya. Begitu pula dengan
pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan) kontinjensi. Pengungkapan Kontinjensi
umumnya meliputi :

a. Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko


b. Jumlah kontinjensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain diperlakukan
dalam penentuan risiko
c. Pembebanan estimasi kerugian kontinjen (jika ada)

Analisis kita harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang mengestimasi


(underestimate) atau tidak mengakui akan kewajiban tersebut. Cadangan untuk kerugian di
masa depan merupakan jenis kontinjensi lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam
akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui kerugian perusahhaan saat perusahaan
dapat menentukan atau dapat meramalkannya. Namun demikian, perusahaan cenderung
untuk mengestimasi lebih besar untuk kerugian kontinjen mereka, khususnya ditahun
dengan kinerja buruk. Perilaku tersebut sering disebut Big bath dan sering meliputi
pencatatan kerugian pelepasan aset, relokasi dan penutupan pabrik.
Rincian ertimasi kerugian ini terkadang diungkapkan dalam laporan yang diserahkan
kepada SEC, namun tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci. Dua sumber
informasi yang berguna adalah pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan dan
informasi dalam bagian Managements Discussion and Analysis (MD&A), serta sumber
informasi tambahan yaitu analisis pajak tangguhan. Laporan auditor memberikan pada kita
pandangan lain atas kontinjensi, Auditor menunjukkan ketidakmampuan untuk menyatakan
opini atas hasil kontinjensi.

Komitmen

Komitmen (commitment) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan


berdasarkan kinerja di masa depan sesuai dengan kontrak. Komitmen tidak diakui dalam
laporan keuangan karena peristiwa seperti penandatangan kontrak atau penerbitan
pesanan pembelian (purchase order) bukan merupakan transaksi yang lengkap. Semua
komitmen memerlukan pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen,
termasuk jumlah, kondisin dan waktu.

Contoh:

Dalam bisnis normal perusahaan, terdapat berbagai komitmen dan kewajiban


kontinjen yang tidak tercermin dalam laporan keuangan. Kerugian yang timbul dari
komitmen ini, jika ada, tidak materiel. Jumlah perkiraan komitmen ini diringkaskan sebagai
berikut (dalam jutaan $) :

Surat utang (letter of credits) $2.400

Surat utang komersial dan yang mirip letter of credits 400

Komitmen pemberian kredit 1.700

Komitmen untuk membeli kontrak berjangka 5.000

Komitmen untuk membeli mata uang AS$ dan mata uang lain 1.500

Dalam letter of credits termasuk sekitar $400 juta pembelian partisipasi dan sekitar $300
juta penjualan partisipasi. Letter of credits diterbitkan untuk menutup kewaiban kinerja
termasuk yang menjamin instrument keuangan (jaminan keuangan).
PENDANAAN DI LUAR NERACA

Pendanaan di luar neraca (off-balace-sheet) adalah tidak tercatatnya kewajiban


pendanaan tertentu.selain sewa, terdapat rancangan pendanaan di luar neraca
lainnya,mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini merupakan
bagian dari tatanan yang selalu berubah, di mana saat ketentuan akuntansi atau transaksi
pendanaan di luar neraca ditetapkan untuk lebih mencerminkan kewajiban, diciptakan
transaksi baru yang inovatif untuk menggantikannya.

Contohnya; Perusahaan minyak sering kali memiliki joint venture dengan kepemilikan
kurang dari 50% sebagai alat untuk mendapatkan uang guna mendanai bangunan dan pipa.
Meskipun pelunasan utang merupakan tanggung jawab perusahaan minyak, catatan atas
laporan keuangan perusahaan hanya melaporkan bahwa perusahaan mungkin harus
menyediakan dana bagi joint venture untuk memenuhi kewajibannya jika minyak mentah
yang diperlukan untuk menghasilkan dana tidak dikirimkan. Perusahaan menempatkan
transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya dalam laporan
keuangan perusahaan, dengan demikian pendanaan tersebut tidak masuk dalam
kewajibannya.

Entitas Bertujuan Khusus

Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities- SPE), yang sekarang menjadi
tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan yang sah
selama lebih dari dua decade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan
saat ini. Konsep SPE adalah :

SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,
beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
SPE meningkatkan investasi ekuitas dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.
Ilustrasi Transaksi SPE untuk Menjual Piutang Usaha

Piutang bunga
Perusahaan SPE Pasar Obligasi
sponsor Kas Kas

Terdapat dua alasan untuk kepopuleran SPE :

1. SPE dapat menyediakan alternative pendanaan berbiaya rendah daripada


meminjam langsung dari pasar kredit. Hal ini disebabkan aktivitas SPE yang
dibatasi dan sebagai akibatnya investor membeli arus kas yang dijamin dengan
baik, yang tidak diharapkan pada risiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan
modal langsung kepada perusahaan sponsor.
2. Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlakukan
sebagai entintas terppisah, tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor.
Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan SPE untuk transaksi di luar
neraca untuk memindahkan aset, kewajiban, atau keduanya dari neraca.

FASB kini mengklarifikasikan jenis perusahaan yang tidak mempunyai kepemilikan saham
sebagai perusahaan dengan berbagai kepentingan atau disebut dengan VIE (variable
interest entitie) jika total yang dipertaruhkan tidak mampu membiayai operasinya (biasanya
kurang dari 10 % aset ) atau jika VIE kurang salah satu dari kondisi berikut ;

Kemampuan mengambil keputusan


Kewajiban untuk menyerap kerugian, atau
Hak untuk menerima tingkat pengembalian.
Dalam hal ini, VIE dikonsolidasikan dengan badan yang mempunyai kemampuan mengambil
keputusan, kewajiban untuk menyerap kerugian, dan hak untuk menerima tingkat
pengembalian disebut penerima utama ( primary beneficiary). Hasil konsolidasi adalah
penggabungan laporan keuangan dari penerima utama dan VIE, sehingga mengeliminasi
manfaat apa pun yang dihasilkan dari perlakuan di luar neraca oleh VIE.

EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) atas aset bersih
perusahaan. Klaim pemegang sekuritas ekuitas umumnya berada di bawah kreditor, yang
berarti klaim kreditor harus dipenuhi terlebih dahulu. Maksudnya adalah jika kinerja
perusahaan buruk, maka pemegang saham akan mengalami dampaknya, yaitu mereka sebagai
investor akan kehilangan sebagian atau seluruh investasinya karena sebelum mereka
mendapatkan deviden perusahaan harus mendahulukan untuk menyelesaikan kewajiban
terhadap pihak lain (seperti kreditur, karyawan, pemerintah, pemegang saham preferen), jika
semua itu telah terpenuhi barulah pemegang saham biasa mendapatkan pembagian
kasnya. Pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang sama,
pemegang saham juga memiliki kemungkinan pengembalian yang maksimal sebab mereka
berhak atas seluruh pengembalian setelah hak kreditor terpenuhi.

Analisis kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar
ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :

Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.


Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan prioritas mereka
dalam likuidasi.
Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dan pembatasan-pembatasan lainnya atas
distribusi saldo laba.
Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi (convertible securities),
opsi saham, dan kesepakatan lainnya yang berpotensi menerbitkan saham.
Penting bagi kita untuk membedakan antara instrumen kewajiban dan instrumen ekuitas
mengingat perbedaan risiko dan pengembalian kedua instrumen tersebut. Pembeda ini
penting terutama jika instrumen keuangan memiliki karakteristik kewajiban dan karakteristik
ekuitas.

MODAL SAHAM

Pelaporan Modal Saham

Pelaporan modal saham merupakan penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal.
Informasi tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan dan catatan terkait. Berikut ini
merupakan alasan perubahan modal saham :

Sumber kenaikan modal saham yang beredar :

Penerbitan saham
Konversi utang dan saham preveren
Penerbitan dividen saham dan pemecahan saham (stock split)\
Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger
Penerbitan untuk opsi saham dan waran

Sumber penurunan modal saham yang beredar :

Pembelian dan penghentian saham


Pembelian kembali saham
Pemecahan saham terbalik (reverse stock split)

Aspek penting lainnya dalam analisis modal saham adalah evaluasi atas opsi yang dimiliki
oleh pihak lain. Apakah saat dilaksanakan menyebabkan kenaikan jumlah saham beredar dan
mendilusi kepemilikan atau tidak. Opsi tersebut meliputi :

Hak konversi utang dan saham preferen menjadi saham biasa


Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu
Opsi saham untuk kompensasi dan bonus memerlukan penerbitan modal saham
selama periode tertentu pada harga tetap
Komitmen unutk menerbitkan modal saham

Pentingnya analisis pengungkapan tersebut adalah unutk mengingatkan kita adanya


potensi kenaikan jumlah saham yang beredar. Dampak dilusi pada laba dan nilai buku per
lembar saham bergantung pada faktor-faktor seperti jumlah yang diterima tau hak lain yang
diberikan saat konversi sekutritas dilakukan.

Modal disetor. Modal disetor (contributed or paid in capital) merupakan total pendaan
yang diterima dari pemegang saham sebagai pembayaran modal saham. Modal disetor
biasanya terbagi menjadi dua bagian yaitu modal nominal : saham biasa dan atau saham
preferen (jika saham tidak memiliki nominal, dialokasikan sebagai total pendanaan).
Kemudian sisanya dilaporkan sebagai kelebihan.

Modal disetor/modal disetor di atas nilai nominal (contributed/paid-in capital in excess of


par or stated value). Modal ini disebut juga sebagai modal tambahan. Saat digabungkan ,
akun tersebut mencerminkan jumlah yang dibayar oleh pemgengan saham untuk mendanai
aktivitas bisnis.

Saham diperoleh kembali (Treasury Stock atau buyback) merupakan saham perusahaan
yang dibeli kembali setelah sebelumnya diterbitkan dan dibayar penuh. Akuisisi saham yang
diperoleh kembali oleh perusahaan mengurangi aset maupun ekuitas pemegang saham.
Sejalan dengan transaksi tersebut, saham yang diperoleh kembali bukan merupakan aset,
melainkan pos atau kontra akun terhadap ekuitas.

Klasifikasi Modal Saham

Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
ekuitas sebagai pembayaran aset dan jasa. Terdapat dua jenis modal saham : saham preferen
dan saham biasa.

Saham biasa. Saham biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang
mencerminkan hak kepemilikan serta mempunyai risiko pengembalian tingi atas kinerja
perusahaan. Diluar batasan yang ada dalam anggaran dasar perusahaan, ada hak2 dasar
tertentu yang dimiliki setiap pemegang saham biasa. Hak2 tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu suatu
perusahaan.
2. Memelihara proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui pembelian saham
tambahan jika dan ketika saham tambahan tersebut diterbitkan. Hak tersebut adalah hak
memesan terlebih dahulu (preemptive right).
Saham Preferen. Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus saham yang
memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. pemegang saham preferen melepaskan
berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati
oleh kreditur. Hak kepemilikan yang dilepas oleh pemegang saham preferen adalah :

Hak suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih
direksi, tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya, beberapa
pemegang saham preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika perusahaan tidak
dapat membayar deviden.
Pembagian keuntungan (deviden). Deviden yang diterima oleh pemegang saham
preferen biasanya tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika kinerja perushaan baik, yah
sayang sekali mereka tidak bisa ikut menikmati hasil yang baik itu.
Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen didahulukan dalam hal
pengembalian investasinya.

Analisis Modal Saham

Komposisi ekuitas penting karena dapat mempengaruhi hak sisa atas saham biasa,
serta hak, risiko, dan pengembalian bagi investor ekuitas. Hak tersebut meliputi hak
partisipasi dividen, hak konversi, serta berbagai opsi dan kondisi yang mencerminkan
sekuritas yang kompleks yang sering diterbitkan karena kesepakatan merger. Perubahan
tersebut penting disusun ulang dan dijelaskan dalam akun modal.

Saldo Laba

Saldo laba merupakan modal yang dihasilkan perusahaan. Akun saldo laba
mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan.
Akun ini berlawanan dengan modal saham dan tambahan modal disetor yang berasal dari
setoran modal pemegang saham. Saldo laba merupakan sumber utama distribusi dividen.

