Aktivitas Dan Latihan
Aktivitas Dan Latihan
B. Uraian Materi
Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan salah satu dari
tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti
atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya. Sebagai perawat, suatu saat anda akan berjumpa dengan pasien yang
mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas dan latihan.
Adapun uraian dari masing-masing poin di atas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian mekanik tubuh
mekanik tubuh merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Mekanik tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu :
Keep Fighting!!!
Page 1
b. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.
c. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana mekanik tubuh berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.
Keep Fighting!!!
Page 2
yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam
penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami
gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
1) Tortikolis
- Diskripsi : mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana
otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
- Penyebab : kondisi congenital.
- Penatalaksanaan : operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi
berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
2) Lordosis
- Diskripsi : kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung
Keep Fighting!!!
Page 3
berlebihan.
- Penyebab : kondisi congenital, kondisi temporer missal,
kehamilan.
- Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
3) Kifosis
- Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
- Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket
tuberkolosis spinal.
- Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,
menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket,
penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
4) Kifolordosis
- Diskripsi : kombinasi dari kifosis dan lordosis.
- Penyebab : kondisi congenital.
- Penatalaksanaan : sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan
lordosis berdasarkan penyebab.
5) Skoliosis
- Diskripsi : kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak
sama.
- Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic,
panjang kaki tidak sama
- Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
6) Kifoskoliosis
- Diskripsi : tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan
lateral.
- Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
- Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
7) Dysplasia Pinggul Kongenital
- Diskripsi : ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi
pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput
Keep Fighting!!!
Page 4
vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena
abnormal kedangkalan assetatbulum).
- Penyebab : kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran
sungsang).
- Penatalaksanaan : mempertahankan abduksi paha yang terus menerus
sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah
assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
8) Knock-knee (genu varum)
- Diskripsi : kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat
jika seseorang berjalan.
- Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
- Penatalaksanaan : knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan.
Keep Fighting!!!
Page 5
b. Penilaian Kemampuan aktivitas
Perawat mengumpulkan informasi mengenai kapasitas mobilitas fungsional pasien,
persepsi pasien tentang tingkat aktivitas yang dapat diterima, dan dampak yang
disebabkan imobilitas pada pasien. Untuk memperoleh basis data yang komplet
dan akurat, perawat harus mengamati pasien saat berdiri, duduk, dan berbaring
dan juga selama berjalan ( selama pasien dapat melakukannya). Observasi khusus
yang harus dilakukan adalah :
1) Kelengkungan tubuh ( sklerosis, kifosis, lordosis)
2) Gaya berjalan
3) Rentang gerak aktif atau pasif
4) Kelainan sendi dan penyimpangan muskuloskeletal
5) Kelainan neurologis
6) Resiko jatuh
7) Hasil tes diagnostik(sinar X, MRI, Studi laboratorium)
8) Intervensi dan medikasi terapiutik saat ini yang mempengaruhi mobilitas
9) Tanda tanda komplikasi ( misal kerusakan kulit, penumonia, depresi, isolasi
sosial
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun
gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan,
maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh,
yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Keep Fighting!!!
Page 6
Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang
gerak yang dimilikinya secara periodik.
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.
Jenis Mobilitas :
a) Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian
pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian ini dibagi mcnjadi dua jenis, yaitu:
c) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
d) Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menctap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang revc;rsibel. Contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan untuk kasus
poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
b. Tindakan yang berhubungan dengan Mobilitas :
1) Mobilisasi aktif (Active ROM) adalah kemampuan klien dalam melakukan
pergerakan secara mandiri. Seperti :
a) Leher, spinal, serfikal
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45
Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang
45
Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin,
Keep Fighting!!!
Page 7
rentang 40-45
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin
kearah setiap bahu, rentang 40-45
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,
rentang 180
Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
b) Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke
posisi di atas kepala, rentang 180
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang
180
Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
rentang 45-60
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan
telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180
Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh
sejauh mungkin, rentang 320
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan
lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang,
rentang 90
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke
atas dan samping kepala, rentang 90
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang
360 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
Keep Fighting!!!
Page 8
c) Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke
depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150
Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150
d) Lengan bawah
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak
tangan menghadap ke atas, rentang 70-90
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah, rentang 70-90
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
Keep Fighting!!!
Page 9
e) Pergelangan tangan
Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah, rentang 80-90
Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan,
lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90
Hiperekstensi: Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin, rentang 89-90
Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30
Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari,
rentang 30-50
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
f) Jari tangan
Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90
Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90
Hiperekstensi: Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin,
rentang 30-60
Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,
rentang 30
g) Ibu jari
Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,
rentang 90
Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90
Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30
Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30
Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
h) Pinggul
Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120
Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,
rentang 90-120
i) Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
j) Mata kaki
Dorsofleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
rentang 20-30
k) Kaki
Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10
Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
l) Jari-Jari Kaki
Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60
Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60
Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,
rentang 15
Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
D. Rangkuman
Keuntungan dari aktivitas fisik telah didokumentasikan dengan baik sama halnya dengan
dampak dari tidak adanya aktivitas. Pernyataan tersebut membuat perawat tertantang untuk
menyakinkan pasien mengenai manfaat aktivitas fisik. Salah satu cara untuk mencapainya
adalah dengan berperan sebagai model peran untuk pasien. Perawat juga harus bekerja
secara kolaboratif dengan pasien untuk mengembangkan tujuan perorangan yang dapat
dicapai untuk aktivitas fisik. Ketika pasien benar benar mengalami imobilitas, perawat harus
membantu dengan mencegah komplikasi dari imobilitas tersebut dan membantu klien untuk
mendapatkan level fungsionalnya yang optimal.