Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Frits R.W. Suling Sp.JP (K), FIHA, FAsCC
selaku pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul
Prevalensi Sindrom Koroner Akut di RSU UKI Periode Mei Juli 2017 sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan stase Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam pada
Indonesia.
Penulisan Referat ini dapat terselesaikan dengan baik atas dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang terdalam penulis
ingin memberikan penghargaan dan rasa terimakasih kepada dr. Frits R.W. Suling
Sp.JP (K), FIHA, FAsCC selaku dokter pembimbing. Penulis sampaikan rasa hormat
dan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, ilmu pengetahuan dan motivasi
Akhir kata penulis berharap Referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan
maupun penyajian informasinya. Untuk itu penulis mohon maaf segala kekurangan
yang ada. Kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai masukan yang berharga
Penulis
3
ABSTRAK
Latar belakang :
Sindrom Koroner Akut (SKA) diketahui sebagai indikator utama penyakit jantung iskemik
yang merupakan bagian utama dari penyakit kardiovaskular. Telah dilaporkan bahwa sekitar
17 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung, dimana 50% dari kematian
tersebut disebabkan oleh Sindrom Koroner Akut (SKA).
Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Prevalensi Sindrom Koroner Akut (SKA) di
RSU UKI Periode Mei Juli 2017.
Metode:
Desain penelitian ini adalah deskriptif yang meneliti Prevalensi Sindrom Koroner Akut (SKA)
di RSU UKI Periode Mei Juli terhadap 18 purposive sampling (8 pria dan 10 wanita).
Analisis data mempergunakan SPSS versi 22 terhadap prevalensi faktor independent pada
faktor dependent.
Hasil:
Prevalensi SKA yang paling tinggi adalah UAP sebanyak 14 orang (77.80%), usia 41-65 tahun
sebanyak 8 orang (44.44%), wanita sebanyak 10 orang (55.56%), IMT normal (18.50-24.99)
sebanyak 14 orang (77.78%), Hipertensi stage 1 sebanyak 6 orang (33.30%). tidak memiliki
riwayat Hipertensi sebanyak 10 orang (55.56%), tidak memiliki riwayat DM sebanyak 14 orang
(77.78%), tidak memiliki riwayat hiperlipidemia sebanyak 13 orang (72.20%), tidak memiliki
riwayat penyakit jantung sebanyak 10 orang (55.56%), dan tidak memiliki riwayat PCI
sebanyak 13 orang (83.30%).
Kesimpulan :
Usia, jenis kelamin, IMT, tekanan darah, hipertensi, DM, hiperlipidemia, penyakit jantung, dan
riwayat PCI merupakan faktor risiko SKA dimana faktor tersebut saling terkait satu sama lain.
Kata kunci:
Sindrom Koroner Akut, Hipertensi, DM, Hiperlipidemia, Penyakit Jantung, PCI
4
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
5
3.6 Pengumpulan Data .... 33
BAB 5 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
6
ABSTRACT
Background:
ACS is known as the main indicator of Ischemic Heart Diseases and the main part of
Cardiovascular Diseases (CVD). It has been reported that 17 millions peoples die each year
caused by CVD where 50% cause of death is Acute Coronary Syndrome (ACS).
Purpose:
The aim of this study is to determine Prevalence of Acute Coronary Sindrom in FKUKI
General Hospital from May July 2017.
Methods:
This study design was descriptive that investigated Prevalence of Acute Coronary Syndrome
(ACS) at UKI General Hospital in May July 2017 using secondary data against 18 purposive
sampling (8 male and 10 female). The data analysis used SPSS version 22 to determine
prevalence of independent factor in dependent factor.
Results:
The highest prevalence of ACS is 14 peoples (77.78%) was diagnosed UAP, 8 peoples
(44.44%) was in the age group 41-65 years, 10 peoples (55.56%) is female, 14 peoples
(77.78%) have normal BMI (18.50-24.99), 6 peoples (33.30%) had hypertension stage I, 10
peoples (55.56%) didnt have history of Hypertension, 14 peoples (77.78%) didnt have history
of DM, 13 peoples (72.22%) didnt have history of Hyperlipidemia, 10 peoples (55.56%) didnt
have history of Cardiovascular Diseases (CVD), and 13 peoples (72.22%) didnt have history
of PCI.
Conslusion : .
Age, gender, Body Mass Index (BMI), Blood Pressure, Hypertension, DM, Hyperlipidemia,
Cardiovascular Diseases, and PCI were the risk factors of ACS.
