Anda di halaman 1dari 109

Kisah Tiga Negara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kata pembukaan novel Kisah Tiga Negara;Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan bercerai
untuk bersatu kembali

Kisah Tiga Negara (Hanzi: , hanyu pinyin: sngu yny, Bahasa Inggris: Romance of
the Three Kingdoms) adalah sebuah roman berlatar-belakang sejarah dari zaman Dinasti
Han dan Tiga Negara. Di kalangan Tionghoa di Indonesia, kisah ini dikenal dengan
nama Samkok yang merupakan dialek Hokkian dari sanguo atau tiga negara.
Sering orang salah kaprah akan perbedaan Kisah Tiga Negara atau Kisah Tiga
Kerajaan mengingat terjemahan bahasa Inggris dari roman ini adalah Romance of the Three
Kingdoms, namun pada sebenarnya, yang tepat adalah Kisah Tiga Negara mengingat pada
klimaks roman ini, ketiga pemimpin yang bertikai; Cao Cao (negeri Wei), Liu Bei (negeri Shu)
danSun Quan (negeri Wu) masing-masing telah memaklumatkan diri sebagai kaisar dan
mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi Dinasti Han yang telah runtuh.
Roman ini ditulis oleh Luo Guanzhong (), seorang sastrawan dinasti Ming yang
mengambil referensi dari literatur sejarah resmi mengenai Zaman Tiga
Negara di Tiongkok dimulai dari penghujung Dinasti Han, pecahnya Tiongkok ke dalam tiga
negara dan kemudian dipersatukan kembali di bawah Dinasti Jin. Selain dari sejarah resmi, Luo
juga mengambil referensi dari cerita rakyat turun temurun yang dituturkan secara lisan di
masyarakat pada masa hidupnya.
Kisah Tiga Negara adalah salah satu karya sastra klasik yang paling populer di dalam sejarah
Tiongkok. Luo menuliskan roman ini dalam 120 bab yang mempunyai alur cerita bersambung
dengan referensi Catatan Sejarah Tiga Negara oleh Chen Shou dan sedikit imajinasinya sendiri.
Ada sekitar lebih 400 tokoh sejarah yang diceritakan di dalam Kisah Tiga Negara yang dilukiskan
dengan karakter berbeda. Cao Cao, Liu Bei dan Sun Quan sama sebagai karakter pemimpin
namun berbeda dalam sifat dan pemikiran. Demikian pula penasehat Zhuge Liang, Xun
You, Guo Jia dan Zhou Yu masing-masing berbeda pandangan dan wataknya. Setiap karakter
mempunyai watak dan sifatnya sendiri yang berbeda satu sama lain. Penggambaran perbedaan
watak karakter ini menjadikan roman ini diakui sebagai salah satu wakil dari puncak
perkembangan sastra Tiongkok dalam sejarah. Kisah Tiga Negara ditulis dalam bahasa klasik (
).

1Tokoh-tokoh utama berdasarkan negara


o 1.1Penghujung Dinasti Han
o 1.2Cao Wei
o 1.3Dong Wu
o 1.4Shu Han
2Alur cerita novel
3Antara sastra fiksi dan fakta sejarah
4Lihat pula
5Referensi

Tokoh-tokoh utama berdasarkan negara


Penghujung Dinasti Han

Dong Zhuo, perdana menteri tiran, kemudian dibunuh oleh Lu Bu


Yuan Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao
Liu Biao, bangsawan dari Jingzhou, musuh bebuyutan keluarga Sun
Gongsun Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut, kemudian dikalahkan Yuan Shao
Lu Bu, jenderal bengis penuh sifat khianat, membunuh 2 ayah angkatnya, akhirnya dihukum
mati oleh Cao Cao setelah diingatkan oleh Liu Bei tentang sifat pengkhianatnya yang tidak
bisa dipercaya
Ma Teng, penguasa Liangzhou, terbunuh karena dijebak oleh Cao Cao
Kaisar Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han, menjadi kaisar pada masa anak-anak,
menggantikan Kaisar Shao
Diaochan, disuruh Wang Yun untuk membuat hubungan Dong Zhuo dan Lu Bu retak
Hua Tuo, Seorang tabib terkenal, Ia meyembuhkan luka Guan Yu Ketika Guan Yu teluka,
dibunuh oleh Cao Cao karena Hua Tuo mau membelah otaknya untuk menyembuhkan
penyakit sakit kepala Cao Cao
Cao Wei

Cao Cao, Panglima perang, mempersatukan utara Tiongkok


Cao Pi , anak Cao Cao, kaisar pertama Wei
Sima Yi, penasehat militer, kakek Sima Yan kaisar pertama Jin
Guo Jia, penasehat militer, mati muda karena sakit
Xun Yu, penasehat militer, handal dalam masalah pemerintahan
Xiahou Dun, jenderal perang, kehilangan satu matanya karena dipanah
Xiahou Yuan,jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya
Zhang Liao, jenderal perang, mantan bawahan Lu Bu. Menghalau 100.000 pasukan Wu
hanya dengan 800 prajurit
Zhang He, jenderal perang, mantan bawahan Yuan Shao
Dian Wei, pengawal pribadi Cao Cao, tewas demi melindungi kaburnya Cao Cao dari Wan
Cheng dari sergapan Zhang Xiu
Pang De, jenderal perang, mantan bawahan Ma Teng
Cao Ren, jenderal perang, sepupu Cao Cao
Cao Yi, cucu perempuan Cao Cao, anak dari Cao Pi, pemimpin terakhir dari
keturunan/marga Cao
Dong Wu

Sun Jian, panglima perang, penguasa Changsha, dikenal dengan sebutan "Macan dari Jiang
Dong"
Sun Ce, anak sulung Sun Jian, peletak dasar negara Wu, suami Da Qiao dikenal sebagai si
penakluk kecil
Sun Quan, adik Sun Ce, kaisar pertama negara Wu kekasih lian shi
Sun Shan Xiang, adik Sun Ce, menjalin hubungan cinta dengan Liu Bei
Lu Meng, penasehat militer, kemudian dibunuh oleh arwah Guan Yu
Zhou Yu, penasehat militer, suami Xiao Qiao, mati muda karena sakit
Zhuge Jin, penasehat militer, kakak Zhuge Liang
Lu Xun, jenderal perang, memenangi pertempuran Xiaoting/Yiling
Huang Gai, jenderal perang, pura-pura membelot ke Wei saat pertempuran tebing merah
Gan Ning, jenderal perang, mantan bajak laut yang membunuh Ling Cao
Taishi Ci, jenderal perang, pernah memerangi Sun Ce
Da Qiao dan Xiao Qiao, istri Sun Ce dan Zhou Yu
Ling Tong, anak Ling Cao, menaruh dendam pada Gan Ning, tetapi akhirnya mereka berdua
bersatu berperang mendampingi Sun Quan
Ling Cao, jenderal perang,ayah dari Ling Tong,dan dibunuh oleh Gan Ning sebelum Gan
Ning bergabung dengan Sun Quan
Shu Han

Liu Bei, bangsawan masih keturunan trah Han, ingin meneruskan Dinasti Han
Zhuge Liang, penasehat militer jenius, dijuluki 'Naga Tidur'
Pang Tong, Png Tng () (178-213M), adalah penasehat Liu Bei pada zaman Dinasti
Han. Nama Taoisnya adalah Phoenix Muda (; Fngch). Novel epik sejarah Kisah Tiga
Negara menggambarkan Pang Tong sebagai seorang ahli strategi militer jenius, dan
menempatkannya di tingkat yang setara dengan ahli strategi Zhuge Liang. Kepada Liu Bei,
Sima Hui menjuluki Pang Tong dan Zhuge Liang sebagai:
Naga Tidur dan Phoenix Muda: bersama salah satu dari mereka, engkau bisa menyelesaikan
apa pun di bawah langit.

Jiang Wei, jenderal perang, membelot dari Wei, konon mewarisi sebagian dari keahlian
Zhuge Liang.
Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei, mampu membuat Cao Cao
nyaris memindahkan ibukota dari Xu Chang (versi novel), salah satu dari Jenderal 5
Harimau
Zhang Fei, adik angkat Liu Bei, seorang pemabuk berat, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
Zhao Yun, jenderal perang, pernah mengabdi pada Gongsun Zan,menyelamatkan Liu Chan
di Chang Ban yang menjadi kaisar terakhir negeri Shu, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
yang hidup paling lama
Huang Zhong, jenderal perang, dikenal karena kemampuan memanahnya, salah satu dari
Jenderal 5 Harimau
Ma Chao, jenderal perang, anak Ma Teng, salah satu dari Jenderal 5 Harimau
Wei Yan, jenderal perang, berkhianat di Wu Zhang
Xing Cai, anak dari Zhang Fei, istri dari Liu Chan
Liu Chan, anak dari Liu Bei , ia menjadi kaisar kedua di Shu ketika Liu Bei meninggal
Guan Xing, anak dari Guan Yu, mati muda karena sakit
Zhang Bao, anak dari Zhang Fei, mati di perang Chen Cang
Guan Ping, anak tertua Guan Yu, ia wafat bersama Guan Yu
Ma Dai, Jenderal perang Zhuge Liang, keponakan dari Ma Teng dan sepupu Ma Chao
Mi Fang, Jenderal perang Guan Yu, Ia disuruh menjaga Nanjun ketika Guan Yu ke Fan
Cheng, kemudian ia dibunuh oleh Liu Bei
Fushi Ren, jenderal perang Guan Yu, Ia diperintahkan menjaga Gong'an Ketika Guan Yu ke
Fan Cheng, kemudian ia dibunuh oleh Liu Bei
Yue Ying, istri dari Zhuge Liang, pernikahan ini diinginkan oleh ayahnya
Meng Huo, bekas Raja Man, pernah memberontak/menyerang Shu Selatan, sebelum
ditaklukkan habis-habisan oleh Zhuge Liang. Zhuge Liang harus menangkapnya sampai 7
kali untuk membujuknya menyerah

Alur cerita novel


Cerita di mulai pada tahun-tahun terakhir kekuasaan Dinasti Han di China, ketika kasim-kasim
istana banyak memperdaya kaisar dan memecat periwra-perwira yang melawan mereka. Akibat
perbuatan itu, korupsi yang mengakibatkan kemerosotan besar di seluruh sektor merajalela.
Pada masa kekuasaan Kaisar Ling, muncul Pemberontakan Sorban Kuning yang dipimpin
oleh Zhang Jiao. Di bab awal ini, banyak tokoh-tokoh penting diperkenalkan, termasuk di
antaranya Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei, Cao Cao, dan Sun Jian.
Pemberontakan itu akhirnya bisa dihancurkan oleh tentara kekaisaran di bawah komando He
Jin, mertua kaisar Ling. Namun, takut akan kemungkinan semakin membesarnya kekuatan He
Jin, kasim-kasim istana yang korup menjebaknya datang sendirian ke istana, lalu
membunuhnya. Pengawal-pengawal yang menunggu di luar istana, dipimpin olehYuan Shao,
merespon pembunuhan ini dengan masuk ke dalam dan membunuh semua yang ada di sana.
Dalam situasi mencekam dan penuh kepanikan, Kaisar Shao danPangeran Chenliu - Liu Xian,
yang kemudian menjadi Kaisar terakhir Dinasti Han menghilang dari istana.

Antara sastra fiksi dan fakta sejarah


Kisah Tiga Negara ditulis dengan apik oleh Luo Guanzhong dengan komposisi sekitar 70%
berdasarkan fakta sejarah dan sisanya murni fiksi karangan ia sendiri. Roman ini juga
membawakan penggalan kisah yang sangat menarik yang sebenarnya diambil dari kejadian
nyata pada zaman-zaman lain yang tidak ada kaitannya dengan peristiwa pada masa Tiga
Negara.
Di antara beberapa plot peristiwa yang tidak sesuai dengan sejarah resmi adalah:

Sumpah setia di taman persik: Di dalam sejarah resmi, tidak ada sumpah setia seperti di
novel.
Senjata: Pedang Bulan Sabit, Tombak Ular sebenarnya adalah senjata yang baru ada pada
masa Dinasti Song.
Zhang Fei menghukum pejabat..: Sebenarnya dilakukan oleh Liu Bei

Lihat pula
Zaman Tiga Negara untuk periode waktu itu

Referensi

[sembunyikan]

Empat Karya Sastra Termasyhur

Batas Air Kisah Tiga Negara Perjalanan ke Barat


() () ()

oleh Shi Nai'an oleh Luo Guanzhong oleh Wu Cheng'en

Kategori:
Sastra Tionghoa
Zaman Tiga Negara

Batas Air
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sampul depan buku kuno Batas Air

Batas Air atau 108 Pendekar Liang Shan (Hanzi: , hanyu pinyin: shui hu zhuan; bahasa
Inggris: Water Margin, All Men are Brothers, Outlaw of the Marsh, 108 Bandits of Liang
Shan; bahasa Jepang: Suikoden) adalah sebuah roman terkenal dari zamanDinasti Ming. Novel
ini merupakan novel pertama yang menggunakan gaya bahasa awam karena sebelum itu, kisah-
kisah cerita biasanya ditulis dengan tulisan dan bahasa klasik[1].

1Pengarang
2Konteks sejarah alur cerita
3Adaptasi dalam budaya populer
4Referensi

Pengarang
Ada beberapa versi berbeda tentang pengarang dari novel ini. Namun secara umum, Shi Nai-an
dan Luo Guanzhong disetujui sebagai kontributor dari penulisan novel ini.
Versi popular ini menyatakan bahwa Shi Nai-an menulis 70 bab pertama dan Luo
Guanzhong menyelesaikan 30 bab terakhir. Namun juga ada dugaan bahwa tidak ada orang
bernama Shi Nai-an karena Shi Nai-an adalah nama samaran dari Luo sendiri.[2].

Konteks sejarah alur cerita[sunting


Roman ini menceritakan realita kehidupan 108 pendekar yang dipimpin oleh Song Jiang,
seorang tokoh sejarah pada zaman Dinasti Song. 108 pendekar ini bertemu dalam waktu
berbeda dan kemudian berkumpul bersama di Gunung Liang di wilayah Shandong sekarang ini.
Mereka mengumandangkan nilai loyalitas, mengambil sikap bermusuhan dengan pejabat
kekaisaran yang korup namun tetap setia terhadap kaisar.
Dalam sejarah resmi, Song Jiang tercatat sebagai pemimpin bandit yang kemudian menyerah
kepada kekaisaran pada tahun 1121. Nama Song Jiang terulas di bagian biografiKaisar
Huizong dari Dinasti Song, sedangkan aktivitas organisasi bandit tadi diterangkan di bagian
biografi Zhang Shuye.
Cerita rakyat mengenai Song Jiang dan organisasi di bawah pimpinannya mulai populer pada
zaman Dinasti Song Selatan. Beberapa tokoh di antara 36 pendekar tadi adalah Lu Junyi, Guan
Sheng, Ruan Xiaoer, Ruan Xiaowu, Ruan Xiaoqi, Liu Tang, Hua Rong dan Wu Yong.
Di dalam roman, penyerahan Song Jiang kepada kekaisaran dikarenakan oleh amnesti dari
Kaisar Huizhong, namun sejarah tidak mencatat secara jelas motif penyerahan Song Jiang
tersebut.

Adaptasi dalam budaya populer


Kisah Batas Air telah diadaptasikan ke dalam bentuk permainan video dan komputer. Beberapa
perusahaan Game yang telah membuatnya adalah Konami, KOEI, dan Interserv. Berbeda
dengan perusahaan pembuat game Suikoden lain, Konami lebih banyak mengisi cerita sendiri di
dalam seri-seri game Suikodennya, dan setiap seri terdapat hubungan cerita masing-masing.
Konami juga menambah Kata Gensou pada versi Jepang game Suikoden. KOEI adalah
perusahaan yang pertama kali membuat game ini pada tahun1989.
Berikut adalah beberapa di antaranya:

seri Suikoden, mencakup Suikoden I hingga V (berbagai platform, lihat artikel tersebut)
Gensou Suikoden Card Stories (Gameboy Advance) - Konami
Suikoden Tendo 108 Sei (PlayStation) - KOEI
Suikoden: Tenmei no Chikai (PlayStation)- KOEI
Suikoden Tactics (PlayStation 2) - Konami
Genso SuikoGaiden Vol. 1: Harmonia no Kenshi (PlayStation) - Konami
Genso SuikoGaiden Vol. 2: Crystal Valley no Kettou (PlayStation) - Konami
Suikoden Tendo 108 Sei (Sega Saturn)- KOEI
Suikoden: Tenmei no Chikai (Sega Saturn)- KOEI
Suikoden (msx) - KOEI
Suikoden (Nintendo) - KOEI
Bandit Kings of Ancient China (PC) - KOEI
Bandit Kings of Ancient China (Nintendo) - KOEI
Bandit Kings of Ancient China (AMI) - KOEI
Bandit Kings of Ancient China (MSX) - KOEI
Suikoden MMO (Xbox 360) - Interserv
Water Margin (PC)
Water Margin Online 3.2 (Online) - MyCNX Holdings
Outlaws Seize Castle (mobile Java)

Referensi[sunting
1. ^ 19874
2. ^

3.Impian Bangsal Merah


4. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
5. (Dialihkan dari Impian Paviliun Merah)
6. Impian Paviliun Merah (Hanzi: , hanyu pinyin: hong lou meng, bahasa
Inggris: Dream of the Red Chamber) adalah sebuah karya sastra terkenal dari
zaman Dinasti Qing. Pengarang novel ini adalah Cao Xueqin (Hanzi: ) pada tahun
1754, sebelumnya terkenal dengan judul Kisah Sebuah Batu (Hanzi: , hanyu
pinyin: shitou ji), pada tahun 1784 barulah novel ini populer dengan judulnya yang
sekarang, Impian Paviliun Merah.
7. Impian Paviliun Merah diakui sebagai salah satu dari 4 karya sastra terbaik dalam
sejarah sastra Tiongkok bersama-sama dengan Kisah Tiga Negara, Perjalanan ke
Barat danBatas Air.

Dong Zhuo

Gambaran Dong Zhuo dari filmRomance of the Three Kingdomsedisi Dinasti Qing

Names

Hanzi sederhana:

Hanzi tradisional:

Pinyin: Dng Zhu

Wade-Giles: Tung Cho

Zi: Zhongying ()

Dong Zhuo (Hanzi: ) (139 192), nama lengkap Dong Zhongyin (), adalah seorang
negarawan pada penghujung zamanDinasti Han. Ia menguasai Luoyang pada tahun 189 setelah
ibukota jatuh kedalam kekacauan karena tewasnya Kaisar Ling dan perselisihan berdarah antara
faksi kasim dengan pejabat negeri. Setelah itu, Dong Zhuo mengambil alih tahta dan
memasang Kaisar Xiansebagai boneka.
Namun, kekejamannya menimbulkan kemarahan. Pemimpin perang diseluruh negara segera
membentuk koalisi melawannya, sehingga Dong Zhuo memindahkan ibukota ke Chang'an. Ia
akhirnya dibunuh oleh anak adopsinya, L Bu, sebagai bagian dari rencana yang dibuat
oleh Wang Yun pada tahun 192.

Daftar isi

1Kehidupan
o 1.1Kehidupan Awal
o 1.2Naik Tahta
o 1.3Pindah ke Chang'an
o 1.4Kejatuhan
2Dong Zhuo di Kisah Tiga Negara
o 2.1Dong Zhuo dan 3 Bersaudara
o 2.2Dong Zhuo dan Diao Chan
3Referensi Modern
4Referensi
5Lihat pula

Kehidupan
Kehidupan Awal
Dong Zhuo lahir di Lintao (), Dong Zhuo dikatakan bersifat sopan pada masa kecilnya.
Dalam petualangannya di daerah Qiang, ia berteman dengan banyak orang. Setelah menjadi
kuat, Dong Zhuo terlibat dalam pertempuran melawan pemberontak Qiang di Bingzhou().
Karena penampilannya yang baik, Dong Zhuo diberi hadiah 9.000 gulung sutra.
Setelah naik pangkat beberapa kali, Dong Zhuo dikirim untuk memadamkan Pemberontakan
Serban Kuning pada awal tahun 180, tetapi kalah dan diturunkan. Saat Han Sui memberontak
di Liangzhou (), Dong Zhuo kembali diangkat sebagai jendral Ksatria dan dikirim untuk
menghabisi pemberontakan.
Selama pertarungan melawan suku Qiang, yang bersekutu dengan Han Sui, pasukan Dong
Zhuo kalah jumlah dengan dipotongnya jalur mereka di sungai. Untuk menghindari kekalahan
yang memalukan, Dong Zhuo dan pasukannya membendung sungai. Ia lalu memerintahkan
pasukannya untuk menyebrang genangan air yang cetek dan menghancurkan bendungan.
Pelarian tersebut berhasil.
Dong Zhuo diangkat menjadi jendral atas garis depan dan gubernur Bingzhou. Namun, Dong
Zhuo menolak tawaran tersebut karena tidak ingin meninggalkan pasukan dan pekerjaannya di
Liangzhou.
Naik Tahta
Setelah kematian Kaisar Ling pada tahun 189, jendral tertinggi, He Jin, memanggil Dong Zhuo
memimpin pasukannya di Luoyang untuk membantunya membunuh faksi kasim yang kuat. He
Jin dibunuh oleh kasim sebelum Dong Zhuo tiba dan ibukota jatuh kedalam kekacauan. Para
kasim lalu menculik kaisar muda dan pergi keluar ibukota. Mereka dicegat oleh Dong Zhuo, yang
membawa kembali sang kaisar kembali ke istana.
Selama waktu ini, saudara He Jin, He Miao (), diduga bekerja sama dengan kasim dan
dibunuh oleh pasukannya sendiri. Pasukan He Jin dan He Miao, tidak memiliki pemimpin.
Mereka lalu berada di bawah komando Dong Zhuo. Setelah itu, Dong Zhuo juga mengajak L
Bu untuk membunuh ayah adopsinya sendiri, Ding Yuan. Setelah itu, Dong Zhuo mengambil
komando semua pasukan di ibukota.
Pada tahun 190, Dong Zhuo memberhentikan kaisar muda dan digantikan oleh Kaisar Xian yang
merupakan boneka Dong Zhuo. Ia juga membuat dirinya perdana menteri dan mulai saat itu, ia
mulai menunjukan ketiraniannya. Ia diberi dispensasi khusus untuk membawa pedangnya ke
pengadilan (hal tersebut sebenarnya dilarang, dan dispensasi ini tidak diberikan oleh pejabat
negeri Han sejak Xiao He). Dispensasi juga memperbolehkannya untuk memasuki pengadilan
tanpa melepas sepatunya. Sejarah 3 Negara mencatat insiden ketika Dong Zhuo memimpin
pasukannya ke Yangcheng () dan menyuruh mereka untuk memenggal semua penduduk
laki-laki. Prajurit-prajurit merampok kota dan membawa perempuan, sapi dan semua benda
berharga, mengklaim telah menaklukan pasukan pemberontak. Dong Zhuo juga tidur dengan
pembantu istana dan bahkan permaisuri.
Pindah ke Chang'an
Pada tahun yang sama, semua pemimpin perang di Tiongkok membentuk sebuah koalisi anti
Dong Zhuo dipimpin oleh Yuan Shu, Cao Cao, Liu Bei, Sun Jian menyerang Luo Yang. Dong
Zhuo lalu memindahkan ibukota ke barat, yaitu di kota Chang'an. Sebelum melakukannya, ia
menggali makam kaisar sebelumnya dan harta di dalamnya dicuri. Dong Zhuo lalu membakar
istana.
Setelah pindah ke Chang'an, Dong Zhuo mengangkat adiknya, Dong Min menjadi jendral, dan
semua sanaknya menjadi pejabat negara. Ia juga membangun sebuah istana di daerah Mei,
260 li dari Chang'an. Di istana, penyiksaan diberlakukan terhadap pemberontak yang ditangkap.
Terhadap lawannya, Dong Zhuo juga memberikan hukuman yang kejam. Dalam 2 tahun, jumlah
orang yang dituduh bersalah dan dieksekusi mencapai seribu.
Dong Zhuo juga memerintahkan agar patung perunggu dan bel dilelehkan untuk dijadikan koin.
Koin tersebut membanjiri pasar, sehingga timbul inflasi dan mata uang tersebut menjadi tidak
berharga.
Kejatuhan
Perilaku Dong Zhuo yang dianggap buruk memicu kemarahan rakyat. Dalam menjaga
keamanannya, Dong Zhuo sangat bergantung kepada L Bu, yang telah diadopsi Dong Zhuo
sebagai anak.
Ketika Dong Zhuo sedang marah, ia akan melempar halbred terhadap L Bu. Dengan gesit L
Bu selalu dapat menghindari lemparannya. Lu Bu diam-diam tidak senang dengan ayah
adopsinya. Selain itu, ketika dipercaya untuk menjaga kediaman Dong Zhuo, L Bu menjalin
cinta dengan salah satu selir Dong Zhuo. Ia takut hal ini diketahui ayahnya.
Pada tahun 192, setelah dipanaskan oleh Menteri Dalam Negeri Wang Yun, L Bu akhirnya
memutuskan untuk membunuh Dong Zhuo. Ia membawa selusin pasukan tepercaya dan
bertemu Dong Zhuo di pintu istana. Saat Lu Bu naik dan menikam Dong Zhuo, Dong Zhuo
berteriak, dan L Bu berkata, "Ini adalah perintah Kerajaan".
Mayat Dong Zhuo ditinggalkan di jalan. Pejabat Negara yang menjaga mayatnya menyalakan
sumbu di pusar Dong Zhuo. Saudara Dong Zhuo juga dieksekusi, termasuk Dong Min.
Setelah kematiannya, orang yang setia pada Dong Zhuo, seperti Fan Chou, Li Ru, Li Jue dan
lainnya melarikan diri. Mendengar permintaan kasasi mereka, Wang Yun, yang telah mengambil
alih pemerintahan, berkata, "Semua orang harus dimaafkan, yang ada disini adalah
pengecualian". Marah, mereka menyatakan perang terhadap Wang Yun. Wang Yun dapat
menggagalkan mereka hanya dengan menyuruh Tentara Kerajaan dan L Bu. Setelah
mengalami kekalahan, orang yang setia pada Dong Zhuo memilih untuk mengubah taktiknya.
Dalam suatu pertarungan, Fan Chou dan Li Jue mengalihkan perhatian L Bu, dan yang lainnya
akan mengambil alih istana. Rencana ini berjalan dengan baik. L Bu akhirnya melarikan diri
setelah istana dimasuki.
Tahta segera dikuasai oleh orang yang setia kepada Dong Zhuo. Namun, mereka saling berebut
kekuasaan. Segera, seluruh Tiongkok berada dalam kekacauan.
Dong Zhuo di Kisah Tiga Negara
Roman Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, adalah kejadian yang ada sebelum dan
selama Zaman Tiga Negara. Karena dalam kehidupan asli Dong Zhuo sangat kejam dan jahat,
novel menitikberatkan kekejamannya. Namun, 2 peristiwa tidak nyata dalam sejarah.
Dong Zhuo dan 3 Bersaudara
Dong Zhuo muncul pertama kali di Bagian 1. Dikirim untuk menghancurkan Pemberontakan
Serban Kuning, Dong Zhuo dikalahkan oleh pemimpin pemberontak, Zhang Jiao dan
pertarungan itu menjadi kekalahan yang memalukan.
3 saudara yang bersumpah, Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, mengetahui hal ini. Lalu mereka
memimpin pasukannya untuk menolong Dong Zhuo. Serban Kuning berhasil dikalahkan dan
harus mundur.
Setelah kembali ke kemah, Dong Zhuo bertanya kepada 3 bersaudara jabatan apa yang
dikuasainya. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menguasai apa-apa. Dong Zhuo lalu
mengacuhkan mereka. Hal ini membuat Zhang Fei sangat marah dan mengambil pedang untuk
membunuh Dong Zhuo. Namun, ia dihentikan oleh 2 kakaknya. Nyawa Dong Zhuo diampuni dan
3 bersaudara tersebut pergi.
Dong Zhuo dan Diao Chan

Dong Zhuo dan selirnya, Diao Chandalam serial televisi Romance of the Three Kingdoms episode ke 84

Cerita paling populer tentang Dong Zhuo adalah cinta segitiga antara Dong Zhuo, L
Bu dan Diao Chan. Setelah Dong Zhuo memindahkan ibukota ke Chang'an, Menteri Dalam
Negeri Wang Yun mulai menyusun rencana untuk membunuh Dong Zhuo dengan
menggunakan Diao Chan.
Setelah mengundang L Bu, Wang Yun meminta Diao Chan untuk memberi arak kepada L Bu.
L Bu langsung dijerat cinta. Karena ini, Wang Yun menjanjikan akan menikahkan Diao Chan
dengan L Bu.
Beberapa hari kemudian, Wang Yun mengadakan pesta untuk Dong Zhuo. Seperti L Bu, Dong
Zhuo tidak bisa memindahkan matanya dari Diao Chan, yang juga telah menunjukan
kemampuannya dalam menari dan menyanyi. Dong Zhuo lalu membawanya pulang dan
menjadikannya selir.
Saat L Bu mendengar tentang hal ini pagi harinya, dia menuju ke tempat tidur Dong Zhuo dan
mengintip di jendela. Dia melihat Diao Chan duduk dan mengurus rambutnya saat Dong Zhuo
sedang tidur. Menyadari kehadiran L Bu, Diao Chan lalu menggunakan ekspresi sedih dan
berpura-pura menghilangkan air mata di matanya dengan sapu tangan.
Kejadian yang sama terjadi 1 bulan kemudian, namun kali ini Dong Zhuo terbangun dan melihat
L Bu memandang Diao Chan. L Bu lalu dilempar keluar dan dilarang masuk ke rumahnya.
Lalu 1 hari kemudian, saat Dong Zhuo mengobrol dengan Kaisar Xian, L Bu diam-diam
memasuki kediaman ayahnya dan bertemu Diao Chan di Paviliun Fengyi (). Menangis,
Diao Chan meminta L Bu untuk menolongnya dari Dong Zhuo. Lalu ia menaruh tombak
halberdnya, dan L Bu memeluk Diao Chan dan membuatnya merasa nyaman dengan kata-
kata.

Dong Zhuo melihat kematiannya sudah dekat saat L Bu muncul dengan halberdnya dalam episode ke 84
serial televisi Romance of the Three Kingdoms

Setelah itu, Dong Zhuo kembali dan melihat mereka di paviliun. L Bu terkejut dan melarikan diri.
Dong Zhuo mengambil halbred dan mengejarnya. Karena terlalu lambat, Dong Zhuo tidak dapat
menangkapnya. Ia lalu melempar tombak halbred tersebut terhadap L Bu, namun Lu Bu
menangkisnya dan melarikan diri.
Setelah insiden ini, hubungan L Bu dengan Dong Zhuo menjadi tidak menyenangkan.
Ketidakmenyenangkan ini dimanfaatkan oleh Wang Yun, yang menyarankan agar L Bu
membunuh Dong Zhuo. L Bu berhasil diyakinkan oleh Wang Yun.
Wang Yun dan Lu Bu lalu mengirim Li Su untuk menjemput Dong Zhuo dari istananya di
daerah Mei () dengan sandiwara bahwa kaisar ingin menyerahkan tahtanya kepada Dong
Zhuo. Dong Zhuo yang sangat senang dan datang ke istana. Saat karavan Dong Zhuo sudah di
dekat istana, tentara yang setia pada Wang Yun mengepung karavannya dan menikam Dong
Zhuo dengan tombak.
Hanya melukai lengannya karena ia menggunakan baju baja, Dong Zhuo lalu keluar untuk
mencari L Bu. Namun L Bu menikam kerongkongannya dengan tombak halbrednya,
mengatakan , "Saya memiliki titah kerajaan untuk membunuh pemberontak!"

Referensi Modern

Gambar Dong Zhuo dalam permainan Dynasty Warriors 5.

Dong Zhuo adalah karakter yang dapat dimainkan dalam permainan Dynasty Warriors. Ia
digambarkan sebagai penguasa yang mengambil alih kekuasaan Han, dan dikalahkan dalam
hampir seluruh alur cerita karakter yang dapat dimainkan. Bahkan, dalam Dynasty Warriors 5,
meskipun bermain sebagai Dong Zhuo, setelah memenangkan permainan, cerita akhirnya
menunjukan pembunuhan terhadapnya akan terjadi. Dalam pertarungan, Dong Zhuo
menggunakan senjata yang mungkin adalah senjata dao, disebut the "Horror," dan memiliki
kegemaran untuk memanggil musuhnya dengan kata "serangga," "orang hina," dan "serangga
yang harus diremas". Ia mempercayai perwira-perwiranya, seperti Hua Xiong dan L Bu, dan
tidak akan maju ke pertempuran kecuali dia hanya memiliki sedikit pilihan. Tujuan utamanya
adalah memperoleh "surga," ketika ia dikelilingi oleh kekayaan, selir, dan kebebasan untuk
membunuh dan menghancurkan semua yang melawannya.
Karakter Toutaku Chuuei dalam seri pendek anime Ikki Tousen secara kasar berdasarkan dari
karakter Dong Zhuo.

Referensi
Chen Shou (2002). San Guo Zhi. Yue Lu Shu She. ISBN 7-80665-198-5.
Luo Guanzhong (1986). San Guo Yan Yi. Yue Lu Shu She. ISBN 7-80520-013-0.
Lo Kuan-chung; tr. C.H. Brewitt-Taylor (2002). Romance of the Three Kingdoms. Tuttle
Publishing. ISBN 0-8048-3467-9.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Dinasti Han
Kisah Tiga Negara
Kampanye melawan Dong Zhuo

[sembunyikan]

Tokoh dalam Kisah Tiga Negara

Wei Cao Cao Cao Pi Cao Rui Cao Ren

Shu Liu Bei Liu Shan


Ningrat
Wu Sun Jian Sun Ce Sun Quan Sun Shangxiang

Lainnya Dong Zhuo Gongsun Zan Han Fu Liu Biao Liu Yao Liu Zhang L Bu Ma Teng Meng Huo Yuan S

Wei Guo Jia Sima Yi Xun You Xun Yu Sima Shi Sima Zhao Cheng Yu Jia Xu Man Chong Zhuge Jin

Penasihat
Shu Fei Yi Jiang Wan Jiang Wei Pang Tong Sun Qian Zhuge Liang Xu Shu
Wu Lu Su Lu Xun Zhou Yu

Wei Dian Wei Xiahou Dun Xiahou Yuan Xiahou En Xu Chu Xu Huang Zhang He Zhang Liao Xiahou Ba Gu

Jenderal Shu Guan Yu Guan Ping Huang Zhong Ma Chao Wei Yan Zhang Fei Zhao Yun

Wu Gan Ning Huang Gai L Meng Taishi Ci Zhou Tai Ling Tong Da dan Xiao Qiao

Lainnya Diaochan Hua Tuo Meng Huo Zhu Rong Zuo Ci

Yuan Shao
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yuan Shao dalam serial TVSan Guo Yan Yi

Yuan Shao, (Hanzi:) bernama lengkap Yuan Benchu (),(154 202) adalah salah
seorang penguasa daerah utama yang menguasai daerah utara Tiongkok pada Zaman Tiga
Negara. Ia juga kakak sepupu (sumber lain:saudara tiri) dari Yuan Shu, penguasa daerah sekitar
sungai Huai.
Sebagai salah satu penguasa terkuat di zamannya, Yuan Shao merintis koalisi penguasa daerah
melawan Dong Zhuo yang menguasai istana dan berkuasa atas kaisar Xian. Pada tahun 200, ia
memimpin ekspedisi melawan Cao Cao tetapi kalah telak pada Pertempuran Guandu. Ia
meninggal 2 tahun kemudian di kota Ye.

1Kisah (Novel)
2Biografi (Sejarah)
3Lihat pula
4Referensi

Kisah (Novel)
Terlahir di keluarga ningrat, Yuan Shao adalah putra dari mantan Menteri Interior Yuan Feng dan
keponakan dari Menteri Yuan Wei. Walaupun ia membantu Dong Zhuo dalam membantai sida-
sida, Yuan Shao menentang Dong Zhuo mengganti kaisar Bian. Akhirnya ia mendirikan koalisi
melawan Dong Zhuo dan terpilih menjadi Komandan Utama. Mereka berhasil
menguasai Luoyang tetapi gagal menumpas Dong Zhuo.
Ketika perpecahan terjadi pada koalisi, Yuan Shao mulai melakukan penaklukkan daerah utara.
Awalnya ia banyak meminjam suplai makanan dari Jizhou, daerah yang kaya tetapi lemah dalam
pertahanan. Mengikuti saran Feng Ji, Yuan Shao meminta bantuan dari Gongsun Zan untuk
menyerang Jizhou. Ketika Han Fu, sang penguasa Jizhou menyerah, Yuan Shao memimpin dan
merekrut banyak talenta dari distrik tersebut. Janji Yuan Shao untuk berbagi daerah dengan
Gongsun Zan tidak ditepati sehingga Gongsun Zan berupaya menyerang Yuan Shao. Gongsun
Zan gagal dalam upayanya dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri. Saat ini Yuan Shao
berhasil menguasai hampir seluruh daerah utara seperti Youzhou, Qingzhou, dan Bingzhou.
Banyak kesuksesan Yuan Shao ditunjang oleh pemikiran Tian Feng dan Ju Shou; ini
mengakibatkan kecemburuan dari penasehat yang lain seperti Guo Tu dan Feng Ji.
Kekuatan politik Cao Cao di istana meresahkan Yuan Shao. Suatu ketika, Yuan Shao memiliki
kesempatan untuk menghancurkan Cao Cao saat Cao Cao sedang sibuk bertikai dengan Lu
Bu,Liu Bei,Yuan Shu dan Zhang Xiu. Kesempatan itu dilewatkannya karena putra bungsunya
sakit. Pada saat ia memutuskan untuk menyerang, Cao Cao telah membangun kekuatan dan
siap untuk bertempur. Yuan Shao meminta bantuan para penasehatnya, tetapi tidak terdapat
kata sepakat di antara mereka. Walaupun Tian Feng dan Ju Shou telah memberi analisis yang
brilian, tetapi Yuan Shao lebih memilih solusi yang diberikan Guo Tu dan Shen Pei.

Lukisan Yuan Shao

Dengan seluruh kekuatannya ditempatkan di Guandu, Yuan Shao banyak melakukan kesalahan
demi kesalahan dengan puncaknya adalah pengkhianatan Xu You dan Zhang He dengan
musnahnya gudang persediaan makanan di Wuchao. Seluruh kekuatan yang telah ia kumpulkan
akhirnya hancur dalam suatu pertempuran. Yuan Shao juga tidak berhasil untuk bersekutu
dengan Yuan Shu yang kerap memusuhinya. Kebodohan, keserakahan, ketidak mampuan untuk
mengambil keputusan dan kesombongan akan kekuasaan adalah hal-hal yang menyebabkan
kehancuran dininya.

Biografi (Sejarah)
Lihat pula
Zaman Tiga Negara
Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara

Referensi
Catatan Sejarah Tiga Negara versi bahasa Inggris

Liu Biao
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Liu Biao (142208)[1], adalah seorang yang cukup terkemuka pada zaman dinasti Han. Dia
berkuasa di daerah Jing Zhou yang subur. Saat itu Liu Bei sedang dalam pelarian dan meminta
suaka pada Liu Biao, sehingga Liu Bei selama beberapa waktu singgah disana bersama
beberapa saudara angkatnya, yaitu Guan Yu alias Yun Chang, Zhang Fei alias Yi De, Zhao Yun
alias Zi Long, dan ahli strategi terkenal pada zaman tiga yaitu Zhuge Liang alias Kong Ming.
Pasukan Liu Biao juga berhasil membunuh Sun Jian ketika pasukan Sun Jian hendak
menyerang Jing Zhou.
Liu Biao semakin tua dan merasa dirinya tidak sanggup untuk mengatur negaranya lagi,
bermaksud untuk memberikan kekuasaan pada Liu Bei, tetapi ditolaknya. Maka, ia membuat
surat wasiat supaya setelah ia meninggal, kekuasaan diberikan pada Liu Qi. Tetapi istri kedua
dari Liu Biao tidak menyetujuinya, maka ia membuat surat wasiat palsu agar Liu Cong diangkat
sebagai pengganti suaminya.
Setelah Liu Biao meninggal dunia, anak tirinya Liu Cong yang masih berusia 14 tahun naik
tahta.Liu Bei dan pasukanya sudah pergi ke barat kala itu. Saat itu Cao Cao bersama ribuan
pasukannya bermaksud untuk menguasai daerah Jing Zhou dan sekitarnya. Beberapa pembesar
almarhum Liu Biao menyarankan Liu Cong untuk menyerah pada Cao Cao. Tentunya Cao Cao
dengan senang hati menerimanya dan diangkat sebagai raja muda.
Liu Bei dan anak kandung Liu Biao, Liu Qi, tentu saja bersedih atas kematian Liu Biao ini dan
mereka berkabung selama beberapa waktu.

Referensi
1. ^ de Crespigny, Rafe (2007). A biographical dictionary of Later Han to the Three Kingdoms (23
220 AD). Brill. p. 485. ISBN 978-90-04-15605-0.

Gongsun Zan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gongsun Zan (? - 199) adalah seorang panglima perang pada masa akhir dinasti Han
Timur atau sebelum Zaman Tiga Negara. Gongsun Zan menjadi salah satu pemimpin yang
bergabung dalam aliansi melawan pemerintahan negara yang sudah dikuasai oleh Dong
Zhuo. Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei sebelum membentuk negara Shu, bekerja pada
Gongsun Zan. Gongsun Zan memiliki anak bernama Gongsun Xu. Gongsun Zan pernah
bertarung dengan Yuan Shao dalam pertempuran Yijing. Dia dikalahkan dan akhirnya bunuh diri.

L Bu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Lu Bu)
L Bu (Hanzi: ; baca: Lu P) (153 198), nama lengkap L Fengxian, lahir
di Wuyuan (sekarang Mongolia Dalam) adalah Panglima jenderal terkenal dari penghujung
zaman Dinasti Han dan Tiga Negara. Lyu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan
ekor, ia memiliki kuda bernama Terwelu Merah (; Cht m) yang dikenal karena daya
tahannya dalam pertempuran. Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut legenda dapat berlari
sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari.
Sebagai pribadi yang penuh ambisi sangat lihai bertarung, L Bu pertama kali mengabdi
kepada Ding Yuan, kemudian berkomplot bersama He Jin untuk membunuh para menteri istana
sepeninggal Kaisar Lingdi dan diangkat menjadi letnan jenderal. Lu Bu merupakan seseorang
yang penuh dengan sifat ambisi menghalalkan segala cara, tidak ragu membunuh kedua ayah
angkatnya yaitu Ding Yuan dan Dong Zhuo.
Pernah berduel dengan Zhang Fei, Guan Yu dan Liu Bei dalam ekspedisi
mennghancurkan Dong Zhu pasukan aliansi 18 lord yang dipimpin Liu Bei. Dikerebuti tiga
bersaudara Sang Jendral pun kabur dengan dendam membara.
L Bu kemudian termakan hasutan Dong Zhuo untuk membunuh Ding Yuan. Setelah Dong Zhuo
mengangkat diri sebagai perdana menteri, ia kemudian menjadikan Lu Bu sebagai anak
angkatnya dan panglima perang kekaisaran. Karena sifat Dong Zhuo yang tidak sabar dan
bertemperamen kasar, Lu Bu akhirnya membunuh Dong Zhuo setelah dihasut oleh salah satu
menteri istana, Wang Yun. Setelah kematian Dong Zhuo, Lu Bu lalu diangkat sebagai Panglima
besar kekaisaran. Di dalam catatan sejarah, Lu Bu diceritakan menjalin hubungan dengan Diao
Chan yang sebelumnya direstui perjodohannya oleh Wang Yun sebagai bapak angkatnya, tetapi
itu sebagai siasat agar dapat menjatuhkan Dong Zhuo. Diao Chan anak angkat dari menteri
Wang Yun tidak dapat menolak setelah ia ditempatkan di istana selaku dayang-dayang Dong
Zhuo. Maka perselisihan Sang Jendral terjadi dengan terbunuhnya Dong Zhuo. Di dalam Kisah
Tiga Negara, karakter Diao Chan adalah penyelamat dari masalah kekuasaan Dong Zhuo.
Setelah kematian Dong Zhuo, bawahannya, Jendral ke 2 Li Jue dan Jendral ke 3 Guo Si tidak
terima dan memimpin pasukan mereka menyerang dan mengusir L Bu dariibukota Chang An.
L Bu kemudian melarikan diri dalam pengasingan, mencari perlindungan kepada Yuan Shao,
tetapi Yuan Shu kakak sepupu Yuan Shao, Zhang Miao dan Liu Bei dari sisa pasukan aliansi
melawan Dong Zhuo menolak ia bergabung.
Ia akhirnya menyusun kekuatan sebagai Ruler di Xiapi, Li Su sebagai penasehat yang cakap
untuk merekrut prajurit, yang mengarahkan untuk menyerang xiao, terlibatlah pertempuran
dengan Liu Bei di xiao dan menang, terpukulnya Liu Bei yang masih beraliansi dengan Cao
Cao dan Yuan Shu sangat merisaukan Guan Yu adik angkat Liu Bei.
Tahun 198, aliansi Cao Cao, Liu Bei dan Yuan Shu menyerang Xiapi dan memukul mundur
pasukan L Bu terus menerus serta akhirnya mengepung pasukan Lu Bu selama 3 bulan. L Bu
dengan moral pasukan yang rendah diperparah dengan pengkhianatan bawahannya, Hou
Cheng, Song Xian dan Wei Xu kalah, akhirnya Lu Bu tertangkap oleh Cao Cao dan memohon
kepadanya agar menjadi bawahanya. Namun Liu Bei mengingatkan Cao Cao bahwa Lu Bu tidak
dapat dipercaya dan membiarkannya hidup sangat berbahaya. Lu Bu kemudian digantung
sampai mati oleh Xu Huang. Hukuman ini dilakukan untuk membuat malu Lu Bu, karena
biasanya hukuman gantung pada Zaman tiga negara diperuntukkan pada perempuan,
sedangkan laki-laki dihukum mati dengan cara dipenggal. Bawahan Lu Bu, Gao Shun dengan
sukarela menyerahkan kepalanya untuk dipenggal sedangkan bawahan lain Zhang
Liao memutuskan untuk mengabdi pada Cao Cao. Dalam novel Kisah Tiga Negara, Kuda
Terwelu merah/Red Hare sendiri setelah beberapa waktu dihadiahkan kepada Guan Yu.

Ma Teng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ma Teng (156 - 211) adalah seorang panglima perang pada masa Zaman Tiga Negara di
Tiongkok. Ma Teng mengontrol wilayah Liangzhou bersama dengan saudara angkatnya Han
Sui dan mereka bersama terlibat dalam usaha untuk mendapatkan otonomi dari pemerintahan
Han pusat. Ma Teng adalah ayah dari Ma Chao dan paman dariMa Dai, yang di mana kedua
orang itu kemudian bekerja pada kerajaan Shu.

Lihat pula
Zaman Tiga Negara
Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara

Referensi[sunting | sunting sumber]


Catatan Sejarah Tiga Negara versi bahasa Inggris

aisar Xian dari Han


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Han Xiandi ()

Lahir-mati: 18119 September 234

Nama keluarga: Liu ()

Nama pemberian: Xie ()

Nama panjang (): Bohe ()

Masa pemerintahan: 9 Maret 18925 November 220

Dinasti: Han ()

Nama kuil: tidak ada

Nama anumerta:
(pendek) Kaisar Xian ()

Nama anumerta:
(panjang) Kaisar Xiao Xian ()

Catatan umum: Tanggal yang diberikan di sini menurut kalender Julian,


bukan kalender Gregorian.

Kaisar Xian dari Han (Hanzi: ) (181-19 September 234) adalah kaisar terakhir Dinasti
Han, memerintah dari tahun 189 sampai 220. Ia naik tahta sejak kanak-kanak dan menjadi
kaisar boneka dalam cengkraman beberapa penguasa militer di penghujung Dinasti Han.

1Biografi
o 1.1Naik tahta
o 1.2Mengikuti Cao Cao
o 1.3Menyerahkan tahta kekaisaran
2Lihat pula

Biografi
Naik tahta[
Kaisar Xian adalah anak dari Liu Hong (Kaisar Ling dari Han) dan adik dari Liu Bian (Kaisar
Shao dari Han). SewaktuYuan Shao membunuhi para pejabat kekaisaran, ia bersama Liu Bian
diculik oleh menteri Zhang Rang dan Duan Gui. Kemudian dalam satu kesempatan pertemuan
dengan Dong Zhuo, ia dianggap sebagai anak yang cakap karena ia dapat menjawab dan
mengambarkan situasi pengalaman mereka sewaktu diculik dibandingkan kakaknya Liu Bian
yang tak cakap berbicara.
September 189, Dong Zhuo menurunkan Liu Bian dari tahta kekaisaran dan mengangkat Liu Xie
yang waktu itu hanya berumur 9 tahun untuk menjadi kaisar. Ia kemudian menggunakan Kaisar
Xian yang masih kanak-kanak ini sebagai alat untuk memerintah Dinasti Han.
Karena kezalimannya, Dong Zhuo kemudian diserang oleh para penguasa daerah dalam satu
koalisi militer. Dong lalu membumihanguskan Luo Yang, ibukota saat itu dan memindahkan
ibukota ke Chang'an. Ia membawa serta Kaisar Xian dalam pelarian ini.
Mengikuti Cao Cao[
Setelah Dong mati, Li Jue dan Guo Fan meneruskan pemerintahan kekaisaran. Namun kedua
orang ini bentrok karena kepentingan pribadi dan Kaisar Xian kemudian mengasingkan diri
bersama Yang Feng. Tahun 196, Cao Cao yang saat itu menguasai Xuchang menyambut Kaisar
Xian untuk melindunginya. Xuchang kemudian berganti nama menjadi Xudu dan nama tahun
diganti menjadi Jian'an. Namun tetap saja, Kaisar Xian hanyalah seorang kaisar boneka yang
tidak mempunyai hak penuh.
Seperti halnya Dong Zhuo, Cao Cao memperalat Kaisar Xian untuk mewujudkan impiannya
mempersatukan seluruh Cina, namun tidak menyatakan dirinya sebagai kaisar untuk tidak
menyulut kemarahan dari para penguasa daerah lainnya. Beberapa kali usaha untuk membunuh
Cao Cao oleh Kaisar Xian gagal. Siasat membunuh Cao Cao diorganisir oleh Menteri Dong
Cheng dan Ratu Fu, namun usaha ini terbongkar sebelum terlaksana mengakibatkan Dong
Cheng dibunuh dan Ratu Fu dikurung sampai mati.
Menyerahkan tahta kekaisaran
Tahun 220, Cao Cao meninggal dan menurunkan tahtanya kepada anaknya, Cao Pi. Cao Pi
yang merasa bahwa kekuasaannya telah cukup kuat lalu memaksa Kaisar Xian untuk
menyerahkan tahta kekaisaran kepadanya. Ia kemudian mendirikan negara Wei untuk
menggantikan Dinasti Han. Liu Xie kemudian diberikan gelar Pangeran Shanyang.
Sesaat setelah negara Wei berdiri, Liu Bei yang mengira Liu Xie telah terbunuh kemudian
memberikan gelar anumerta kepada Liu Xie dan lalu mendirikan negara Shu sebagai penerus
Dinasti Han.

Lihat pula
Zaman Tiga Negara

Diaochan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Diaochan (Hanzi: ), kadang ditulis sebagai Diao Chan Dikatakan kecantikan Diao Chan
dapat membuat awan-awan menutupi bulan purnama. Maksudnya kecantikan Diao Chan
menutupi kecantikan bulan purnama.
Diao Chan adalah pelayan Wang Yun yang telah dianggap seperti anak kandung sendiri. Wang
Yun lalu memakai siasat wanita cantik dengan persetujuan Diao Chan sendiri untuk memecah
belah Dong Zhuo yang saat itu berkuasa sewenang-wenang dengan Lu Bu, panglima andalan
sekaligus anak angkat Dong Zhuo snediri. Secara lengkap, kisah Diao Chan diceritakan dalam
San Guo Yan Yi.
Nama Diao Chan sendiri tidak tercatat di dalam sejarah tertulis dan sangat mungkin merupakan
cerita rakyat yang dibakukan dalam novel San Guo Yan Yi hasil karya Luo Guanzhong. Dalam
sejarah tertulis memang tercatat bahwa Lu Bu memiliki hubungan perselingkuhan dengan
pelayan Dong Zhuo, namun tidak ada bukti bahwa nama pelayan itu Diao Chan. Bahkan sangat
mungkin tidak, karena nama Diao tidak umum dipakai sebagai nama keluarga. Lagipula "Diao
Chan" mungkin merujuk ke bulu ekor "Diao" / sable (sejenis musang yang bulunya sering
dijadikan perlengkapan pakaian) dan dekorasi giok berbentuk "Chan" / cicada (jengkerik /
tenggerek) yang merupakan hiasan topi pejabat era Han.
Catatan mengenai Diaochan hanya terdapat di dalam novel Kisah Tiga Negara. Tidak adanya
ditemukan catatan mengenai Diaochan di dalam buku sejarah resmi, menyebabkan sejarahwan
tetap menganggap Diaochan sebagai tokoh fiksi ciptaan Luo Guanzhong, sang penulis novel
tersebut.

[sembunyikan]
L

Empat Wanita Cantik Tiongkok

Xi Shi Wang Zhaojun Diao Chan Yang Guifei

Artikel bertopik biografi tokoh ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

Hua Tuo
hua Tuo
Lukisan Hua Tuo dari zaman Dinasti Qing

Tabib

Lahir k. 140

Wafat k. 208

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Hu Tu

Wade-Giles Hua T'o

Nama kehormatan Yuanhua (Tionghoa: ;Pinyin: Yunhu; WadeGiles: Yan-hua)


Hua Tuo (Hanzi: ) (145 ~ 208), lahir di Kabupaten Qiao (sekarang Haochou, Anhui) adalah
seorang tabib yang sangat terkenal pada penghujung Dinasti Han dan Zaman Tiga Negara. Ia
bernama lengkap Hua Yuanhua ().

Biografi singkat
Hua Tuo senang membaca buku sejak kecil, ia juga mahir dan menguasai beberapa buku sastra
kuno, sesuatu yang tidak lazim bagi orang awam. Kemahirannya itu
menyebabkan Gubernur Pei, Chen Gui memberikannya gelar pejabat yang kemudian ditolaknya.
Beberapa gelar dari pejabat lainnya juga ditampik Hua Tuo yang meneruskan kariernya sebagai
tabib kelana di pedesaan. Kemahirannya menyembuhkan penyakit menyebabkan namanya
populer sebagai tabib mashyur di kalangan rakyat biasa.
Cao Cao yang mendengar kemahiran Hua Tuo kemudian mengutus bawahannya untuk meminta
Hua Tuo menyembuhkan sakit kepala menahun yang dideritanya. Namun, Hua Tuo tidak suka
berdiam diri di istana karena rindu kampung halaman dan kebebasan berkelana ke sana kemari.
Dalam satu kesempatan, ia meminta izin kepada Cao Cao untuk pulang ke kampungnya buat
mengumpulkan obat-obatan tradisional. Sepulangnya Hua Tuo, ia menggunakan alasan bahwa
istrinya sedang sakit untuk menghindari dipanggil pulang kembali oleh Cao Cao.
Setelah berkali-kali gagal memanggil pulang Hua Tuo, Cao Cao marah dan mengutus orang
untuk menyelidiki keadaan Hua Tuo. Setelah tahu bahwa istri Hua Tuo tidak sakit, Cao Cao
menangkap Hua Tuo dan menjebloskannya dalam penjara. Xun You, salah seorang menteri Cao
Cao, memohon Cao Cao untuk memaafkan Hua Tuo, namun ditolak oleh Cao Cao. Akhirnya,
Hua Tuo dihukum mati oleh Cao Cao pada tahun 208, tutup usia 63 tahun.

