Anda di halaman 1dari 9

E.

Model Pembelajaran STAD


1 Ciri-ciri Model Pembelajaran STAD
a. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya,
karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka dalam kelompok.
b. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, mereka heterogen dalam berbagai
hal seperti prestasi akademik dan jenis kelamin.
c. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu berupa kuis mengguan yang
dikerjakan siswa sendiri-sendiri.
d. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.
Penempatan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru daripada
memilih sendiri.

2. Tahapan Model Pembelajaran STAD


Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:51) pada proses pembelajarannya, belajar
kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi,
2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor
perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.

Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru terlebih dahulu memulai dengan
menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu
siswa tentang materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyajikan materi
pelajaran secara garis besar dan bersifat sebagai pengantar bagi siswa dalam
melakukan diskusi pada masing-masing kelompok. Selama persentasi siswa harus
bersungguh-sungguh memperhatikan dan memahami materi dalam matematika.

Tahap kegiatan kelompok, Cilstrap dan Martin (dalam Arikunto, 1999:30)


memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang
biasanya berjumlah kecil yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Pada tahap ini
setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian
agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan seebagai
fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar
telah dicapai, diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas.
Arikunto (1999:30) mengatakan sebagaimana dikutip dari Webster C, bahwa tes
adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan dan intelegensi. Dalam penelitian ini, setiap selesai satu
kali pertemuan akan diadakan tes yang harus dikerjakan secara individu. Dengan
demikian setiap siswa bertanggung jawab untuk mengetahui dan memahami materi
yang telah diajarkan.

Tahap perhitungan skor perkembangan individu, setelah tes dilaksanakan


selanjutnya guru menghitung nilai kemajuan individu (poin perkembangan).
Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini
diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995)
dalam Isjoni (2009:53) seperti terlihat dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan
Skor Tes individu

a. Nilai lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5


b. Nilai 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10
c. Skor awal sampai 10 poin diatasnya 20
d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing


perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
Tahap pemberian penghargaan kelompok, penghargaan kelompok bertujuan
untuk memotivasi siswa agar aktif selama menyelesaikan tugas-tugas kelompok
sehingga didapatkan kelompok yang kompak. Pemberian penghargaan ini diberikan
berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategoriakn menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
(Isjoni, 2009:53-54).
Tabel 2.3 Kriteria pemberian Penghargaan kelompok

Skor (rata-rata
kelompok) Predikat

15-19 Kelompok baik


20-24 Kelompok hebat
25-30 Kelompok super

3. Kelebihan Model Pembelajaran STAD


Kuswadi (2004:37)menyebutkan beberapa keuntungan dan kelemahan
dari pembelajaran kooperatif tipe STAD. Beberapa keuntungannya antara lain:
a. Setiap anggota kelompok mendapat tugas
b. Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok
c. Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill)
d. Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain
e. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan
akademiknya meningkat
f. Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat
g. Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan
h. Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu yang tersedia
hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan pembelajaran
i. Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa

4. Kelemahan Model Pembelajaran STAD


Adapaun beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
a. Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakru yang relatif lebih lama sehingga
sulit mencapai target kurikulum
b. Dalam mempersiapkannya guru membutuhkan waktu yang lama
c. Membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua guru dapat melakukan
dan menggunakan strategi belajar kooperatif
d. Menuntut sifat tertentu tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama
F. Model Pembelajaran Learning Cycle
1. Ciri-ciri Model Pembelajaran Learning Cycle
2. Tahapan Model Pembelajaran Learning Cycle
3. Kelebihan Model Pembelajaran Learning Cycle
4. Kelemahan Model Pembelajaran Learning Cycle
a. Memerlukan waktu yang relatif lama
b. Tidak semua pokok bahasan bisa disajikan berupa peta konsep

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CIRCLE


Model pembelajaran bersiklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert karplus dalam
Science Curriculum Improvement Study (SCIS)(Throwbridge & Bybee 1996). Menurut
Lorsbach (2006), learning cycle adalah sebuah model pembelajaran dalam ilmu pendidikan
yang konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar.
Ciri khas model pembelajaran LC (Learning Cycle) ini adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban
sebagai tanggung jawab bersama.
Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: eksplorasi (exploration),
menjelaskan (explanation), dan memperluas (elaboration/extention), yang dikenal dengan
learning cycle 3E. Learning Cycle mempunya 3 fase yaitu Eksplorasi (exploration),
Pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept application).
Fase I : Exploration
1. Siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi materi secara bebas.
2. Siswa mengobservasi dan memahami fenomena alam dengan menggunakan pengetahuan
awalnya.
3. Siswa mengembangkan pengetahuan baru yang melibatkan pengalaman konkrit siswa
dengan sedikit bimbingan guru.
4. Tujuan eksplorasi ini adalah untuk merangsang minat siswa. Tujuannya bagi guru adalah
mengetahui pengetahuan awal siswa.
Fase II : Explaination
1. Guru mengenalkan konsep baru serta menghubungkan antar konsep yang siswa temukan
pada fase eksplorasi.
2. Pengenalan konsep dapat dilakukan dengan cara diskusi, melihat tayangan
gambar/charta, dsb.
3. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dan prinsip-prinsipnya sehingga dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menunjukkan membenahi konsep awal yang
mereka miliki.
Fase III : Aplikasi Konsep
1. Siswa berpikir tentang cara mengaplikasikan konsep yang mereka dapat pada fase II
untuk diterapkan pada situasi lain.
2. Tujuannya adalah secara umum siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka.
3. Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan
siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada fase yang kedua.
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya pada pengembangan
konsep yang lebih lanjut.
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan menjadi
lima tahap, yaitu: pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki
(exploration), menjelaskan (explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi
(evaluation), sehingga dikenal dengan learning cycle 5E. Menurut Piaget (1989) model
pembelajaran LC (Learning Cycle (5 E)) pada dasarnya memiliki lima fase yaitu:
1. Engagement (Undangan)
Bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase
berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam
fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan
diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-
prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
2. Exploration (Eksplorasi)
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa
pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan
serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
3. Explanation (Penjelasan)
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta
bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap
ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
4. Elaboration (Pengembangan)
Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan
seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5. Evaluation (Evaluasi)
Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes
untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi pelajaran.
Disamping LC 5E, berdasarkan usulan dari Einsenkraft (2003) yaitu LC 7E sebagai lahir
sebagai perkembangan dari 5E yang termasuk ke dalam model learning cycle. Pengembangan
learning cycle 5e menjadi learning cycle 7e terjadi pada tahapan tertentu, yaitu tahap Engage
menjadi Elicit dan Engage sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahap,
yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend.
Berdasarkan penjelasan Einsenkraft (2003), ketujuh tahapan learning cycle 7e adalah:
1. Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa)
Pada tahap ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari. Pertanyaan tersebut diambil dari beberapa contoh mudah yang diketahui
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan respon dari siswa
serta merangsang keingintahuannya terhadap jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan
oleh guru.
2. Engagement (melibatkan)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong
kemampuan berpikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai adalah timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang
tema atau topik yang akan dipelajari. Guru memberitahu siswa agar lebih berminat dalam
mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Tahap ini dilakukan dengan
cara demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lainnya.
3. Exploration (menyelidiki)
Pada fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun
secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Siswa
memanipulasi suatu obyek, melakukan percobaan, penyelidikan, pengamatan,
mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan awal dari percobaan yang dilakukan.
Guru berperan sebagai fasilitator, yakni membantu siswa agar bekerja pada lingkup
permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya) dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menguji dugaan/hipotesis yang telah mereka tetapkan. Dengan demikian, siswa
diharapkan memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan
dengan konsep yang telah dipelajari.
4. Explanation (menjelaskan)
Kegiatan belajar pada fase explain ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan,
dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan defenisi-defenisi yang dipahaminya dengan kata-katanya
sendiri serta menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk
melengkapi penjelasannya. Dari defenisi dan konsep tersebut kemudian didiskusikan
sehingga pada akhirnya menuju pada defenisi yang formal.
5. Elaboration (menguraikan)
Pada fase elaborate siswa menerapkan simbol-simbol,definisi-defiisi, konsep-konsep, dan
keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh
dari pelajaran yang dipelajari.
6. Evaluation (menilai)
Evaluasi merupakan tahap dimana guru mengevaluasi dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian baik secara formal
maupun informal. Guru diharapkan secara terus-menerus melakukan observasi dan
memperhatikan kemampuan dan keterampilan siswa untuk menilai tingkat pengetahuannya,
kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7. Extend (memperluas)
Pada tahapan akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari, menemukan, dan
menjelaskan contoh penerapan konsep dan keterampilan baru yang telah dipelajari. Guru
dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan data
atau fakta yang mereka eksplorasi dalam situasi yang baru. Selain itu, melalui kegiatan ini
Guru meransang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep
lain yang sudah atau belum dipelajari.
Menurut Fajaroh (2008), model pembelajaran learning cycle 5E memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya:
1. Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka
dapatkan sebelumnya.
2. Memberikan motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah
rasa keingintahuan.
3. Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen.
4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan
contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.
Kelebihan model pembelajaran LC (Learning Cycle)
1. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.,
2. dapat memberikan kondisi belajar yang menyenangkan,
3. meningkatkan ketrampilan sosial dan aktivitas siswa,
4. membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep fisika yang telah
dipelajari melalui kegiatan atau belajar secara berkelompok, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Sehingga, Model pembelajaran LC (Learning Cycle) ini cocok diterapkan dalam
pembelajaran fisika karena dapat mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu untuk
memahami konsep karena lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.
Adapun kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran.

Sources:
Einsenkraft.Arthur.(2003).Expanding the 5E Model. Dalam Journal for High School Science
Educators.[Online], Vol 70, (6), 56-59. Tersedia: http://www.its-about-
time.com/htmls/ap/eisenkrafttst.pdf. [27 Desember 2012].

Fatimah, Nurul.(2012).Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dalam Mata


Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA.Skripsi
pada UPI:Tidak Diterbitkan.
Hanuscin, D.L. dan Lee, M.H.(2007).Using a Learning Cycle Approach to Teaching the
Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers.Paper presented at the 2007 annual
meeting of the Association for Science Teacher Education, Clearwater, FL.

Khotimah, Tiara Husnul.(2011).Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.Skripsi pada UPI:Tidak Diterbitkan.

Nesa, Nella Melisa.(2012).Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dalam


Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa SMP.Skripsi pada
UPI:Tidak Diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai