Pengertian Filariasis
Filariasis adalah penyakit tropis menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan oleh nyamuk. Spesies cacing yang menyebabkan filariasis limfatik
yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Penyakit ini
berdampak secara sosial dan ekonomi. Umumnya gejala kronis penyakit ini muncul
pada orang dewasa, baik pria dan wanita, dan efek kerusakan pada sistem limfatik,
lengan, kaki atau alat kelamin, yang menimbulkan rasa sakit, penurunan produktifitas
dan pengucilan sosial (WHO, 2013).
Daerah Endemis Filariasis pada umumnya adalah daerah dataran rendah,
terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan hutan. Secara
umum, Filariasis W.bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan masih banyak
ditemukan di Papua, Nusa Tenggara Timur, sedangkan Wuchereria bancrofti tipe
perkotaan banyak ditemukan di kota seperti di Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang,
Pekalongan dan Lebak. Brugia malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
dan beberapa pulau di Maluku. Brugia timori terdapat di kepulauan Flores, Alor,
Rote, Timor dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan.(Kemenkes,2014)
Menurut Kementian Kesehatan (2014) Secara epidemiologi cacing filaria dibagi
menjadi 6 tipe, yaitu :
a. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)
Ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang,
Pekalongan dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna (mikrofilaria banyak
terdapat di dalam darah tepi pada malam hari, sedangkan pada siang hari banyak
terdapat di kapiler organ dalam seperti paru-paru, jantung dan ginjal), ditularkan oleh
nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembang biak di air limbah rumah tangga.
b. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)
Ditemukan di daerah pedesaan di luar Jawa, terutama tersebar luas di Papua dan
Nusa Tenggara Timur, mempunyai periodisitas nokturna yang ditularkan melalui
berbagai spesies nyamuk Anopheles, Culex dan Aedes.
c. Brugia malayi tipe periodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah
Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah persawahan.
d. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan malam hari, tetapi lebih banyak
ditemukan pada malam hari (subperiodik nokturna). Nyamuk penularnya adalah
Mansonia spp yang ditemukan di daerah rawa.
e. Brugia malayi tipe non periodik
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi baik malam maupun siang hari (non periodik).
Nyamuk penularnya adalah Mansonia bonneae dan Mansonia uniformis yang
ditemukan di hutan rimba.
f. Brugia timori tipe periodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah
Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah persawahan di Nusa Tenggara
Timur, Maluku Tenggara.
Terdapat gejala klinis akut dan klinis kronis maupun mikrofilaremia tanpa gejala
pada penyakit filariasis:
1. Mikrofilaremia tanpa gejala
Orang dengan mikrofilaremia yang asimtomatik (Gandahusada, 2006).
2. Gejala klinis akut
Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang disertai
demam, sakit kepala, rasa lemah, dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan
kemudian sembuh dengan meninggalkan bekas jaringan parut dilipat paha dan ketiak.
Parut lebih sering terjadi pada infeksi B.malayi dan B.timori (Kementerian Kesehatan
RI, 2005).
Menghitung Angka Mikrofilaria Rate Angka Mikrofilaria Rate bisa dihitung dengan
cara membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan
jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali 100 %. (Kemenkes,2014)
Jumlah sediaan darah positif mikrofilaria
x 100%
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
WHO. 2013. Lymphatic Filariasis. Practical Entomology. Italy: World Health
Organization.
Gadhahusada, Sri.2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.
Keputusan Menteri Kesehatan Republi Indonesia Nomor 94.MENKES/SK/XI/2014:
Penanggulangan Filariasis.
Keputusan Menteri Kesehatan Republi Indonesia Nomor 158.MENKES/SK/XI/2005:
Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)