Keywords :
Acute Coronary Syndrome, Hypertension, DM, Hyperlipidemia, Cardiovascular Diseases, PCI
7
BAB 1
PENDAHULUAN
darurat, nyeri dada merupakan penyebab paling umum dimana 506 juta keadaan
darurat setiap tahunnya.1 Nyeri dada dianggap sebagai faktor penting yang
nyeri dada yang khas dalam menjalani evaluasi menyeluruh. Hal ini seperti
tujuan utama dokter dalam mengevaluasi seorang pasien dan menilai apakah
rasa sakit itu karena penyakit jantung atau lainnya. Sindrom Koroner Akut
penyebab SKA, penyakit arteri koroner juga dianggap sebagai faktor risiko.3
Elevasi dan angina tidak stabil termasuk dalam SKA.4 Telah dilaporkan bahwa
akut (SKA).3 Karakteristik SKA yang paling utama adalah nyeri dada.
8
Oleh karena itu, nyeri dada diketahui sebagai sumber utama SKA.5 Sebuah
nyeri dada yang terendah adalah 13% dan yang tertinggi 46%.7 Terkadang
pasien dengan SKA mungkin tidak memiliki nyeri dada yang khas. Telah
dilaporkan bahwa pasien SKA tanpa nyeri dada yang khas menyumbang
33.33% lansia dan 25% remaja dengan proporsi laki-laki 69.23% yang pada
dianggap sebagai faktor risiko umum SKA yang umum dimodifikasi karena
mayoritas pasien yang didiagnosis dengan SKA memiliki satu atau lebih dari
faktor risiko ini.7 Banyak peneliti yang melaporkan diabetes mellitus, STEMI,
angina tidak stabil, hiperlipidemia dan Hipertensi sebagai diagnosis yang paling
umum di SKA.7,9 Oleh karena itu, penelitian ini penulis bertujuan untuk
mengetahui Angka Kejadian Sindrom Koroner Akut (SKA) di RSU UKI Periode
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Angka Kejadian Sindrom
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom koroner akut adalah salah satu manifestasi klinis penyakit jantung
koroner akut terjadi karena terjadinya pengurangan oksigen akut atau subakut
dari miokardium. Hal ini terjadi karena adanya ruptur atau erosi plak,
sebagai berikut.
miokard. Hal ini terjadi karena adanya oklusi total dari arteri koroner
10
sehingga menyebabkan area yang mengalami infark menjadi lebih luas.
EKG.
berikut ini.
11
3) Biasanya semakin lama semakin bertambah berat (nyeri yang
dari sebelumnya).
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat
keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua
sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG dapat berupa depresi segmen ST,
Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila
diagnosis menjadi NSTEMI. Pada UA, marka jantung tidak meningkat secara
bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk peningkatan CK-
MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper
12
sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang
Adapun beberapa faktor risiko terjadinya SKA yaitu faktor risiko yang dapat
13
a) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, antara lain sebagai berikut.
Hipertensi
Hiperlipidemia
Merokok
Obesitas
Stress
b) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain sebagai berikut.
Usia
Jenis kelamin
s
SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arteri koroner, aktivasi kaskade,
pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta aliran darah koroner yang
mendadak berkurang. Hal ini terjadi pada plak koroner yang kaya lipid dengan
fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque). Ini disebut fase plaque disruption
disrupsi plak. Setelah plak mengalami ruptur maka tissue factor dikeluarkan
dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan
14
Proses inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofag dan sel T limfosit,
aterosklerosis maka akan terjadi disfungsi endotel. Disfungsi endotel ini dapat
gagal jantung.
endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu. Pada keadaan disfungsi
15
NO secara langsung menghambat proliferasi sel otot polos dan migrasi, adesi
luasnya infark.
aterosklerosis yang ringan sampai dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak
karena beberapa hal, yakni tipis - tebalnya fibrous cap yang menutupi inti
NSTEMI sehingga terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh darah
Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan
pelindung jaringan (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti
yang banyak lemak dan sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi
plak yang berdekatan dengan intima normal dan pada bahu timbunan
lemak. Terkadang, ruptur terjadi pada dinding plak yang paling lemah
16
karena adanya enzim protease yang dihasilkan oleh makrofag yang
2. Obstruksi dinamis
Angina.
trombosit.
17
4. Inflamasi dan/atau infeksi
Pada pasien ini ada penyebab dapat berupa penyempitan arteri koroner
18
2.5 Penegakan Diagnosis Sindrom Koroner Akut10
1) Anamnesis
iskemik. Tanda gejala dan klinis iskemik seperti ketidaknyamanan atau nyeri
di dada yang dalam (Angina), yang tidak dapat dilokalisasi, dan biasanya
menjalar ke tangan kiri, dagu atau leher dengan durasi lebih dari 20 menit
nyeri dada episode Angina Stabil, nyeri dada pada SKA lebih berat dan
Gejala atipikal angina atau angina equivalent yang sering dijumpai antara
lain nyeri penjalaran angina tipikal, rasa ganggu pencernaan, sesak nafas
yang tidak dapat diterangkanm atau rasa lemah mendadak yang sulit
diuraikan. Keluhan atipikal ini sering dijmpai pada pasien wanita, usia lanjut
2) Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang khas pada episode SKA. Hasil
yang dingin dan lembab, dapat didengarnya suara jantung S3 dan S4 atau
19
otot papiler). Ronki basah dapat didengar jika terdapat edema paru yang
kardiogenik.
1) EKG 15
atau inverse gelombang T simetris (> 2mV) pada dua lead yang
bersebelahan.
20
Selama infark miokard akut, EKG berkembang melalui tiga stadium yaitu
sebagai berikut.
2. Elevasi segmen ST
syarat: lebar 0,04 detik, dalam 4mm atau 25% tinggi R. Pada
21
Evolusi EKG pada Infark Miokard Akut
Lokalisasi infark berdasarkan lokasi letak perubahan EKG adalah sebagai berikut.
22
2) Cardiac Marker
atau cTn T/I >2x nilai batas atas normal menunjukkan adanya nekrosis
dideteksi
b. Myoglobin
23
d. Lactat Dehidrogenase (LDH)
24
Tabel 2.1 Perbedaan Karekteristik Klinis Acute Coronary syndrome
Gambaran Klinis
Presentasi klinis
kebanyaan laki-laki
25
Pemeriksaan fisik
Levine. Pemeriksaan
gagal jantung.
Gambaran depresi segmen ST pada dua atau lebih Elevasi segmen ST pada
sadapan sesuai region dinding ventrikelnya, dan/atau dua atau lebih sadapan
ventrikelnya
troponin T dan/atau dan/atau CKMB (4-6 jam dan/atau CKMB (4-6 jam
26
Troponin jantung juga dapat membedakan SKA klasifikasi NSTEMI dan UAP.
Walaupun NSTEMI dan UAP dapat memiliki gambaran EKG yang hampir
serupa, namun kadar troponin jantung pada UAP tidak akan meningkan,
belum terjadinya kematian sel miokard pada UAP Meskipun kadar troponin
dikarenakan CKMB memiliki waktu paruh yang lebih singkat (3-5 hari).
a) Terapi Awal
SKA atau SKA dengan keluhan angina. Terapi awal yang dimaksud
1. Oksigenasi
27
Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka
distress respirasi
saturasi O2 arteri
2. Nitrogliserin (NTG)
Kontraindikasi : hipotensi
Manfaat :
aliran kolateral
28
3. Morphine
Dosis 2 4 mg intravena
Manfaat :
Efek samping :
4. Aspirin
29
Harus diberikan kepada semua pasien ACS jika tidak ada
30
gastrointestinalnya bila dibanding Aspirin, meskipun
hari .
b) Terapi Lanjut
Reperfusi harus dilakukan untuk menghindari kerusakan yang lebih luas pada
Terapi trombolitik
31
o Streptokinase 1.5 mega unit dalam 100 ml larutan
jam
berikutnya.
berikutnya.
antibodi.
<60 kg 30 mg iv bolus
60-70 kg 35 mg iv bolus
32
70-80 kg 40 mg iv bolus
80-90 kg 45 mg iv bolus
>90 kg 50 mg iv bolus
jam
- Indikasi:
- Kontraindikasi
o Absolut
bulan
Malformasi atriovena
Neoplasma intrakranial
Risiko perdarahan
Perdarahan aktif
33
o Relatif
terkontrol
Risiko perdarahan
Pengguna antikoagulan
minggu
Lain-lain
Hamil
34
- Indikator terapi berhasil :
o Hipotensi
o Alergi
o Aritmia
o Indikasi PCI
35
Syok kardiogenik untuk pasien dengan umur
jam
1. Anti-agregasi trombosit
harus dikunyah
2. Beta blocker
3. Nitrogliserin
36
Kontraindikasi pada pasien dengan tekanan sistolik
37
- Berikut adalah dosisnya.
6. Statin
10-20 mg
38
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif yang meneliti Prevalensi Sindrom Koroner
Akut di RSU UKI Periode Mei Juli 2017 dengan menggunakan data sekunder.
Penelitian ini dilakukan di RSU UKI pada tanggal 21 Agustus 2017 sampai dengan
25 Agustus 2017.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien di IGD RSU UKI pada bulan Mei
sampai Juli 2017. Sampel pada penelitian ini adalah pasien Sindrom Koroner Akut
di IGD RSU UKI pada bulan Mei Juli 2017. Pengambilan sampel dilakukan
1. Kriteria Inklusi
Usia 17 Tahun
39
2. Kriteria Eksklusi
E. Subjek Penelitian
Pasien Sindrom Koroner Akut yang memenuhi kriteria inklusi dan berobat di IGD
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Rekam Medis. Dari rekam medis diperoleh data yang meliputi usia, jenis kelamin,
berat badan (BB), tinggi badan (TB), tekanan darah, riwayat hipertensi, riwayat
DM, riwayat hyperlipidemia, riwayat penyakit jantung, riwayat PCI, dan diagnosis
pasien.
G. Analisis Data
Dari judul penelitian ditetapkan faktor dependent dan faktor risiko (independent)
1. Usia
2. Jenis kelamin
4. Tekanan Darah
40
5. Riwayat Hipertensi
6. Riwayat DM
7. Riwayat Hiperlipidemia
9. Riwayat PCI
Data yang sudah terkumpul disimpan dalam perangkat lunak SPSS versi 22.
Analisis data mempergunakan SPSS versi 22. Pada saat entry data, dilakukan
H. Definisi Operasional
Sindrom Koroner Akut adalah Sindrom koroner akut (ACS) merupakan kumpulan
pektoris tidak stabil, infark miokardium tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) dan
Usia adalah ulang tahun terakhir responden pada saat dilakukan penelitian.
Kode : 0 = 18 40 tahun
1 = 41 65 tahun
2 = > 65 tahun
41
Indeks masa tubuh (IMT) adalah keadaan gizi seseorang yang dihitung dari
perbandingan antara berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
2 = Overweight (25.00-29.99)
3 = Obesitas (30.00)
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah ini terdiri dari tekanan darah
Kode : 0 = Normal
1 = Pre Hipertensi
2 = Hipertensi Stage I
3 = Hipertensi Stage I
Riwayat Hipertensi adalah pasien yang memiliki riwayat hipertensi dimana tekanan
darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, pada
42
Riwayat DM adalah pasien yang memiliki riwayat DM dengan kriteria menurut
WHO dimana kadar GDS 200 mg/dl atau GDP 126 mg/dl disertai dengan gejala
1 = Memiliki riwayat DM
dimana kadar kolestrol > 200 mg/dl dengan atau tanpa peningkatan kadar
Riwayat PCI adalah pasien yang memiliki riwayat dilakukan tindakan PCI.
I. Etika Penelitian
Penelitian ini mengikuti kaidah sesuai dengan etika penelitian yang berlaku dengan
merahasiakan identitas responden yang ada. Dokumen tentang identitas dan data
Akut di RSU UKI Periode Mei Juli 2017 hanya dipergunakan untuk keperluan
penelitian.
43
BAB IV
44
Berdasarkan faktor usia diperoleh hasil bahwa penderita SKA tebanyak berusia
41-65 tahun yaitu 8 orang (44.44%). Sedangkan angka kejadian SKA pada usia
18-40 tahun sebanyak 3 orang (16.67%) dan sebanyak 7 orang (38.89%) berusia
>65 tahun.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Naveed Aslam Lashari et all (2016) yang
berusia 20-40 tahun, 154 orang (55.0%) berusia 40-60 tahun, dan sebanyak 51
Laki-laki 8 44.44
Perempuan 10 55.56
Angka kejadian SKA meningkat setelah menopause. Hal ini terjadi karena
45
perkembangan aterosklerosis yang dapat meningkatkan risiko terjadinya SKA.
katabolisme LDL dan Lipoprotein. Selain itu, estrogen juga berfungsi dalam
Underweight (<18.50) 0 0
Obesitas ( 30) 0 0
tinggi. Hal ini dikarenakan konsentrasi protein C-reaktif yang lebih tinggi ,
tingkat troponin dan NT-proBNP yang lebih rendah dibandingkan dengan IMT
normal.19 Namun, pada penelitian ini diperoleh bahwa penderita SKA yang
(22.22%).
46
Tabel 4.5. Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Tekanan Darah
Normal 5 27.80
Pre-Hipertensi 3 16.70
akan dikatakan hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg
sekurang-kurangnya dua kali pengukuran tekanan darah pada saat yang berbeda
47
Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee (JNC) VII adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.6. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee (JNC) VII
cardiac output dan/atau resitensi perifer, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kardiovaskular.20
48
Tabel 4.7. Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Riwayat Hipertensi
Ya 8 44.44
Tidak 10 55.56
(55.56% vs 44.44%).
kronik, dan penyakit jantung koroner. Efek jangka panjang dari tingginya
tekanan darah adalah rusaknya dinding arteri sehingga membuat dinding arteri
49
Tabel 4.8. Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Riwayat DM
Ya 4 22.22
Tidak 14 77.78
akibat defisensi insulin absolut dan diabetes tipe 2 akibat defisiensi insulin
relatif.22
(mg/dL)
50
DM sudah diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya peyakit
jantung koroner. Hal ini terjadi karena hiperglikemia dan stress oksidatif yang
jantung koroner.
Ya 5 27.80
Tidak 13 72.20
hiperlipidemia. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
SKA terjadi akibat adanya pada pembuluh darah koroner sehingga aliran darah
thrombus yang berasal dari ruptur plak arterosklerosis dan bukan merupakan
stenosis, salah satu faktor risiko SKA yang berkaitan erat dengan kejadian
51
aterosklerosis adalah tingginya kadar kolesterol. Selama ini kadar kolesterol
koroner sering tidak memiliki kadar kolesterol yang tinggi, yang terjadi adalah
LDL teroksidasi.23, 24
Ya 8 44.44
Tidak 10 55.56
Hasil ini sesuai dengan penelitian Stivano dan Rosmiatin bahwa penderita
penderita tanpa riwayat penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin terjadi karena
52
Tabel 4.12. Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Riwayat PCI
Ya 3 16.70
Tidak 15 83.30
hasil bahwa 3 orang (16.70%) penderita SKA pernah melakukan tindakan PCI
PCI adalah suatu tindakan minimal invasif dengan melakukan pelebaran dari
pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon dan dilanjutkan dengan
Pada pasien dengan riwayat PCI memiliki risiko untuk terkena SKA lagi,
namun hal ini biasanya terjadi pada pasien yang memiliki faktor-faktor risiko
53
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
UKI Periode Mei Juli 2017 dengan studi desain deskriptif terhadap
25 Agustus 2017 yang terdiri dari 44.44% usia 41-65 tahun dan 55.56%
gender wanita.
Koroner Akut dimana faktor tersebut saling terkait satu sama lain.
5.2 Saran
54
penyakit kronis tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya Sindrom
Koroner Akut.
besar dan variabel yang lebih rinci untuk eksplorasi temuan dalam
penelitian ini.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldman L, Kirtane AJ. Triage of patients with acute chest pain and
possible cardiac ischemia: the elusive search for diagnostic perfection. Ann
p.521640.
2011;32(23):2999-3054.
chest pain history, ECG, troponin and clinical gestalt in patients with chest
56
7. Parkash O, Almas A, Hameed A, Islam M. Comparison of non cardiac chest
tertiary care center. JPMA The Journal of the Pakistan Medical Association.
2009;59(10):667-71.
9. Liu CH, Huang YC. Comparison of STEMI and NSTEMI patients in the
Medicine.2015;28(2):283-93.
Miokard Akut Tanpa ST Elevasi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV.2014:1449-50.
12. Brunori, Evelise Helena; Lopes, Camila Takao; Cavalcante, Agueda Maria;
Rev.Latino-Am.Emfermagem. 2014;22(4):538-46.
57
13. Creal, Filippo; Binder, Ronald K; Luscher, Thomas F. The year in
Journal.2017;38:154-64.
chest pain history, ECG, troponin and clinical gestalt in patients with chest
16. Smith JN, Negrelli JM, Manek MB, Hawes EM, Viera AJ. Diagnosis and
18. Wani, Mohmad I; Rashid, Aamir; Beig, Jahangir R; Ajaaz, Shahood. Acute
58
19. Niedziela, Jacek; Hudzik, Bartorz; Niedziela, Natalia et all. The obesity
2014;1(16):A20-7.
22. Dong X, Cai R, Sun J, Huang R, Wang P, Sun H, Tian S, Wang S. Diabetes
as a risk factor for acute coronary syndrome in women compared with men:
2017;33(5).
24. Torry, S.R., Panda, L. and Ongkowijaya, J., 2014. Gambaran faktor risiko
59
25. Tumade, B., Jim, E.L. and Joseph, V.F. Prevalensi Sindrom Koroner Akut
Coronary Intervention after One Year Clinical Follow Up, Int Cardio Res J.
2017;7(1):e12725.
27. Velders, M.A., James, S.K., Libungan, B., Sarno, G., Frbert, O., Carlsson,
60