Dividen Tunai dan Dividen Saham

Dividen tunai (cash dividen) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat diumumkan menjadi
kewajiban perusahaan. Jenis dividen yang lain adalah dividen non tunai, atau dividen
properti. Dividen ini tertuang dalam aset perusahaan dalam bentuk barang atau dalam bentuk
saham perusahaan lain. Dividen tersebut dinilai pada nilai pasar aset yang didistribusikan.
Dividen Saham (stock dividen)adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada
pemegang saham secara proposional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi laba secara
permanen. Pemegang saham menerima tambahan saham sebagai pengalihan saldo laba ke
akun modal. Penilaian akuntansi bagi dividen saham kecil atau dividen saham sederhana
umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilain dividen
saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Dividen saham besar biasanya lebih dari
25% saham beredar, dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.

Pembatasan Saldo Laba

Pembatasan saldo laba merupakan pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah
tertentu. Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan obligasi dan
kesepakatan pinjaman merupakan sumber utama pembatasan tersebut. Melalui tindakan
manajemen, dnegan persetujuan dari dewan direksi sesuai dengan ketentuan hukum,
perusahaan dapat melakukan aprosiasi saldo laba, yaitu pengakuan bahwa perusahaan tidak
berniat untuk mendistribusikan laba sebagai dividen, melainkan untuk tujuan khusus.
Pembatasan ini sama sekali bukan merupakan penyisihan kas, melainkan hanya ditujukan
sebagai peringatan bagi investor bahwa pembayaran dividen di masa depan bagaimanapun
juga akan dibatasi.

Spin-Off dan Split-Off

Perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan dengan cara dijual langsung
ataupun dibagikan kepada pemegang sahamnya. Perlakuan akuntasi atas penjualan anak
perusahaan sama dengan penjualan aset lainnya : pengakuan keuntungan (kerugian) atas
perbedaan antara yang dianggap diterima dengan niali buku investasi anak perusahaan
tersebut. Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham dapat mengambil satu dari
dua bentuk berikut :

Spin-Off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai
dividen; aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi sebagai saldo laba.
Split-Off, yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki perusahaan dengan
saham yng dimiliki oleh para pemegang saham ; aset (investasi dalam anak
perusahaan) dikurangi dan saham yang diterima dari pemegang saham diperlakukan
sebagai saham yang ditarik kembali.
Apabila transaksi ini mempengaruhi para pemegang saham atas dasar pro-rata atau sama
rata, invesatsi dalam anak perusahaan dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian
bukan pro rata atau sam rata, investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga
menghasilkan keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai pasar ini dibagikan
kepada para pemegang sahma.

Penyesuain Periode Lalu

Penyesuain periode lalu terutama merupakan koreksi kesalahan di periode laporan


keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkannya dalam laporan laba rugi, melainkan
melaporkannya sebagai penyesuaian (setelah pajak) atas saldo awal saldo laba.

Nilai Buku Per Lembar Saham

Perhitungan Nilai Buku Per Lembar Saham

Nilai buku per lembar saham adalah angka per lembar yang berasal dari likuidasi perusahaan
pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Nilai buku merupakan istilah konvensional yang
mengacu pada nilai aset bersih. Nilai buku saham biasa sama dengan total aset dikurangi
kewajiban dan klaim sekuritas yang diprioritaskan (seperti saham preferen) pada jumlah yang
dilaporkan dalam neraca (tetapi data meliputi pula klaim sekuritas yang diprioritaskan yang
tidak tercatat). Cara sederhana untuk menghitung nilai buku adalah dengan menjumlahkan
akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan klaim yang didahulukan yang
tidak tercermin dalm neraca (termasuk dividen trutang saham preferen, premium likuidasi,
atau hak prioritas saham preferen lainnya).

Bagian ekuitas pemegang saham Kimberly Corp. Untuk periode yang berakhir di
tahun 4 dan 5 disajikan di bawah ini sebagai contoh perhitungan nilai buku per lembar saham
:

Tahun 5 Tahun 4
Saham preferen 7% kumulatif, nilai nominal $100 $360.281.100 $360.281.100
(modal dasar 4.000.000 lembar; beredar 3.602.811
lembar)
Saham biasa, nilai nominal $16,67 (modal dasar $902.302.283 $902.166.450
90.000.000 lembar; beredar 54.138.137 lembar pada
tanggal 31 Desember, tahun 5, dan 54.129.987 lembar
pada tanggal 31 Desember, tahun 4)
Saldo laba $2.362.279.244 $2.220.298.288
Total ekuitas pemegang saham $3.624.862.627 $3.482.745.838
Catatan : saham preferen tidak memiliki hak partisipasi dan dapat ditarik kembali pada harga
105. Dividen untuk tahun 5 adalah terutang

Perhitungan nilai buku per lembar saham biasa dan saham preferen pada akhir tahun 5 adalah
sebagai berikut :

Preferen Biasa Total


Saham preferen* (pada nilai nominal $360.281.100 $360.281.100
$100)
Utang dividen 25.219.677 25.219.677
Saham biasa 902.302.283 $902.302.283
Saldo laba (jumlah bersih yang 2.337.059.567 2.337.059.567
didistribusikan pada utang dividen)
Total $385.500.777 $3.239.361.850 $3.624.862.627
Dividen untuk per lembar saham 3.602.811 54.138.137
beredar
Nilai buku per lembar saham $107,00 $59,84
*premi penarikan umumnya tidak disertakan dalam perhitungan nilai buku per lembar saham
karena penarikan tersebut merupakan opsi perusahaan.

Relevansi Nilai Buku Per Lembar Saham

Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasinya meliputi :

Nilai buku, dengan potensi penyesuaian sering kali digunkaan dalam penilaian
kesepakatan merger.
Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (institusi keuangan, investasi,
asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai buku.
Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan
aset.

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntasi dalm perhitungan nilai buku per
lembar saham sebagai berikut :
Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjaang seperti properti, pabrik, dan
peralatan, biasanya disajikan pada harga perolehan yang dapat sangat berbeda dengan
nilai pasar.
Aset tidak berwujud yang dihasilakn secara internal dan aset kontinjen dengan
kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam nilai buku.

Penyesuaian lain juga sering kali diperlukan. Sebagai contoh, bila saham preferen
memiliki karakteristik utang, perlakuan yang tepat adalah sebagai utang pada tingkat bunga
yang berlaku.

Kewajiban Pada Ujung Ekuitas

Bagian ini menjelaskan dua akun yang berada diantara kewajiban dan ekuitas, yaitu
saham preferen yang ditarik kembali dan kepentingan minoritas.

Saham Preferen Yang dapat Ditarik Kembali

Analis harus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya saham preferen) yang memiliki
provisi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip utang daripada ekuitas.
Sekuritas tersebut mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.
Sekuritas ekuitas yang sesungguhnya tidak memiliki ketentuan seperti itu. Contoh sekuritas
tersebut dalm bentuk saham preferen, ada dalam banyak perusahaan. Laporan tahunan
Tenneco melaporkan provisi penarikan saham preferennyab sebagai berikut :

CUPLIKAN ANALISIS

Nilai jatuh tempo agregat yang dialokasikan pada saham preferen yang beredar pada
tanggal 31 Desember 2001 adalah 0 untuk tahun 2002, $10 juta untuk tahun 2003, dan
$23 juta untuk tia-tiap tahun 2004, 2005, 2006

SEC mensyaratkan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali berbeda dengan
model ekuitas konvensional dan bukan merupakan ekuitas pemegang saham dan tidak
digabungkan dengan sekuritas ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC juga
mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo selama
lima tahun. Standar akuntansi mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali
saham preferen untuk tiap-tiap tahun selama lima trahun setelah tanggal neraca. Perusahaan
yang sahmnya tidak diperdagangkan kepada publik tidak perlu mengikuti ketentuan SEC
tersebut dan dapat melaporkan saham preferen yang dapat ditarik kembali sebagi ekuitas.
Analis harus memperlakukan saham preferen yang dapat ditarik kembali tersebut sebagaimna
adanya-yaitu sebuah kewajiban untuk membayara tunai di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai