Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekutitas, atau dapat juga dengan
keduanya. Kewajiban merupakan suatu utang yang digunakan untuk mendapatkan pendanaan
yang harus dibayarkan di masa yang akan datang baik dalam bentuk uang, jasa, atau dalam
bentuk lainnya.Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas aset dan sumber daya
perusahaan yang kini dan masa depan. Kewajiban berupa pendanaan atau operasi dan
biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas.Kewajiban pendanaan merupakan seluruh
bentuk pendanaan kredit seperti wesel berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka
pendek, dan sewa. Kewajiban operasi merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seprti
kreditor perdagangan, kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban biasanya
dilaporkan dalam bentuk lancar dan/atau tidak lancar biasanya didasarkan pada kapan
kewajiban tersebut jatuh tempo, dalam waktu satu tahun ataukah lebih. Ekuitas merupakan
klaim pemilik atas aset bersih perusahaan. Klaim pemilik dibawah kreditor, yang berarti
klaimnya dipenuhi setelah klaim kreditor diselesaikan.
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Kewajiban pertama timbul akibat aktivitas operasi yang
melliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan beban
operasi akrual lainnya seperti gaji. Jenis kewajiban yang kedua adalah kewajiban lancar yang
timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka
panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban tidak lancar atau yang disebut juga dengan utang jangka panjang adalah
kewajiban yang jatuh temponya tidak dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar.
Kewajiban tidak lancar beragam bentuknya, dan penilaiannya serta pengukurannya
memerlukan pengungkapan atas seluruh batasan dan ketentuan.pengungkapan meliputi
tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, dan provisi subordinasi.
Pengungkapan meliputi pula jaminan, persyaratan penyisihan dana pelunasan, dan provisi
kredit berulang. Perusahaan harus mengungkapkan default atas provisi kewajiban, termasuk
untuk bunga dan pembayaran kembali pokok pinjaman.
Pengungkapan juga disyaratkan untuk pembayaran di masa depan utang jangka panjang dan
untuk saham yang dibeli kembali. Pengungkapan ini meliputi:
Tanggal jatuh tempo dan persyarartan pencadangan dana pelunasan setiap tahun
selama lima tahun ke depan.
Persyaratan pelunasan setiap tahun selama lima tahun kedepan.
Kewajiban
Kewajiban Awal Akhir
Tahun Tahun Bunga Pokok Jumlah Tahun
Analisis Kewajiban
Auditor merupakan satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran kewajiban.
Auditor menggunakan teknik seperti konfirmasi langsung, melakukan telaah atas notulen
rapat, membaca kontrak perjanjian, serta bertanya kepada pihak-pihak yang memahami
kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh
kewajibannya. Sumber keyakinan lainnya adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda
yang mensyaratkan adanya jurnal penyeimbang antara perolehan aset, sumber daya atau
biaya dengan kewajiban atau pembebanan sumber daya. Namun demikian, tidak terdapat
keharusan penjurnalan untuk sebagian besar komitmen dan kewajiban kontinjen. Dalam
kasus ini analisa kita seringkali harus didasarkan pada catatan atas laporan keuangan dan
pada komentar manajemen dalam laporan tahunan, serta dokumen-dokumen terkait.
Keakuratan dan kewajaran jumlah utang dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang
dengan pengungkapan beban bunga dan pembayaran bunga. Setiap perbedaan yang tidak
dapat dijelaskan memerlukan analisis yang lebih lanjut atau memerlukan penjelasan
manajemen.
SEWA
Sewa merupakan bentuk pendanaan yang populer, khsusnya dalam beberapa industri tertentu.
Sewa merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik dan penyewa. Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada penyewa untuk menggunakan aset yang dimiliki oleh pemilik
selama masa sewa. Sebgai balasannya, penyewa membayar sewa yang disebut dengan
pembayaran sewa minimum (minimum leasee payment MLP).
Sewa pendanaan sewa yang diterjemahkan dari captial lease merupakan jenis sewa atau
pendanaan yang memiliki istilah lain, yaitu financial lease yaitu skema pendanaan yang
mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara substansial dicatat sebagai perolehan aset
dan menimbulkan kewajiban bagi penyewa. Sama halnya dengan pemilik barang sewa yang
mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan. Pada skema ini, objek
sewa diakui menjadi milik penerima pendanaan atau sewa atau lesee.
Sewa operasi penyewa mencatat MLP sebagai kewajiban sewa sedangkan pemilik
mencatat MLP sebagai pendapatansewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam
neraca.
Penyewa mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat
terjadinya transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat transfer kepemilikan aset pada penyewa pada akhir masa sewa,
2) Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah,
3) Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset, atau
4) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sebesar
90% atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang
ditahan oleh pemberi sewa.
Sewa dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak ada satu kriteria pun diatas
yang terpenuhi. Walaupun demikian, perusahaan sering mengatur sewa secara efektif
sehingga dapat diklasifikasikan sebagai operating lease.
Misalkan perusahaan hendak memenuhi kebutuhan perusahaan akan suatu aset, maka
perusahaan dapat memilih leasing sebagai model pendanaan, baik dengan skema operating
lease atau financial lease. Dengan memperhatikan kebutuhan perusahaan, perusahaan dapat
menentkan kebijakan dengan memperhatikan beberapa aspek, diantaranya adalah beban
bunga, pajak atas aset, dan juga kepemilikan atas aset yang menjadi objek yang dituju.
Berikut ini merupakan dampak yang akan muncul akibat pemilihan dari keputusan
menggunakan skema operating lease atau pun menggunakan capital atau financial lease.
Dampak Metode Akuntansi Sewa Pada Laporan Laba Rugi
Pengungkapan Sewa
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk melaporkan aset sewa
maupun kewajiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus mengungkapkan
komitmen sewa di masa depan untuk capital lease dan operating lease yang tidak dapat
dibatalkan. Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.
ANALISIS SEWA
Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan
keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan
laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.
Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebsgai operating lease terkait dengan
dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan dampak pada
laporan keuangan ini adalah sebagai berikut :
1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca. Selain menyembunyikan kewajiban dari
neraca, hal tersebut juga menaikkan rasio solvabilitas (seperti debt to equity) yang
sering digunakan dalam analisis kredit.
2. Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat
meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio perputaran aset
(assets turnover ratio).
3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.
Artinya, operating lease melaporkan laba lebih tinggi di awal masa sewa dan
melaporkan laba lebih rendah di akhir masa sewa.
4. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan
tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dalam neraca. Hal tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas
lainnya.
5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian, perating
lease menyajikan lebih rendah dari seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal
tersebut menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.
Kemampuan operating lease untuk meingkatkan rasio utama dalam analisis kredit dan
analisis profitabilitas tetap menjadi insentif utama bagi lessee untuk melakukan pendanaan
diluar neraaca ini. Lessee juga yakin bahwa mengklasifikasikan sewa sebagai operating lease
membantu mereka untuk memenuhi persyaratan kredit dan meningkatkan prospek mereka
untuk mendapatkan pendanaan tambahan.
Oleh karena klasifikasi serta berdampak pada laporan keuangan dan rasio, analisis harus
membuat penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum melakukan analisis. Banyak
analisis mengonversi seluruh operating lease menjadi capital lease.
Tampilan 3.6 Menentukan nilai sekarang dari proteksi pembayaran operating lease dan
amortisasi sewa (dalam jutaan dolar)
Untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease, kita perlu mengestimasi nilai
sekarang kewajiban operating lease Best Buy. Proses ini dimulai dengan estimasi tingkat
bunga yang akan kita gunakan untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa.
Menentukan tingkat bunga operating lease ini merupakan tantangan. Untuk perusahaan yang
melaporkan operating lease maupun capital lease, kita dapat memperkirakan tingkat bunga
implisit untuk capital lease dan mengasumsikan tingkat bunga yang sama untuk operating
lease. Tingkat bunga implisit capital lease dapat dicari dengan cara trial and error dan
merupakan tingkat bunga yang menghasilkan angka proyeksi pembayaran capital lease sama
dengan angka nilai sekarang capital lease, dimana keduanya diungkapkan dalam catatan kaki
sewa.
Terdapat dua masalah saat mencari tingkat bunga capital lease dari pengungkapan.
Pertama, tidaklah mungkin untuk menggunakan cara ini untuk perusahaan yang tidak
melaporkan rincian capital lease. Dalam kasus tersebut, kita perlu menentukan imbal hasil
(yield) utang jangka panjang perusahaan atau utang dengan profil risiko yang sama kemudian
menggunakannya sebagai estimasi tingkat bunga operating lease. Masalah kedua timbul jika
tingkat bunga capital lease dan operating lease berbeda (dapat terjadi saat operating lease dan
capital lease disepakati pada waktu yang berbeda saat tingkat bunga berbeda). Dalam
skenario ini, kita perlu untuk melakukan penyesuaian atas tingkat bunga capital lease agar
lebih mencerminkan tingkat bunga operating lease.
Peringkat obligasi Best Buy adalah BBB, yaitu berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat
bunga pinjaman sebesar 5,8% di tahun 2005. Sebagai contoh lebih lanjut, digunakan 5,8%
tingkat bunga diskonto untuk menentukan nilai sekarang perkiraan pembayaran sewa operasi.
Pembayaran sewa 2005-2009 disajikan dalam catatan kaki sewa seperti yang disyaratkan.
Perkiraan pembayaran setelah 2009 diasumsikan sama dengan pembayaran 2009 dan
berlanjut sampai tujuh tahun ke muka dengan pembayaran sewa final sebesar $347 juta pada
tahun ke-12 (2016). Apabila pembayaran sewa ini didiskontokan pada 5,8% menghasilkan
nilai sekarang sebesar $3,321 miliar. Angka ini yang seharusnya ditambahkan pada
kewajiban yang dilaporkan Best Buy.
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai aset sewa. Untuk analisis operating lease,
kita asumsikan bahwa nilai aset sewa samadengan estimasi kewajiban sewa. Untuk Best Buy,
aset sewa maupun kewajiban sewa diestimasi sebesar $3,321 miliar untuk tahun 2004. Kita
juga dapat memisahkan kewajiban operating lease menjadi lancarv dan tak lancar masing-
masing sebesar $261 juta dan $3,06 miliar secara berturut-turut. Langkah selanjytnya
mengestimasi dampak reklasifikasi sewa pada laba yang dilaporkan. Terdapat dua beban
terkait dengan capital lease bunga dan penyusutan. Beban bunga dihitung dari perkalian
tingkat bunga dengan nilai sekarang sewa (kewajiban sewa). Untuk Best Buy, diperkirakan
sebesar $193 juta untuk tahun 2005, didapat dari 5,8% dikalikan $3,321 miliar (lihat tampilan
3.6). beban penyusutan ditentukan dengan membagi nilai aset sewa dengan sisa masa sewa.
Dengan asumsi tidak ada nilai sisa, penyusutan aset sewa sebesar $3,321 miliar dengan
metode garis lurus selama 12 tahun adalah $277 juta per tahun. Total beban diestimasi
sebesar $470 juta ($193 juta+$277 juta) untuk tahun 2005, dibandingkan dengan proyeksi
beban sewa sebesar $454 juta, menghasilkan kenaikan sebesar $16 juta sebelum pajak.
Tampilan 3.7 Penyajian kembali neraca setelah konversi operating lease menjadi capital lease
Best Buy 2004 (dalam jutaan dolar)
Laporan Laba Rugi Sebelum Sesudah
Penjualan $24.547 $24.547
Beban operasi 23.243 23.066
Laba operasi sebelum bunga 1.304 1481
dan pajak
Beban (pendapatan) bunga 8 201
Pajak penghasilan 496 490
Laba dari operasi berjalan 800 790
Penghentian operasi (95) (95)
Laba bersih 705 695
Tampilan 3.7 menunjukkan neraca dan laporan laba rugi Best Buy yang disajikan kembali
sebelum dan sesudah reklasifikasi operating lease dengan menggunakan hasil di tampilan 3.6.
reklasifikasi operating lease memiliki dampak yang terbatas pada laporan laba rugi Best Buy.
Dengan menggunakan perhitungan penyusutan dan beban bunga dari tampilan 3.6. laporan
laba rugi Best Buy untuk tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Beban operasi turun sebesar $177 juta (penghapusan beban sewa sebesar $454 juta
yang dilaporkan tahun 2004 dan penambahan beban penyusutan sebesar $277 juta).
Beban bunga naik sebesar $193 menjadi $201 juta
Laba bersih turun sebesar $10 juta (laba sebelum pajak adalah sebesar $16 juta x (1-
0,35), asumsi tarif pajak marginal perusahaan) di tahun 2004.
Tampilan 3.8 Dampak konversi operating lease menjadi capital lease terhadap rasio utang
Best Buy (2004)
Dampak pada neraca lebih besar. Total aset dan total kewajiban keduanya meningkat
sebesar $3,321 miliar pada akhir tahun 2004, yang merupakan nilai sekarang kewajiban
operating lease. Kenaikan kewajiban terdiri atas kenaikan kewajiban lancar ($261 juta) dan
kewajiban tak lancar ($3,06 miliar).
Tampilan 3.8 menunjukkan beberapa rasio untuk Best Buy sebelum dan sesudah
reklasifikasi sewa. Rasio lancar (current ratio) sedikit menurun dari 1,27 menjadi 1,20.
Namun, reklasifikasi berdampak negatif pada rasio solvabilitas Best buy. Total rasio utang
terhadap ekuitas (debt to equity ratio) meningkat sebesar 65% menjadi 2,50 dan rasio utang
jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity ratio) melonjak dari 0,21 menjadi
1,11. Rasio kelipatan bunga dihasilkan (times interest earned ratio) Best buy naik dari 163,0
(karena perusahaan melaporkan pendapatan bunga sebelum reklasifikasi) menjadi 7,37 dan
tetap sangat tinggi meskipun setelah penyesuaian operating lease.
ROE tidak banyak dipengaruhi karena laba setelah pajak hanya berubah sedikit (berarti
reklasifikasi tidak banyak berpengaruh pada ekuitas). Namun terdapat pengaruh besar pada
komponen profitabilitas. ROA turun dari 8,1% menjadi 5,8% karena kenaikan aset dan
berdampak pula pada total aset turnover. Penurunan ini saling hapus (offset) dengan kenaikan
financial leverage sehingga ROE tidak berubah.
MANFAAT PASCA PENSIUN
Kedua jenis manfaat memberikan tantangan konseptual yang sama bagi akuntansi dan
analisis. Standar akuntansi saat ini mensyaratkan pengakuan beban manfaat pascapensiun
saat pekerja aktif memberikan jasa, bukan saat manfaat dibayarkan. Estimai nilai sekarang
manfaat pensiun yang diakui, dilaporkan sebagai kewajiban bagi pemberi kerja. Oleh karena
waktu dan besaran manfaat ini tidak pasti, biaya manfaat pascapensiun (dan kewajibannya)
perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria atas harapan hidup, perputaran pegawai, tingkat
kenaikan kompensasi, biaya perawatan kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan,
dan tingkat bunga.
Manfaat pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan.
Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi. Hampir
sepertiga pekerja AS berpartisipsi dalam program perawatan kesehatan pascapensiun, dengan
total kewajiban yang tidak didanai (unfunded liability) berkisar antara $1 sampai $2 triliun.
Kewajiban pensiun dan OPEB besar kemungkinan akan berkembang karena perubahan
demografis dan meningkatnya harapan hidup.
Program pensiun masih menjadi berita beberpa tahun terakhir ini. Selama dekade awal,
turunnya tingkat bunga dan meletusnya pasar modal telah mengakibatkan badai yang hebat
bagi program pensiun, yan dikenal dengan istilah krisis pensiun. Progam pensiun pada
banyak perusahaan menjadi kekurangan dana, dan pada beberapa kasus (misalnya, United
Airlines), beberapa perusahaan menyatakan dirinya bangkrut sehingga tidak mampu
memenuhi kewajiban pensiunnya. Akuntansi pensiun (dibawah standar lama SFAS 87)
dianggap terlibat sebagai salah satu penyebab krisis karena tidak mengatasi masalah pada
waktunya. Oleh karena itu, FASB telah merekomendasikan akuntansi pensiun dan baru-baru
ini mengeluarkan standar baru (SFAS 158), untuk membenahi, paling tidak sebagian,
masalah yang berhubungan dengan akuntansi pensiun.
Manfaat Pensiun
Kontribusi manfaat
(pengeluaran uang)
Program pensiun secara pasti menentukan manfaat, hak dan tanggungjawab pemberi kerja
dan pekerja. Program pensiun dapat dibagi dalam dua kategori uama.
