Anda di halaman 1dari 20

BAB 1 SISTEM BILANGAN RIIL

Sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya merupakan salah satu pilar utama dalam
matematika, khususnya kalkulus. Dengan sistem bilangan ini beserta operasi-operasi
yang berlaku di dalamnya permasalahan komputasi matematika menjadi jelas dan
mudah dilakukan. Namun sebelum meninjau lebih jauh mengenai apakah bilangan riil
itu dan apa sajakah sifat-sifatnya, akan ditinjau terlebih dahulu sistem bilangan yang
lebih sederhana.

1.1. Beberapa Sistem Bilangan


1. Sistem Bilangan Asli
Di antara bilangan yang sudah dikenal, bilangan asli merupakan bilangan yang
paling sederhana. Dengan bilangan ini, kita dapat menghitung obyek atau benda-benda
yang ada di sekitar kita. Notasi untuk himpunan semua bilangan asli adalah
N = {1, 2, 3, }.
Himpunan ini beserta operasi tambah (+) dan kali (x) yang bersifat tertutup di
dalamnya atau dinotasikan dengan (N, +, x) membentuk suatu sistem yang dinamakan
sistem bilangan asli.

2. Sistem Bilangan Bulat


Jika pada himpunan semua bilangan asli di atas ditambahkan negatifnya dan
bilangan 0 sebagai unsur netral terhadap operasi +, maka diperoleh himpunan
Z = {0, 1, 2, 3, }
yang dinamakan himpunan semua bilangan bulat.
Terhadap operasi + dan x yang bersifat tertutup di dalamnya, himpunan semua
bilangan bulat Z ini atau (Z, +, x) membentuk suatu sistem yang dinamakan sistem
bilangan bulat.

3. Sistem Bilangan Rasional


Pada beberapa pengukuran besaran seperti pengukuran panjang, suhu atau arus
listrik, bilangan-bilangan bulat boleh dikatakan tidak memadai lagi, karena kurang
memberikan ketelitian yang cukup baik. Oleh karena itu, hasil bagi dari bilangan-

1
1 2 31 16 40 19
bilangan bulat seperti , , , , dan sangat diperlukan. Perlu
4 3 8 7 5 1
diperhatikan bahwa, kita tidak diperkenankan membagi suatu bilangan dengan nol.
m
Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk , dengan m dan n
n
adalah bilangan-bilangan bulat dan n 0 , disebut bilangan-bilangan rasional.
Selanjutnya himpunan semua bilangan rasional ini dinotasikan dengan Q, sehingga

m
Q= | m, n Z dan n 0 .
n
Himpunan semua bilangan rasional Q bersama-sama dengan operasi + dan x
yang bersifat tertutup di dalamnya atau (Q, +, x) membentuk suatu sistem yang
dinamakan sistem bilangan rasional

4. Himpunan Bilangan Tak Rasional


Pada kenyataannya, bilangan-bilangan rasional masih mempunyai
keterbatasan, karena bilangan ini tidak dapat mengukur semua besaran, salah satu
contohnya besaran panjang. Fakta ini ditemukan oleh orang Yunani kuno beberapa

abad sebelum masehi, yaitu meskipun 2 merupakan panjang sisi miring suatu segitiga
siku-siku dengan sisi-sisi 1, bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu hasil bagi

dari dua bilangan bulat. Jadi 2 merupakan bilangan tak rasional. Demikian juga
3
dengan bilangan-bilangan 3, 5, e, dan sebagainya, merupakan contoh-contoh
lain bilangan yang tak rasional.
Jika semua bilangan tak rasional di atas kita kumpulkan, maka kita mempunyai
sebuah himpunan yang disebut himpunan semua bilangan tak rasional.