Dalam Kisah Tiga Negara


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kisah Tiga Negara
Hua Tuo pertama kali terkenal pada saat menyembuhkan luka dalam dari Zhou Tai. Hua Tuo
juga menyembuhkan lengan Guan Yuyang terluka oleh panah beracun dalam satu pertempuran.
Ia kemudian melakukan pembedahan tanpa pembiusan. Guan Yu dilukiskan
bermain catur sambil minum arak sedangkan Hua Tuo membedah lengan Guan Yu untuk
mengikis tulang yang telah teracuni oleh panah tadi.
Hua Tuo akhirnya tewas di tangan Cao Cao, yang mengundang Hua Tuo untuk menyembuhkan
sakit kepala menahun yang dideritanya. Sewaktu Hua Tuo mengatakan bahwa ia perlu
membedah kepala Cao Cao, Cao Cao marah karena mengira Hua Tuo berniat membunuhnya.
Ia kemudian menjebloskan Hua Tuo ke dalam penjara dan menjatuhkan hukuman mati atasnya.

Cao Wei
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Cao Wei atau Wei Utara


220265
Wilayah Cao Wei (warna kuning) pada tahun 262

Ibu kota Luoyang

Bahasa Han Kuno

Agama Taoisme,Konfusianisme,Kepercayaan
tradisional Cina

Bentuk Pemerintahan Monarki

Kaisar

-220 - 226 Cao Pi

-226 - 239 Cao Rui

-239 - 254 Cao Fang

-254 - 260 Cao Mao

-260 - 265 Cao Huan

Era sejarah Tiga Negara


-Cao Pi merebut tahta
dari Dinasti Han 220

-Abdikasi kepada
Dinasti Jin 265

Populasi

- 40.000.000

Mata uang Koin tembaga

Pendahulu Pengganti
Dinasti Dinasti Jin (265-
Han 420)

Cao Wei (Hanzi: ) (220 - 265) kadang-kadang juga disebut sebagai Bei Wei (Hanzi: )
atau Wei Utara adalah salah satu negara di Zaman Tiga Negara dalam sejarah Tiongkok.
Negara ini didirikan oleh Cao Pi dengan peletakan dasar oleh ayahnya,Cao Cao.
Cao Pi menjadi kaisar pertama dengan gelar Wendi (Hanzi: ) pada tahun 220. Seluruhnya
ada 5 kaisar yang memimpin negara ini sampai kudeta oleh keluarga Sima dan abolisi negara
Cao Wei menjadi Dinasti Jin pada tahun 265.

Sejarah
Sebelum berdirinya negara Cao Wei, penghujung Dinasti Han diwarnai dengan pecahnya perang
saudara di antara raja-raja perang. Salah satu raja perang terkuat adalah Cao Cao, yang
menyandera Kaisar Xian untuk melegitimasi kedudukannya sebagai perdana menteri.
Cao Cao menumpas satu per satu raja-raja perang kecil di utara Tiongkok. Ia kemudian berhasil
mempersatukan utara Tiongkok setelah menaklukkan Yuan Shao dalam Peperangan Guandu.

Zaman Tiga Negara

Cao Wei | Shu Han | Dong Wu

Cao Cao

Cao Cao
Raja

Wei

Lahir 155
Bozhou, Anhui, Cina

Wafat 15 Maret 220 (diusia 64-65)


Luoyang, Henan, Cina

Penerus Cao Pi

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Co Co

Wade-Giles Ts'ao Ts'ao

Nama kehormatan Mngd ()

Nama anumerta Wu ()
Nama kuil Wudi ()

Taizu ()

Nama lain
Nama Kecil

A-Man ()

Ji-Li ()

Cao Cao (Hanzi: )(155-220) merupakan seorang tokoh Zaman Tiga Negara yang terkenal.
Ia dikenal sebagai pemikir ulung, ahli strategi dan juga ahli perang. Ia bernama lengkap Cao
Mengde, juga dipanggil sebagai Cao A Man yang merupakan nama kecilnya. Cao Cao dikenal
di kalangan Tionghoa Indonesia sebagai Tsao-tsao, Tso-tso atau Cho Cho.

Biografi[sunting | sunting sumber]


Ia lahir di kota guangzhou (sekarang di Haozhou, Anhui). Kitab sejarah Catatan Sejarah Tiga
Negara mencatat bahwa salah satu leluhurnya, Cao Can adalah seorang pejabat kekaisaran di
awal Dinasti Han.

Karier politik
Karier politiknya dimulai dengan ikut memadamkan Pemberontakan Serban Kuning yang
mengancam legitimasi Dinasti Han di masa-masa akhir dinasti tersebut. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan tersebut, ia diberikan jabatan dan kemudian mengambil
kesempatan tersebut untuk menguasai Prefektur Qingzhou. Ia kemudian memperkuat diri sendiri
dengan membujuk bekas anggota pemberontak Serban Kuning untuk bergabung di dalam
tentara pribadinya.
Tahun 196, ia menerima dan memberikan perlindungan kepada Kaisar Han Xiandi yang pada
saat itu mendapat ancaman. Namun kemudian malah menyandera kaisar dan meminjam
kesempatan ini untuk menaklukkan beberapa jenderal perang di sekitar wilayah Xuchang yang
merupakan pusat kekuatannya.
Kemenangan terbesarnya adalah Pertempuran Guandu menaklukkan Yuan Shao yang pada
saat itu merupakan jenderal perang terbesar di wilayah utara Tiongkok. Setelah penaklukan itu,
ia resmi menjadi perdana menteri dan berhasil mempersatukan Tiongkok utara. Semenjak itu dia
menjadi orang yang paling ditakutkan dalam sejarah cina.
Setelah menggapai kedudukan sebagai perdana menteri, Cao Cao kemudian menyusun
kekuatan untuk invasi ke Tiongkok selatan yang waktu itu dikuasai oleh Liu Bei dan Sun
Quan. Pertempuran Chibi adalah pertempuran di antara Cao Cao melawan aliansi Liu Bei dan
Sun Quan. Cao Cao kalah telak dalam peperangan terkenal sepanjang sejarah Tiongkok ini.
Ia memaklumatkan diri sebagai Raja Wei. Kemudian, Cao Cao terkena sakit kepala yang parah
dan meninggal. Sepeninggalnya, anaknya Cao Pi kemudian memaklumatkan diri sebagai Kaisar
Wei dan sekaligus berdirinya negara Cao Wei. Selanjutnya, Cao Cao diangkat statusnya menjadi
Kaisar Wei Wudi.

[tampilkan]

L
B

Tokoh dalam Kisah Tiga Negara

[sembunyikan]

Penguasa Tiongkok

[tampilkan]

Tiga Penguasa dan Lima Kaisar

[tampilkan]

Penguasa Dinasti Xia, Shang, dan Zhou

[tampilkan]

Pemimpin Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-N


dan Kaisar Pertama Dinasti Qin
[tampilkan]

Kaisar Dinasti Han dan Zaman Tiga Kerajaan

[tampilkan]

Kaisar Dinasti Jn, Zaman Enam Belas Negara, Dinasti Selat


dan Dinasti Sui

[tampilkan]

Kaisar Dinasti Tang dan Zaman Lima Dinasti dan Sepul

[tampilkan]

Kaisar Dinasti Song, Liao, Jin, dan Xia Barat

[tampilkan]

B
S

Kaisar Dinasti Yuan

[tampilkan]

Kaisar Dinasti Ming ()

[tampilkan]

Kaisar Dinasti Qing

[tampilkan]

Presiden Republik Tiongkok

[tampilkan]

Pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok


Tokoh dalam Kisah Tiga Negara

Wei Cao Cao Cao Pi Cao Rui Cao Ren

Shu Liu Bei Liu Shan


Ningrat
Wu Sun Jian Sun Ce Sun Quan Sun Shangxiang

Lainnya Dong Zhuo Gongsun Zan Han Fu Liu Biao Liu Yao Liu Zhang L Bu Ma Teng Meng Huo Yuan S

Wei Guo Jia Sima Yi Xun You Xun Yu Sima Shi Sima Zhao Cheng Yu Jia Xu Man Chong Zhuge Jin

Penasihat Shu Fei Yi Jiang Wan Jiang Wei Pang Tong Sun Qian Zhuge Liang Xu Shu

Wu Lu Su Lu Xun Zhou Yu

Wei Dian Wei Xiahou Dun Xiahou Yuan Xiahou En Xu Chu Xu Huang Zhang He Zhang Liao Xiahou Ba Gu

Jenderal Shu Guan Yu Guan Ping Huang Zhong Ma Chao Wei Yan Zhang Fei Zhao Yun

Wu Gan Ning Huang Gai L Meng Taishi Ci Zhou Tai Ling Tong Da dan Xiao Qiao

Lainnya Diaochan Hua Tuo Meng Huo Zhu Rong Zuo Ci

[sembunyikan]

Penguasa Tiongkok

[sembunyikan]

B
S

Tiga Penguasa dan Lima Kaisar

Yan Di

Huang Di (Kaisar Kuning)

Yao

Shun

Yu

[sembunyikan]

Penguasa Dinasti Xia, Shang, dan Zhou

Si Qi

Shao Kang

Dinasti Xia Tai Kang

Hou Yi

Jie

Chang Ji

Dinasti Shang

Tang (Zi Lu)


Pan Geng

Yang Jia

Dixin(Zhou)

Ji Fa

Ji Jing

Ji Gongnie

Ji Yijiu

Ji Lin

Ji Tuo

Dinasti Zhou (Barat dan Timur)

Zhuang Gong

Ji Huqi

Ji Song

Ji Zhao

Ji Xia

Ji Man

[sembunyikan]
L

Pemimpin Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-N


dan Kaisar Pertama Dinasti Qin

Ji Chong'er

Zaman Negara-Negara Berperang

Jing Xiobi (Huan)

Qin Shi Huang

Dinasti Qin Xiang Yu

Er Shi Huangd

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Han dan Zaman Tiga Kerajaan

Liu Bang

Liu Ying

Dinasti Han (Barat dan Timur) Liu Gong

Liu Hong

Liu Qi
Liu Heng

Liu Che

Liu Fuling

Liu He

Liu Xun

Liu Xie

Liu Bian

Cao Cao

Cao Pi

Liu Bei

Liu Shan

Zaman Tiga Negara (Samkok)


Sun Jian

Sun Quan

Sun Ce

Dong Zhuo
Gongsun Zan

Han Fu

Liu Biao

Liu Yao

Liu Zhang

L Bu

Ma Teng

Meng Huo

Yuan Shao

Yuan Shu

Zhang Jiao

Zhang Lu

Kaisar Xian

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Jn, Zaman Enam Belas Negara, Dinasti Selat


dan Dinasti Sui
Sima Yang

Sima Zhang

Dinasti Jn (Barat dan Timur) Sima Ye

Sima Rui

Sima Yan

Liu Yuan

Liu He

Zaman Enam Belas Negara Shi Le

Li Shou

Mu Rong Huang

Tou Ba Gui

Yuan Xiu

Dinasti Selatan dan Utara

YuWen Chan

Yuwen Yong

Yang Jian

Dinasti Sui
Yang Guang
Yang You

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Tang dan Zaman Lima Dinasti dan Sepul

Gao Zu

Tai Zong

Gao Zong

Zhong Zong

Rui Zong

Zhong Zong (Second Reign)

Dinasti Tang

Shang Di

Rui Zong (Second Reign)

Xuan Zong

Su Zong

Dai Zong

De Zong
Shun Zong

Xian Zong

Mu Zong

Jing Zong

Wen Zong

Wu Zong

Xuan Zong II

Yi Zong

Xi Zong

Zhao Zong

Ai Di

Li Yuan

Li Shimin

Wu Zetian

Li Yu

Li Ang

Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara Chai Rong


Liu Zhiyuan

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Song, Liao, Jin, dan Xia Barat

Taizu (Zhao Kuangyin)

Taizong

Zhenzong

Renzong

Song Utara Yingzong

Shenzong

Zhezong

Huizong

Qinzong

Gaozong

Southern Song
Xiaozong
Guangzong

Ningzong

Lizong

Duzong

Gongzong

Duanzong

Bing

Taizu

Taizong

Shizong

Muzong

Dinasti Liao Jingzong

Shengzong

Xingzong

Daozong

Tianzuodi
Yelu Deguang

Yelu Abaoji

Jingzong

Yizong

Huizong

Chongzong

Renzong

Xia Barat
Huanzong

Xiangzong

Shenzong

Xianzong

Mozhu

Li Yuanghao

Taizu

Taizong

Dinasti Jn

Xizong

Hailingwang
Shizong

Zhangzong

Weishaowang

Xuanzong

Aizong

Modi

Wanyan Aguda

Wanyan Yong

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Yuan

Genghis Khan (Taizu)

Tolui (regent) (Ruizong)

Pra-Kubilai Khan gedei Khan (Taizong)

Gyk Khan (Dingzong)

Mngke Khan (Xianzong)


Kubilai Khan (Shizu)

Kubliai Khan (Shizu)

Temr Khan (Chengzong)

Klg Khan (Wuzong)

Buyantu Khan (Renzong)

Gegeen Khan (Yingzong)

Pasca-Kubilai Khan Yesn Temr Khan (Taiding)

(1271) Ragibagh Khan (Tianshun)

Jayaatu Khan (Wenzong)

Khutughtu Khan (Mingzong)

Jayaatu Khan (Wenzong)

Rinchinbal Khan (Ningzong)

Toghon Temr

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Ming ()


Kaisar Hongwu (Zhu Yuanzhang)

Kaisar Jianwen (Yunwen)

Kaisar Yongle (Di)

Kaisar Hongxi (Gaochi)

Kaisar Xuande (Zhanji)

Kaisar Zhengtong (Qizhen)

Kaisar Jingtai (Qiyu)

Kaisar Chenghua (Jianshen)

Dinasti Ming

Kaisar Hongzhi (Youtang)

Kaisar Zhengde (Houzhao)

Kaisar Jiajing (Houcong)

Kaisar Longqing (Zaihou)

Kaisar Wanli (Yijun)

Kaisar Taichang (Changluo)

Kaisar Tianqi (Youxiao)

Kaisar Chongzhen (Youjian)

Dinasti Ming Selatan Hongguang


Longwu

Shaowu dan Yongli (bersama)

Yongli

[sembunyikan]

Kaisar Dinasti Qing

Nu'erhaci

Huang Taiji

(Dorgon)

Kaisar Shunzhi (Fulin)

Kaisar Kangxi (Xuanye)

Kaisar Yongzheng (Yinzhen)

Kaisar Qianlong (Hongli)

Kaisar Jiaqing (Yongyan)

Kaisar Daoguang (Minning)

Kaisar Xianfeng (Yizhu)


Kaisar Tongzhi (Zaichun)

Kaisar Guangxu (Zaitian)

Kaisar Xuantong (Puyi)

[sembunyikan]

Presiden Republik Tiongkok

Sun Yat-sen

Yuan Shikai

Li Yuanhong

Feng Guozhang

1911-1928

Xu Shichang

Cao Kun

Duan Qirui

Zhang Zuolin

Tan Yankai

Kuomintang

Chiang Kai-shek
Lin Sen

Sejak 1949 memerintah di Taiwan, Tiongkok Daratan dikuasai Republik Rakyat Tiongkok

Chiang Kai-shek

Yen Chia-kan

Chiang Ching-kuo

Lee Teng-hui

Chen Shui-bian (PPD)

Ma Ying-jeou

[sembunyikan]

Pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok

Mao Zedong

Hua Guofeng

Deng Xiaoping

Jiang Zemin

Hu Jintao
Xi Jinping

Cao Pi
Cao Pi

Lukisan Cao Pi bersama beberapamenteri yang dilukis oleh Yan Liben (600-673) pada abad ke-7 di era Dinasti
Tang.

Penguasa dan Pendiri

Cao Wei

Lahir 187

Wafat 29 Juni 226

Pendahulu Cao Cao

Penerus Cao Rui


Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Co P

Wade-Giles Tsao P`i

Nama kehormatan Zihuan ()

Nama anumerta Penguasa Wen dari (Cao) Wei ()

Wen -secara literer berarti: "sipil"

Nama kuil Gaozu (, goz)

Ini adalah nama Tionghoa; marganya adalah Cao ().


Co P (, 187 - 226), yang secara formal dikenal sebagai Kaisar Wen dari (Cao) Wei (
), atau juga dikenal dengan namaZihuan (), lahir di Distrik Qiao, Wilayah Pei (sekarang
dikenal dengan daerah Bozhou, Anhui). Dia adalah anak kedua dari politisi dan
pengarang Tiongkok pada zaman Tiga Kerajaan yang terkenal, Cao Cao, dan juga pencetus
pertama kekaisaran Tiongkok bersatu dan juga pendiri asli "Kerajaan Wei") (lihat Kisah Tiga
Negara).
Pada tahun 220, Cao Pi memaksa Kaisar Xian, penguasa terakhir dari Dinasti Han, untuk
menyerahkan takhta kepadanya, dan dia memproklamirkan diri sebagai kaisar serta mendirikan
negara Cao Wei. Cao Pi melanjutkan perang melawan negara Shu Han danDong Wu, yang
didirikan oleh rival ayahnya, Liu Bei dan Sun Quan, tetapi perang tersebut tidak memberikan
keuntungan teritorial yang signifikan. Tidak seperti ayahnya, Cao Pi lebih berkonsentrasi pada
administrasi internal daripada memerangi rival-rivalnya. Selama pemerintahannya, ia secara
resmi menetapkan sistem sembilan tingkat Chen Qun sebagai dasar untuk memilih pegawai
pemerintah, yang menghasilkan aparat yang berkompetensi. Di sisi lain, ia secara drastis
mengurangi kekuasaan para pangeran, menghilangkan kemampuan mereka untuk melawannya,
tetapi pada saat yang sama, hal ini mengakibat mereka tidak dapat membantu kaisar jika krisis
muncul. Setelah kematian Cao Pi, penerusnya, Cao Rui menganugerahi nama
anumerta "Penguasa Wen daro (Cao) Wei" dannama kuil "Gaozu".

Latar belakang keluarga dan awal karie]


Cao Pi lahir tahun 187, sebagai anak tertua dari Cao Cao dan selirnya, Putri Bian, tetapi ia
adalah anak kedua dari seluruh putra Cao Cao. Pada saat kelahiran Cao Pi, Cao Cao adalah
seorang perwira tingkat menengah yang bertugas sebagai penjaga kekaisaran di Luoyang.
Setelah tahun 190, ketika Cao Cao terus berperang, tidak diketahui tempat Cao Pi dan ibunya
berada, atau kegiatan yang mereka lakukan. Petunjuk tunggal untuk Cao Pi selama periode ini
hanya tahun 204, ketika ia menikahi istri Yuan Xi, Zhen Ji. Setelah Cao Cao Meninggal Dia naik
tahta Dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Cao wei. Selama memerintah Cao Pi sering
melakukan hal Yang Tabu Seperti Menyuruh Kaisar Xian untuk menyerahkan tahtanya Dan
Membuat dinasti Han Runtuh

Sima Yi
Sima Yi

ilustrasi Dinasti Qing.

Bupati

Cao Wei

Lahir 179

Wafat 7 September, 251 (usia 72)

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional
Pinyin Sm Y

Wade-Giles Szma I

Nama kehormatan Zhngd ()

Wenxuan()
Nama anumerta
oleh Cao Wei

Raja Xuan ()

oleh Sima Zhao

Kaisar Xuan ()

oleh Sima Yan

Nama kuil Gaozu ()

Sima Yi (179 7 September, 251) merupakan seorang strategis, jenderal dan politisi Cao Wei di
era Tiga Kerajaan, Cina. Ia mungkin paling dikenal sebagai pembela Cao Wei dari Zhuge
Liang, Ekspedisi Utara. Kesuksesannya dan prestasinya yang menonjol membuka jalan bagi
fondasi cucunya Sima Yan Dinasti Jin, yang akhirnya akan mengakhiri era Tiga Kerajaan.
Setelah pendirian Dinasti Jin, Sima Yi diberikan gelar anumerta sebagai Kaisar Xuan dari
Jin dengan nama kuil Gaozu.

Kehidupan awal
Sima Yi merupakan satu dari delapan bersaudara, yang semuanya terkenal karena garis
keturunan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki nama gaya Cina yang diakhiri dengan
karakter Da (). Karena hal tersebut, kedelapan bersaudara itu secara bersama dikenal sebagai
"Delapan Da Sima" (). Ini merupakan istilah kehormatan karena kelompok lain delapan
administrator yang berbakat di dalam era sebelumnya telah diberikan sedemikian rupa.
Keluarganya bertempat tinggal di Luoyang ketika Dong Zhuomenguasai kota,
menghancurkannya, dan memindahkan ibukota ke Chang'an. Abang Sima Yi, Sima
Lang memimpin keluarga ke kediaman leluhur mereka di distrik Wen (), dan kemudian,
dengan tepat meramalkan bahwa tempat itu akan menjadi medan perang, memindahkan mereka
sekali lagi ke Liyang (). Pada tahun 194, karena Cao Cao berperang dengan L Bu, Sima Yi
menemani keluarganya kembali ke distrik Wen.

Awal karier
Cao Cao mengangkat Sima Yi menjadi penasihat skeligus ahli militer.Setelah itu Sima Yi
mengikuti Cao Cao untuk berperang melawan Dong Wu dan Shu Han di wilayah Chibi.
Peperangan itu dimengangkan oleh Shu dan Wu. Lama setelah itu Cao Cao meninggal karena
sakit yang dia derita. Setelah kematian Cao Cao, anaknya Cao Pi menggantikan ayahnya
menjadi Kaisar Wei yang pertama. Sima Yi tetap melayani keluarga Cao. Pada saat Cao Pi
menjadi kaisar Wei, Sima Yi memberikan rancangan-rancangan strategi yang baik dan genius
untuk berperang melawan Shu maupun Wu. Pada saat Pertempuran Wuzhang, Sima Yi
berulang kali diajak bertempur Zhuge Liang. Sima Yi yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa
zhuge liang mati segera mundur, setelah sebelumnya dikepung oleh Shu dan dikira siasat agar
ia mau bertempur. Sima Yi diangkat sebagai Perdana Menteri Wei yang terbaik dan diberi
mahkota berbentuk Limas Segitiga berwarna biru tua yang terbuat dari batu safir dan
ditengahnya terdapat batu permata berwarna biru tua yang sangat indah. dia merupakan kakek
seorang pengkhianat dari dinasti wei yang nantinya menjadi penguasa pada era Sima Yan
(keturunan Sima Yi)

Guo Jia

Names

Simplified Chinese:

Traditional Chinese:

Pinyin: Gu Ji

Wade-Giles: Kuo Chia

Zi: Fengxiao ()

Guo Jia (Hanzi: ; 170 - 207), bernama lengkap Guo Fengxiao (), adalah salah satu
ahli strategi Cao Cao pada Zaman Tiga Negara. Pada awalnya ia mengabdi kepada Yuan Shao.
Ia kemudian menjadi penasehat Cao Cao setelah direkomendasikan oleh Xun Yu. Selama 11
tahun membantu Cao Cao, kecerdasannya sangat berperan dalam menaklukkan Lu Bu, Yuan
Shao, dan pemimpin suku Wuhuan yaitu Ta Dun. Guo Jia adalah salah satu ahli strategi favorit
Cao Cao yang paling dipercaya.
]

1Kisah (Novel)
2Biografi
3Kutipan
4Lihat pula

Kisah (Novel
Semasa bekerja pada Cao Cao, Guo Jia memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan
advis. Saat Liu Bei meminta suaka, dia membujuk Cao Cao untuk menerimanya agar
menghindari ketidak puasan masyarakat umum. Ia juga meyakinkan Cao Cao bahwa Yuan Shao
tidak perlu ditakuti. Sesuai dengan perkataan Guo Jia, Cao Cao akhirnya dapat menaklukkan
Yuan Shao. Guo Jia juga yang menekankan pentingnya menuntaskan penaklukan putra-putra
Yuan Shao yang lari ke utara. Dia berkata "Walaupun ketenaran Yang Mulia terdengar di seluruh
negeri, tetapi bangsa di padang pasir utara tidak takut pada kita karena mengandalkan kesulitan
medan di wilayahnya. Saat ini mereka belum siap bertahan melawan kita. Maka saran saya
adalah kita serang dan kita pasti menguasai mereka. Selain itu Yuan Shao baik terhadap bangsa
itu, belum lagi kedua putranya. Mereka harus dihancurkan sebelum menyulitkan kita."
Lanjutnya, "Masalah Liu Biao akan menyerang, itu cuma isu belaka. Liu Bei tidak sanggup
mengemban tanggung jawab besar walaupun cocok dengan yang kecil. Anda bisa meninggalkan
ibukota dengan rasa aman, tidak akan terjadi apa-apa." Guo Jia setia membimbing Cao Cao
sampai akhir hayatnya;ia meninggal pada usia yang muda, 37 tahun. Cao Cao sangat terpukul
atas kejadian ini.

Biografi
Kutipan
"Jika Fengxiao masih hidup, dia pasti dapat menghindarkan saya dari kehancuran seperti saat
ini." - Cao Cao, saat pasukannya diluluh lantakkan pada Pertempuran Chibi.
"Perhatikan kategori ini: kewajiban, kesetiaan, pemerintahan, toleransi, strategi, kebajikan
moral, kedermawanan, penilaian, hukum dan ilmu perang. Itu semua adalah 10 titik lemah
Yuan Shao yang akan membawa kehancurannya. Yang Mulia, Anda unggul di setiap
kategori tadi, ini adalah 10 kunci kemenangan Anda." - Guo Jia terhadap Cao Cao saat
Cao Cao bimbang akan kekuatan Yuan Shao.

Xun Yu
Xun Yu merupakan salah satu penasihat Utama Cao Cao selama periode Tiga
Negara dimasa Tiongkok Kuno. Xun Yu berasal dari Yinghang, provinsi Yingchuan. Xun Yu
awalnya mengabdi pada Yuan Shao, namun melihat Yuan Shao adalah orang yang tidak dapat
menyelesaikan tugas besar, dia meninggalkannya dan mengabdi kepada Cao Cao bersama
dengan keponakannya Xun You.
Semasa Kaisar Xian dari Han, dia cukup populer. Dia juga dianggap sebagai orang yang
memiliki kemampuan yang luar biasa. Cao Cao menghargainya dengan menyebutnya
"Zifangku". Zifang, adalah nama panggilan Zhang Liang yang merupakan orang yang
membantu Liu Bang mendirikan dinasti Han.
Xun Yu bertanggungjawab atas sekian banyak nasihat berharga yang diberikannya kepada Cao
Cao. Dia menasihati Cao Cao untuk menjadikan kaisar yang ada pada saat itu menjadi kaisar
boneka sehingga Cao Cao mempunyai keuntungan politis terhadap panglima perang lainnya.
Dia juga memberikan nasihat kepada Cao Cao selama perangGuandu, yang pada akhirnya
menuntun pada kekalahan Yuan Shao. Sebagai contoh, saat Cao Cao menyadari persediaan
makanannya hampir habis, Xun Yu menasihatinya menggunakan "taktik tak terduga karena
perubahan besar sedang menanti". Nasihat ini mengakibatkan Cao Cao melancarkan serangan
diam-diam ke garnisun Yuan Shao. Kejadian ini mengakibatkan pemenggalan jenderal Yuan
Shao, Chunyu Qiong dan penyerahan Xu You kepada Cao Cao. Semua ini terjadi sesuai dengan
prediksi Xun Yu.
Xun Yu kehabisan waktu pada saat ia jatuh sakit saat pembentukan Kerajaan Wei. Pada tahun
ke-17 Jian'an (212) Cao Cao ingin menjadi bangsawan Wei, Xun Yu menentangnya. Kejadian ini
menyinggung perasaan Cao Cao. Cao Cao menganggap Xun Yu sudah tidak ingin
membantunya lagi. Suatu hari saat Cao-Cao berperang denganSun Quan, Xun Yu jatuh sakit
dan tinggal dirumah. Cao Cao kemudian mengirimkan sebuah "hadiah", saat Xun Yu membuka
kotak tersebut, ia menemukan bahwa kotak tersebut kosong. Sang penasihat yang cerdas
menangkap maksud yang tersembunyi dari pengiriman kotak tersebut, ia kemudian minum racun
dan mati. Xun Yu berumumr 51 tahun pada saat kematiannya. Cao Cao kemudian menjadi
bangsawan Wei pada tahun berikutnya (Catatan: keponakan Xun Yu, Xun You, mati dengan
cara yang sama). Dia dilanjutkan oleh anaknya Xun Han yang meninggal pada usia 30 tahun

Xiahou Dun

Xiahou Dun menelan bola matanya sendiri setelah terluka oleh panah musuh, sebuah ilustrasi dari
zaman Qing

Xiahou Dun (Hanzi: ) (? - 220) adalah jendral perang negara Wei yang mengabdi pada
Cao Cao sejak penghujung zaman Dinasti Han. Ia masih berkerabat dengan Cao Cao karena
sebelumnya Cao Cao bermarga Xiahou.
Xiahou dikenal sebagai jenderal bermata satu karena kehilangan mata kiri dalam Pertempuran
Xiapi tahun 198.
Pada 202, Xiahou Dun dikirim sebagai garis depan untuk menyerang Jing Propince. Dalam
Battle of Bowang, Xiahou Dun mengejar Liu Bei, yang pura-pura mundur yang tiba-tiba kamp
sendiri terbakar. Meskipun peringatan oleh Li Dian, Xiahou Dun memimpin pasukan penyergap
utama ke Liu Bei, dan kalah.
Kemudian, ia ditempatkan di Juchao dengan 26 juns (Jun adalah unit militer Setiap 12.500
tentara dihitung sebagai satu Juns Namun, dalam kasus ini, jumlah pasukan di bawah komando
Xiahou Dun yang tidak sampai berjumlah 325.000, karena ada fleksibilitas tentang pembentukan
jun), bersama dengan Zhang Liao di Hefei, untuk melawan Sun Quan. Namun, Xiahou Dun
tampaknya tidak berhasil melakukan apa-apa selama masa jabatannya sebagai komandan
utama di bagian selatan, kecuali tinggal di tempat yang sama dengan tentara yang besar.
Setelah kematian Cao Cao di 220, penggantinya Cao Pi. Cao Pi kemudian mengangkat Xiahou
Dun sebagai General-in-Chief. Beberapa bulan kemudian Xiahou Dun meninggal karena sakit.

Xiahou Yuan
Xiahou Yuan adalah salah satu jendral perang negara Wei pada zaman Tiga Negara, Xiahou
Yuan adalah abang sepupu dari Xiahou Dun. Xiahou Yuan terbunuh dalam pertempuran di
gunung Dingjun melawan Jendral dari negara Shu, Huang Zhong pada tahun 219. Xiahou Yuan
terkenal akan kemampuan memanah dan berkuda.

Zhang Liao
Zhang Liao

Jenderal

Cao Wei
Lahir 169

Wafat 222

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Zhng Lio

Wade-Giles Chang Liao

Nama kehormatan Wenyuan ()

Nama anumerta Marquis Gang ()

Zhang Liao adalah salah satu tokoh Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Pada awalnya Zhang
Liao mengabdi pada Lu Bu. Setelah Kematian Lu Bu, Dia mengabdi pada Cao Cao. Dalam
pertempuran di He Fei, Dia berhasil memukul mundur 100.000 pasukan Wu hanya dengan 800
prajurit. Dia ditakuti di berbagai tempat dan nama Zhang Liao disebutkan dapat langsung
mendiamkan bayi yang sedang menangis.
Dia merupakan pemimpin dari semua jenderal Wei. Ketika Cao-Cao sedang menyerang Han
zhong , ia ditugaskan untuk menjaga kota Wan untuk mencegah penyerangan Wu yang
bertujuan untuk menyerang He fei yang merupakan tempat perbekalan bagi Cao Cao yang
sedang menyerang Liu Bei didaerah Han zhong. Zhang Liao juga termasuk salah satu jenderal
yang paling setia seperti Xiahou Dun dan Xu Chu. Dalam pertempuran melawan Wu dia berhasil
mengakibatkan terbunuhnya salah satu jenderal andalan Wu yaituTaishi Ci. Dalam pertempuran
melawan Wu juga akhirnya Zhang Liao gugur dalam peperangan karena terkena panah beracun.

zhang He
Zhang He () (dilahirkan tahun 167 231) adalah seorang jenderal militer terkenal yang
bekerja dibawah panglima perang Cao Cao selama akhir dinasti Han Timur danZaman Tiga
Kerajaan di Tiongkok kuno dulu. Dia memulai karier militernya sewaktu
pemberontakan kelompok pita kuning terjadi pada tahun 184 masehi dan sesudah itu bekerja
pada Han Fu dan Yuan Shao sebelum beralih ke Cao Cao saat pertempuran Guandu. Zhang He
berpartisipasi di banyak pertempuran besar, termasuk di antaranya pertempuran melawan Yuan
Tan, Ma Chao, Zhang Lu, dan Liu Bei. Sesudah kematian Cao Cao pada tahun 220, Zhang He
secara khusus diminta untuk mempertahankankerajaan Wei melawan ekspedisi utara yang
dipimpin oleh Zhuge Liang dari kerajaan Shu. Zhang He mati karena luka yang disebabkan oleh
panah selama pertempuran dengan pasukan Zhuge Liang pada tahun 231
dian Wei satria spt kwan kong
Dian Wei

Dian Wei yang digambarkan denganpencitraan hasil komputer.

Jenderal

Cao Cao

Lahir Tidak diketahui

Wafat 197

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Din Wi

Wade-Giles Tien Wei


Dian Wei (Hanzi: ) (meninggal tahun 197) adalah seorang jenderal perang dari Zaman Tiga
Negara. Ia mengabdi kepada Cao Caosebagai pengawal pribadinya pada masa
pemerintahan Dinasti Han.
Dian Wei adalah pengawal yang setia yang mengorbankan nyawanya untuk keselamatan Cao
Cao ketika terjadi penyerangan di istanaWan.

o 1.1Kehidupan awal
o 1.2Bekerja di bawah pimpinan Xiaohou Dun
o 1.3Sebagai pengawal Cao Cao
o 1.4Perang Wancheng dan kematian Dian Wei
2Penggambaran di dunia modern
3Lihat pula
4Referensi
5Bacaan lanjutan
6Pranala luar

Biografi
Kehidupan awal
Pada tahun 189, Zhang Miao mengadakan seleksi pasukan untuk berperang melawan Dong
Zhuo, yang menyandera Kaisar Xian di istananya. Pada perang ini, Dian Wei mampu menarik
perhatian atasannya karena kekuatannya. Saat cuaca dan angin memburuk dia tetap mampu
menyangga panji perang yang besar dengan 1 tangan saja saat tentara lain tak lagi mampu
menahan meskipun sudah menggabungkan kekuatan.
Bekerja di bawah pimpinan Xiaohou Dun
Dian Wei berperang di bawah pimpinan Xiaohu Dun, saat Cao Cao mengadakan penyerangan
ke Puyang melawan Lu Bu. Saat pasukan Cao Cao terdesak, Dian Wei mengumpulkan banyak
tentara mengelilinginya. Tentara-tentara tadi mengenakan jubah pelindung hingga 2 lapis, Dian
Wei menanggalkan perisainya kemudian menggantinya dengan membawa dua senjata sekaligus
dan terus merangsek ke depan. Di bawah hujan panah Dian Wei mengumpulkan banyak
lembing lalu melemparkannya ke arah musuh dengan pedoman 1 lembing 1 nyawa, dia terus
melempar hingga akhirnya musuh mundur. Terkesan dengan aksinya, Cao Cao lalu
mempromosikannya untuk menjadi kolonel dan menjadikannya pengawal pribadinya.
Sebagai pengawal Cao Cao
Sebagai pengawal, Dian Wei dapat dipastikan akan selalu berada di dekat Cao Cao. Dia sangat
setia dan bertanggungjawab. Pada saat perang dia akan berdiri di depan tenda peristirahatan
milik Cao Cao selama siang, dan pada waktu malam dia memilih tidur di dekat tenda Cao Cao
daripada kembali ke tendanya. Dian Wei juga dikenal sebagai prajurit dengan selera makan
yang besar dan peminum arak yang luar biasa, karena besarnya nafsu makannya konon
diperlukan hingga beberapa pelayan hanya untuk melayani kebutuhan makan dan minumnya.
Pada tahun 197, Cao Cao berperang dengan Zhang Xiu, seorang penguasa wilayah Wancheng
yang dengan cepat ditundukkannya. Cao Cao yang merasa senang atas menyerahnya Zhang
Xiu lalu mengundangnya ke jamuan makan. Pada saat jamuan makan, Dian Wei berjaga dengan
berdiri di belakang Cao Cao lengkap dengan kapak raksasa di tangannya. Hal tersebut membuat
Zhang Xiu dan anak buahnya gentar hingga tidak berani mengangkat wajah menatap Cao Cao
dan Dian Wei di belakangnya meski saat bersulang arak.
Perang Wancheng dan kematian Dian Wei
Pada saat keberadaannya di Wancheng, Cao Cao memaksa janda dari Zhang Ji untuk menjadi
selirnya yang mengakibatkan kemarahan Zhang Xiu. Mendengar ada yang tidak senang dengan
tindakannya, Cao Cao berencana untuk membunuh Zhang Xiu di kemudian hari. Namun
dikarenakan rencana tersebut bocor, justru Cao Cao diserang terlebih dulu oleh Zhang Xiu. Cao
Cao berhasil kabur menggunakan kuda, sedangkan Dian Wei menghadang laju musuh di
gerbang depan ditemani belasan prajurit. Dengan senjatanya, Dian Wei bertarung dengan luar
biasa, tetapi seiring waktu satu persatu prajurit di sampingnya mulai tumbang. Dian Wei sendiri
terluka saat akhirnya dia menjadi yang terakhir berdiri di pertempuran.
Dengan sisa tenaganya dia meraih dua orang prajurit musuh dan menjadikan mereka sebagai
senjata, merangsek maju dan membunuh beberapa prajurit lagi sebelum akhirnya tersungkur
karena kehabisan darah dari luka yang dideritanya. Dian Wei masih sempat memandangi prajurit
musuh sambil menyumpah-nyumpah sebelum akhirnya benar-benar mati. Setelah memastikan
bahwa Dian Wei benar-benar sudah tidak bernapas, barulah prajurit musuh berani mendekat
dan memenggal kepalanya. Kepalanya dibawa berkeliling untuk ditunjukkan kepada yang lain.
Saat berita kematiannya menyebar, banyak prajurit yang datang untuk melihat jasad Dian Wei
dengan takjub.
Saat Cao Cao mendengar berita kematian Dian Wei, dia hanya bisa bersedih hingga
meneteskan air mata. Cao Cao akhirnya menyuruh bawahannya untuk mengambil kembali jasad
Dian Wei agar dapat dikuburkan di kota kelahirannya. Setelah itu, setiap kali Cao Cao melewati
kubur Dian Wei, dia selalu berhenti sejenak untuk mengenang Dian Wei. Cao Cao juga
mengangkat Dian Man, putra Dian Wei, untuk menjadi perwira yang selalu berada di sisinya
seperti ayahnya dulu.

Penggambaran di dunia modern


Dian Wei merupakan salah satu karakter yang dapat dimainkan di permainan video Dynasty
Warriors dan Warrior Orochi produksi Koei. Dalam permainan video tersebut, ia digambarkan
sebagai sosok yang berbadan besar, berotot dan berkepala botak. Hingga seri Dynasty yang ke-
5 dia digambarkan sebagai perwira bersenjatakan kapak besar.[1]Di seri ke-6 dia digambarkan
membawa sebuah cambuk rantai dengan ujung bola besi berpaku, sedangkan di seri ke-7 dia
kembali digambarkan dengan kapak raksasanya.

Lihat pula
Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara
Daftar tokoh Kisah Tiga Negara

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Daftar senjata tingkat 4 Dinasty Warriors 5

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]


Chen Shou (2002). Records of Three Kingdoms, Volume 18, Biography of Dian Wei. Yue Lu
Shu She. ISBN 978-7-80665-198-8.
Luo Guanzhong (1986). Romance of the Three Kingdoms. Yue Lu Shu She. ISBN 978-7-
80520-013-2.
Lo Kuan-chung; tr. C.H. Brewitt-Taylor (2002). Romance of the Three Kingdoms. Tuttle
Publishing. ISBN 978-0-8048-3467-4.

Pranala luar
(Inggris) DianWei di Koei Wikia
(Inggris) Kisah Dian Wei di Dynasty Warriors 6
Pang De

Pang De

Ilustrasi Pang De pada saat berada di pertempuran Fancheng

Jenderal

Cao Cao

Lahir tidak diketahui

Wafat 219

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Png D

Wade-Giles P'ang Te

Nama kehormatan Lingming ()


Nama anumerta Marquis Zhuang ()

Ini adalah nama Tionghoa; marganya adalah Pang.


Pang De (Hanzi: ) adalah salah satu jenderal perang dari Zaman Tiga Negara. Dia pernah
mengabdi pada beberapa penguasa selama hidupnya, antara lain era Dinasti Han di bawah
kepemimpinan Kaisar Ling, pasukan provinsi Liang yang dipimpin oleh Han Suidan Ma Teng,
penguasa Hanzhong yaitu Zhang Lu, dan yang terakhir adalah Cao Cao. Walaupun Pang De
termasuk jenderal yang baru bergabung dengan pasukan Cao Cao, dia dikenal sangat setia dan
memiliki pendirian yang kuat karena menolak untuk menyerah kepada musuh saat berada di
pertempuran Fancheng.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Biografi
o 1.1Pengabdian awal
o 1.2Pengabdian pada Ma Chao
o 1.3Pengabdian pada Cao Cao
o 1.4Kematian
2Pang De dalam Novel Kisah Tiga Negara
3Lihat pula
4Pranala luar

Biografi[sunting | sunting sumber]


Pengabdian awal[sunting | sunting sumber]
Pang De pada awalnya bekerja sebagai juru tulis di kampung halamannya, Nan`an. Ketika
terjadi pemberontakan Liangzhou, dia mengajukan diri untuk mengikuti pasukan Ma Teng yang
pada saat itu masih di bawah kepemimpinan pengawas provinsi Liang. Setelah pengawas
tersebut terbunuh pada saat pemberontakan, dia tetap mengikuti Ma Teng. Nantinya Ma Teng
akan menggabungkan kekuatan pasukannya dengan pasukan Han Sui yang sudah menjadi
pemberontak dua tahun sebelumnya. Mereka menggunakan Wang Guo sebagai pemimpin yang
dapat mereka kendalikan, lalu bersama menyerang daerah-daerah di sekitarChang`an. Setelah
kekalahan besar yang mereka alami di pertempuran Chencang pada tahun 188, terjadi
perkelahian di antara mereka para pemberontak. Pada pertempuran itu juga Pang De
berkontribusi dengan mengalahkan pasukan Qiang dan Di. Berkat usahanya tersebut, Ma Teng
dapat menjadi salah satu penguasa besar dari Liangzhou dan Han Sui dinobatkan sebagai
kolonel oleh Ma Teng.
Pengabdian pada Ma Chao[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 202, Yuan Shang mengirimkan jenderalnya, Guo Yuan, untuk memimpin pasukan
gabungan dari Yuan Shang dan suku Xiongnu untuk menyerbu Hedong. Pang De dan Ma
Chao dikirim oleh Ma Teng untuk membantu jenderal Cao Cao, Zhong Yao, untuk melawan
musuh yang akan menyerang. Di pertempuran tersebut, Pang De memimpin barisan depan
pasukan untuk menyerang musuh yang pada saat itu sedang menyeberangi dataran yang lebih
rendah. Dengan hancurnya formasi pasukan musuh, Guo Yuan menjadi mudah diserang.
Melihat kesempatan tersebut, Pang De segera menyelinap di tengah kepanikan tersebut untuk
memenggal kepala Guo Yuan. Tercatat dalam Sejarah Singkat Wei, bahwa setelah pertempuran
tersebut selesai, pihak Cao Cao yang menang tidak dapat menemukan kepala Guo Yuan.
Malam hari ketika para jenderal sedang berkumpul untuk merayakan kemenangan mereka, Pang
De melemparkan keluar sebuah kepala. Zhong Yao yang merupakan paman dari Guo Yuan
segera mengenali kepala tersebut. Dengan sedih dia mengatakan bahwa itu adalah kepala Guo
Yuan. Pang De dengan segera meminta maaf kepada Zhong Yao, namun Zhong Yao justru
berkata kepada Pang De, Walaupun aku adalah paman Guo Yuan, dia tetap adalah
pengkhianat negara, mengapa kamu meminta maaf ?
Setelah Ma Teng dipanggil ke Xuchang, anaknya Ma Chao yang mengambil alih kepemimpinan
pasukan untuk sementara waktu. Ma Chao kemudian memutuskan untuk berdamai sementara
waktu dengan Han Sui. Bersama mereka menciptakan aliansi yang terdiri dari para pemimpin
yang berada dalam daerah perbatasan yang sama, dengan menyertakan Yang Qiu, Li
Kan, Cheng Yi, dan beberapa pemimpin lainnya, untuk melawan Cao Cao dari timur perbatasan
Tong. Pang De juga kemudian mengikuti Ma Chao keHanzhong, dimana mereka bertempur di
bawah kepemimpinan Gubernur Zhang Lu.
Pengabdian pada Cao Cao[sunting | sunting sumber]
Ketika penguasa daerah barat Liu Zhang diserang oleh Liu Bei, Ma Chao dikirim oleh Zhang Lu
untuk menekan wilayah kekuasaan Liu Zhang. Namun karena dihasut oleh Liu Bei, Ma Chao
dijebak untuk membunuh rekannya Yang Bai. Setelah itu dia melarikan diri dari Zhang Lu dan
membawa pasukan di bawah komandonya untuk bergabung dengan Liu Bei. Saat itu Pang De
sedang sakit sehingga dia terpaksa tetap tinggal di Hanzhong. Nantinya pada saat Cao Cao
merebut kota Hanzhong, Pang De mengajukan diri untuk menyerah. Karena kagum akan
keberanian Pang De saat berada di pertempuran melawan Guo Yuan pada tahun-tahun
sebelumnya, Cao Cao menunjuknya sebagai "Jenderal yang Memiliki Kehormatan".
Ketika Hou Yin memberontak dan mengambil alih kota Wan, Pang De dikirim bersama Cao
Ren untuk meredamkan pemberontakan tersebut. Setelah mereka menyelesaikan tugas
tersebut, Cao Ren diperintahkan untuk menetap di Fancheng. Sementara itu Pang De
ditempatkan di bawah komando Yu Jin yang akan dikirim untuk melawan invasi dariLiu Bei.
Pemimpin pasukan musuh saat itu adalah salah satu jenderal musuh yang disegani oleh banyak
orang, Guan Yu. Pada saat itu Guan Yu telah membagi sejumlah pasukannya mengepung
kota Xiangyang dan Fancheng untuk menekan pergerakan musuh. Mengingat kakak laki-laki
Pang De, Pang Rou dan tuan sebelumnya, Ma Chao berada di pihak Liu Bei, banyak orang yang
berada di kota Fan meragukan kesetiaan Pang De. Demi membuktikan kesetiaannya, Pang De
mengajukan diri memimpin pasukan kecil untuk menghadapi Guan Yu. Dalam satu kesempatan,
Pang De menembakkan panah dan mengenai pelindung kepala Guan Yu. Karena kejadian ini,
Pang De menjadi dikenal oleh pasukan musuh sebagai "Jenderal Berkuda Putih" dari kuda putih
yang sering dia tunggangi. Dengan mulai ditakutinya Pang De oleh pasukan musuh, serangan-
serangan berikutnya terhadap formasi pasukan musuh mulai menimbulkan dampak yang cukup
berarti.
Setelah dua minggu hujan lebat, Sungai Han disamping Fancheng mulai meluap, menyebabkan
pasukan Yu Jin tersapu oleh air sungai yang meluap tersebut. Pang De dan beberapa orangnya
terpaksa mencari perlindungan di bendungan terdekat. Pasukan Guan Yu mulai menembaki
mereka dengan panah dari atas kapal besar milik mereka. Sementara itu, Pang De juga
menembaki balik dengan akurasi yang luar biasa. Pada saat itu, banyak dari pasukan Yu Jin
yang berada di sungai tersebut, menyerah kepada musuh dan ditolong oleh para pasukan Guan
Yu. Melihat hal tersebut, rekan Pang De, Dong Heng dan Dong Chang mengusulkan agar Pang
De juga meyerah. Mendengar hal itu, Pang De menjadi marah dan langsung mengeksekusi
mereka di tempat, kemudian dia kembali melanjutkan perlawanannya.
Pertempuran tersebut berlanjut dari pagi hingga sore, dan serangan dari pasukan Guan Yu
perlahan menjadi semakin lebih gencar. Karena kehabisan panah, Pang De dan pasukannya
terpaksa maju menghadapi musuh untuk pertempuran jarak dekat. Sementara itu, ketinggian air
masih terus bertambah dan hampir semua pasukan Pang De sudah menyerah kepada musuh.
Dengan tiga orang yang tersisa, Pang De menggunakan kapal kecil berusaha untuk mengayuh
kembali ke dalam kota. Namun sayangnya kapal tersebut terbalik sehingga Pang De dengan
mudah ditangkap oleh pasukan musuh.
Kematian[sunting | sunting sumber]
Ketika dibawa ke hadapan Guan Yu, Pang De menolak untuk berlutut. Guan Yu mencoba
meyakinkan Pang De untuk menyerah, namun dia tetap bersikeras bahwa kesetiaannya tetap
pada Cao Cao dan meremehkan Liu Bei hanya memiliki kemampuan yang biasa. Oleh karena itu
akhirnya Guan Yu mengeksekusi Pang De. Ketika Cao Cao mendengar kabar tentang kesetiaan
Pang De yang kuat tersebut, dia membandingkan kesetiaan Pang De dengan Yu Jin, yang
walaupun sudah mengabdi lama pada Cao Cao, tetapi memohon Guan Yu untuk mengampuni
nyawanya dan mengajukan diri menyerah. Maka Cao Cao menganugerahkan Pang De gelar
anumerta sebagai Marquis Zhuang.

Pang De dalam Novel Kisah Tiga Negara[sunting | sunting sumber]


Dalam novel karya Luo Guanzhong, Pang De pertama kali muncul pada bab 58 sebagai jenderal
kepercayaan Ma Teng dan anaknya Ma Chao. Ketika Ma Chao bermimpi, dimana dalam
mimpinya tersebut dia diserang oleh sekumpulan harimau di padang salju, dia mencari Pang De
untuk berkonsultasi. Pang De mengatakan bahwa itu merupakan pertanda buruk. Tidak lama
kemudian, mereka mendengar berita kematian Ma Teng yang sedang pergi ke Xuchang untuk
merencanakan pemberontakan terhadap Cao Cao.
Selain itu, novel ini menghadirkan versi yang sedikit berbeda mengenai pertempuran Fancheng.
Di situ diceritakan bahwa Fancheng sudah dikepung oleh pasukan musuh yang dipimpin oleh
Guan Yu. Pang De lalu mengajukan diri memimpin pasukan garis depan sebagai bala bantuan
untuk menahan serangan musuh. Cao Cao sangat senang dan memberikan Pang De posisi
tersebut. Namun sesudah itu, banyak penasehat dan jenderal Cao Cao lainnya yang
menyarankan untuk membatalkan keputusan tersebut. Mengingat Ma Chao, tuan sebelumnya
dari Pang De dan kakak laki-laki Pang De, keduanya melayani Liu Bei. Cao Cao lalu segera
memanggil Pang De untuk mempertanyakan hal tersebut. Mendengar keraguan Cao Cao, Pang
De kemudian bersujud sampai wajahnya bermandikan darah. Melihat ketulusan Pang De, Cao
Cao tidak lagi meragukan kesetiannya. Diceritakan juga bahwa Pang De memesan peti kayu
yang dia bawa ke Fancheng sebagai bukti dari tekadnya untuk memenangkan pertempuran ini
atau kehilangan nyawanya.
Di luar kota Fancheng, Pang De bertarung satu lawan satu dengan Guan Yu. Pertarungan
tersebut berakhir dengan seri setelah ratusan putaran yang mereka lakukan. Hari berikutnya,
kedua jenderal kembali maju untuk bertarung satu sama lain . Setelah kurang lebih melakukan
50 putaran, Pang De berpura-pura untuk kabur dan memancing Guan Yu agar mengejarnya.
Ketika Guan Yu sedang lengah, Pang De menembakan panah dan mengenai lengan kiri Guan
Yu. Dengan segera Pang De berbalik untuk mengejar dan menghabisi Guan Yu. Namun Yu Jin,
komandan utama pasukan saat itu tidak ingin Pang De memperoleh jasa yang besar dan
memerintahkan Pang De untuk segera mundur. Lalu hujan lebat turun tanpa henti untuk
beberapa hari, menyebabkan Sungai Han meluap. Pang De dan 500 pasukannya mencari
perlindungan di bendungan terdekat dan bertahan menghadapi musuh di atas kapal.
Pasukannya terus berkurang sampai hanya tersisa dia seorang diri. Pang De lalu melompat
turun dari kapalnya dan berusaha berenang kembali ke dalam kota. Namun salah seorang
jenderal musuh, Zhou Chang, datang dengan menggunakan rakit, juga ikut serta meloncat ke
dalam air dan kemudian menangkap Pang De. Ketika dibawa ke hadapan Guan Yu, Pang De
menolak untuk berlutut. Dia juga mencaci maki dan menyumpahi musuhnya ketika dibujuk untuk
menyerah. Guan Yu lalu menyuruh orang untuk memenggal kepalanya. Melihat kesetiaan dan
keberanian Pang De sebelum kematiannya, Guan Yu tersentuh dan memberikan pemakaman
yang layak untuk Pang De.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara
Daftar tokoh Kisah Tiga Negara

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Yu, Huan. The Brief History of Wei.
Chen Shou (2002). Records of Three Kingdoms, Volume 18, Biography of Pang De. Yue Lu
Shu She. ISBN 7-80665-198-5.
Luo Guanzhong (1986). Romance of the Three Kingdoms. Yue Lu Shu She. ISBN 7-80520-
013-0.
Lo Kuan-chung; tr. C.H. Brewitt-Taylor (2002). Romance of the Three Kingdoms. Tuttle
Publishing. ISBN 0-8048-3467-9.

Cao Ren
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Cao Ren

Jendral militer

Cao Wei

Lahir 168

Wafat 223

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Co Rn

Wade-Giles Ts'ao Jen

Nama kehormatan Zixiao ()

Nama anumerta Marquis Zhong

Ini adalah nama Tionghoa; marganya adalah Cao ().


Cao Ren (168 223) adalah jendral militer yang bekerja dibawah panglima perang Cao
Cao selama Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Cao Ren memainkan peranan penting pada
perang-perang sipil di Tiongkok yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Han Timur dan
pembentukan Cao Wei.
DIa sangat berperan dalam kematian Guan Yu karena koalisinya dengan Dong Wu yang
dipimpin oleh Lu Meng dan Lu Xun

Zaman Tiga Negara


Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara
Dong Wu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wu Timur

229280

Wilayah pengaruh Wu (warna hijau) pada tahun 262

Ibu kota Wuchang (222-229,265-266)


Jianye (229-265, 266-280)

Bahasa Han Kuno

Agama Taoisme,Konfusianisme,Kepercayaan
tradisional Cina

Bentuk Monarki
Pemerintahan

Kaisar

-229 - 252 Sun Quan


-252 - 258 Sun Liang

-258 - 264 Sun Xiu

-264 - 280 Sun Hao

Era sejarah Tiga Negara

-Pendirian
229

-Sun
Quanmengangkat
diri sendiri
menjadi kaisar 229

-Penaklukan Wu
oleh Dinasti Jin 280

Populasi

- 10.000.000

Mata uang Koin tembaga

Pendahulu Pengganti
Dinasti Dinasti Jin (265-
Han 420)

Dong Wu (Hanzi: ) (222 - 280) adalah sebuah negara pada Zaman Tiga Negara dalam
sejarah Tiongkok. Dong Wu didirikan setelah 2 negara lainnya, Cao Wei dan Shu
Han mengklaim sebagai penerus Dinasti Han. Sun Wu didirikan oleh Sun Quansebagai kaisar
pertama dengan gelar Dadi (Hanzi: ). Negara ini menguasai sebagian besar wilayah pesisir
di Tiongkok bagian selatan dan tenggara atau yang kita kenal sekarang sebagai
daerah Jiangnan (Hanzi: , bahasa Minnan: kanglam).

Ada 4 kaisar yang memimpin negara ini sampai pada penaklukannya oleh Dinasti Jin dari utara.

Shu Han
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Shu Han

221263

Wilayah Shu Han dalam warna merah pada tahun 262

Ibu kota Chengdu

Bahasa Han Kuno

Agama Taoisme,Konfusianisme,Kepercayaan
tradisional Cina

Bentuk Monarki
Pemerintahan

Kaisar

-221 - 223 Liu Bei

-223 - 263 Liu Chan

Era sejarah Tiga Negara

-Pendirian
221
-Penaklukan
Shu oleh Wei 263

Populasi

- 1.300.000

Mata uang Koin tembaga

Pendahulu Pengganti
Dinasti Han Cao Wei

Shu Han (Hanzi: ) (221 - 263) adalah sebuah negara yang didirikan oleh Liu Bei pada tahun
221, Zaman Tiga Negara dalam sejarah Tiongkok. Shu Han mengklaim sebagai penerus Dinasti
Han yang diabolisi oleh negara Cao Wei. Liu Bei menjadi kaisar dengan gelar Zhaoliedi ().
Dua tahun kemudian Kaisar Zhaolie meninggal dan digantikan oleh sang anak, Liu Chandengan
gelar Houzu ().

Kaisar Houzu adalah seorang kaisar yang tidak cakap, 40 tahun kemudian ia menyerah tanpa
syarat kepada negara Cao Wei dan zaman Shu Han resmi berakhir.

Pang Tong
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pang Tong () (178-213) adalah penasehat militer Liu Bei

Png Tng () (178-213M), adalah penasehat Liu Bei pada zaman Dinasti Han.
Nama Taoisnya adalah Phoenix Muda (; Fngch). Novel epik sejarah Kisah Tiga
Negara menggambarkan Pang Tong sebagai seorang ahli strategi militer jenius, dan
menempatkannya di tingkat yang setara dengan ahli strategi Zhuge Liang. Kepada Liu Bei, Sima
Hui menjuluki Pang Tong dan Zhuge Liang sebagai:


Naga Tidur dan Phoenix Muda: bersama salah satu dari mereka, engkau bisa
menyelesaikan apa pun di bawah langit.

Ia mati setelah tertusuk 45 panah di badannya, di sebuah tempat yang bernama "Fallen Phoenix
Slip" oleh serangan mendadak yang dilakukan Jenderal Liu Zhang, Zhang Ren. Saat itu Pang
Tong memimpin pasukan barisan depan, namun ia merasa sesuatu yang tidak baik, dan
kemudian tiba-tiba pemanah muncul dan langsung menembak seluruh pasukan Pang Tong, ia
langsung mati ditempat.
Artikel bertopik biografi tokoh ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

Liu Bei
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Liu Bei
Kaisar Pendiri

Shu-Han

Berkuasa 221223

Penerus Liu Shan

Nama

Nama Xuande (Tionghoa: )


kehormatan

Nama anumerta Zhaolie (Tionghoa: ; Pinyin:Zholi; WadeGiles: Chao-lieh; arti harafiah "clear uprightness")

Nama era Zhangwu (Tionghoa: ;Pinyin: Zhngw; WadeGiles: Chang-wu; 221223)

Nama lain Liu Yuzhou (Hanzi Sederhana:; Hanzi Tradisional: ; Pinyin: Lu Yzhu) Liu
Yuchow in Chinese Postal Map Romanisation spelling)[1]

Liu Bei
"Liu Bei" in Traditional (top) and
Simplified (bottom) Chinese characters

Hanzi tradisional:

Hanzi sederhana:

[tampilkan]Transliterasi

nama alternatif

Hanzi:

Makna literal: (courtesy name)

[tampilkan]Transliterasi

Ini adalah nama Tionghoa; marganya adalah Liu.

Liu Bei (Hanzi: ) (161-223) adalah seorang tokoh terkenal di Zaman Tiga Negara. Ia lahir di
Kabupaten Zhuo (sekarang di wilayah provinsi Hebei), merupakan keturunan dari Liu Sheng,
Raja Jing di Zhongshan yang merupakan anak dari Kaisar Jing dari Han. Dihitung-hitung, ia
masih paman dari Kaisar Xian dari Han yang memerintah waktu itu. Ia bernama lengkap Liu
Xuande. Ia juga dikenal di kalangan Tionghoa Indonesia dengan nama Lau Pi yang merupakan
lafal dialek Hokkian.

Karier politiknya dimulai dengan pemberantasan pemberontak Serban Kuning di akhir


zaman Dinasti Han yang mengancam legitimasi dinasti tersebut bersama dengan 2 saudara
angkatnya, Guan Yu dan Zhang Fei. Setelah berjasa atas pemadaman pemberontakan tadi, ia
diberikan jabatan kecil sebagai penjabat bupati di sebuah kabupaten kecil di daerah Anxi.

Pada awalnya, karier politiknya sangat tidak mulus. Tidak punya wilayah sendiri untuk menyusun
kekuatan, ia bahkan sempat mencari perlindungan dan menjadi bawahan daripada kekuatan-
kekuatan lainnya pada masa tersebut misalnya Tao Qian, Yuan Shao, Lu Bu,Cao Cao, Liu
Biao dan terakhir Liu Zhang yang kemudian menyerahkan Prefektur Yizhou kepadanya sebagai
tempat menyusun kekuatan.

Keberhasilannya di kemudian hari adalah karena muncul orang-orang di sekelilingnya yang


membantu dalam banyak hal, sepertiZhuge Liang dan Pang Tong di bidang sipil, strategi dan
politik; Guan Yu, Zhang Fei, Ma Chao, Huang Zhong dan Zhao Yun di bidang militer.
Setelah menguasai Prefektur Yizhou dan Hanzhong, ia kemudian memaklumatkan diri
sebagai Raja Hanzhong. Tahun 221, setahun setelah Cao Pi memaklumatkan diri sebagai
kaisar, Liu Bei juga memaklumatkan diri sebagai Kaisar Han Liedi, mendirikan Negara Shu
Han yang mengklaim legitimasi sebagai penerus Dinasti Han yang resmi telah tidak ada setelah
proklamasi Negara Cao Wei.

Sepeninggalnya, ia digantikan oleh anaknya Liu Chan yang tidak cakap memerintah. Seluruh
urusan pemerintahan pada saat itu dibebankan kepada Zhuge Liang sebagai perdana menteri.

Biografi sejarah[sunting | sunting sumber]


Liu Bei adalah keturunan dari pangeran Sheng dari Zhongshan, cucu buyut dari kaisar keempat
Han, Jing. Liu Bei hidup dalam kemiskinan semasa mudanya. Ayahnya telah meninggal dan
ibunya bekerja sebagai penenun dan penjual sandal jerami. Pada umur 15 tahun, Liu Bei
bersama rekannya, Gongsun Zan berguru pada Lu Sih.

Pada masa Pemberontakan Serban Kuning, dia terpilih menjadi Pegawai Pengadilan di
kabupaten Anxi.

Liu Bei memulai karier militernya di bawah komandan utama,He Jin dalam perwalian Gongsun
Zan sebagai Komandan Pasukan Cadangan dan bupati Ping Yuan.

Ketika Cao Cao menyerang kota Xu Zhou milik Tao Qian, Liu Bei membawa pasukannya untuk
melindungi sang Pelindung Kekaisaran. Pada tahun 196, Liu Bei direkomendasikan untuk
menjabat sebagai Jendral Penjaga Wilayah Timur dan diberi gelar Penguasa Yicheng.

Selanjutnya Liu Bei membantu Cao Cao dalam penangkapan Lu Bu dan dipromosikan menjadi
Jendral Pasukan Kiri. Saat ini, kaisar Xian mengetahui adanya hubungan keluarga antara Liu Bei
dan pangeran Zhongshan sehingga ia menganugerahi Liu Bei gelar "Paman Kaisar".

Antara tahun 198 - 199, Liu Bei tidak disenangi Cao Cao karena mendukung rencana
pembunuhannya. Liu Bei pindah ke Xia Pi,dan pada tahun 200, meminta perlindungan Yuan
Shao.

Setelah bertemu kembali dengan saudara angkatnya, Zhang Fei dan Guan Yu, Liu Bei
meninggalkan Yuan Shao untuk menjumpaiLiu Biao di Jingzhou. Cao Cao mengejar Liu Bei
yang akhirnya melepas pos pertahanannya di Fancheng dan mengungsi ke Xia Kou. Selanjutnya
Liu Bei bersekutu dengan Sun Quan untuk mengalahkan Cao Cao. Setelah kemenangan mutlak
di Pertempuran Chibi, Liu Bei sukses menempati daerah selatan Jing saat Zhou
Yu menghancurkan angkatan perang Cao Cao.

Setelah wafatnya Liu Biao dan putranya Liu Qi, Liu Bei menempati beberapa kabupaten di
provinsi Jing. Ia kemudian menikahi adik Sun Quan dan resmi menjadi Pelindung Jingzhou.

Pada tahun 211, ia berangkat ke Yizhou sambil berpura-pura membantu Liu


Zhang mengalahkan Zhang Lu. Saat ini, Liu Bei menerima dua rekomendasi untuk menempati
posisi Menhankam dan Panglima Distrik Ibukota. 3 tahun kemudian, Liu Bei berbalik melawan
Liu Zhang dan menguasai Cheng Du dan seluruh wilayah barat. Ia menjabat sebagai Pelindung
Yizhou dan pada tahun 219, ia mengangkat dirinya sebagai Raja Hanzhong.

Setelah melewati beberapa peperangan dengan Dong Wu dan Cao Wei, atas desakan Zhuge
Liang, Liu Bei mengumumkan dirinya sebagai Kaisar pada bulan April tahun 221. Perang
terakhirnya adalah melawan negeri Dong Wu sebagai aksi balas dendam setelah ekspedisi Wu
yang mengakibatkan terbunuhnya Guan Yu. Liu Bei dikalahkan oleh Lu Xun, jendral dari Sun
Quan di Yiling. Liu Bei menetap di Bai Di Cheng pasca kekalahan tersebut.

Zhuge Liang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Zhuge Liang

Zhuge Liang memegang kipas dari bulu sebagai ciri khasnya

Perdana menteri

Shu Han

Lahir 181
Yinan, Shandong, China

Wafat 234, aged 52-53


Wuzhang Plains, Shaanxi, China

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Zhg Ling

Wade-Giles Chu-ko Liang

Nama kehormatan Kongming ()

Nama anumerta Marquis Zhongwu ()

Nama lain Wlng () Crouching Dragon


Flng () Sleeping Dragon

Zhuge Liang (Hanzi: ) (181234 AD) adalah ahli strategi militer Tiongkok kuno yang
terkenal pada periode Tiga Kerajaan (220280 AD). Ia menjabat sebagai perdana menteri Shu
Han dengan kaisarnya bernama Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongmingdan nama
julukan Wlng, juga dikenal sebagai Cukat Liang atau Kong Beng di kalangan Tionghoa
Indonesia. Ia adalah salah satu tokoh sentral di balik berdirinya Tiga Kerajaan. Zhuge Liang
adalah seorang ahli strategi dan advisor dari Shu, dia sering dipanggil Sleeping Dragon atau
Naga Tidur. Dia jenius dalam banyak urusan, baik itu domestik dan urusan ke luar. Zhuge Liang
acapkali dilukiskan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Sebagai Penasehat Liu Bei


2Zhuge Liang dalam "Perang Besar ke Selatan"
3Pertempuran di Dataran Wu Zhang
4Silsilah keluarga Zhuge

Sebagai Penasehat Liu Bei[sunting | sunting sumber]


Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya membuat tiga kunjungan untuk
menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati
Liu Bei yang menangis karena mengenangkan nasib rakyat pada zaman peperangan itu, maka
ia menghambakan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi
kepada Liu Bei adalah "Longzhong Plan", yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah
Tiongkok, yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah
beberapa tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan Dinasti Han yang
telah rapuh.
Setelah Liu Bei wafat, Liu Bei mengamanatkan padanya untuk memulihkan kembali
kekuasaan Dinasti Han dan mengambil alih kekuasaan kalau-kalau anak Liu Bei, Liu Chan,
tidak becus dalam menjalankan negara. Walaupun Liu Chan terbukti tidak cakap, Zhuge Liang
masih menghargainya sebagai kaisarnya.

Zhuge Liang dalam "Perang Besar ke Selatan"[sunting | sunting


sumber]
Hal pertama yang dia lakukan adalah mengamankan daerah Nanman. Dan pada tahun 225 AD
dia menginvasi daerah Nanman dan berhasil menangkap pemimpinnya, Meng Huo. Zhuge Liang
kemudian menawarkan status aliansi kepada Nanman yang kemudian ditolak oleh Meng Huo.
Setelah Zhuge Liang menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali, akhirnya
Meng Huo mau menerima penawaran itu dan menjadi aliansi untuk Shu.
Setelah mengamankan daerah selatan dan memastikan tidak akan ada pemberontakkan dari
Nanman maka perang besar utara pun dilaksanakan. Pada tahun 227 AD Zhuge Liang
menginvasi Tian Shui dan berhasil merekrut seorang prajurit Wei yang cakap, Jiang Wei, untuk
bergabung dengan Shu. Jiang Wei kemudian ditunjuk menjadi penerus Zhuge Liang.
Tahun 228 AD Dia mengirimkan anak buahnya, Ma Su untuk mengambil daerah Jie Ting. Dan
perang antara Shu yang dikomandani oleh Ma Su dengan Wei yang dikomandani oleh Sima
Yi terjadi. Ma Su yang telah dilarang oleh Zhuge Liang untuk mendirikan perkemahan di puncak
gunung bersikeras melakukannya dengan alasan agar lebih mudah menghancurkan
perkemahan musuh. Namun, tak terpikirkan oleh Ma Su, ternyata hal itu malah
membuat Wei menjadi mudah menyerang. Pasukan Wei dipimpin oleh Zhang He menaiki bukit
menuju perkemahan Shu yang membuat Ma Su mundur dan kalah telak. Pada akhirnya, Ma Su
yang dijadikan penjahat negara dieksekusi mati oleh atasannya sendiri, Zhuge Liang.

Pertempuran di Dataran Wu Zhang[sunting | sunting sumber]


Tahun 229 AD Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang.
Chen Cang yang merupakan daerah Wei yang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara
Zhuge Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang
utamanya itu sangat terlindungi, namun dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang
akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang.
Perang besar utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tetapi Zhuge Liang meneruskannya
sampai ke dataran Wu Zhang. Pada awal kedatangan Shu ke daerah ini, Zhuge Liang sudah
jatuh sakit dan berita ini sampai ke Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang
mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan
harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu
meluluskan permintaan tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk
menghargai aliansi Wu-Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah
mengalami kekalahan. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai. Akhirnya
pada tahun 234 AD Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang
dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu
sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Komando pasukan Shu diambil alih
oleh Jiang Wei. Jiang Wei memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei.
Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau
Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin
bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han. Dan setelah perang
berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai
the greatest mind under heaven
Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah
kepada Wei pada tahun 263 AD (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Pada tahun 265
AD menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari
keluarga Cao dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 AD Cinaresmi dipersatukan
di bawah Dinasti Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya.
Kebesaran Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar
dalam sejarah Tiongkok.

Silsilah keluarga Zhuge[sunting | sunting sumber]


Zhuge Gui
Zhuge Jin
Zhuge Ke
Zhuge Zhuo
Zhuge Song
Zhuge Jian
Zhuge Qiao
Zhuge Rong
Zhuge Liang
Zhuge Qiao (adopsi)
Zhuge Pan
Zhuge Xian
Zhuge Zhan
Zhuge Shang
Zhuge Jing
Zhuge Jun
Zhuge Xuan
Zhuge Luo

Jiang Wei
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga
isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel inidengan
menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu olehPengurus.

Jiang Wei (, 202-264) adalah seorang jenderal dan ahli strategi Tiongkok pada Zaman Tiga
Negara. Ia pada awalnya mengabdi kepada Cao Rui, ia lalu mengabdi kepadaShu Han karena
muslihat Zhuge Liang. Ia bernama lengkap Jiang Boye. Ia menjadi penerus Zhuge Liang.
Jiang Wei dilahirkan pada zaman Han akhir. Ayahnya adalah seorang prajurit yang terbunuh
pada pemberontakan Qiang. Ia memiliki segala hal yang dimiliki untuk menjadi pendekar pada
abad kedua. Ia lebih hebat dari Zhao Yun dan konon mewarisi sebagian ilmu dari Zhuge Liang

Ekspedisi Utara Jiang Wei[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk kategori ini adalah Ekspedisi Utara Jiang Wei.
Dia pernah melancarkan sembilan invasi terhadap Cao Wei selama periode Tiga Kerajaan di
Cina. Setiap invasi terpaksa ditinggalkan akibat kurangnya persediaan makanandan
kekalahan dalam pertempuran.
Ekspedisi Jiang menghabiskan sumber daya Shu yang terbatas, dan

menyebabkan hancurnya Shu Han pada tahun 263. Selain lebih hebat dari Zhao Yun ia juga
lebih hebat dari Ma Chao dan Huang Zhong dia berkomplot bersama zhonghui untuk
mendirikan kembali shu namun mereka berdua dibunuh oleh Wei guan(bawahan zhonghui)

Guan Yu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Potret Guanyu dari Sancai Tuhui.

Tiga Bersaudara, lukisan karyaSekkan Sakurai (1715-1790)

Guan Yu (Hanzi: ) (160 - 219) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara.
Guan Yu dikenal juga sebagai Kwan Kong,Guan Gong, atau Kwan Ie, dilahirkan di kabupaten
Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia bernama lengkapGuan
Yunchang atau Kwan Yintiang.
Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia bersumpah setia mengangkat saudara
dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).

Daftar isi
[sembunyikan]

1Guan Yu dalam novel Kisah Tiga Negara


2Legenda Guan Yu dari segi pandang Buddhisme
3Biografi sejarah
4Guan Yu di era modern
5Guan Yu pada anime Jepang
6Lihat pula
7Referensi
8Pranala luar

Guan Yu dalam novel Kisah Tiga Negara[sunting | sunting sumber]


Pada masa Pemberontakan Sorban Kuning, tepatnya tahun 188, tiga orang rakyat jelata
bertemu di kabupaten Zhuo. Mereka adalah Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, yang memiliki
hasrat yang sama untuk berjuang membela negara dan mengembalikan ketentraman bangsa
Tiongkok yang sedang bergejolak. Tak lama, mereka bertiga bersumpah sehidup semati untuk
menjadi saudara di kebun persik yang terletak di halaman belakang rumah milik Zhang Fei. Liu
Bei sebagai kakak tertua, diikuti dengan Guan Yu dan Zhang Fei.
Guan Yu bertempur bersama Liu Bei dan Zhang Fei dalam menumpas Pemberontakan Sorban
Kuning. Tak lama, semenjak negeri Tiongkok dikuasai oleh Dong Zhuo, Liu Bei dan kedua
saudaranya bergabung dalam angkatan perang Gongsun Zan. Gongsun sendiri saat itu ikut
dalam suatu koalisi penguasa daerah yang menentang Dong Zhuo. Dong menempatkan Hua
Xiong untuk menjaga celahSishui. Hua Xiong seakan tidak terkalahkan setelah membunuh 4
perwira pasukan koalisi, yaitu Bao Zhong, Zu Mao, Yu Shen dan Pan Feng. Guan Yu yang
hanya seorang pemanah berkuda menawarkan diri untuk mengalahkan Hua Xiong. Saat tak ada
pemimpin koalisi yang percaya, Guan Yu berjanji untuk memberikan kepalanya apabila gagal.
Guan Yu kembali dengan kepala Hua Xiong saat anggur merahyang dituang Cao Cao sebelum
Guan Yu pergimasih hangat.
Dikenal sebagai seorang jendral yang tangguh, Guan Yu dibujuk Cao Cao untuk menjadi
pengikutnya saat ketiga bersaudara tercerai berai karena kejatuhan Xuzhou dan Xiapi. Zhang
Liao, seorang jendral Cao Cao dan kawan lama Guan Yu mencoba membujuk sang jendral
untuk menyerah. Guan Yu bersedia atas dasar 3 kondisi :

Guan Yu takluk kepada kekaisaran Han, bukan kepada Cao Cao.


Kedua istri Liu Bei harus dilindungi dan diberi penghidupan yang layak
Guan Yu akan segera meninggalkan Cao Cao setelah tahu keberadaan Liu Bei
Dengan kondisi itu, Guan Yu dapat menyerah tanpa melanggar sumpah saudara. Cao Cao
dengan gembira menyanggupinya. Bahkan Guan Yu diberi banyak hadiah, yang hampir
semuanya ia kembalikan ke Cao Cao kecuali kuda merah, kuda andalan yang sebelumnya
dimiliki oleh Lu Bu.
Saat bertempur melawan Yuan Shao di Pertempuran Baimajin, Cao Cao menugaskan Guan Yu
untuk melawan 2 jendral besar Yuan, yaitu Yan Liang dan Wen Chou. Guan berhasil
membinasakan keduanya dan mengakibatkan hubungan Yuan Shao dan Liu Beiyang saat itu
berlindung pada Yuan Shaomemburuk. Liu Bei akhirnya memutuskan untuk meninggalkan
Yuan Shao. Pada saat yang bersamaan, Guan Yu yang mengetahui di mana Liu Bei
memutuskan meninggalkan Cao Cao dan melakukan perjalanan untuk bertemu saudaranya.
Cao Cao tak dapat menahannya dan akhirnya membiarkan Guan Yu pergi.
Dalam perjalanan tersebut, Guan Yu semakin terkenal karena ia berhasil melewati 5 kota Cao
Cao dan membunuh 6 perwira yang menghalanginya. Diawali dengan mengawal kereta yang
membawa kedua isteri Liu Bei melewati celah Dongling (sekarang: FengFeng, provinsi Henan),
Guan dihentikan oleh Kong Xiu yang menolak memberi izin tanpa surat resmi dari Cao Cao.
Guan Yu tak memiliki pilihan lain selain membunuhnya.
Selanjutnya Guan Yu tiba di luar kota Luoyang. Gubernur kota itu, Han Fu membawa 1000
prajurit untuk menghalangi Guan Yu. Asisten Han Fu, Meng Tan maju untuk berduel dengan
Guan Yu. Ia mencoba menjebak Guan Yu, tetapi kuda Guan Yu lebih cepat dan Meng Tan tewas
terbelah golok Guan Yu. Saat itu Han Fu berhasil memanah lengan Guan Yu. Tanpa takut, Guan
Yu mengejar Han Fu dan menebasnya.
Saat melewati celah Sishui (sekarang: Xingyang, provinsi Henan), penjaga celah tersebut, Bian
Xi memimpin 200 anak buahnya untuk menjebak Guan Yu di sebuah kuil. Salah seorang
pendeta memperingati Guan Yu yang berhasil mengatasi jebakan dan membunuh Bian Xi.
Wang Zhi, gubernur Xingyang mencoba jebakan yang sama. Berpura-pura baik kepada Guan
Yu, ia menempatkan Guan Yu di sebuah tempat peristirahatan. Malamnya ia menyuruh Hu Ban,
anak buahnya, untuk membakar tempat tersebut. Ternyata ayah Hu Ban (Hu Hua) pernah
menitipkan surat pada Guan Yu, yang disampaikan Guan Yu kepada Hu Ban. Hu Ban lalu
membocorkan rencana Wang Zhi dan membantu Guan Yu melarikan diri. Saat dikejar, Guan Yu
berhasil membunuh Wang Zhi.
Akhirnya rombongan Guan Yu tiba di tepi selatan sungai Kuning. Saat hendak menyebrang
sungai, Qin Qi yang berusaha menghalangi, menemui ajalnya di ujung golok Guan Yu.
Selama perjalanan tersebut, Guan Yu juga berhadapan dengan Xiahou Dun yang tetap tidak
ingin memberi jalan pada Guan Yu sampai Zhang Liao menyampaikan padanya pesan Cao Cao
untuk mengizinkan Guan Yu pergi. Saat itu Liu Bei sudah pindah ke Runan. Di akhir perjalanan,
Guan Yu bertemu Zhang Fei yang murka pada Guan Yu karena menduga ia telah berkhianat.
Guan akhirnya bisa membuktikan dengan mengalahkan Cai Yang yang mengejarnya demi
membalaskan dendam atas terbunuhnya Qin Qi, keponakannya.

Legenda Guan Yu dari segi pandang Buddhisme[sunting | sunting


sumber]
Sangharama Bodhisattva adalah gelar atau sebutan lain untuk jendral ini. Jenderal yang sangat
gagah dan setia ini menjadi pengikut Buddha setelah bertemu dengan seorang bhiksu bernama
Pu Jing di gunung Yuquan. Saat itu arwahnya sedang menuntut balas atas perbuatan para
jendral Wu yang memenggal dirinya. Ia berteriak "kembalikan kepalaku!!" Bhiksu Pu Jing lalu
berkata, "Kepada siapakah Yan Liang, Wen Chou, dan para panglima lain yang kepalanya kau
tebas berteriak?" Guan Yu lalu sadar dan berlindung kepada Sang Triratna dan Dhamma.
Keberadaan Bhiksu Pu Jing sendiri disebutkan dalam sejarah dan tempat gubuknya berdiri di
gunung Yuquan sekarang menjadi kuil Yuquan.

Biografi sejarah[sunting | sunting sumber]


Patung 3 Bersaudara (Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei)

Guan Yu bernama lengkap Yunchang (bernama asli Changsheng), berasal dari Hedong dan
pernah menjadi buron di distrik Zhuo. Saat Liu Bei mengumpulkan pasukan di desanya, Guan Yu
dan Zhang Fei membantunya untuk melawan para pemberontak. Liu Bei kemudian diangkat
menjadi Gubernur Pingyuan, sedangkan Guan Yu dan Zhang Fei sebagai walikota. Mereka
bertiga tinggal bersama dalam satu atap bagaikan saudara. Saat Liu Bei membunuh Che Zhou,
gubernur Xuzhou, dia memerintahkan Guan Yu untuk mengatur pemerintahan kota Xiapi,
sedangkan ia mengatur di Xiaopei.
Pada tahun ke-5 JianAn (200 M), Cao Cao menguasai wilayah Liu Bei dan Liu Bei mencari
suaka pada Yuan Shao. Cao Cao berhasil menangkap Guan Yu dan mengangkatnya menjadi
perwira, dengan pangkat Pian Jiangjun (Letnan Jendral). Yuan Shao mengirim jendralnya Yan
Liang untuk menyerang Liu Yan di Baima, dan Cao Cao membalas dengan mengirimkanZhang
Liao sebagai panglima pelopor. Guan Yu yang melihat payung kebesaran Yan Liang langsung
memburunya dan membunuh Yan Liang. Ia membawa kepala Yan Liang sedangkan pasukan
Yuan Shao mundur dari pertempuran. Guan Yu dianugerahi gelar Hanshou Tinghou
(Marquis Hanshou).
Awalnya Cao Cao merasa puas dengan Guan Yu tetapi lama kelamaan tahu bahwa Guan Yu
ragu untuk menetap. Akhirnya ia memerintahkan Zhang Liao untuk menemui dan membujuknya.
Jawab Guan Yu, "Saya sangat memahami penghormatan yang diberikan Cao Cao, namun
jendral Liu (Bei) juga telah memperlakukan saya dengan baik maka saya bersumpah untuk mati
bersamanya dan tak akan mengkhianatinya. Saya tak akan tinggal di sini selamanya, tetapi saya
mau menorehkan jasa besar sebelum pergi untuk membayar kebaikan Cao Cao." Zhang Liao
menjelaskan hal itu kepada Cao Cao yang terkesan dengan kebaikannya. Melihat Guan Yu
membunuh Yan Liang, Cao Cao mengerti Guan Yu akan segera meninggalkannya, maka ia
segera membanjirinya dengan hadiah. Guan Yu menyegel semua hadiah itu sambil
menyerahkan surat pengunduran diri sebelum pergi menyusul Liu Bei. Cao Cao mencegah anak
buahnya mengejar sambil berkata "Semua punya tuannya masing-masing, janganlah kita
memburunya."
Tak lama Liu Bei bergabung dengan Liu Biao. Saat Liu Biao meninggal, Cao Cao mengamankan
Jingzhou dan Liu Bei harus mengungsi ke selatan. Liu Bei mengutus Guan Yu membawa
beberapa ratus kapal untuk menemuinya di Jiangling. Cao Cao mengejar sampai ke jembatan
Changban sehingga Liu Bei harus menyeberanginya untuk bertemu Guan Yu dan bersamanya
pergi ke Xiakou. Sun Quan mengirim pasukan untuk membantu Liu Bei bertahan dari Cao Cao,
hingga Cao Cao menarik mundur pasukannya. Liu Bei kemudian menentramkan wilayah
Jiangnan, mengadakan upacara penghormatan korban perang, mengangkat Guan Yu sebagai
gubernur Xiang Yang dan menggelarinya Dangkou Jiangjun (Jendral yang Menggentarkan
Penjahat). Guan Yu ditempatkan di utara sungai Kuning.
Saat Liu Bei menentramkan Yizhou, dia mengutus Guan Yu untuk menjaga Jingzhou. Guan Yu
mendapat kabar Ma Chao menyerah. Karena ia belum pernah berkenalan, maka ia mengirim
surat pada Zhuge Liang, "Siapa yang dapat menandingi kemampuan Ma Chao?" Untuk menjaga
perasaan Guan Yu, Zhuge Liang menjawab, "Ma Chao sangat pandai dalam seni literatur dan
seni perang, lebih kuat dan berani dari kebanyakan orang, seorang pahlawan yang dapat
menandingi Qing atau Peng dan dapat menjadi tandingan Zhang Fei yang hebat, tetapi dia
bukan yang dapat menandingi Sang Jendral Berjanggut Indah" (yaitu Guan Yu). Guan Yu
bangga membaca surat itu dan menunjukkannya pada tamu-tamunya yang hadir.

Patung Guan Yu di Semarang

Guan Yu pernah terkena panah pada lengan kirinya, walaupun lukanya sembuh, tetapi tulangnya
masih terasa sakit terutama pada saat hawa dingin ketika hujan turun. Seorang tabib bernama
Hua Tuo berkata "Ujung panahnya diberi racun, dan telah menyusup ke dalam tulang.
Penyembuhannya dengan cara membedah lengan dan mengikis tulang yang terinfeksi racun
sebelum menjadi parah di kemudian hari." Guan Yu langsung menyingsingkan lengan baju dan
meminta sang tabib menyembuhkannya. Saat dibedah, Guan Yu makan dan minum dengan
perwiranya walaupun darah terus mengucur dari lengannya. Selama proses itu berlangsung,
Guan Yu menengguk arak, bersenda gurau dan bermain Weiqi(GO) melawan Ma Liang seperti
biasa.
Tahun ke-24 Jian An (219), Liu Bei mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong dan mengangkat
Guan Yu menjadi Qian Jiangjun(Jendral Garis Depan). Pada tahun yang sama, Guan Yu
memimpin tentaranya untuk menyerang Cao Ren di benteng Fan. Cao Cao mengirim Yu
Jin untuk membantu Cao Ren. Saat itu musim dingin dan hujan turun teramat derasnya sehingga
meluapkan air sungai Han. Akhirnya ketujuh pasukan yang dipimpin Yu Jin seluruhnya hanyut.
Yu Jin menyerah pada Guan Yu yang lalu mengeksekusiPang De. Perampok daerah Liang yaitu
Jia dan Lu direkrut oleh Guan Yu untuk membantunya dalam pertempuran tersebut. Sejak itu
nama Guan Yu terkenal di seluruh dataran Tiongkok.
Cao Cao lalu mendiskusikan dengan para pembantunya apakah relevan untuk memindahkan
ibukota negara ke Xudu untuk menghindari pertempuran dengan pasukan Guan Yu yang
terkenal kuat. Sima Yi menolak ususlan itu dan mengusulkan hal lain. Dia memperkirakan
bahwa Sun Quan juga tidak akan membiarkan Guan Yu meraih kemenangan berikutnya, oleh
sebab itu Sima Yimenyusun strategi dan mengirim utusan kepada Sun Quan, memohon agar
pasukannya menyerang pasukan Guan Yu dari belakang dan sebagai imbalan maka Sun Quan
akan mendapatkan Jiangnanhal ini juga bertujuan agar pasukan di benteng Fan akan
bergabung juga dengan Sun Quan untuk memperkuat aliansi. Cao Cao akhirnya menerima
usulan ini.
Perseteruan antara Guan Yu dan Sun Quan pada awalnya terjadi ketika Sun Quan mengirimkan
utusan ke Guan Yu untuk mengungkapkan keinginannya mempersunting anak perempuan dari
Guan Yu untuk dipersandingkan dengan anak laki-lakinya. Tetapi Guan Yu menghina utusan
tersebut dan menolak proposal yang diajukan. Sun Quan sangat marah dan merasa terhina
dengan penolakan itu dan menyimpan dendam terhadap Guan Yu. Hal inilah yang dimanfaatkan
oleh Sima Yi untuk memperlemah posisi Guan Yu.
Disamping itu ada juga hal lain yang turut memperlemah posisi Guan Yu dalam peperangan
ini. Mi Fang, Gubernur Nanjun di kota Jiangling dan Jenderal Fu Shiren, yang bertugas di Gong
An, yang menjadi bagian dari pasukan Guan Yu merasa Guan Yu tidak pernah menganggap
mereka. Bahkan sejak terakhir kalinya Guan Yu mengirimkan pasukan ke medan perang, Mi
Fang and Fu Shiren hanya ditugaskan untuk menjaga suplai persediaan makanan dan senjata di
garis belakang dan tidak terlibat sama sekali dalam setiap peperangan. Isu tersebut terdengar
oleh Guan Yu dan dia memutuskan akan menjatuhkan hukuman kepada mereka setelah kembali
dari medan perang. Mendengar berita itu, Mi Fang and Fu Shiren sangat ketakutan. Sun Quan
menggunakan kesempatan ini untuk menggoyahkan loyalitas mereka dengan memerintahkan
pasukan mereka untuk menyerah, dan akhirnya hal itu terjadi, sehingga pasukan Wu bisa
menguasai daerah tersebut. Cao Cao lalu mengutus Xu Huang untuk membantu Cao Ren dalam
mempertahankan benteng Fan dari gempuran pasukan Guan Yu; Guan Yu tidak berhasil dalam
misinya untuk menaklukkan Cao Cao dan akhirnya mundur, akan tetapi pasukan Sun Quan telah
menguasai Jiangling dan menyandera istri-istri dan anak-anak dari pasukan Guan Yu. Hal ini
membuat perpecahan di dalam pasukan Guan Yu. Akhirnya Sun Quan mengirimkan jenderal-
jenderalnya untuk menangkap Guan Yu dan kemudian menghukum mati Guan Yu beserta
anaknya Guan Ping di Lingju.
Dian Lue: Ketika Guan Yu mengepung kota Fan, Sun Quan mengirim utusan untuk membantu.
Ia memerintahkan utusan itu untuk tidak terburu-buru, tetapi mengirimkan pegawai sipil
berpangkat tinggi kepada Guan Yu. Guan Yu kesal dengan keterlambatan itu, apalagi saat itu ia
sudah menangkap Yu Jin sehingga ia mencela "Jika kalian gurita kecil berani menyerang kota
Fan, tidakkah kau pikir saya dapat menghancurkan kau?"
Pei Song Zhi: Hamba pikir walaupun Shu dan Dong terlihat akur, tetapi terdapat kecurigaan
berlebihan antara keduanya akan kepentingan satu sama lainnya. Ini sebabnya mengapa Sun
Quan diam-diam menyerang Guan Yu. Menurut Lu Meng Zhuan (Biografi Lu Meng) : "Pasukan
gerilya telah disiapkan dalam kapal besar dan rakyat jelata yang menyamar sebagai pedagang
diperintahkan untuk mengayuh kapal tersebut." Jika memang ada niat baik untuk membantu dari
pihak Wu, mengapa Sun Quan merahasiakan pasukan itu?
(7)Shu Ji (Buku Shu): Guan Yu dan Xu Huang adalah teman dekat dan saling berkomunikasi
walau terpisah jarak yang jauh. Namun mereka hanya membicarakan hal-hal sepele yang tidak
berhubungan dengan urusan kemiliteran. Saat bertempur, Xu Huang berteriak "Siapa yang
dapat mengambil kepala Guan Yu akan dihadiahkan seribu keping uang emas!" Guan Yu
terkejut dan bertanya "Kakak, mengapa kau berbicara seperti itu?" Jawab Xu Huang,"Ini adalah
urusan negara."
(8)Shu Ji (Buku Shu): Sun Quan memerintahkan pasukannya untuk menyerang dan menangkap
Guan Yu serta putranya, Guan Ping. Sun Quan ingin keduanya hidup-hidup sebagai tameng
serangan Shu dan Wei. Tetapi anak buahnya berdalih "Membiarkan sarang serigala sama saja
mengasuh bencana di kemudian hari. Cao Cao telah mengalaminya,sampai harus memindahkan
ibukotanya. Bagaimana mungkin kita membiarkannya hidup?" Maka, Guan Yu dan putranya
dihukum mati.
Pei Song Zhi: Hamba ingin menegaskan Buku Wu, yang mengatakan Sun Quan mengirimkan
jendral Pan Zhang untuk menghambat jalur larinya Guan Yu yang kemudian dieksekusi mati di
tempat. Jarak antara Lin Ju dan Jiangling sekitar 200 sampai 300 mil, sehingga Guan Yu tidak
mungkin dibiarkan hidup sampai Sun Quan dan perwiranya selesai berdebat apakah perlu
melepaskannya. Pernyataan "Sun Quan ingin keduanya hidup-hidup sebagai tameng
serangan Shu dan Wei" adalah tidak benar. Wu Li (Buku Kronologis Negeri Wi) mengatakan
"Sun Quan mengirim kepala Guan Yu ke Cao Cao saat perwiranya menyiapkan pemakaman
yang layak bagi sisa jasadnya."
Guan Yu dianugerahi gelar anumerta Zhuangzhou Hou (Marquis Zhuangzhou). Putranya, Guan
Xing menggantikannya. Guan Xing, bernama lengkap Anguo, jarang mempertanyakan perintah
sehingga amat disukai oleh perdana menteri Zhuge Liang. Guan Xing diangkat menjadi
Shizhong (Ajudan Istana) dan Zhongjiangjun (Jendral Pasukan Utama/Tengah) saat
kesehatannya menurun. Beberapa tahun kemudian ia wafat dan digantikan putranya, Guan Tong
sebagai Huben Zhonglang Jiang (Jendral yang memiliki Kelincahan Macan). Guan Tong wafat
tanpa memiliki keturunan laki-laki.
(9)Shu Ji (Buku Shu): Saat Guan Yu bertolak ke kota Fan, ia bermimpi seekor babi hutan
menggigit kakinya. Yu Zi Ping berkata "Kau akan hancur pada tahun ini, dan tidak akan kembali
bangkit."
(10)Shu Ji (Buku Shu): Putra Pang De, Pang Hui bertempur di bawah Zhong Hui dan Deng
Ai untuk menghancurkan Shu. Saat merebut Shu, ia membinasakan seluruh anggota keluarga
Guan yang masih hidup.

Guan Yu di era modern[sunting | sunting sumber]


Di game buatan KOEI yaitu Dynasty Warriors, Guan Yu digambarkan sebagai panglima gagah,
tinggi dan berwibawa. senjatanya adalah Guan Dao bernama "Blue Dragon Spike" atau "Green
Dragon Halbred". di serial ke 7, dia membunuh Hua Xiong dan bergabung dengan Cao
Cao pada pertempuran Guandu. dia mengakhiri hidupnya di "Fan Castle" pada pertempuran
melawan Wu dan Wei.

Guan Yu pada anime Jepang[sunting | sunting sumber]


Anime Jepang yang sangat populer Ikkitousen juga mengungkap kisah ini, namun dikarenakan
bernuansa fanservice, anime ini membuat perubahan secara zaman dan postur tubuh, serta
jenis kelamin dari Guan Yu. Guan Yu dikenal sebagai Kanu Unchou pada anime seri Ikkitousen
ini. Ditemani juga oleh 2 panglima terdekatnya Ryuubi Gentoku (Liu Bei) dan Chouhi Ekitoku
(Zhang Fei).
Walau terkesan aneh, namun menurut cerita anime Ikkitousen, Sousou Motoku (Cao Cao)
pimpinan kerajaan Wei terkesan tertarik dengan Kanu-Unchou.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Zaman Tiga Negara
Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara

Referensi[sunting | sunting sumber]


Catatan Sejarah Tiga Negara versi bahasa Inggris
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
(Indonesia) Kisah Hidup Guan Yu
(Inggris) Kelenteng Kwan Sing Bio
(Inggris) Kelenteng Guan Yu di Xuchang
(Inggris) Lukisan Kisah Pengobatan Tulang Guan Yu

5 Jenderal Macan Shu Han

Guan Yu | Zhang Fei | Zhao Yun | Huang Zhong | Ma Chao

Zhang Fei
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Karakter Zhang Fei dalam serial TVSan Guo Yan Yi

Zhang Fei (Hanzi:),bernama lengkap Zhang Yide ( / ), saudara angkat


termuda dari Liu Bei dan Guan Yu dan seorang panglima perang terkenal pada Zaman Tiga
Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan Zhong. Di kalangan Tionghoa
Indonesia, ia dikenal juga dengan nama Tio Hoei.

Biografi Sejarah[sunting | sunting sumber]


Zhang Fei (Zhang Yide) berasal dari daerah Zhuo dan telah berteman dengan Liu Bei dan Guan
Yu sejak muda. Guan Yu yang lebih tua beberapa tahun menjadi kakak angkat Zhang Fei. Liu
Bei bergabung di bawah komando Cao Cao saat penaklukkan Lu Bu. Pada masa itu, Zhang Fei
mengikuti Liu Bei ke Xu Du, dan diangkat menjadi Zhonglang Jiang. Di kemudian hari, Liu Bei
meninggalkan Cao Cao untuk bergabung dengan Yuan Shao,lalu Liu Biao.

Saat Liu Biao meninggal, Cao Cao memasuki daerah Jingzhou, sehingga Liu Bei harus kabur
ke Jiangnan. Cao Cao mengejar dan selang sehari semalam pasukannya telah sampai
di Changban, Dangyang. Saat mengetahui hal itu, Liu Bei meninggalkan istri dan putranya dan
memerintahkan Zhang Fei untuk memimpin 20 prajurit berkuda untuk menjaga barisan belakang.
Zhang Fei menghancurkan jembatan yang membatasi kedua pasukan. Sambil berjaga-jaga,
Zhang menatap ke arah pasukan Cao Cao dan berkata "Saya Zhang Yide, dan siapa saja boleh
maju dan bertarung melawan saya sampai mati!" Tak ada satupun yang berani sehingga
pertempuran berhasil dihindari.

Sejak itu, Liu Bei berhasil mengamankan Jiangnan dan menunjuk Zhang Fei sebagai gubernur
Yidu dan memberinya gelar Zhenglu Jiangjun (Jenderal yang Menaklukkan Pemberontak)
dan Marquis Xinting. Tak lama kemudian, dia dipindahkan ke Nanjun.

Patung Zhang Fei

Ketika Liu Bei memasuki Yizhou dan menyerang Liu Zhang, Zhang Fei bersama Zhuge
Liang dan lainnya menelusuri arus sungai sambil menaklukkan beberapa kabupaten dan
pangkalan militer di sana. Mereka tiba di Jiangzhou dan menangkap jenderal Liu Zhang yang
juga pemimpin pangkalan militer Ba, Yan Yan hidup-hidup. Zhang Fei mencaci Yan Yan,
"Pasukan kami telah tiba, mengapa Anda tidak menyerah, malah mencoba melawan kami?"
Jawab Yan Yan, "Kalian tidak punya alasan untuk menyerang daerah kami. Di sini tidak dikenal
jendral yang menyerah; cuma ada jendral tanpa kepala." Zhang Fei menjadi murka dan
menyuruh tentaranya untuk memenggal kepalanya, tetapi Yan Yan yang tidak bergeming
berkata, "Jika ingin bunuh saya, lakukanlah, mengapa Anda marah-marah?" Zhang Fei terkesan
dengan ketegarannya hingga ia melepaskan Yan Yan dan menjamunya seakan seorang tamu
kehormatan.

Zhang Fei bergerak menuju Yizhou dan memenangkan seluruh pertempuran untuk akhirnya
bertemu dengan pasukan Liu Bei diChengdu. Yizhou akhirnya ditentramkan. Zhuge Liang, Fa
Zheng, Zhang Fei dan Guan Yu masing-masing dianugerahi 500 kati emas, 1000 kati perak dan
5000 keping uang serta 1000 lembar sutera. Sisanya dibagikan ke seluruh jajaran pasukan.
Zhang Fei juga diangkat menjadi gubernur Baxi.

Cao Cao mengalahkan Zhang Lu dan menempatkan Xiahou Yuan dan Zhang He untuk menjaga
Hanchuan. Zhang He memimpin beberapa tentara dari pasukan utama menuju selatan ke arah
Baxi dan mencoba memindahkan rakyat jelata ke Hanzhong. Ketika Zhang He dan pasukannya
memasuki Dangqu, ia langsung bertempur melawan Zhang Fei selama 50 hari. Zhang Fei
memimpin sekitar 10000 pasukan khusus untuk melakukan serangan dadakan ke arah Zhang
He. Rute di pegunungan sangat sempit sehingga pasukan Zhang He tidak dapat saling
membantu satu sama lainnya, maka Zhang Fei menang telak di pertempuran itu. Zhang He
terpaksa meninggalkan kudanya dan melarikan diri lewat daerah pegunungan hanya disertai
belasan prajurit. Akhirnya Zhang Fei memimpin pasukannya untuk mundur ke Nanzheng, dan
rakyat Ba menjadi tenang kembali.
Ketika Liu Bei menjadi Pangeran Hanzhong, dia memberi Zhang Fei pangkat You Jiangjun
(Jenderal Pasukan Kiri). Pada tahun pertama ZhangWu (221 M), Zhang Fei diangkat menjadi
Cheqi Jiangjun (Jenderal Kereta Kuda dan Kavaleri), Direktur Kolonel dari Pejabat Rumah
Tangga Negara dan Marquis of Xixiang. Pada pidatonya, Liu Bei berkata, "Saya hanya
melaksanakan titah dari Langit untuk menumpas keresahan negara ini dan membawa stabilitas
keamanan kepada bangsa kita. Saat ini banyak pemberontak yang membawa kehancuran,
mengakibatkan kesengsaraan rakyat. Mereka yang membela dinasti Han akan menunggu suatu
langkah yang akan diambil menghadapi kerusuhan. Saya merasa khawatir dan tidak tenang saat
saya duduk di sini sampai tidak dapat merasakan nikmatnya makanan, sambil mengumpulkan
pasukan untuk mendengarkan janji saya kepada Langit dan hasrat untuk melaksanakan
keinginan Langit. Saya butuh kesetiaan Anda sambil saya mengumpulkan talenta-talenta terbaik
dan berharap misi ini dapat tersebar luas agar menjadi jelas bagi semua pihak, untuk
memperingati para ningrat yang berkuasa di ibukota. Dengan berkat Yang Maha Kuasa, saya
akan menganugerahi yang benar dan menumpas yang jahat."

Pada awalnya, Zhang Fei dianggap lebih payah daripada Guan Yu, di luar dari kekuatan dan
keperkasaannya, tetapi penasihat Cao Wei seperti Cheng Yu mengatakan bahwa Guan Yu dan
Zhang Fei "mampu bertarung melawan selaksa pasukan". Guan Yu baik terhadap anak buahnya
tetapi besar kepala terhadap kesatria lainnya. Sebaliknya, Zhang Fei menghormati kesatria,
tetapi kasar terhadap anak buahnya. Liu Bei sering mengingatkannya, "Engkau membunuh
secara berlebihan dan sering menghajar prajuritmu. Hati-hati suatu saat engkau akan mendapat
masalah dengan anak buahmu." Walaupun ia agak khawatir tetapi ia tidak juga berubah.

Ketika Liu Bei melakukan ekspedisi melawan Dong Wu, Zhang Fei menggerakkan sekitar 100
ribu pasukan dari Langzhong untuk bertemu dengan pasukan utama di Jiangzhou. Sebelum ia
tiba, anak buahnya yang bernama Zhang Da dan Fan Jiang membunuhnya dan membawa
kepalanya pada Sun Quan sambil menyerahkan diri. Ketua penyelia di markas Zhang Fei
langsung melaporkan kejadian itu kepada Liu Bei yang langsung berkata "Zhang Fei telah mati!"
Zhang Fei diberi gelar anumerta Marquis YueHeng. Putra tertuanya, Zhang Bao meninggal di
usia muda, sedangkan putra keduanya Zhang Shao menggantikan ayahnya dan diangkat
sebagai pejabat istana dan sekretaris negara. Putra Zhang Bao, Zhang Zun juga diangkat
menjadi sekretaris negara dan mengikuti Zhuge Zhan ke Mianzhu, di mana ia terbunuh dalam
pertempuran melawan Deng Ai.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Zaman Tiga Negara


Kisah Tiga Negara
Catatan Sejarah Tiga Negara

Referensi[sunting | sunting sumber]

Biografi sejarah diterjemahkan dari Catatan Sejarah Tiga Negara versi bahasa Inggris
Zhao Yun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Karakter Zhao Yun dalam serial TV San Guo Yan Yi


Zhao Yun (Hanzi: ) (168 - 229) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara.
Ia terakhir mengabdi pada negara Shu Han. Ia lahir di Zhending (sekarang kabupaten
Zhengding, provinsi Hebei). Zhao Yun bernama lengkap Zhao Zilong.
Pertama mengabdi kepada Gongsun Zan, ia kemudian tidak menyerah kepada Yuan Shao yang
menaklukkan Gongsun Zan. Setelah itu, ia bertemuLiu Bei dan memutuskan untuk mengabdi
kepadanya. Setelah Liu Bei wafat ia menjaga Liu Chan Sampai akhir hayat.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Zhao Yun dalam novel Zaman Tiga Negara


2Zhao Yun di era modern
3Lihat pula
4Referensi

Zhao Yun dalam novel Zaman Tiga Negara[sunting | sunting sumber]


Zhao Yun (168-229), bernama lengkap Zhao Zilong, yang berarti anak naga, lahir di Zhending,
provinsi Chang shan (sekarang Hebei, China bagian utara). Zhao Yun dikenal sebagai satu di
antara Lima Jendral Harimau yang mengabdi kepada Liu Bei.
Zhao Yun awalnya menjadi jendral dari Gongsun Zan yang berkuasa di daerah tersebut sekitar
akhir tahun 191 M. Ia mengawali kariernya sebagai komandan grup kecil relawan desa. Pada
tahun 192 M, ia ditempatkan dibawah komando Liu Bei sebagai komandan pasukan kavaleri,
yang waktu itu masih menjadi mayor di bawah pemerintahan Gongsun Zan.
Zhao Yun pergi meninggalkan Gongsun Zan dan Liu Bei sementara waktu, untuk menghadiri
pemakaman kakak laki-lakinya. Ia kembali bergabung dengan Liu Bei pada tahun 200 M.
Hubungan Zhao Yun dan Liu Bei begitu baik, sehingga menurut cerita rakyat, mereka pernah
tidur di tempat tidur yang sama, pada saat darurat di kota Ye. Zhao Yun juga dipercaya untuk
merekrut orang secara diam-diam untuk memperkuat pasukan Liu Bei. Sejak itulah, Zhao Yun
menjadi pengikut setia Liu Bei.
Setelah Gongsun Zan wafat, Zhao Yun tetap mengabdi pada Liu Bei karena ia melihat kebaikan
Liu Bei yang begitu mendalam.
Sewaktu pertempuran di Chang Ban (sekarang, dekat kota Yichang, Provinsi Hebei), pada tahun
208 M, Zhao Yun diutus untuk menyelamatkan istri dan anak Liu Bei, Liu Chanyang masih bayi.
Ketika Zhao Yun sampai di sana, istri Liu Bei tidak mau membebani Zhao Yun, karena jalan
kembalinya sangat berbahaya. Maka Zhao Yun membawa sendiri anak Liu Bei dengan
mengendarai kudanya, dan menerobos kepungan pasukan Cao Cao yang jumlahnya sangat
banyak, dengan berani Zhao Yun mempertaruhkan nyawanya selama perjalanan kembali
dengan menembus dan mengalahkan banyak pasukan Cao Cao dengan seorang diri.

Zhao Yun dikenal sebagai jendral Yijun, setelah Liu Bei menguasai Cheng Du. Pada saat Liu
Chan dinobatkan menjadi kaisar Shu pada tahun 223 M, Zhao Yun menerima gelar "Jendral
yang menahlukkan Daerah Selatan", dan dinobatkan sebagai Marquis Yongchangting.
Kemudian dia dipromosikan menjadi "Jendral yang memelihara Perdamaian di Timur".
Tahun 227 M, Zhao Yun, dikenal sebagai jendral tanpa tanding di Shu, ditemani Zhuge
Liang melakukan ekspedisi utara pertama menuju Hanzhong. Pada musim semi berikutnya,
Zhao diperintahkan untuk memimpin barisan melalui Yegu, untuk mengalihkan perhatian musuh
terhadap pasukan inti Liu Bei, yang berbaris melalui Qishan. Zhao Yun bertemu pasukan Wei
yang dipimpin oleh jendral Cao Zhen yang terkenal. Setelah berhasil menahan gempuran
serangan pasukan Wei, Zhao Yun menarik pasukannya secara teratur. Ia dikaruniai gelar
"jendral yang memelihara Perdamaian Dalam Armada".
Sekitar tahun 229 M, Zhao Yun wafat di Hanzhong. Kematiannya ditangisi oleh banyak pasukan
dan perwira Shu. Ia menerima anugrah anumerta Marquis Shunping dari Liu Chan pada tahun
261 M.
Zhao Yun mempunyai dua orang anak laki-laki, Zhao Tong dan Zhao Guang. Zhao
Guang menjadi bawahan jendral Jiang Wei, dan gugur di medan pertempuran di Ta Zhong.

Zhao Yun di era modern[sunting | sunting sumber]


Zhao Yun merupakan salah satu jendral pada game buatan KOEI, Dynasty Warriors. Zhaou Yun
digambarkan berambut panjang dan mahir menggunakan tombak. Dia salah satu pengawal
sekaligus saudara dari Liu Bei. Dia juga mahir dalam berkuda.

Huang Zhong
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lukisan Huang Zhong pada zaman Dinasti Qing.


Huang Zhong (Hanzi:),bernama lengkap Huang Hansheng (), seorang jendral
dari Zaman Tiga Negara. Huang Zhong adalah salah satu dari Lima Jenderal Macan Shu Han

Daftar isi
[sembunyikan]

1Biografi sejarah
2Galeri
3Lihat pula
4Pranala luar

Biografi sejarah[sunting | sunting sumber]


Huang Zhong adalah penduduk asli Nanyang. Ia ditunjuk oleh penguasa Jingzhou, Liu
Biao sebagai Zhonglang Jiang dan menjaga provinsiChangsha dengan keponakan Liu Biao, Liu
Pan. Ketika Cao Cao menyerang Jingzhou, Huang pura-pura bersekutu dengannya. Huang
diangkat sebagai Shan Jiangjun (Wakil Jendral) dan tetap bertugas di bawah pimpinan gubernur
Changsha,Han Xuan.
Ketika Liu Bei berhasil menyatukan beberapa provinsi di Selatan, Huang bergabung dengannya.
Ia ikut serta dalam penaklukan negeri Shu. Sejak ditugaskan di Jiameng dan perang
melawan Liu Zhang, Huang selalu menjadi yang pertama dalam melakukan penyerangan
terhadap musuh, dan jasa-jasanya dikenang oleh seluruh pasukan. Setelah penaklukan Yizhou,
Huang diangkat menjadi Taolu Jiangjun (Jendral yang Menumpas Pemberontak).
Di gunung Dingjun, Huang bertarung melawan pasukan Xiahou Yuan. Saat itu pasukan Xiahou
Yuan merupakan pasukan elite yang sangat terlatih, sehingga Huang berkesimpulan bahwa
pasukan tersebut mudah diprovokasi. Selanjutnya ia memerintahkan pasukannya untuk
memancing pengejaran pasukan lawan sampai ke lembah. Di tengah bisingnya suara tambur
perang dan sorak sorai, pasukan Huang Zhong membunuh Xiahou Yuan dalam pertempuran
pertama sehingga pasukan Xiahou tercerai berai. Dari kemenangan tersebut, Huang diangkat
menjadi Zhenxi Jiangjun (Jendral yang Menaklukkan Wilayah Barat).
Ketika Liu Bei menjadi pangeran Hanzhong, Huang diangkat menjadi Hou Jiangjun (Jendral
Pasukan Belakang). Kata Zhuge Liang kepada Liu Bei, "Dahulu. ketenaran Huang Zhong jauh di
bawah Ma Chao dan Guan Yu. Tetapi setelah pertempuran ini, dia bisa dianggap setara dengan
mereka. Ma Chao dan Zhang Fei menyaksikan sendiri buktinya sehingga mereka seharusnya
setuju. Akan tetapi, Guan Yu tidak bersama kita saat ini, dan jika ia mendengarnya, dia tidak
akan senang." Jawab Liu Bei, "Aku akan menjelaskannya secara pribadi." Maka Huang
disejajarkan dengan Guan Yu dan yang lainnya, serta dianugerahi gelar Marquis GuanNei. Pada
tahun berikutnya, Huang Zhong meninggal dunia dan digelari Marquis Gang. Huang Zhong
memiliki putra bernama Huang Xu tetapi ia meninggal dalam usia muda.

Galeri[sunting | sunting sumber]


Karakter Huang Zhong dalam serial TV San Guo Yan Yi


Karakter Huang Zhong dalam Romance of Three Kingdoms IX

Ma Chao
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Karaktar Ma Chao dalam serial TV San Guo Yan Yi

Karaktar Ma Chao dalam Romance of Three Kingdoms IX


Ma Chao (Hanzi:),bernama lengkap Ma Mengqi (), putra tertua dari Ma Teng,
seorang jendral pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan
Zhong, Ma Chao juga dikenal sebagai anggota dari Lima Panglima Harimau dari negeri Shu
Han.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Biografi Sejarah
2Ma Chao di era modern
3Lihat pula
4Referensi
Biografi Sejarah[sunting | sunting sumber]
Ma Chao (Mengqi) adalah orang asli Fufeng dari Maoling. Ayahnya (Ma Teng) rekan dari Bian
Zhang dan Han Sui di daerah Xizhou pada akhir masa pemerintahan Han Ling Di.
Pada tahun ketiga ChuPing (192 M), Han Sui dan Ma Teng membawa pengikutnya dalam
kunjungan resmi ke Chang An. Kekaisaran Han mengangkat Han Sui sebagai Zhen Xi Jiangjun
(Jendral yang Mempertahankan Wilayah Barat), ditempatkan di Jing Cheng. Ma Teng diangkat
sebagai Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan ditempatkan di Tun
Mei.
Selanjutnya, Ma Teng menyerang Chang An, tetapi ia gagal dan mundur ke provinsi Liang.
Zhong Yao yang menjaga Guanzhong mengirim surat kepada Han Sui dan Ma Teng
menawarkan bantuan. Ma Chao dikirim Ma Teng untuk membantu Zhong Yao melawan Guo
Yan dan Gao Gan di Ping Yang. Dalam pertempuran tersebut, Pang De, anak buah Ma Chao
berhasil membunuh Guo Yuan. Ma Teng, yang kemudian berselisih dengan Han Sui, mengirim
petisi untuk ditempatkan di ibukota. Ma Teng dianugerahi gelar Weiwei (Komandan Penjaga
Istana), sedangkan Ma Chao digelari Bian Jiangjun (Letnan Jendral) serta Marquis Duting.
Ma Chao mengumpulkan pasukan bersama Han Sui, Yang Qiu, Li Kan dan Cheng Yi untuk
menyerang gerbang Tong. Di tengah medan tempur, Cao Cao bertemu Han Sui dan Ma Chao
untuk berunding daripada berperang. Ma Chao ingin menunjukkan keperkasaannya dengan
merencanakan menangkap Cao Cao secara mendadak. Hanya tatapan tajam Xu Chu sebagai
pengawal pribadi Cao Cao yang mengurungkan niat Ma Chao. Selanjutnya Cao Cao
menggunakan strategi Jia Xu untuk menciptakan perselisihan antara Ma Chao dan Han Sui yang
mengakibatkan persekutuan mereka terpecah.

Patung Ma Chao

Ma Chao melarikan diri dari pengejaran Cao Cao sampai ke An Ding. Yang Fu menyatakan
bahwa Cao Cao pernah berkomentar "Ma Chao memiliki keberanian seperti Lu Bu dan Han Xin,
dan juga kesungguhan hati bangsa Qiang dan Hun. Jika dia kembali dengan pasukan pada saat
pertahanan kita lemah, semua pangkalan tentara di Long Shang akan jatuh ke tangan Ma
Chao." Komentar tersebut menjadi kenyataan. Walaupun Long Shang telah memperkuat
pertahanan, Ma Chao mampu membunuh gubernur provinsi Liang, Wei Kang dan menjadikan
kota Yi sebagai pangkalannya.
Ma Chao menggelari dirinya Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan
menjadi gubernur provinsi Bing dan mengatur urusan militer di provinsi Liang. Mantan anak buah
Wei Kang seperti Yang Fu, Jiang Yi, Liang Kuan dan Zhao Qu bersekutu untuk mengalahkan Ma
Chao. Yang Fu dan Jiang Yi mendekati pasukan Ma Chao dari kota Lu saat Ma Chao berusaha
menyerang mereka tetapi menemui kegagalan. Di saat yang bersamaan, Liang Kuan dan Zhao
Qu menutup pintu kota Yi, menghalangi Ma Chao untuk kembali. Ma Chao terpaksa mengungsi
ke Hanzhong, tempat Zhang Lu berkuasa. Zhang Lu tidak memiliki kemampuan untuk membantu
rencana Ma Chao untuk merebut kembali kota Yi. Ketika mendengar Liu Bei telah mengurungLiu
Zhang di kota Chengdu, ia menulis surat yang menunjukkan keinginan untuk bergabung dengan
tentara Liu Bei.
Liu Bei mengirim beberapa pengikut untuk meminta Ma Chao agar segera bergabung dalam
pengepungan Chengdu. Setibanya Ma Chao di luar kota Cheng Du, seluruh kota menjadi panik
dan tak lama kemudian Liu Zhang menyerah. Ma Chao diangkat menjadi Ping Xi Jiangjun
(Jendral yang Menentramkan Wilayah Barat) dan ditempatkan di daerah sekitar Ju. Ketika Liu
Bei menjadi pangeran Hanzhong, dia memberi Ma Chao gelar semu Zuo Jiangjun (Jendral
Pasukan Kiri). Pada tahun pertama Zhangwu (221 M), Ma Chao diangkat menjadi Biao Qi
Jiangjun (Jendral Kavaleri yang Tangkas), gubernur provinsi Liang, serta Marquis Xi Liang.
Pidato Liu Bei mengatakan "Saya bukan seorang yang bijak dan baik, hanya mewarisi
kehormatan dari nenek moyang saya. Cao Cao dan putra-putranya akan diingat dan disegani
atas dosa dan kejahatan mereka sampai ke seluruh Tiongkok bahkan oleh bangsa Di dan Qiang.
Anda (Ma Chao) adalah junjungan bangsa Utara dan keberanian Anda kekal dikenang di sana,
bahkan mereka bersedia bertempur bersama Anda melalui jarak ribuan mil untuk melawan
kejahatan. Anda diharapkan untuk mempersatukan mereka ke dalam budaya bangsa Han dan
berlaku adil dalam memberikan balas jasa dan hukuman yang sepantasnya."
Pada tahun kedua, Ma Chao meninggal pada usia 47 tahun. Sebelum wafatnya, dia mengajukan
permohonan, isinya: "Hamba pernah memiliki dua ratus orang di seluruh keluarga hamba, tetapi
hampir semuanya dibunuh oleh Meng De (Cao Cao), kecuali adik sepupu saya, Ma Dai. Dia
satu-satunya yang tersisa untuk melanjutkan garis keturunan keluarga, maka dari hati yang
terdalam, hamba menitipkannya kepada Yang Mulia (Liu Bei) dan tak ada penyesalan dalam diri
hamba." Ma Chao mendapat gelar anumerta Marquis Yue Wei dan putranya, Ma
Cheng menggantikannya. Ma Dai diangkat menjadi Ping Bei Jiangjun {Jendral yang
Menentramkan Wilayah Utara} dan digelari Marquis Chen Cang. Putri Ma Chao dinikahkan
dengan Pangeran Anping, Liu Li.

Ma Chao di era modern[sunting | sunting sumber]


Ma Chao adalah salah satu karakter dalam game Dynasty Warrior. Dia digambarkan sebagai
pria gagah yang berketopong perang. Ia mahir menggunakan senjata besar.

Wei Yan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wi Yn (175234), (nama lain Wnchng ()), adalah perwira perang negara Shu yang
terkenal pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok dulu. Menurut novel Romance of the Three
Kingdoms bahwa Wei Yan awalnya bekerja sebagai perwira militer menengah dari Liu Biao,
tetapi buku sejarah tidak membahasnya. Wei Yan bergabung dengan pasukan Liu Bei sesudah
Liu menguasai Changsha sekitar tahun 209. Bakatnya membawa dia sebagai jendral utama dari
pasukan Liu Bei selama bertahun-tahun. Liu Bei menawarkan dia sebagai kepala eksekutif di
Hanzhong tahun 219, dan Wei Yan menjadi salah satu dari 6 orang militer terpenting di kerajaan
Shu sesudah 5 Jendral Macan Shu.
Dia tidak pernah dipercaya oleh Zhuge Liang karena perangainya yang tergesa-gesa itu dapat
membuat kehancuran Shu, tetapi hanya Liu Bei yang selalu memperhatikan Wei Yan,sehingga
hanya Liu Bei teman perjuanganya, setelah Liu Bei wafat, Wei Yan semakin diintimidasi oleh
Zhuge Liang. Pada peristiwa "Wu Zhang Plains" di perbatasan Chang An dan Han-Zhong,yang
di mana Zhuge Liang mati karena sakit dan digantikan oleh Jiang Wei. Jiang Wei menyuruh
seluruh pasukan Shu untuk mundur,tetapi tentara Wei Yan tetap di garis depan,karena merasa
kemenangan ada di depan mata dan Zhuge Liang tiada, dia meneruskan pertempuran yang
mengakibatkan kekalahan besar pada tentara garis depan Shu karena terkena jebakan
"Catapult" Deng Ai dan "Ambush" Sima Zhao.Jiang wei sangat marah dan mengutus Ma Dai
untuk membunuh Wei Yan, yang pada akhirnya disesalkan oleh kaisar Shu,Liu Chan, karena
Shu kehilangan salah satu jendral terbaik pada saat itu setelah era Guan Yu, dan menjadi salah
satu faktor Kehancuran Shu dalam peperangan.
Xing Cai
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan,
tolong hapus pesan ini.

Xing Cai (Hanzi: ) adalah tokoh fiksi dalam permainan komputer Dynasty Warriors. Ia
diciptakan sebagai anak dari Zhang Fei, yang hidup pada Zaman Tiga Negara
Permaisuri Zhang Jing Ai
Sekitar tahun 200M, seorang gadis muda berusia 13 tahun sedang mencari kayu bakar di hutan.
Disana ia bertemu dengan Zhang Fei yang kemudian mencabulinya.
Tak lama mereka lalu menikah setelah mengetahui bahwa gadis tersebut berasal dari keluarga
baik-baik.
Gadis tersebut berasal dari keluarga Xiahou, seorang sepupu dari Xiahou Yuan. Ia kemudian
melahirkan paling tidak 2 orang putra (Zhang Bao dan Zhang Shao) dan 2 orang putri bagi
Zhang Fei.
Setelah Liu Chan naik tahta menjadi kaisar, Perdana Menteri Zhuge Liang kemudian hendak
mencarikan jodoh baginya. Telah disepakati bahwa putri Zhang Fei lah yang pantas untuk
menjadi pendamping Liu Chan.
Ia kemudian diberi nama Jing Ai yang kira-kira berarti permaisuri yang dihormati dan disayangi.
Ia juga dikenal sebagai Permaisuri Zhang yang pertama.
Permaisuri Zhang tidak berusia panjang, saat kira-kira usianya mencapai 30 tahun, Ia meninggal
karena sakit pada tahun 237 M.
Ia meninggal tanpa memberikan seorang keturunan bagi Liu Chan.
Sepeninggal Permaisuri Jing Ai, Liu Chan sekali lagi mempersunting seorang wanita dari
keluarga Zhang Fei,
Ia adalah adik dari Jing Ai yang dikenal sebagai Permaisuri Zhang yang kedua.
Ia melahirkan paling tidak seorang putra bagi Liu Chan, karena saat Xiahou Ba bergabung
dengan Shu, Liu Chan mendatanginya dan berkata;
"Tuan, yang terjadi pada ayahmu di Han Zhong adalah tuntutan perang. Anak ini yang berdiri di
hadapanmu, adalah pangeran Shu yang juga seorang anggota keluarga Xiahou."
Sejak hari itu Xiahou Ba dan Liu Chan saling menerima dan hidup layaknya keluarga.

Rujukan[sunting | sunting sumber]


{{reflist}

(Inggris) "Xing Cai" (HTML). Diakses tanggal 2012-07-01.

Lihat Pula[sunting | sunting sumber]


Dynasty Warriors

Liu Shan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Liu Chan)

Liu Shan (umumnya salah diucapkan sebagai Liu Chan), Hanzi: , adalah anak dari Liu Bei,
pendiri negara Shu Han di Zaman Tiga Negara. Liu Chan terkenal tidak cakap memerintah yang
akhirnya membawa negaranya ke ambang keruntuhan.
Ketika bala tentara Wei akan menyerang ke Shu, Liu Chan dengan mudahnya terpengaruh oleh
kasimnya yang bernama Huang Hao untuk menyerah tanpa syarat, padahal masih ada
kemungkinan Shu untuk memenangkan pertarungan dengan Wei karena jenderal Shu, Jiang
Wei telah bersiap-siap mengirim bala bantuannya ke Cheng Du.sehingga negara Shu Han jatuh
ke tangan negara Cao Wei dengan mudah. Karena ketidak cakapannya dalam memerintah juga
terjadi banyak pemberontakan. salah satunya adalah pemberontakan di daerah Nan Man yang
berpusat di Yu Nan, Nan Zhong dan dipimpin oleh Meng Huo. Untungnya pemberontakan ini
dapat diredam oleh Zhuge Liang. dalam pemerintahan Liu Chan kebanyakan adalah hasil buah
fikiran dari perdana menterinya Zhuge Liang.

Liu Chan di era moderen[sunting | sunting sumber]


Liu Chan adalah salah satu karakter pada game buatan KOEI, DynastyWarriors. Liu Chan baru
bisa dimain kan pada seri ke 7 dari Dynasty Warriors. Liu Chan digambarkan sebagai pemuda
tampan. Senjatanya adalah pedang tipis yang bernama "Qinggang Sword". di akhir cerita, dia
menyerah pada Sima Zhao pada pertempuran Cheng Du.

Guan Xing
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Guan Xing (Hanzi: )(193-234AD) adalah putra tertua Guan Yu. Sewaktu kecil ia gemar
bermain dan merupakan anak yang periang. Ketika beranjak remaja sekitar 26 tahun, Guan Yu
memimpin pasukan untuk menghadapi Cao Ren di Fan, dan ia disuruh mengirim kabar baik
untuk Liu Bei bahwa ia berada di atas angin dan memegang pertempuran ini. Tak lama
kemudian ia kehilangan ayahnya, dan memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Liu
Bei untuk menuntut balas kematian ayahnya, disana ia bersaing dengan Zhang Bao hingga
akhirnya keduanya berkawan baik dan bersumpah saudara seperti ayah-ayah mereka.
Guan Xing berhasil membunuh Pan Zhang dan mengambil kembali senjata ayahnya, Green
Dragon dari tangan Pan Zhang. Namun sayangnya ia tidak berhasil mendapatkanRed
Hare karena kuda tersebut sudah mati, konon karena tidak mau makan setelah kematian Guan
Yu.
Guan Xing kemudian menjadi salah satu andalan Zhuge Liang dalam misi kampanye konfrontasi
dengan Wei Utara. Guan Xing tidak berumur panjang, ia meninggal pada saat usianya sekitar 40
tahunan karena sakit.
Meski memiliki istri, namun ia tidak memiliki seorang putra kandungpun. Maka Guan Xing
mengangkat anak. Namun anak ini juga tidak memiliki anak kandung dan mengangkat anak.
Pada jatuhnya Shu, Pang Hui yang membonceng pasukan Deng Ai mengumpulkan keturunan
Guan Xing dan membunuhi mereka sampai habis. Dengan demikian Guan Yu tidak memiliki
keturunan dari Guan Xing.

hang Bao
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zhang Bao (Hanzi: ) adalah putra pertama dari Zhang Fei. Ia adalah seorang panglima
andalan Zhuge Liang setelah generasi 5 Jenderal Macan. Bersama Guan Xing, ia bersumpah
mengikat persaudaraan seperti halnya ayah mereka.
Zhang Bao tidak berumur panjang. Ia tewas saat mengikuti kampanye Zhuge Liang di Wu
Zhang karena terjatuh dari kuda saat sedang bersemangat mengejar musuh. Kepalanya bocor
karena terbentur sebuah batu.

Guan Ping
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Guan Ping (Hanzi Sederhana: ; pinyin: Gun Png; ?219) adalah anak pertama jenderal
militer Tiongkok abad ke-3, Guan Yu. Pada maza Zaman Tiga Negara, ia menduduki jabatan
militer dalam Shu Han. Tidak banyak yang diketahui mengenai Guan Ping kecuali bahwa ia dan
ayahnya ditangkap di sebelah barat Maicheng (, terletak di sebelah
tenggara Dangyang, Hubei pada masa kini) oleh pasukan Wu Timur pada tahun 219 dan segera
dieksekusi. Menurut buku Kisah Tiga Negara, Guan Ping adalah anak angkat Guan Yu, di mana
ia diadopsi pada usia 17 tahun setelah diminta oleh ayahnya sendiri untuk membantu Guan Yu.

Pemujaan[sunting | sunting sumber]


Sebagai seorang tokoh pahlawan yang dihormati, Guan Ping juga dipuja di kuil dan altar
sembahyang masyarakat China. Namun, biasanya Guan Ping tidak memiliki altar khusus
baginya sendiri, melainkan ditampilkan sebagai pendamping Guan Yu ayahnya, seperti
di Klenteng Hoo Tong Bio, Banyuwangi.

Mi Fang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mi Fang adalah salah seorang pejabat yang melayani panglima perang Liu Bei pada masa
pemerintahan Dinasti Han pada Zaman Tiga Negara. Dia juga adik dari Mi Zhu, yang juga
pejabat Liu Bei. Pada tahun 219, Mi Fang menyerah kepada Sun Quan, yang mengakibatkan
hilangnya Provinsi Jing (sekarang Hubei dan Hunan) serta kematian Guan Yu. Sejarawan Rafe
de Crespigny mencatat bahwa Mi Fang memiliki catatan luar biasa melayani setiap pemimpin
Tiga Negara selama hidupnya.[1]

Meng Huo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Meng Huo (Hanzi: ) adalah pemimpin suku Nanman di wilayah Nanzhong (sekarang
Provinsi Yunnan) pada Zaman Tiga NegaraSekaligus Suami Dari Zhu Rong . Secara geografis,
wilayah ini merupakan sayap belakang negara Shu Han yang saat itu merencanakan
mengadakan ekspedisi ke utara menaklukkan negara Cao Wei. Oleh karenanya, perdana
menteri Shu Han, Zhuge Liang memutuskan untuk menaklukkan terlebih dahulu Meng Huo untuk
melenyapkan ancaman pemberontakan dari belakang sebelum dan sewaktu ekspedisi ke utara
dilancarkan.
Kata beberapa masyarakat di daerah Yunnan Meng Huo mempunyai tentara yang memakai baju
perang yang tidak dapat di tebas dengan berbagai senjata. Jadi saat Zhuge Liang memakai cara
membakar hutan untuk membakar tentara Meng Huo

Sun Jian
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sun Jian

Warlord

Han Dynasty

Lahir 155

Penerus Sun Ce

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Sn Jin

Wade-Giles Sun Chien

Nama kehormatan Wentai ()

Nama anumerta Emperor Wulie ()

Nama lain Tiger of Jiangdong

Sun Jian (Hanzi: ) (155-191) adalah seorang jendral dan panglima kecil yang terkenal,
semasa Dinasti Han Timur akhir. Ia bernama lengkap Sun Wentai, lahir di Fuchun, Kabupaten
Wu.
Karier politiknya diawali dengan membasmi bandit-bandit yang saat itu merajalela di wilayah
Huiji dan Qiantang. Berjasa dalam pemadaman Pemberontakan Serban Kuning di daerah
tersebut, ia kemudian diberikan jabatan yang memperluas kesempatannya untuk memperkuat
diri sendiri di daerah Changsha.
Sewaktu para jenderal perang membentuk aliansi bersama menggulingkan sang perdana
menteri zalim, Dong Zhuo, Sun Jian juga turut serta menyumbangkan prajurit dan
menyumbangkan ide strategi, saat itu (190 M) Sun Jian beraliansi dengan Yuan Shu. Tentaranya
berhasil membunuh Jenderal Hua Xiong, seorang jendral andalan Dong Zhuo (dalam
novel Kisah Tiga Negara, dikatakan bahwa Hua Xiong dibunuh oleh Guan Yu, bukan oleh
bawahan Sun Jian).
Setelah aliansi bersama dibubarkan, China jatuh ke dalam peperangan massal antara para
panglima perang. Tahun 191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu menyerang Liu
Biao. Sun Jian terkena panah beracun sewaktu menangkap Jenderal Huang Zu. Ia kemudian
digantikan oleh anaknya, Sun Ce yang juga seorang pemimpin yang cakap dan garang, namun
seperti ayahnya juga mati di usia muda.

Riwayat Sun Jian[sunting | sunting sumber]


Sun Jian yang bernama lengkap Sun Gongtai adalah Raja dari Kerajaan Wu Timur. Tidak
banyak yang diketahui tentang masa kecilnya; ia dikenal sebagai "Harimau dari Jiangdong". Sun
Jian mengukir namanya pada usia yang muda dengan mengalahkan para bajak laut. Dikenal
sebagai keturunan dari ahli strategi terkenal Sun Tzu
Peran dalam perang melawan Dong Zhuo[sunting | sunting sumber]
Ditunjuk sebagai kepala pasukan depan dari tentara aliansi yang melawan Dong Zhuo. Sun Jian
sudah hampir berhasil menguasai Terusan Fanshui namun disebabkan hantaran bahan
makanan yang tidak sampai oleh Yuan Shu, Sun Jian tidak dapat menduduki Terusan Sishui.
Tentara yang kelaparan dengan moral yang rendah, membuat kekuatan tentara Sun Jian dapat
dikalahkan oleh Hua Xiong. Kembali ke markas tentara gabungan, Sun Jian berdebat dengan
Yuan Shu mengenai pengiriman bahan makanan yang tidak sampai. Yuan Shu membantah
semua tuduhan yang dilontarkan Sun Jian, dan mengkambing hitamkan salah seorang anak
buahnya untuk menghindari kemarahan Sun Jian dan Yuan Shao.
Pada saat kejatuhan Terusan Hulao dan kebakaran di Luoyang, Sun Jian memimpin tentaranya
ke Luoyang untuk membantu memadamkan api. Pada saat memadamkan api, salah seorang
tentara Sun Jian menemukan sebuah stempel kerajaan. Penemuan stempel kekaisaran ini
membuat Jenderal Huang Gai menyarankan Sun Jian untuk mengucapkan selamat tinggal
kepada Yuan Shao dan kembali ke Jiangdong untuk membuat rencana berikutnya.
Sun Jian menginginkan penemuan stempel kerajaan ini menjadi sesuatu yang bersifat rahasia.
Namun salah seorang prajuritnya melaporkan penemuan tersebut ke Yuan Shao untuk
mendapatkan hadiah. Ketika Sun Jian datang untuk mengucapkan selamat tinggal, Yuan Shao
memaksa Sun Jian menyerahkan stempel tersebut untuk disimpan dengan aman. Sun Jian
berkata dia tidak memiliki stempel tersebut dan berhasil mengelabui Yuan Shao. Namun Yuan
Shao mengirimkan utusan kepada Liu Biao untuk menyerang Sun Jian dalam perjalanan pulang
untuk mendapatkan stempel tersebut.
Pertarungan antara Sun Jian dengan Liu Biao demi stempel kerajaan terjadi di Jingzhou. Tahun
191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu menyerang Liu Biao. Sun Jian terkena
panah beracun sewaktu mengejar penangkapan Jenderal Huang Zu. Ia kemudian digantikan
oleh anaknya, Sun Ce Kematian Sun Jian di dalam perahu diakibatkan jebakan dari Liu Biao, Liu
Biao pun menahan Jasadnya, yang dikemudian hari diadakan pertukaran antara Jendral Huang
Zu dan Jasad Sun Jian. Sun Quan utusan kala itu berusia 9 tahun, datang untuk mengadakan
pertukaran.

Sun Ce
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sun Ce

Pangilma Perang

Lahir 175

Wafat 200 (aged 25)

Pendahulu Sun Jian

Penerus Sun Quan

Nama

Hanzi sederhana

Hanzi tradisional

Pinyin Sn C

Wade-Giles Sun Tse


Nama kehormatan Bf ()

Nama anumerta Pangeran Huan dari Changsha


()

Nama lain Little Conqueror


()

Ini adalah nama Tionghoa; marganya adalah Sun.


Sun Ce (Bo Fu, 175-200) adalah seorang jenderal militer pada masa Dinasti Han dan Zaman
Tiga Negara di Tiongkok. Ia merupakan anak sulung dari Sun Jian. Setelah kematian ayahnya
saat ia berusia 17 tahun, ia menggantikan ayahnya untuk memerintah. Ia memiliki sahabat
bernama Zhou Yu yang ahli dalam strategi. Bersama dengan Zhang Zhao dan Zhou Yu, ia
berhasil membangun dasar bagi Negara Sun Wu, yang kaisar pertamanya adalah saudara Sun
Ce yang lebih muda, Sun Quan.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Awal Kehidupan
2Little Conquerror
3Kematian
4Pranala luar

Awal Kehidupan[sunting | sunting sumber]


Lahir tahun 175, Sun Ce merupakan anak tertua dari 5 anak laki-laki Sun Jian. Sewaktu Sun Jian
berkuasa di Chang Sa, Sun Ce bertemu dengan Zhou Yu, mereka belajar bersama dan
bersahabat karib, hingga akhirnya bersumpah saudara.
Tahun 192, Sun Jian diminta oleh Yuan Shu untuk menyerang Liu Biao di daerah Jing dan Sun
Ce mengikuti perang tersebut. Ini merupakan perang pertama Sun Ce yang saat itu berusia 16
tahun. Sungguh sangat disayangkan Sun Jian wafat di perang ini karena taktik Huang Zu. Sun
Ce membawa jasad ayahnya ke Qu'E untuk dimakamkan. Setelah ini Sun Ce menjadi kepala
keluarga Sun, dan dia memilih untuk mengabdi kepada Yuan Shu.

Little Conquerror[sunting | sunting sumber]


Yuan Shu memperlakukan dan menyayangi Sun Ce dengan sangat baik, ia berharap Sun Ce
adalah anaknya. Tapi biarpun dia sayang, dia juga takut terhadap Sun Ce, sehingga Sun Ce
tidak pernah memegang posisi penting. Ini berlangsung sampai tahun 194, Lu Fansalah satu
mantan anak buah Sun Jian mengusulkan kepada Sun Ce untuk menukar cap kerajaan warisan
ayahnya (Sun Jian menemukannya di Luo Yang setelah peperangan di Gerbang Hu Lao)
dengan prajurit. Sun Ce setuju dengan rencana ini, akhirnya Yuan Shu memberikan 3000
prajurit, dan Sun Ce pun berangkat ke daerah Wu bersama mantan anak buah Sun Jian, Cheng
Pu,Huang Gai dan Han Dang.
Setelah menyebrangi sungai YangTze, Sun Ce bertemu dengan saudara angkatnya Zhou Yu,
akhirnya Zhou Yu pun bergabung dengan Sun Ce sebagai ahli strategi. Zhou Yu mengusulkan
untuk merekrut 2 orang pintar yaitu Zhang Zhao dan Zhang Hong, maka Sun Ce pun pergi ke
kediaman mereka, hasilnya kedua orang itu setuju untuk bergabung. Bergabung juga dengan
pasukan Sun Ce 2 orang bajak laut, Zhou Tai dan Jiang Qin. Setelah pasukannya bertambah
banyak Sun Ce pun langsung menyerang Liu Yong, Yan Baihu, dan Wang Lang. Dan berhasil
menduduki kota Mo Ling (kemudian hari diganti menjadi Jian Ye oleh Sun Ce), Wu dan Hui Ji.
Dalam perang ini Sun Ce sempat berduel dengan seorang jendral pasukan Liu Yong, Taishi Ci,
pertarungan berakhir seri. Setelah Liu Yong menyerah Taishi Ci bergabung dengan Sun Ce.
Karena keberhasilan dalam waktu yang sangat singkat ini, Sun Ce mendapat julukan "Little
Conquerror".
Tahun 195, Yuan Shu yang menerima cap kekaisaran dari Sun Ce dan mengangkat dirinya
menjadi kaisar dari Dinasti Cheng. Mendengar berita ini Sun Ce langsung memutuskan
hubungan dengan Yuan Shu dan bergabung dangan Cao Cao dan Liu Bei dalam aliansi
menumpas Yuan Shu. Tahun 199 Yuan Shu wafat karena sakit, Yuan Yin saudara Yuan Shu
menyerahkan kota Souchun ke Cao Cao dan pergi Huancheng untuk berlindung di wilayah
kekuasaan Liu Xun tersebut. Karena kekurangan suplai Liu Xun memerintahkan untuk
menyerang Haiun. Sun Ce sedang dalam perjalanan untuk menyerang Huang Zu di Xia Kou
ketika mendengar berita ini, dia langsung mengubah arah dan menyerang Huangcheng. Sun Ce
berhasil menangkap 30000 orang mantan pasukan Yuan Shu. Liu Xun langsung balik ke
Huancheng untuk menyerang Sun Ce dengan bantuan Huang Zu, tetapi semua berhasil
dikalahkan oleh Sun Ce.
Dengan kemenangan ini Sun Ce hampir menguasai seluruh wilayah selatan Cina, dan menjadi
orang ketiga terkuat di Cina setelah Yuan Shao dan Cao Cao pada usia yang sangat muda,
belum mencapai 25 tahun.

Kematian[sunting | sunting sumber]


Tahun 199, Sun Ce berhasil menumpas pemberontakan Xu Gong. Anak buah Xu Gong berniat
balas dendam tetapi menunggu waktu yang tepat.
Tahun 200 Cao Cao berperang melawan Yuan Shao dalam Battle of Guan Du, sehingga
penjagaan di ibukota Cao Cao, Xu Chang menjadi lemah. Sun Ce yang mendengar berita ini
langsung memutuskan untuk menyerang Xu Chang dengan alasan meyelamatkan kaisar. Pada
saat persiapan perang, Sun Ce pergi berburu sendirian, disana ia dikepung oleh 3 orang mantan
anak buah Xu Gong, biarpun berhasil selamat Sun Ce terluka parah dan akhirnya meninggal.
Sebelum meninggal Sun Ce sempat berkata kepada Sun Quan "urusan dalam negeri diskusikan
dengan Zhang Zhao, dan urusan luar negeri dengan Zhou Yu".
Setelah Sun Ce gugur, Klan Wu dipimpin oleh Sun Quan adik Sun Ce dengan bantuan Zhou Yu
dan Zhang Zhao. Sun Quan mendirikan kerajaan Wu dan ia berhasil memperbesar
kekuasaannya hingga menjadi 1 di antara 3 kerajaan besar di China pada masa tiga negara.
Sun Quan kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar Wu yang pertama pada tahun
229 M, dengan bergelar Kaisar Wulie. Sun Ce sendiri diberi gelar Pangeran Huan.

Sun Quan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar Sun Quan

Sun Quan (Hanzi:)(182-252), putera kedua dari Sun Jian adalah pendiri negara Dong
Wu (Wu Timur) pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Dia memerintah sebagai raja Wu dari
tahun 220 sampai 222, kemudian naik tahta sebagai kaisar Wu dari tahun 222 sampai 252.
Sun Quan menghabiskan masa kecilnya di kota kelahirannya, Fuchun. Sejak ayahnya (Sun Jian)
meninggal pada tahun 191, dia berpindah dari kota ke kota di daerah bawah sungai Yangtze.
Kakaknya, Sun Ce mendirikan negara bagian yang terbentuk dari beberapa daerah kecil di
sekitarnya. Pada tahun 200, sejak Sun Ce terbunuh, Sun Quan yang baru berumur 18 tahun
mewarisi wilayah di daerah tenggara sungai Yangtze. Dalam pemerintahannya yang cukup
aman dan stabil, Sun Quan dibantu oleh beberapa bekas pejabat Sun Ce, seperti Zhou
Yu,Zhang Zhao,Zhang Hong dan Cheng Pu. Selama beberapa tahun, Sun Quan mampu
membangun angkatan perang yang kuat dengan bantuan para perwiranya sehingga pada
tahun 207, pasukannya mampu mengalahkan Huang Zu, perwira dari Liu Biao yang menguasai
sungai Yangtze bagian tengah.
Pada musim dingin tahun 207, Cao Cao memimpin sekitar 200.000 tentara untuk menguasai
wilayah Selatan sebagai bagian dari rencana penyatuan seluruh Tiongkok. Di satu pihak, Zhang
Zhao sebagai penasehat urusan dalam negeri Wu menyarankan untuk menyerah, sedangkan di
lain pihak, Zhou Yu dan Lu Su menyarankan untuk melawan. Akhirnya Sun Quan memilih untuk
mengusung bendera perang. Bersama Liu Bei yang saat itu berstatus pengungsi di negerinya,
Sun Quan menggabungkan 2 ahli strategi terbesar, Zhuge Liang dan Zhou Yu, dibantu oleh
siasat jebakan Huang Gai, Kan Ze dan Pang Tong untuk menghancurkan seluruh bala tentara
Cao Cao pada Pertempuran Chibi.

sun Shangxiang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sun Shan Xiang)
Ilustrasi Nyonya Sun di zamanDinasti Qing

Sun Shangxiang (Hanzi: ) juga dikenal sebagai Sun Ren () atau Nyonya Sun (
) adalah anak perempuan dari Sun Jian, pada Zaman Tiga Negara. Ia adalah putri tunggal dari
5 bersaudara. Nyonya Sun sejak kecil menyukai seni bela diri.
Ia dinikahkan oleh kakaknya, Sun Quan kepada Liu Bei dengan alasan mempererat hubungan
antara Shu dan Wu. Namun, dalam satu kesempatan, Zhou Yu ingin memanfaatkan pernikahan
ini untuk melaksanakan siasatnya untuk membunuh Liu Bei. Liu Bei berhasil mengetahui
rencana ini dan melarikan diri bersama Nyonya Sun ke Shu.
Ia juga menghadapi dilema ketika perang Yi Ling terjadi karena dia melihat disatu sisi ada
saudara(Sun Quan) dan juga suaminya(Liu Bei). Kemudian ia mati 1 hari setelah kematian Liu
Bei, suaminya.

Keluarga[sunting | sunting sumber]


Ayah: Sun Jian

Ibu: Lady Wu

Saudara:
Sun Ce
Sun Quan
Sun Yi
Sun Kuang
Sun Lang, saudara tiri. Dia adalah saudara kandung dalam Kisah Tiga Negara, dimana
keduanya lahir dari adik fiktif-nya Lady Wuyang dikenal sebagai Wu Guotai.

Pasangan: Liu Bei

Referensi Modern[sunting | sunting sumber]


Karakter Sun Shangxiang dalam game 'Dynasty Warriors 6 buatanKoei.

Sun Shangxiang merupakan salah satu karakter wanita yang muncul dalam permainan
konsol produksi Koei berjudul Dynasty Warriors. Dia digambarkan sebagai karakter
bersenjatakan cakram.
Dalam film perang produksi John Woo tahun 2008 yang berjudul Red Cliff tokoh Sun
Shangxiang diperankan oleh Zhao wei.

L Meng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Lu Meng)

L Meng atau Lu Meng (178 - 219 Masehi) adalah jendral perang yang bekerja untuk
kerajaan Wu timur (Dong Wu) pada masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Lu Meng lahir
di Fupo, Runan (sekarang Fuyang, Anhui) pada tahun 178. Pada awalnya dia adalah seorang
jendral yang tangguh seperti Taishi Ci,tetapi sebelum Zhou Yu mati, dia sempat dipesan untuk
meneruskan menjaga Sun Quan untuk menjadi penasihatnya,karena itu adalah pesan terakhir
sahabatnya dia berkata "aku akan membaca buku perang keluarga Sun(THE BOOK WAR
MANUAL OF SUN TZU) dan tidak akan memedulikan keadaan perang hingga menguasai buku
ini demi memenuhi pesan sahabatku untuk melindungi Sun Quan dan membantunya, yang pada
dasarnya dia adalah seorang jendral berubah menjadi penasihat adalah sesuatu yang luar biasa
karena kemampuanya mampu membantu Sun Quan dalam perang invasi Cao Cao dan menjadi
perdana menteri kerajaan Wu. Memajukan sektor militer, perdagangan, bendungan,dsb
bersama L Xun yang akhirnya merekomendasikan L Xun(THE LAST OF GREAT STRATEGIC
OF WU) kepada Sun Quan sebagai penerusnya.
Salah satu peranannya yang terkenal adalah sebagai jendral dalam invasi di Jingzhou yang di
mana menyebabkan kematian Guan Yu, salah satu jendral negara Shu terkuat pada zaman itu.
Tidak lama setelah Guan Yu meninggal, Lu Meng jatuh sakit yang membuat Sun Quan (raja Wu)
khawatir. Sun Quan menyatakan akan memberi hadiah besar bagi orang yang mampu
menyembuhkan Lu Meng, tetapi pada akhirnya Lu Meng tidak dapat disembuhkan dan
meninggal pada umur 41 tahun. Sebelum kematiannya, Lu Meng merekomendasikan Zhu
Ran dan L Xun kepada Sun Quan.

Adaptasi modern[sunting | sunting sumber]


Lu Meng muncul dalam permainan video Sony Playstation yang berjudul Dynasty Warrior. Lu
Meng muncul dengan rambut sepanjang bahu yang diikat dan bersenjatakan tombak
berjenis halberd yang bernama White Tiger.

Zhou Yu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zhou Yu (Hanzi: , 175-210 M) adalah penasihat Data Tokoh Tiongkok
militer Tiongkok yang pertama dan terpenting
dari Wu di Zaman Tiga Negara. Ia bernama Nama Asli Zhou Yu
lengkap Zhou Gong Jin, ia adalah anak seorang
bangsawan dari daerah Lujiang. Di dalam Kisah Tiga Nama Lain Zhou Gong Jin
Negara, ia dideskripsikan sebagai seorang tampan yang Periode Zaman Zaman Tiga Negara
cakap dalam hal kemiliteran dan kenegaraan.
Istri Xiao Qiao
Daftar isi Ayah Zhou Yi
[sembunyikan] Paman Zhou Shang

1Pengabdian kepada keluarga Sun Anak Laki-laki Zhou Xun, Zhou Yin
2Perang Tebing Merah Anak Perempuan Zhou Ying
3Kematian Saudara Angkat Sun Ce
4Kualitas
Mengabdi pada Sun Ce, Sun Quan
5Dalam Fiksi
Lahir 175
Pengabdian kepada keluarga Meninggal 210
Sun[sunting | sunting sumber]
Saat Sun Jian berkuasa di wilayah Changsha, ia bertemu dengan Sun Ce, anak pertama dari
Sun Jian. Mereka belajar bersama dan bersahabat karib hingga akhirnya bersumpah-saudara.
Setelah itu karena paman Zhou Yu, Zhou Shang diangkat menjadi Gubernur Danyang, Zhou Yu
pindah ke sana dan mengabdi kepada Yuan Shu.
Sun Ce yang menggantikan ayahnya yang meninggal ketika ia berumur 17 tahun (Sun Jian
meninggal tahun 192), mulai menunjukkan kebolehannya pada tahun 194. Ia meminjam 3000
prajurit dari Yuan Shu dengan jaminan cap kekaisaran warisan ayahnya (Sun
Jian menemukannya saat berada di Luo Yang, setelah peperangan di Gerbang Hulao),
kemudian menuju ke daerah Wu. Zhou Yu, yang mendengar berita ini, langsung saja bergabung
dengan Sun Ce sebagai ahli strategi dan membantunya mengalahkan Liu Yong, Yan Baihu,
dan Wang Langsehingga berhasil merebut kota Mo Ling (selanjutnya diganti menjadi Jian Ye
oleh Sun Ce), Wu, dan Hui Ji serta mendapatkan Jenderal baru yang sangat berkualitas
yaitu Taishi Ci, semua dituntaskan hanya dalam waktu yang sangat singkat. Atas keberhasilan
ini Sun Ce mendapat julukan "Little Conquerror" dan Zhou Yu mendapat julukan "Young
Gentleman Handsome Zhou".
Tahun 199, Sun Ce dan Zhou Yu berhasil menumpas Liu Xun, sehingga memperluas wilayah
kekuasaan. Pada sekitar tahun ini jugalah Sun Ce dan Zhou Yu menikahi Two Qiaos, anak Qiao
Xuan seorang pintar dan kritikus. Sun Ce menikahi anak sulung Da Qiao dan Zhou Yu menikahi
anak bungsu Xiao Qiao. Mereka berdua adalah wanita yang terkenal akan kecantikannya. Dari
pernikahan ini Zhou Yu mempunyai 3 anak, 2 anak laki-laki Zhou Xun dan Zhou Yin dan 1 anak
perempuan Zhou Ying.
Pada tahun 200 M, Sun Ce wafat dan digantikan oleh adiknya, Sun Quan, yang masih sangat
muda, saat itu umurnya baru 18 tahun. Atas wasiat dari Sun Ce yang berisi "masalah dalam
negeri diskusikan dengan Zhang Zhao dan masalah luar negeri diskusikan dengan Zhou Yu",
maka Zhou Yu memegang kekuasaan militer dan Zhang Zhao mengurusi masalah domestik. Hal
ini menunjukkan loyalitas Zhou Yu yang sangat tinggi karena sebenarnya calon kuat penerus
Sun Ce adalah Zhou Yu sendiri, tetapi dia lebih memilih mengabdi kepada Sun Quan dan tidak
memikirkan kekuasaan.

Perang Tebing Merah[sunting | sunting sumber]


206 M, Zhou Yu berhasil menumpas bandit lokal, menangkap ribuan bandit. Setelah itu Zhou Yu
berhasil menangkis serangan Liu Biao, yang pada prosesnya Zhou Yu juga berhasil menangkap
jenderal Liu Biao, Deng Long.
Antara tahun 207-208 M, Zhou Yu mendapat tugas dari Sun Quan untuk menghancurkan Huang
Zu (penyebab wafatnya Sun Jian). Dengan bantuan Gan Ning (yang sebelumnya adalah anak
buah Huang Zu), Lu Meng, Ling Tong, Dong Xi, dan Xu Sheng, Zhou Yu berhasil merebut
daerah Xia Kou, dan membunuh Huang Zu.
Pada tahun 208 M, Sun Quan beraliansi dengan Liu Bei untuk bekerja sama mengalahkan Cao
Cao yang ingin menyerang daerah selatan. Zhou Yu diangkat oleh Sun Quan menjadi Panglima
Besar membawahi 30.000 pasukan dan menjadi wakil Sun Quan untuk berdiskusi dengan ahli
strategi Liu Bei Zhuge Liang, total pasukan aliansi berjumlah 50.000. Mereka setuju untuk
melakukan serangan api terhadap kapal-kapal milik Cao Cao. Alhasil, setelah Zhou Yu
menggunakan berbagai macam strategi dan bantuan ahli strategi lain yaitu Pang Tong serta
pengorbanan diri oleh Huang Gai, aliansi Liu Bei-Sun Quan berhasil membakar kapal-kapal
perang milik Cao Cao yang mengangkut 200.000 pasukan dan memenangkan perang Chibi atau
yang lebih dikenal dengan Perang Tebing Merah. Setelah itu Zhou Yu maju ke daerah Jing, dan
berhasil merebut daerah Nan Jun(Jiang Ling) dari tangan Cao Ren dan Niu Jin. Karena
keberhasilan ini Zhou Yu diangkat menjadi Gubernur Nan.

Kematian[sunting | sunting sumber]


Tahun 210, Zhou Yu mengusulkan kepada Sun Quan tentang rencana dua kerajaan, yang terdiri
dari Sun Quan di selatan dan Cao Cao di utara. Sun Quan menerima rencana ini, dan untuk
mensukseskan rencana ini, negeri Wu harus merebut wilayah Yi dan di daerah barat Cina dari
tangan Liu Zhang dengan cara bekerjasama dengan Zhang Lu. Sungguh sangat disayangkan
Zhou Yu meninggal di Baqiu dalam persiapan untuk perjalanan ke wilayah Yi pada usia 36
tahun. Perannya sebagai ahli strategi dan komandan Wu kemudian digantikan oleh Lu Su.

Kualitas[sunting | sunting sumber]


Di dalam Kisah Tiga Negara, Zhou Yu diceritakan kalah dari Zhuge Liang dalam kepintaran
berperang maupun kenegaraan, namun dalam catatan sejarah sebenarnya Zhou Yu mempunyai
kemampuan lebih dibandingkan dengan Zhuge Liang terutama dalam hal berperang. Dia juga
dikenal akan ketampanannya. Dia seorang yang sangat terbuka dalam pertemanan. Cheng Pu,
seorang jenderal tua dari masa Sun jian meremehkannya, ia menganggap Zhou Yu terlalu muda,
tetapi Zhou Yu tidak memedulikan itu dan akhirnya mereka berteman baik setelah Cheng Pu
melihat kemampuan Zhou Yu. Zhou Yu seorang yang mempunyai banyak talenta, di antaranya
musik dan puisi. Ada perkataan pada zaman itu "jika ada tune yang salah, datanglah ke Zhou
Yu".
Zhou Yu juga terkenal akan loyalitasnya. Walaupun Sun Quan menganggap Zhou Yu sebagai
saudara tua, Zhou Yu tidak pernah melewati batas, dan selalu setia mengabdi kepada Sun
Quan.

Dalam Fiksi[sunting | sunting sumber]


Dalam anime Ikki Tousen, karakter Shuyuu Koukin didasarkan pada Zhou Yu, sedangkan
saudari perempuannya, Sonsaku Hakufu didasarkan pada Sun Ce.
Dalam game yang dikeluarkan KOEI, Dynasty Warriors, Zhou Yu digambarkan sebagai
seseorang yang berintelijen tinggi, berpendirian kuat dan tampan. Zhou Yu digambarkan sangat
memperhatikan saudara angkatnya Sun Ce, Zhou Yu bertanggung jawab, berpikir dengan
matang dan sistematis dalam menghadapi perang, sedangkan Sun Ce berani dan ceroboh.
Biasa dalam awal game Zhou Yu harus menolong Sun Ce dari situasi sulit karena
kecerobohannya. Zhou Yu juga digambarkan sebagai orang yang sangat loyal terhadap negara
Wu, ini terbukti dari usahanya melenyapkan Zhuge Liang karena akan membawa masalah bagi
negara Wu di kemudian hari.
Dari Dynasty Warriors 1 sampai 5, Zhou Yu menggunakan pedang sebagai senjatanya, yang
dikenal dengan nama Ancient Sword. Pada game Dynasty Warriors terbaru Dynasty Warriors
6 dan Dynasty Warriors 7, Zhou Yu menggunakan Bo Staff, semacam tongkat.

Zhuge Jin
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zhuge Jin (174 - 241) yang mempunyai nama lain Ziyu adalah menteri dari
kerajaan Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Zhuge Jin merupakan abang dari ahli
strategi kerajaan Shu, Zhuge Liang. Biarpun abang-adik, mereka tetap membela kerajaan
mereka masing-masing dan memisahkan urusan negara dengan hubungan keluarga. Zhuge Jin
sangat dipercayai oleh Sun Quan biarpun merupakan abang dari Zhuge Liang. Salah satu
prestasi pentingnya adalah melunakkan hubungan antara Wu dan Shu. Dia mempunyai anak
bernama Zhuge Ke, yang kemudian menggantikan posisinya dan menjadi jendral kuat Wu, tetapi
pada akhirnya mengalami kegagalan saat menjadi bupati, yang merupakan awal kehancuran
klan Zhuge. Zhuge Jin juga mempunya anak lain bernama Zhuge Qiao, yang diadopsi oleh
adiknya, Zhuge Liang dan istri Zhuge, Huang Yue Ying.

Lu Xun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk tokoh dalam Kisah Tiga Negara, lihat Lu Xun (Kisah Tiga Negara).

Zhou Shuren

Nama pena Lu Xun

Pekerjaan Penulis cerpen, kritikus, penulis esai


Periode menulis 1918-1936

Lu Xun (Hanzi tradisional: ; bahasa Tionghoa: ; Pinyin: L Xn) atau Lu


Hsn (Wade-Giles), adalah nama pena dari Zhou Shuren (Hanzi tradisional:
; bahasa Tionghoa: ; Pinyin: Zhu Shrn; Wade-Giles: Chou Shu-jen) (lahir 25
September1881 meninggal 19 Oktober 1936 pada umur 55 tahun) adalah salah satu
penulis utama Tiongkok dari abad ke-20. Ia dianggap oleh banyak sebagai pendiri sastra
Tiongkok modern, dia menulis di baihua () (yang asli) serta Tiongkok klasik. Lu Xun
adalah seorang cerpenis, editor, penerjemah, kritikus, eseis dan penyair.
Artikel bertopik biografi tokoh ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

Lu Xun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk tokoh dalam Kisah Tiga Negara, lihat Lu Xun (Kisah Tiga Negara).

Zhou Shuren

Nama pena Lu Xun

Pekerjaan Penulis cerpen, kritikus, penulis esai

Periode menulis 1918-1936

Lu Xun (Hanzi tradisional: ; bahasa Tionghoa: ; Pinyin: L Xn) atau Lu


Hsn (Wade-Giles), adalah nama pena dari Zhou Shuren (Hanzi tradisional:
; bahasa Tionghoa: ; Pinyin: Zhu Shrn; Wade-Giles: Chou Shu-jen) (lahir 25
September1881 meninggal 19 Oktober 1936 pada umur 55 tahun) adalah salah satu
penulis utama Tiongkok dari abad ke-20. Ia dianggap oleh banyak sebagai pendiri sastra
Tiongkok modern, dia menulis di baihua () (yang asli) serta Tiongkok klasik. Lu Xun
adalah seorang cerpenis, editor, penerjemah, kritikus, eseis dan penyair.

Huang Gai
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Huang Gai

Dinasti Qing Huang Gai dalam ilustrasi.

Jendral Militer

Dong Wu

Lahir tidak diketahui


Yongzhou, Hunan,Cina

Nama

Hanzi sederhana
Hanzi tradisional

Pinyin Hung Gi

Wade-Giles Huang Kai

Nama kehormatan Gngfu ()

Huang Gai (Hanzi: ) adalah seorang jenderal dari negara Wu pada Zaman Tiga Negara.
Tahun kelahiran dan kematiannya tidak tercatat dalam sejarah. Ia lahir di Quanling, Lingling di
Prefektur Jingzhou (sekarang di utara Lingling, Hunan) dengan nama panjangHuang Gongfu (
).

Riwayat hidup[sunting | sunting sumber]


Masih merupakan keturunan dari gubernur Nanyang, Huang Zilian, kemudian kakek Huang Gai
bermigrasi ke Lingling dan menetap di sana. Masa kecil Huang Gai diwarnai kemiskinan karena
keluarga dekatnya meninggal sewaktu ia kecil. Karena pentang menyerah, ia kemudian berhasil
menjadi pegawai pemerintahan di daerahnya.
Ia memutuskan untuk mengabdi kepada Sun Jian mulai dari saat Sun menghimpun kekuatan. Ia
meneruskan pengabdiannya kepadaSun Ce dan Sun Quan sepeninggal Sun Jian pada
tahun 191.

Gan Ning
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gan Ning (?-222) adalah seorang jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Gan Ning sebelumnya
adalah seorang perompak. Ia menaruh berberapa bel di bajunya, sehingga musuh tahu kalau dia
datang. Setelah menjadi perompak, ia direkrut menjadi bawahan Huang Zu dan Liu Biao.
Saat Sun Quan menyerang Huang Zu, Gan Ning berhasil membunuh Ling Cao, salah satu
jenderal bawahan Sun Quan sekaligus ayah dari Ling Tong. Hal ini yang membuat Ling Tong
sempat dendam dan antipati terhadapnya. Setelah Huang Zu dikalahkan Yuan Shao, Gan Ning
menjadi bawahan Yuan Shao. Zhou Yu dan Lu Meng sangat menyambutnya ke Wu. Jasanya
juga dipakai dalam Pertempuran Chibi. Namun dia dibunuh oleh Sha Moke pada saat
pertempuran Wu melawan Shu di pertempuran Yiling.

Taishi Ci
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman Tiga
Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah Liu Yao tetapi kemudian
melanggar kesetiaannya setelah Liu Yao menolak untuk memperhatikan nasihat strategi yang
diajukan oleh Taishi Ci, kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri
ke daerah Dangyang, suatu posisi daerah militer yang strategis dan penting sejak zaman Sun
Tzu, disana dia mengangkat dirinya sebagai gubenur. Pada suatu perang, pasukan sisa Taishi
Ci dengan cepat dapat dikepung oleh pasukan Sun Ce tanpa tandingan, yang kemudian Taishi
Ci tertangkap. Taishi Ci memohon untuk dibunuh bersama dengan pasukan dan orang-
orangnya, tetapi Sun Ce tidak bersedia dan membujuk dia untuk bergabung. setelah bujukan
yang lama dan dijanjikan diberi pangkat dan posisi tinggi di negara Wu, akhirnya Taishi Ci
bergabung. Taishi Ci setia sampai akhir hayatnya kepada negara Wu.

Da Qiao dan Xiao Qiao


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga
isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel inidengan
menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu olehPengurus.

Da Qiao dan Xiao Qiao (Hanzi: ) adalah dua bersaudari di Zaman Tiga
Negara di Tiongkok kuno yang merupakan anak perempuan dari Qiao Xuan dan terkenal akan
kecantikannya pada Zaman Tiongkok dulu. Nama mereka tidak berhasil diketahui kecuali marga
mereka yaitu Qiao, sehingga mereka hanya disebut Da Qiao dan Xiao Qiao yang di
mana da adalah besar dalam bahasa Mandarin dan xiao berarti kecil, sehingga Da Qiao adalah
lebih tua dan kakak daripada Xiao Qiao.
Da Qiao menikah dengan Sun Ce, panglima perang dan pemimpin negara Wu. Mereka menikah
dan mempunyai 2 orang anak kandung dan 1 anak angkat yang bernama Sun Shao. 2 anak
kandungnya adalah perempuan yang kemudian dinikahkan dengan Zhu Ji dan Lu Xun. Adik Da
Qiao yaitu Xiao Qiao menikah dengan Zhou Yu dan mempunyai 3 orang anak yaitu Zhou
Xun, Zhou Yin, dan Zhou Ying.
Kedua Qiao disebut saat pertempuran tebing merah. Zhuge Liang memanipulasi cerita
kepada Zhou Yu bahwa salah satu tujuan Cao Cao menyerang adalah merebut kedua Qiao
bersaudara untuk dirinya, karena kecantikan kedua Qiao telah melegenda.

Ling Tong
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ling Tong (; 189 - 237), yang mempunyai nama lain Gongji (), adalah jendral perang
yang bekerja untuk negara Wu selama masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Ling Tong
lahir di Yuhang, provinsi Zhejiang. Ayahnya bernama Ling Cao dan menurut novel
sejarah Romance of the Three Kingdoms, Ling Cao mati ditembak panah olehGan Ning saat
ekspedisinya melawan Jiangxia. Setelah kematian ayahnya, Ling Tong yang waktu itu masih
berumur 15 tahun, diangkat oleh Sun Quan untuk mengganti posisi ayahnya. Ling Tong
berusaha untuk membalas dendam kematian ayahnya, tetapi kemudian tidak berhasil
dikarenakan Gan Ning kemudian bergabung dengan negara Wu, yang di mana Sun Quan (raja
Wu) dan Lu Meng selalu membujuk Ling Tong untuk mengerti keadaan.

Adaptasi pada permainan video


Ling Tong muncul pada permainan Dynasty Warrior 5 buatan KOEI, dia menggunakan senjata
nunchaku (double-stick) yang bernama "kemarahan Naga". Karakter Ling Tong adalah cepat
tetapi mempunyai jangkauan serangan pendek.

Anda mungkin juga menyukai