1. Program pensiun manfaat pasti (defined benefit) menentukan jumlah pensiun yang
dijanjikan oleh pemberi kerja untuk dosediakan bagi pensiunan. Dalam program ini,
pemberi kerja menanggung risiko kinerja dana pensiun.
2. Program pensiun iuran (defined contribution) menentukan jumlah kontribusi pembri
kerja pada program pensiun. Dalam kasus ini, jumlah manfaat pensiun yang diterima
pensiunan bergantung pada kinerja dana pensiun. Dalam program ini, pekerja
menaggung risiko kinerja dana pensiun.
Dalam kedua program pensiun, manfaat pekerja biasanya ditentukan melalui rumus yang
dikaitkan dengan upah pekerja. Program pensiun iuran pasti segera mewajibkan pemberi
kerja untuk membayar sebesar proporsi tetap dari kompensasi pekerja saat ini, sedangkan
program pensiun manfaat pasti mensyaratkan pemberi kerja untuk membayar pekerja secara
berkala sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya sejak pekerja pensiun sampai pekrja
meninggal.
Pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting
merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun terlepas dari apakah pekerja masih berada
dalam perusahaan atau tidak. Hak ini biasanya diberikan setelah pekerja memberikan jasa
kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu.
Tampilan 3.10 menggambarkan garis waktu untuk program pensiun manfaat pasti yang
sederhana. Kasus ini melibatkan seorang pekerja yang diharapkan pensiun 15 tahun
mendatang dan menerima pensiun tahunan berjumlah tetap sebesar $20.000 selama 10 tahun
setelah pensiun. Tingkat diskonto (bunga) diasumsikan sebesar 8% pertahun. Kita juga
,mengasumsikan pemberi kerja mendanai program secara pas. Meskipun disederhanakan,
ilustrasi ini menunjukkan ekonomi yang mendasari program pensiun manfaat pasti. Program
ini melibatkan investasi saat ini oleh pemberi kerja untuk pembayaran manfaat pensiun
pekerja di masa depan. Tantangan bagi akuntansi adalah perkiraan program pensiun pemberi
kerja dan penentuan beban (biaya) pensiun untuk periode bersangkutan, yang berbeda dari
pendanaan (kontribusi yang sebenarnya) oleh pemberi kerja. Untuk tujuan ini, akuntan
bersandar pada asumsi yang dibuat oleh spesialis yang dikenal sebagai aktuaris.
15 th 10 th
Harus dipahami bagaimana aktual arus kas masuk dan keluar dari program pensiun
yang mempengaruhi status pendanaan. Araus kas masuk utama di dalam program diperoleh
dari kontribusi pemberi kerja, yang dapat meningkatkan nilai asset program. Arus kas keluar
utama di dalam program pensiun adalah pembayaran manfaat kepada pekerja yang sudah
pensiun. Pembayaran manfaat mengurangi kedua aset program (karena kas telah dibayarkan
dari aset program) dan kewajiban pensiun (karena bagian dari pembayaran yang dijanjikan
kepada pekerja telah dibuat) dengan tepat dalam jumlah yang sama. Sehingga, pembayaran
manfaat tidak mempengaruhi status pendanaan bersih dari program tersebut.
Persyaratan Akuntansi Pensiun
Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali oleh GAAP dalam SFAS
87. Fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukuran biaya pensiun yang stabil dan permanen. Oleh
karena itu, beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih disebut biaya pensiun periode
bersih. Yang meratakan komponen volatilitas biaya pensiun dengan cara menunda
pengakuannya melalui proses ditangguhkan atau amortisasi.
Akuntansi pensiun terkini mengakui status pendanaan bagi program pensiun pada
neraca. Status pendanaan merupakan perbedaan antara nilai pasar terkini asset program
pensiun dan kewajiban pensiun. Definisi kewajiban pensiun yang digunakan adalah proyeksi
kewajiban manfaat yang di dasarkan pada estimasi kompensasi pekerja pada saat pensiun
yang diestimasi menggunakan asumsi sehubungan dengan rata-rata pertumbuhan.
Pertama, jumlah asset dan kewajiban pensiun digabungkan satu sama lain dan
bukannya dilaporkan terpisah sebagai asset dan kewajiban yang berhubungan. Kedua,
perusahaan tidak melaporkan status pendanaan dari program pensiun dalam baris yang
terpisah dalam neraca. Status pendanaan diletakkan dalam berbagai pos asset dan kewajiban.
Oleh karena itu, semua perubahan atas status pendanaan tidak dimasukkan ke dalam
biaya pensiun yang diakui, sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan
diartikulasikan. Untuk mengartikulasikan kedua sekuritas, penangguhan bersih untuk periode
tersebut dimasukkan dalam laba komprehensif lainya untuk periode yang bersangkutan,
sementara kumulatif penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif
lainnya, yaitu merupakan komponen ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu, proses
perataan mengizinkan komponen beban pensiun yang volatil untuk langsung dtransfer ke
ekuitas pemegang saham tanpa mempengaruhi laba bersih periode.
Catatan terdiri atas 5 bagian utama: (1) penjelasan posisi yang dilaporkan dalam
neraca, (2) detail biaya manfaat periodik bersih, (3) informasi mengenai aktuaria dan asumsi
lain, (4) informasi mengenai alokasi aset dan kebijakan pendanaan, (5) kontribusi masa depan
yang diharapkan dan pembayaran manfaat.
Informasi mengenai posisi yang dilaporkan dalam neraca, terdiri atas dua bagian
utama. Bagian pertama menerangkan mengenai perubahan pada kewajiban manfaat dan asset
program serta penentuan status pendanaan pada akhir tahun. Bagian kedua menunjukkan
detail tentang bagaimana status pendanaan program pensiun dilaporkan dalam neraca.
Catatan kaki juga merupakan tuan rumah bagi informasi kualitatif dan kuantitatif.
Pembahasan dimulai dengan memeriksa asumsi aktuarial penting yang mendasari
penghitungan kewajiban manfaat dan biaya manfaat periodik pensiun dan OPEB. Bagian
akhir catatan memuat informasi mengenai antisipasi kontribusi dan perkiraan pembayaran
manfaat perusahaa.
Dalam tahun 2006 status pendanaan AMR untuk program pensiun underfunded
sebesar $2.483 juta. Angka ini dilaporkan dalam neraca sebagai utang bersih.Padatahun 2005
dengan SFAS terdahulu, program pensiun underfunded sebesar $3.225 juta, namun jumlah
yang diakui dalam neraca hanya utang sebesar $2.263 juta. Perbedaan status pendanaan dan
jumlah yang diakui neraca adalahs ebesar $962 juta yang terdiridari $2.343 juta penangguhan
bersih yang tidak diakui dan $1.381 juta off setting tambaha nhutang minimum yang
merupakan penyesuaian, yang tidak direncanakan.
Total status pendanaan AMR yang underfunded sebesar $5.537 juta dilaporkan
sebagai utang ditahun 2006 denganakumulaispengangguhanbesihsebesar $1.456 juta
dilaporkan sebagai akumulasi laba komprehensif lainnya. Sebagai perbandingan, pada tahun
2005 hanya $5.247 juta underfunded yang diakui sebagai utang dari total underfunded
sebesar $6.448 juta.
Apaila penangguhan bersih 2006 sebsar $1.126 juta dikombinasikan dengan saldo
awal sebesar $2.582 juta menghasilkansal dooenutup penangguhan bersih 2006 sebesar
$.1456 juta yang akan dimasukkan kedalam akumulasi laba komprehensif lainnya dalam
neraca 2006.
Saldo awal dan akhir dalam penangguhan bersih akan dimasukkan dalam akumulasi
laba komprehensif lainnya dalam neraca secara berurutan dan jumlah penangguhan bersih
tahun tersebut akan dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya pada tahun yang sama.
Penggunaan biaya manfaat ekonomis 2006 menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi
sebesar $714 juta yang meningkatkan 300% dari laba yang dilaporkan yaitu sebesar $231
juta. Peningkatan laba ini disebabkan oleh penurunan beban operasi sebesar $1.099 akibat
perbedaan antara laba manfaat ekonomis dan biaya manfaat yang dilaporkan. Status
pendanaan yang telahdiakui di neraca 2006 dalam SFAS 158 tidak perlu dilakukaan
penyesuaian pada hutang lancar dan ekuitas pemegang saham.
Dengan menggunakan posisi ekonomi bersih, meningkatkan tingkat pengembalian terhadap
aset secara signifikan hampir dua kali lipatnya dari 3.62% menjadi 7.36% pada laba operasi
sebelum pajak, sementara rasio laba bersih terhadap rata rata total aset meningkat
drastic dari 0.79% menjadi 3.22%.
Biaya manfaat yang dilaporkan berbeda dengan biaya ekonomis karena dampak
sementara seperti keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu dan pengembalian aset
abnormal, ditangguhkan dan diamortisasi melalui proses perataan. Tujuan proses perataan ini
adalah untuk mendapatkan komponen biaya manfaat pasca pensiun yang lebih stabil atau
permanen. Dengan demikian, biayamanfaat yang tepat untuk memperoleh laba bergantung
pada tujuan analisis.Jika analisis dilakukan untuk mengukur laba permanen, biaya yang
dilaporkan akan menjadiu kuran yang lebih efektif.
SFAS 158 memilih untuk meratakan biaya manfaat yang dilaporkan. Namun jika
tujuan analisis adalah untuk menentukan laba ekonomis, analisis harus mempertimbangkan
semua elemen sementara laba yang mengimplikasikan bahwa ukuran biaya manfaat yang
lebih berguna adalah biaya ekonomis
Masalah yang terkait adalah apakah biaya manfaat merupakan laba operasi atau non
operasi. Manfaat pesca pension diasumsikan sebagai bagian dari paket kompensasi pegawai
dan harus diklasifikasikan sebagi operasi. Biaya jasa dantakberulang seperti biaya jasa tahun
lalu diklasifikasikan sebagai operasi dalam karakteristiknya. Akan tetapi, biay abunga,
pengembalian aset program dankomponen yang bersifattakberulangseperti (keuntungan)
kerugian bersih diklasifikasikan sebagai pendanaan sehingga harus dimasukkan sebagai
bagian dari laba non operasi.
Analisis yang dilakukan juga harus menilai neraca mana yang lebih tepat. Masalah ini
merupakan masalah penyajian.
Walaupun nilai aset program didasarkan pada angka yang dapat diuji (nilai pasar),
kewajiban manfaat diestimasi dengan menggunakan angka asumsi aktuaria, seperti tingkat
diskonto.Biaya yang dilaporkan juga sensitive terhadap asumsi actuarial seperti tingkat
pengembalian aset program. Sensitivitas ini mampu membuat manajer memanipulasi asumsi
untuk mempercantik laporan keeuangan, sehingga dalam menganalisis manfaat pasca pension
adalah mengevaluasi asumsi actuarial yang digunakan pemberi kerja.
Perubahan tingkat diskonto mempengaruhi besarnya kewajiban pension maupun biaya
manfaat ekonomi. Tingkat diskonto yang lebih rendah meningkatkan kewajiban pensiun
karenanya menurunkan status pendanaan dari neraca. Tingkat diskonto yang rendah ini akan
meningkatkan biaya manfaat ekonomi selama tahun tersebut.
Risiko dalam program pension timbul akibat aset program memiliki profil risiko yang
berbeda dengan kewajiban pension.Nilai kewajiban pension sensitive terhadap perubahan
tingkat diskonto yang kemudian merefleksikan hasil obligasi perusahaan, sehingga
perubahannilaikewajiban pension berkorelasidenganhargapasarobligasi. Perusahaan yang
menginvestasikandanapensiunnyapadasekuritashutangsepertiobligasiakanterlindungdaririsiko
karenanilaiaset program akanberfluktuasibersamasamadengannilaikewajiban pension.
Pengembaliandarisekuritasutang yang lebihkecil ,mengakibatkanbanyakperusahan yang
memilihuntukmengalokasikanaset program kepadaekuitasdenganporsi yang signifikan.
Ekuitasinimemilikikorelasi yang berlawanandengankewwajiban pension,
sehinggamengandungrisiko pension yang signifikan.
Risikopensiunditentukanjugadenganintensitaspensiunyaitubesarkewajibanpensiun
(aset program) dansejauhmanaprofilrisikodari mismatch aset program
dengankewajibanpensiunnya. Intensitaspensiundiukurdengancaramengekspresikanaset
program pensiundankewajibanpensiunsecaraterpisahsebagaipersentasedari total
asetperusahaan.
Risiko meningkat hanya jika perusahaan mengalokasi kan porsi yang signifikan dari
aset programnya pada sekuritas bukan hutang seperti ekuitas dan real estate. Persentasi aset
program yang dialokasikan pada sekuritas bukan hutang menyediakan estimasi baik atas
risiko timbul melalui profil risiko yang mismatched.
Program pensium AMR underfunded sebesar $2.483 jutayaitu 8.5% total asetnya.
Aset programnya sebesar $8.565 juta dan kewajiban $11.048 dirasiokan menjadi 29% aset
program dan 38% kewajiban pension terhadap total aset. Proporsi substansial (63%) dariaset
program dialokasikan pada sekuritas utang. Dengan mempertimbangkan semua faktor, AMR
memiliki paparan risiko pensiun yang tinggi. Bagi AMR, total manfaat pasca pensiun yang
kekurangan dana sebesar $.14.304 juta (49% dari total aset). Hal ini menunjukkan bahwa
AMR memiliki paparan risiko yang tinggid ari program pascapensiunnya.
Kontinjensi
Kerugian kontinjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai
kerugian. Pertama, probable bahwa aset akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul.
Kedua, jumlah kerugian harus dapat di estimasikan dengan memadai (reasonably estimate).
Biasanya yang memenuhi kedua kondisi ini adalah kerugaian atas piutang tak tertagih dan
kewajiban garansi produk yang dicatat dalam laporan keuangan. Pencatatan pada laporan
keuangan ini penting karena jika tidak tercatat salah satu atau kedua kondisi tersebut, maka
perusahaan harus mengungkapkan kontinjensi dalam catatan atas laporan keuangan jika
kerugian mungkin terjadi (reasonably possible). Catatan tersebut melaporkan sifat
kontinjensi dan estimasi kerugan atau kisaran kerugian kontinjen -- atau tidak dapat di
estimasi.
Kewajiban Kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan (warranties)
merupakan estimasi. Keakuratan analisis atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan
estimasi tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau
harapan di masa depan. Kita harus berhati-hati menerima estimasi manajemen ini untuk
kewajiban kontinjen garansi maupun kewajiban kontinjen lainnya. Begitu pula dengan
pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan) kontinjensi. Pengungkapan Kontinjensi
umumnya meliputi :
Komitmen
Contoh:
Komitmen untuk membeli mata uang AS$ dan mata uang lain 1.500
Dalam letter of credits termasuk sekitar $400 juta pembelian partisipasi dan sekitar $300
juta penjualan partisipasi. Letter of credits diterbitkan untuk menutup kewaiban kinerja
termasuk yang menjamin instrument keuangan (jaminan keuangan).
PENDANAAN DI LUAR NERACA
Contohnya; Perusahaan minyak sering kali memiliki joint venture dengan kepemilikan
kurang dari 50% sebagai alat untuk mendapatkan uang guna mendanai bangunan dan pipa.
Meskipun pelunasan utang merupakan tanggung jawab perusahaan minyak, catatan atas
laporan keuangan perusahaan hanya melaporkan bahwa perusahaan mungkin harus
menyediakan dana bagi joint venture untuk memenuhi kewajibannya jika minyak mentah
yang diperlukan untuk menghasilkan dana tidak dikirimkan. Perusahaan menempatkan
transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya dalam laporan
keuangan perusahaan, dengan demikian pendanaan tersebut tidak masuk dalam
kewajibannya.
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities- SPE), yang sekarang menjadi
tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan yang sah
selama lebih dari dua decade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan
saat ini. Konsep SPE adalah :
SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,
beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
SPE meningkatkan investasi ekuitas dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.
Ilustrasi Transaksi SPE untuk Menjual Piutang Usaha
Piutang bunga
Perusahaan SPE Pasar Obligasi
sponsor Kas Kas
FASB kini mengklarifikasikan jenis perusahaan yang tidak mempunyai kepemilikan saham
sebagai perusahaan dengan berbagai kepentingan atau disebut dengan VIE (variable
interest entitie) jika total yang dipertaruhkan tidak mampu membiayai operasinya (biasanya
kurang dari 10 % aset ) atau jika VIE kurang salah satu dari kondisi berikut ;
Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) atas aset bersih
perusahaan. Klaim pemegang sekuritas ekuitas umumnya berada di bawah kreditor, yang
berarti klaim kreditor harus dipenuhi terlebih dahulu. Maksudnya adalah jika kinerja
perusahaan buruk, maka pemegang saham akan mengalami dampaknya, yaitu mereka sebagai
investor akan kehilangan sebagian atau seluruh investasinya karena sebelum mereka
mendapatkan deviden perusahaan harus mendahulukan untuk menyelesaikan kewajiban
terhadap pihak lain (seperti kreditur, karyawan, pemerintah, pemegang saham preferen), jika
semua itu telah terpenuhi barulah pemegang saham biasa mendapatkan pembagian
kasnya. Pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang sama,
pemegang saham juga memiliki kemungkinan pengembalian yang maksimal sebab mereka
berhak atas seluruh pengembalian setelah hak kreditor terpenuhi.
Analisis kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar
ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :
MODAL SAHAM
Pelaporan modal saham merupakan penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal.
Informasi tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan dan catatan terkait. Berikut ini
merupakan alasan perubahan modal saham :
Penerbitan saham
Konversi utang dan saham preveren
Penerbitan dividen saham dan pemecahan saham (stock split)\
Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger
Penerbitan untuk opsi saham dan waran
Aspek penting lainnya dalam analisis modal saham adalah evaluasi atas opsi yang dimiliki
oleh pihak lain. Apakah saat dilaksanakan menyebabkan kenaikan jumlah saham beredar dan
mendilusi kepemilikan atau tidak. Opsi tersebut meliputi :
Modal disetor. Modal disetor (contributed or paid in capital) merupakan total pendaan
yang diterima dari pemegang saham sebagai pembayaran modal saham. Modal disetor
biasanya terbagi menjadi dua bagian yaitu modal nominal : saham biasa dan atau saham
preferen (jika saham tidak memiliki nominal, dialokasikan sebagai total pendanaan).
Kemudian sisanya dilaporkan sebagai kelebihan.
Saham diperoleh kembali (Treasury Stock atau buyback) merupakan saham perusahaan
yang dibeli kembali setelah sebelumnya diterbitkan dan dibayar penuh. Akuisisi saham yang
diperoleh kembali oleh perusahaan mengurangi aset maupun ekuitas pemegang saham.
Sejalan dengan transaksi tersebut, saham yang diperoleh kembali bukan merupakan aset,
melainkan pos atau kontra akun terhadap ekuitas.
Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
ekuitas sebagai pembayaran aset dan jasa. Terdapat dua jenis modal saham : saham preferen
dan saham biasa.
Saham biasa. Saham biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang
mencerminkan hak kepemilikan serta mempunyai risiko pengembalian tingi atas kinerja
perusahaan. Diluar batasan yang ada dalam anggaran dasar perusahaan, ada hak2 dasar
tertentu yang dimiliki setiap pemegang saham biasa. Hak2 tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu suatu
perusahaan.
2. Memelihara proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui pembelian saham
tambahan jika dan ketika saham tambahan tersebut diterbitkan. Hak tersebut adalah hak
memesan terlebih dahulu (preemptive right).
Saham Preferen. Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus saham yang
memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. pemegang saham preferen melepaskan
berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati
oleh kreditur. Hak kepemilikan yang dilepas oleh pemegang saham preferen adalah :
Hak suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih
direksi, tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya, beberapa
pemegang saham preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika perusahaan tidak
dapat membayar deviden.
Pembagian keuntungan (deviden). Deviden yang diterima oleh pemegang saham
preferen biasanya tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika kinerja perushaan baik, yah
sayang sekali mereka tidak bisa ikut menikmati hasil yang baik itu.
Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen didahulukan dalam hal
pengembalian investasinya.
Komposisi ekuitas penting karena dapat mempengaruhi hak sisa atas saham biasa,
serta hak, risiko, dan pengembalian bagi investor ekuitas. Hak tersebut meliputi hak
partisipasi dividen, hak konversi, serta berbagai opsi dan kondisi yang mencerminkan
sekuritas yang kompleks yang sering diterbitkan karena kesepakatan merger. Perubahan
tersebut penting disusun ulang dan dijelaskan dalam akun modal.
Saldo Laba
Saldo laba merupakan modal yang dihasilkan perusahaan. Akun saldo laba
mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan.
Akun ini berlawanan dengan modal saham dan tambahan modal disetor yang berasal dari
setoran modal pemegang saham. Saldo laba merupakan sumber utama distribusi dividen.
Dividen tunai (cash dividen) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat diumumkan menjadi
kewajiban perusahaan. Jenis dividen yang lain adalah dividen non tunai, atau dividen
properti. Dividen ini tertuang dalam aset perusahaan dalam bentuk barang atau dalam bentuk
saham perusahaan lain. Dividen tersebut dinilai pada nilai pasar aset yang didistribusikan.
Dividen Saham (stock dividen)adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada
pemegang saham secara proposional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi laba secara
permanen. Pemegang saham menerima tambahan saham sebagai pengalihan saldo laba ke
akun modal. Penilaian akuntansi bagi dividen saham kecil atau dividen saham sederhana
umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilain dividen
saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Dividen saham besar biasanya lebih dari
25% saham beredar, dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.
Pembatasan saldo laba merupakan pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah
tertentu. Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan obligasi dan
kesepakatan pinjaman merupakan sumber utama pembatasan tersebut. Melalui tindakan
manajemen, dnegan persetujuan dari dewan direksi sesuai dengan ketentuan hukum,
perusahaan dapat melakukan aprosiasi saldo laba, yaitu pengakuan bahwa perusahaan tidak
berniat untuk mendistribusikan laba sebagai dividen, melainkan untuk tujuan khusus.
Pembatasan ini sama sekali bukan merupakan penyisihan kas, melainkan hanya ditujukan
sebagai peringatan bagi investor bahwa pembayaran dividen di masa depan bagaimanapun
juga akan dibatasi.
Perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan dengan cara dijual langsung
ataupun dibagikan kepada pemegang sahamnya. Perlakuan akuntasi atas penjualan anak
perusahaan sama dengan penjualan aset lainnya : pengakuan keuntungan (kerugian) atas
perbedaan antara yang dianggap diterima dengan niali buku investasi anak perusahaan
tersebut. Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham dapat mengambil satu dari
dua bentuk berikut :
Spin-Off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai
dividen; aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi sebagai saldo laba.
Split-Off, yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki perusahaan dengan
saham yng dimiliki oleh para pemegang saham ; aset (investasi dalam anak
perusahaan) dikurangi dan saham yang diterima dari pemegang saham diperlakukan
sebagai saham yang ditarik kembali.
Apabila transaksi ini mempengaruhi para pemegang saham atas dasar pro-rata atau sama
rata, invesatsi dalam anak perusahaan dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian
bukan pro rata atau sam rata, investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga
menghasilkan keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai pasar ini dibagikan
kepada para pemegang sahma.
Nilai buku per lembar saham adalah angka per lembar yang berasal dari likuidasi perusahaan
pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Nilai buku merupakan istilah konvensional yang
mengacu pada nilai aset bersih. Nilai buku saham biasa sama dengan total aset dikurangi
kewajiban dan klaim sekuritas yang diprioritaskan (seperti saham preferen) pada jumlah yang
dilaporkan dalam neraca (tetapi data meliputi pula klaim sekuritas yang diprioritaskan yang
tidak tercatat). Cara sederhana untuk menghitung nilai buku adalah dengan menjumlahkan
akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan klaim yang didahulukan yang
tidak tercermin dalm neraca (termasuk dividen trutang saham preferen, premium likuidasi,
atau hak prioritas saham preferen lainnya).
Bagian ekuitas pemegang saham Kimberly Corp. Untuk periode yang berakhir di
tahun 4 dan 5 disajikan di bawah ini sebagai contoh perhitungan nilai buku per lembar saham
:
Tahun 5 Tahun 4
Saham preferen 7% kumulatif, nilai nominal $100 $360.281.100 $360.281.100
(modal dasar 4.000.000 lembar; beredar 3.602.811
lembar)
Saham biasa, nilai nominal $16,67 (modal dasar $902.302.283 $902.166.450
90.000.000 lembar; beredar 54.138.137 lembar pada
tanggal 31 Desember, tahun 5, dan 54.129.987 lembar
pada tanggal 31 Desember, tahun 4)
Saldo laba $2.362.279.244 $2.220.298.288
Total ekuitas pemegang saham $3.624.862.627 $3.482.745.838
Catatan : saham preferen tidak memiliki hak partisipasi dan dapat ditarik kembali pada harga
105. Dividen untuk tahun 5 adalah terutang
Perhitungan nilai buku per lembar saham biasa dan saham preferen pada akhir tahun 5 adalah
sebagai berikut :
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasinya meliputi :
Nilai buku, dengan potensi penyesuaian sering kali digunkaan dalam penilaian
kesepakatan merger.
Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (institusi keuangan, investasi,
asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai buku.
Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan
aset.
Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntasi dalm perhitungan nilai buku per
lembar saham sebagai berikut :
Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjaang seperti properti, pabrik, dan
peralatan, biasanya disajikan pada harga perolehan yang dapat sangat berbeda dengan
nilai pasar.
Aset tidak berwujud yang dihasilakn secara internal dan aset kontinjen dengan
kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali tidak tercermin dalam nilai buku.
Penyesuaian lain juga sering kali diperlukan. Sebagai contoh, bila saham preferen
memiliki karakteristik utang, perlakuan yang tepat adalah sebagai utang pada tingkat bunga
yang berlaku.
Bagian ini menjelaskan dua akun yang berada diantara kewajiban dan ekuitas, yaitu
saham preferen yang ditarik kembali dan kepentingan minoritas.
Analis harus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya saham preferen) yang memiliki
provisi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip utang daripada ekuitas.
Sekuritas tersebut mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.
Sekuritas ekuitas yang sesungguhnya tidak memiliki ketentuan seperti itu. Contoh sekuritas
tersebut dalm bentuk saham preferen, ada dalam banyak perusahaan. Laporan tahunan
Tenneco melaporkan provisi penarikan saham preferennyab sebagai berikut :
CUPLIKAN ANALISIS
Nilai jatuh tempo agregat yang dialokasikan pada saham preferen yang beredar pada
tanggal 31 Desember 2001 adalah 0 untuk tahun 2002, $10 juta untuk tahun 2003, dan
$23 juta untuk tia-tiap tahun 2004, 2005, 2006
SEC mensyaratkan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali berbeda dengan
model ekuitas konvensional dan bukan merupakan ekuitas pemegang saham dan tidak
digabungkan dengan sekuritas ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC juga
mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo selama
lima tahun. Standar akuntansi mensyaratkan pengungkapan ketentuan penarikan kembali
saham preferen untuk tiap-tiap tahun selama lima trahun setelah tanggal neraca. Perusahaan
yang sahmnya tidak diperdagangkan kepada publik tidak perlu mengikuti ketentuan SEC
tersebut dan dapat melaporkan saham preferen yang dapat ditarik kembali sebagi ekuitas.
Analis harus memperlakukan saham preferen yang dapat ditarik kembali tersebut sebagaimna
adanya-yaitu sebuah kewajiban untuk membayara tunai di masa depan.