5. Sistem Bilangan Riil


Jika kita kumpulkan semua bilangan rasional dan bilangan tak rasional
bersama-sama dengan negatifnya dan nol, maka diperoleh himpunan yang dinamakan
himpunan semua bilangan riil dan biasanya dinotasikan dengan R. Sama halnya
dengan sistem bilangan asli, sistem bilangan bulat maupun sistem bilangan rasional,
himpunan semua bilangan riil R ini bersama-sama operasi + dan operasi x membentuk
suatu sistem yang dinamakan sistem bilangan riil.
Sebagaimana kita ketahui, bilangan-bilangan riil dapat dipandang sebagai label
untuk titik-titik sepanjang suatu garis lurus mendatar. Dalam garis mendatar ini,

2
bilangan-bilangan riil tersebut mengukur jarak ke kanan atau ke kiri (jarak berarah)
dari suatu titik tetap yang disebut titik asal dan dinotasikan dengan 0. Setiap titik pada
garis mempunyai sebuah label bilangan riil yang tunggal dan selanjutnya bilangan ini
disebut sebagai koordinat dari titik tersebut serta garis koordinat yang dihasilkan diacu
sebagai garis bilangan riil atau disingkat garis riil saja.
Dalam prakteknya, seringkali bilangan riil dinyatakan atau dituliskan dalam
1 5 8
bentuk desimal, sebagai contoh bilangan-bilangan , dan berturut-turut dapat
5 3 11
dituliskan dalam bentuk desimal sebagai 0,2 ; 1,6666... dan 0,7272727... serta dapat
diperlihatkan pula bahwa bentuk desimal bilangan-bilangan rasional adalah salah satu
dari dua tipe berikut ini :
1 1 3
1. desimal berhenti ( , , dan seterusnya) atau
5 2 4
1 8 7
2. desimal berulang beraturan ( , , dan seterusnya).
3 11 6
Sedangkan jika bentuk desimal suatu bilangan tidak termasuk salah satu dari
kedua tipe di atas, maka bilangan tersebut merupakan bilangan tak rasional. Sebagai

contoh 2 = 1,414213..., e = 2,7182..., = 3,14159... dan seterusnya.

Sifat-sifat Bilangan Riil


Sebagaimana telah dijelaskan di muka, himpunan semua bilangan riil R
bersama-sama operasi + dan operasi x atau dituliskan (R, +, x) membentuk suatu sistem
yang dinamakan sistem bilangan riil.
Pada bagian ini pembaca diingatkan kembali kepada sifat-sifat yang berlaku
pada himpunan semua bilangan riil R di atas. Jika a , b dan c adalah sembarang
bilangan riil, maka berlaku sifat-sifat berikut ini :
1. Sifat komutatif
a. a b b a
b. a b b a
2. Sifat asosiatif
a. a b c a b c
b. a b c a b c
3. Sifat distributif
a b c a b a c

3
4. Eksistensi unsur-unsur identitas
Terdapat dua bilangan riil, yaitu 0 dan 1, dengan 0 1 yang memenuhi
hubungan : a 0 a dan a 1 a . Bilangan 0 dan 1 ini berturut-turut
dinamakan unsur identitas terhadap operasi + dan unsur identitas terhadap
operasi x
5. Eksistensi invers
Untuk setiap bilangan riil a mempunyai invers aditif (disebut juga negatif), a,
1 1
sehingga a a 0 dan mempunyai invers perkalian a sehingga a a 1.
6. Sifat pengurangan
a b a b
7. Sifat pembagian
a
a b 1 , asalkan b 0
b
8. Hukum kanselasi (pembatalan)
a. Jika a c b c dan c 0 , maka a b
a c a
b. Jika b 0 dan c 0 , maka
b c b
9. Sifat pembagi nol
Jika a b 0 , maka a 0 atau b 0

Sifat Urutan pada Bilangan Riil


Seperti diketahui, himpunan semua bilangan riil dapat dibagi menjadi tiga
himpunan tidak kosong yang saling asing, yaitu : himpunan semua bilangan riil positif,
himpunan dengan bilangan 0 sebagai satu-satunya anggota dan himpunan semua
bilangan riil negatif.
Kenyataan ini memungkinkan kita untuk memperkenalkan relasi urutan <
(dibaca kurang dari) sebagai berikut : untuk sembarang bilangan riil a dan b , a
dikatakan kurang dari b , dinotasikan a b jika dan hanya jika b a positif atau
b a 0 . Sedangkan a dikatakan lebih dari b , dinotasikan a b jika b a.
Selanjutnya jika a kurang dari atau sama dengan b , maka dituliskan a b dan
jika a lebih dari atau sama dengan b , maka dituliskan a b . Sedangkan notasi
a b c dimaksudkan sebagai a b dan b c , artinya b terletak di antara a dan c .
Beberapa sifat penting yang perlu diketahui, terkait dengan relasi urutan di atas
antara lain :

4
1. Sifat trikotomi
Untuk sembarang bilangan riil a dan b , berlaku tepat satu : a b, a b atau
a b
2. Sifat ketransitifan (menghantar)
Jika a b dan b c maka a c
3. Sifat penambahan
a. Jika a b maka a c b c , untuk sembarang bilangan riil c
b. Jika a b dan c d maka a c b d
4. Sifat perkalian
a. Jika a b dan c 0 maka ac bc
b. Jika a b dan c 0 maka ac bc
5. Sifat kebalikan
1
a. Jika a 0 maka 0
a
1 1
b. Jika 0 a b maka
a b
6. Sifat akar dan kuadrat

Jika a 0 dan b 0 maka a b a2 b2 a b

Desimal dan Kerapatan


Seperti telah dikemukan di depan, sembarang bilangan riil, khususnya bilangan
rasional dapat dituliskan sebagai suatu desimal, karena berdasarkan definisi, bilangan
rasional ini senantiasa dapat dinyatakan sebagai hasil bagi dua bilangan bulat. Jika
pembilang dibagi dengan penyebut, maka diperoleh suatu bentuk desimal. Desimal
1 3 1
tersebut dapat berupa desimal yang berhenti (seperti : = 0,2, = 0,75 dan =
5 4 8
1
0,125) atau desimal yang berulang dengan pola yang teratur (seperti : = 0,33333...,
3
8 7
= 0,7272727... dan = 1,166666...).
11 6
Bilangan-bilangan tak rasional dapat pula dituliskan dalam bentuk desimal,
akan tetapi desimalnya berupa desimal yang tidak berakhir dan tidak berulang

menurut suatu pola, sebagai contoh 3 = 1,7320508075... Sebaliknya, jika suatu


desimal tak berakhir dan tidak berulang pasti menyatakan suatu bilangan tak rasional,

5
sebagai misal desimal yang berbentuk 0,102100210002100002... pastilah menyatakan
suatu bilangan tak rasional.

Contoh :
Perlihatkan bahwa bentuk-bentuk desimal berulang : 0,121212... dan 2,168168168...
menyatakan bilangan-bilangan rasional.

Pembahasan :
Misalkan x = 0,121212..., maka 100x = 12,121212... Selanjutnya jika kita kurangkan x
dari 100x dan kemudian diselesaikan untuk x diperoleh 100x = 12,121212...
x = 0,121212... _
99x = 12
12 4
x= = .
99 33
Demikian juga jika dimisalkan y = 2,168168168..., maka 1000y = 2168,168168168... dan
dengan cara serupa dengan penyelesaian sebelumnya didapat
1000y = 2168,168168168...
y= 2,168168168... _
999y = 2166
2166 722
y= = .
999 333
Karena kedua bentuk desimal berulang di atas dapat dinyatakan sebagai hasil bagi
antara dua bilangan bulat, maka benar bahwa kedua bentuk desimal di atas
merupakan bilangan rasional.

Catatan : secara umum untuk memperoleh bilangan rasional yang dicari, pertama kali
yang harus dilakukan adalah mengalikan bentuk desimal berulang x yang diketahui
dengan 10n, jika desimal tersebut berulang dalam suatu pola yang memuat n angka

Seperti diketahui, di antara dua bilangan riil sembarang yang berlainan a dan
b , terdapat suatu bilangan riil yang lain. Pada khususnya, terdapat bilangan riil
a b
c , yang merupakan bilangan pertengahan antara a dan b . Selanjutnya karena
2
terdapat juga suatu bilangan riil r di antara a dan c , serta bilangan riil s di antara c
dan b dan karena argumen ini dapat diulang sampai tak berhingga kali, maka dapat

6
disimpulkan bahwa di antara dua bilangan riil sembarang (betapapun dekatnya),
terdapat tak berhingga banyak bilangan riil yang lain. Bilangan-bilangan riil ini dapat
berupa bilangan rasional dan bilangan yang tak rasional, yang tak berhingga
banyaknya dari tiap jenis.

Contoh :
Carilah suatu bilangan rasional dan bilangan tak rasional yang terletak di antara a
dan b , jika diketahui a = 0,12345678... dan b = 0,12345700...

Pembahasan :
Misalkan r = 0,123456800000... dan s = 0,123456801001000100001..., maka r adalah
bilangan rasional (karena berakhir dengan pengulangan 0), sedangkan s adalah
bilangan tak rasional (karena pola penyisipan 0 yang semakin banyak di antara angka
1) dan terlihat bahwa a r s b.

Soal Latihan
1. Jika diketahui a b , manakah di antara pernyataan berikut ini yang senantiasa
benar :
a. a 3 b 3
b. a b
c. ab b2
d. ab 2 b3
2. Nyatakanlah tiap bilangan rasional berikut dalam bentuk desimal :
5 7
a. d.
8 19
2 13
b. e.
7 5
1 23
c. f.
15 13
3. Ubahlah bentuk desimal berulang berikut menjadi bentuk pecahan (bilangan
rasional) :
a. 0,47474747... d. 5,699669966996...
b. 0,258258258... e. 3,00167676767...
c. 1,1098098098... f. 0,0123123123...

7
4. Perlihatkan bahwa rata-rata antara dua buah bilangan riil terletak di antara
kedua bilangan tersebut, dengan perkataan lain, perlihatkan bahwa jika a b
a b
maka a b.
2
5. Tentukan suatu bilangan tak rasional dan bilangan rasional yang terletak di
antara bilangan 3,1415926535... dan 3,141592654000...

1.2. PERTIDAKSAMAAN
Sebelum meninjau lebih jauh mengenai pertidaksamaan, akan diberikan terlebih
dahulu pengertian peubah atau variabel. Peubah (variabel) yang dimaksudkan di sini
adalah lambang yang digunakan untuk menyatakan sembarang anggota dari suatu
himpunan. Sebagai misal jika diambil himpunannya adalah himpunan semua bilangan
real R, maka peubahnya dinamakan peubah real.
Untuk selanjutnya yang dimaksudkan dengan peubah dalam pembahasan ini
adalah peubah real, di mana peubah ini memegang peranan penting dalam
menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan.
Sebagai pembahasan awal, pertidaksamaan diberikan batasan pengertian
sebagai kalimat matematika terbuka yang memuat peubah (variabel) dan satu atau
lebih tanda berikut ini : <, >, atau .

Contoh 1 :
Beberapa jenis/contoh pertidaksamaan antar lain :
1. 2 x 16 x 25
2. 2 x 4 6 7x 3x 6
3. x2 5x 6 0
2x 3
4. 0
x 1
5. 2x 4 4
6. x 2 5
dan sebagainya.

Selanjutnya yang dimaksud dengan menyelesaikan suatu pertidaksamaan


adalah mencari semua nilai peubah yang memenuhi pertidaksamaan tersebut.
Beberapa jenis pertidaksamaan yang cukup terkenal di antaranya :
pertidaksamaan linier, pertidaksamaan kuadrat dan polinomial, pertidaksamaan

8
pecahan (rasional), pertidaksamaan irrasional dan pertidaksamaan dengan nilai
mutlak.

A. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Pertidaksamaan linier adalah pertidaksamaan yang salah satu atau lebih
ruasnya memuat bentuk linier dalam x (sebagai peubahnya). Untuk menyelesaikan
pertidaksamaan linier dapat digunakan sifat-sifat berikut ini :

Jika a b dan k sembarang bilangan riil, maka pernyataan-pernyataan


berikut ini senantiasa benar :

1. a k b k
2. ka kb , jika k positif, akan tetapi ka kb , jika k negatif
3. a 2 b 2 , asalkan a dan b keduanya positif
4. a c b d , untuk c d
5. ac bd , asalkan c d serta a , b , c dan d semuanya positif

Contoh 2 :
Selesaikan pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
1. 2 x 16 x 25
2. 5 4 x 9 11
3. 2 x 4 6 7x 3x 6
Pembahasan :
1. 2 x 16 x 25 2x x 25 16 x 9.
Sehingga himpunan penyelesaian (HP) dari pertidaksamaan di atas adalah :

HP = { x R|x 9 } : penulisan bentuk himpunan


= ( , 9) : penulisan bentuk interval (selang)

= : penulisan dalam garis bilangan


9

2. 5 4 x 9 11 5 9 4 x 11 9 4 4x 20 1 x 5.
Dengan demikian HP = { x R |1 x 5 } = (1, 5).

3. 2 x 4 6 7 x 3x 6 2 x 4 6 7 x dan 6 7 x 3 x 6

9
2x 7 x 6 4 dan 6 6 3x 7 x
9 x 10 dan 0 10 x
10
x dan 0 x
9
10
0 x
9
10
Dengan demikian HP = { x R |0 x }.
9

Soal Latihan :
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini,
kemudian gambarkan grafik himpunan penyelesaiannya pada garis bilangan dan
tuliskan pula dalam bentuk interval (selang) :
1. 6 x 10 5 x 16
2. 6 x 3 2x 5
3. 2 1 5x 3
4. 4 5 3x 7
5. 2 3 x 8 1 7x
6. 2 3x 5 x 1 16
7. 3 2 x 4x 1 2x 7
8. 3 x 7 1 dan 2 x 1 4
9. 3 x 7 1 atau 2 x 5 8
10. 4 x 7 1 atau 2 x 1 5

B. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT & POLINOMIAL


Pertidaksamaan kuadrat adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk kuadrat
peubahnya pada salah satu atau kedua ruas pertidaksamaan, sedangkan
pertidaksamaan polinomial adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk polinomial
(suatu fungsi dengan pangkat atau derajat peubahnya adalah 3 atau lebih) pada salah
satu atau kedua ruasnya.
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan pangkat dua (kuadrat) dan
pertidaksamaan polinomial (pangkat tiga atau lebih), langkah-langkahnya meliputi :

1. Jadikan nol ruas kanan pertidaksamaannya

10
2. Tentukan semua pembuat nol ruas kiri dengan menyelesaikan persamaan
yang ruas kanannya sama dengan nol
3. Gambarkan nilai-nilai pembuat nolnya pada garis bilangan
4. Tentukan tanda dari masing-masing interval (selang) yang terbentuk
5. Arsirlah daerah sesuai dengan tanda pertidaksamaannya
6. Tuliskan himpunan penyelesaiannya

Contoh 3 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :

1. x2 5x 6 0
2. 4 x 2 5x 6 0
3. x3 5 x 2 6x 0
2
4. x 5 x 2 2x 1 0
Pembahasan :
1. Dari pertidaksamaan x 2 5x 6 0 , pembuat nol ruas kiri adalah :
x2 5x 6 0 x 2 x 3 0 x 2 0 atau x 3 0
x 2 atau x 3.
Jadi pembuat nol ruas kiri adalah : x 2 dan x 3.
Selanjutnya kita gambarkan nilai-nilai pembuat nol ini pada garis bilangan

Dengan adanya dua nilai pemuat nol ini,


garis riil (garis bilangan) terbagi ke
dalam 3 interval, yaitu : x 2, 2 x 3
2 3
dan x 3.
Untuk menentukan tanda dari setiap
interval, ambil salah satu titik uji,
misalkan x 0 (yang terletak pada
interval x 2 ) dan substitusikan ke
x2 5 x 6 , diperoleh
02 5 0 6 6 (positif). Jadi interval x 2 bertanda (+) (merupakan daerah +).
Selanjutnya interval yang bersisian bertanda sebaliknya, yaitu (), seperti diberikan
pada gambar di bawah ini :

11
+++ +++ Dengan demikian himpunan
penyelesaian dari pertidaksamaan ini
2 3
adalah :
HP = { x | x 2 atau x 3}
= ( , 2) (3, ).

2. Pembuat nol ruas kiri : 4 x 2 5x 6 0 4x 3 x 2 0


4 x 3 0 atau x 2 0
4x 3 atau x 2
3
x atau x 2
4
3
Sehingga pembuat nilai nol ruas kiri adalah : x dan x 2.
4
Selanjutnya gambarkan kedua nilai pembuat nol ini pada garis bilangan :

Dari dua nilai nol tersebut garis


bilangan terbagi menjadi tiga buah
interval yaitu :
3 2
4 3 3
x , x 2 dan x 2.
4 4
Untuk menentukan tanda setiap
intervalnya,
3
ambil sembarang titik uji, misalkan x 0 (yang berada pada interval x 2)
4
dan disubstitusikan ke 4 x 2 5 x 6 diperoleh 4 02 5 0 6 6 (negatif). Jadi
3
interval x 2 , di mana titik uji x 0 berada merupakan daerah negatif ()
4
dan tanda selengkapnya dari interval yang lain adalah :

Dengan demikian himpunan


++ ++ penyelesaian untuk pertidaksamaan ini
adalah :
3 2
4 3
HP = { x | x 2 }
4

12
= 3
4
,2 .

3. Untuk pertidaksamaan x 3 5x2 6x 0 , kerjakan sebagai latihan !


2
4. Untuk pertidaksamaan x 5 x 2 2x 1 0 , pembuat nol ruas kirinya adalah :
2
x 5 x 2 2x 1 0 x 5 0 atau x 2 0 atau 2 x 1 0
1
x 5 atau x 2 (muncul 2 kali) atau x .
2
Dengan demikian pembuat nol dari pertidaksamaan di atas adalah : x 5, x 2
1
dan x . Selanjutnya digambarkan pada garis bilangan nilai-nilai pembuat nol
2
ini, yaitu :
Dari ketiga nilai nol ini garis bilangan
terbagi ke dalam empat buah interval :
x 5, 5 x 2, 2 x 1
2
dan x 1
2
.
5 2 1
2 Untuk menentukan tanda masing-masing
interval, tetapkan salah satu titik uji,
misalkan x 0 yang berada pada interval
2 x 1
2
dan
2
disubstitusikan ke x 5 x 2 2 x 1 , diperoleh
2
x 5 x 2 2x 1 , sehingga interval 2 x 1
2
, di mana titik uji

x 0 berada, merupakan daerah negatif. Tanda dari interval-interval yang lain


adalah :

Dengan demikian himpunan


penyelesaian dari pertidaksamaan ini
++ ++
adalah :

5 2 1 HP = { x | x 5 atau x 1
2
}
2
= , 5 2, .

13
C. PERTIDAKSAMAAN PECAHAN
f x
Pertidaksamaan pecahan adalah pertidaksamaan yang berbentuk 0,
g x
dengan f x dan g x merupakan fungsi polinom (suku banyak).

Langkah-langkah untuk menyelesaikan pertidaksamaan pecahan antara lain :


1. Jadikan nol ruas kanan pertidaksamaan
2. Tentukan nilai-nilai pembuat nol ruas kiri : meliputi pembuat nol pembilang dan
pembuat nol penyebut (atau disebut juga nilai kutub)
3. Gambarkan nilai-nilai pembuat nol untuk pembilang dan penyebut pada garis
bilangan
4. Tentukan tanda masing-masing interval yang terbentuk
5. Arsirlah daerah sesuai dengan tanda pertidaksamaan
6. Tuliskan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan yang bersangkutan.

Contoh 4 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
2x 3
1. 0
x 1
1
2. 5
x
Penyelesaian :
2x 3
1. Diketahui 0 . Perhatikan bahwa pertidaksamaan ini dapat diselesaikan
x 1
asalkan penyebut dari pertidaksamaan di atas, yaitu x 1 0 atau x 1.
Nilai-nilai pembuat nol ruas kiri :
3
a. Nilai pembuat nol pembilang : 2 x 3 0 atau 2 x 3 yaitu x
2
b. Nilai pembuat nol penyebut (nilai kutub) : x 1 0 atau x 1
3
sehingga nilai-nilai pembuat nol ruas kiri adalah : x dan x 1.
2
Selanjutnya gambarkan kedua nilai pembuat nol ini pada garis bilangan :

14
Dari dua nilai nol tersebut garis
bilangan terbagi menjadi tiga buah
interval yaitu :
1 3 3 3
2 x 1, 1 x dan x .
2 2
Untuk menentukan tanda setiap
intervalnya,

3
ambil sembarang titik uji, misalkan x 0 (yang berada pada interval 1 x )
2
2x 3 2 0 3
dan substitusikan ke pecahan , sehingga interval
x 1 0 1
3
1 x ( di mana titik uji x 0 berada) merupakan daerah merupakan daerah
2
negatif. Sedangkan tanda-tanda dari interval yang lain adalah :

Dengan demikian himpunan


++ ++ penyelesaian dari pertidaksamaan ini
adalah :
1 3 3
2 HP = { x | x 1 atau x }
2
= , 1 atau 3
2
, .

1 1 1 1 5x
2. Diketahui 5. Perhatikan bahwa 5 5 0 0 dan
x x x x
pertidaksamaan ini dapat diselesaikan asalkan penyebut dari ruas kiri, yaitu x 0.
Selanjutnya nilai-nilai pembuat nol ruas kiri adalah :
1
a. Nilai pembuat nol pembilang : 1 5 x 0 atau x
5
b. Nilai pembuat nol penyebut : x 0
1
yaitu x dan x 0.
5
Selanjutnya gambar kedua nilai pembuat nilai nol ini adalah :

15
Dengan adanya dua nilai pemuat nol ini,
garis riil (garis bilangan) terbagi ke
1
0 1 dalam 3 interval, yaitu : x 0, 0 x
5 5
1
dan x .
5
Untuk menentukan tanda dari setiap
interval, ambil salah satu titik uji,
misalkan x 1 (yang terletak pada
1
interval x ) dan
5

1 5x 1 5x 1 5 1
disubstitusikan ke pecahan , diperoleh 4 , sehingga
x x 1
1
interval x merupakan daerah negatif. Tanda selengkapnya untuk interval-
5
interval yang lain adalah :

Dengan demikian himpunan


++ penyelesaian dari pertidaksamaan ini
adalah :
0 1
5 1
HP = { x | x 0 atau x }
5
= , 0 atau 1
5
, .

Peringatan :
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan no. 2 tidak dibenarkan mengerjakan
1 1
5 1 5x x ,
x 5
dengan perkataan lain, pada pertidaksamaan pecahan tidak berlaku perkalian
silang.

Soal Latihan
Tentukan nilai-nilai x yang memenuhi pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
x 5 x 2
1. 0 5. 2
2x 1 x 4

16
2x 1 2x 1
2. 0 6. 1
x 2 x 3
7 2x 8
3. 3 7. 2
0
2x x 7x 6
3 x 2 5x 6
4. 2 8. 0
x 5 x 2 3x 3

D. PERTIDAKSAMAAN IRRASIONAL
Pertidaksamaan irrasional adalah suatu pertidaksamaan yang mengandung

bentuk tak rasional (yang dicirikan dengan adanya tanda di dalam

pertidaksamaannya). Untuk menyelesaikan pertidaksamaan irrasional, langkah-


langkah yang dapat dilakukan antara lain :

1. Gunakan persyaratan riil : f x riil bilamana f x 0


2. Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan dan tentukan penyelesaiannya.
3. Iriskan syarat pada no. 1 dan hasil pada no. 2 untuk memperoleh himpunan
penyelesaian dari pertidaksamaannya.

Contoh 5 :
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan berikut ini :

1. 3x 2 2

2. x x 6
Penyelesaian :

1. Diketahui 3x 2 2
2
Syarat akar : 3 x 2 0 sehingga 3 x 2 atau x (1)
3
Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan di atas, diperoleh

3x 2 2 3x 2 4 3x 6 x 2 (2)

2
Selanjutnya iriskan syarat (1) dan hasil (2) diperoleh x 2.
3
Dengan demikian himpunan penyelesaian pertidaksamaan yang ditanyakan
2
adalah HP = { x | x 2 }.
3
2. Diberikan pertidaksamaan x x 6

17
Syarat akar : x 6 0 sehingga didapat x 6 (1)
Syarat kedua : x 0 (2)
Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan yang ditanyakan, diperoleh

x x 6 x2 x 6 x2 x 6 0 x 2 x 3 0
yaitu x 2 atau x 3 (3)
Selanjutnya iriskan ketiga hasil yang diperoleh pada perhitungan di atas dan
didapatkan HP = { x | x 3 }.

Soal Latihan
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut :

1. 2x 4 4 5. x 3 5 x2

2. x2 x 2 6. x 3 5 x

3. x2 4x 5 7 7. x 2 10 x 2

4. 3 x 2x 1

E. PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK


Sebelum membahas lebih jauh mengenai pertidaksamaan dengan nilai mutlak,
akan diberikan terlebih dahulu konsep nilai mutlak suatu bilangan riil.

Misalkan x R, nilai mutlak dari x , dinotasikan dengan x , diberikan oleh

x, untuk x 0
x
x, untuk x 0
Contoh :
1 1 1
Dengan definisi nilai mutlak diperoleh 4 4, 0 0 dan .
3 3 3

Sifat-sifat Nilai Mutlak


Misalkan a, b R, maka berlaku

1. ab a b

a a
2. , asalkan b 0
b b

3. a b a b (Ketidaksamaan Segitiga)

18
4. a b a b

Selanjutnya untuk menyelesaikan pertidaksamaan yang mengandung nilai mutlak,


sifat-sifat berikut ini sangat bermanfaat, di antaranya :
1. x a a x a

2. x a x a atau x a

3. x y x2 y2

Contoh 6 :
Tentukan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut :

1. 2x 7 3

2. 5x 6 1

3. x 2 3x 7

Penyelesaian :

1. Perhatikan bahwa 2 x 7 3 3 2x 7 3 3 7 2x 3 7

4 2 x 10 2 x 5.
Dengan demikian HP = { x | 2 x 5 }.

Cara Lain : Dengan menggunakan sifat ke-3 :


2
2x 7 3 2x 7 3 2x 7 32 4x 2 28 x 49 9

4x 2 28 x 40 0 x2 7 x 10 0
x 2 x 5 0
dengan menyelesaikan pertidaksamaan terakhir didapat
HP = { x | 2 x 5 }.

2. Dengan menggunakan sifat ke-2 : 5 x 6 1 5x 6 1 atau 5 x 6 1

5x 1 6 atau 5 x 1 6
5x 5 atau 5 x 7
7
x 1 atau x .
5

19
7 7
Dengan demikian HP = { x | x 1 atau x }= ( , 1] [ , ).
5 5
3. Dari pertidaksamaan yang diketahui dan dengan menggunakan sifat ke-3,
diperoleh
x 2 3x 7 x 2 3x 7 x 2 3x 7 x 2 3 x 21
2 2
x 2 3 x 21 x2 4x 4 9 x 2 126 x 441

0 8 x 2 130 x 437 8 x 2 130 x 437 0


4 x 19 2 x 23 0
Dengan menyelesaikan pertidaksamaan terakhir di dapat penyelesaian yang
dicari yaitu
HP = { x | x 11,5 atau x 4,75 } = ( , 11,5] [ 4,75, ).

Soal Latihan :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut
:

1. x 2 5 4. 2x 5 x 4

x
2. 2 6 5. 2 2x 3 x 10
3
5
3. 2 1
x

20

Anda mungkin juga menyukai