Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diperkirakan kapan mau

terjadi, dimana terjadinya, seberapa besar kekuatan bencana, serta siapa yang

tertimpa bencana. Salah satu dampak bencana adalah kehancuran dan kerusakan

kehidupan manusia baik fisik maupun mental.

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan cepat, tepat

memerlukan komponen-komponen antara lain: SDM, sarana-prasarana, logistik-

medis (obat-obatan, bahan-bahan & alat medis habis pakai, dll), komunikasi-

transportasi. Permasalahan pada logistik medis sangat komplek. Disatu sisi

memberikan pelayanan pada para pelaku pelayanan kesehatan (dokter,

paramedik, rumah sakit, Puskesmas, Posko Bencana), di sisi lain harus

menerima dan menginventarisasi bantuan/donasi logistik-medik dalam waktu

yang bersamaan dan volume barang yang besar.

Usaha pencegahan dan penanggulangan bencana secara cepat dan tepat

wajib dilakukan, baik oleh warga dan pemerintah. Salah satu yang sangat

penting, tetapi sering diabaikan, perihal sistem manajemen logistik bencana.

Logistik dalam pengertian manajemen bencana berarti segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, baik pangan,

sandang, papan, dan turunannya. Termasuk dalam kategori logistik ialah barang

yang habis dikonsumsi, misalnya sembako, obat-obatan, selimut, pakaian dan

perlengkapannya, air, tenda, jas hujan, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa

pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan

penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana

(disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan

perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management

policies)
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, serta peringatan dini;

2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk

meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue

(SAR), bantuan darurat dan pengungsian;

3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,

dan rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan,

padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa

yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi

bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat

maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa

yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana

memperkecil dampak bencana.

Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian

bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa

penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan

mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun

masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang

menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril

maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan

sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang

masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi

masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan

sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah

bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi

kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja,


tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti

ketakutan, trauma atau depresi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Manajemen Logistik Itu?

2. Bagaimana Proses Dalam Penanggulangan Bencana?

3. Bagaimana Pola Penyelenggaraan Manajemen Logistik?

4. Klasifikasi Logistik?

5. Apa saja Faktor Yang Menpengaruhi Penyediaan Logistik Medis?

6. Apa Masalah Umum Dalam Manajemen Logistik ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Manajemen Logistik.

2. Mengetahui Proses Dalam Penanggulangan Bencana.

3. Mengetahui Pola Penyelenggaraan Manajemen Logistik.

4. Mengetahui Klasifikasi Logistik.

5. Mengetahui Faktor Yang Menpengaruhi Penyediaan Logistik Medis.

6. Mengetahui Masalah Umum Dalam Manajemen Logistik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Logistik

Manajemen adalah sebuah proses pengaturan, merencanakan melaksanakan

dan mengendalikan.

Logistik adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat

diperlakukan secara fisik, baik yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan

pokok maupun kegiatan penunjang dalam organisasi ( Donald, 2006).

Nama lain logistik : perbekalan, barang, material, peralatan, perlengkapan,

saranan, dan prasarana.

Manajemen logistik adalah serangkaian kegiatan atau perencanaan,

perorganisasian pengawaasan terhadap kegiatanpengadaan, pencataan,

pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, dan penguanaan logistik guna

mendukung produktifitas dan efisiensi dalam upaya pencapain tujuan organisasi

(Syafrudin 2009).

Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang

berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan

keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari

titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam

tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.

Menurut Andri Lukaman, (2006) tanggung jawab bagian logistik antara lain :

1. Menyediakan barang dan jasa dalam jumlah mutu dan waktu yang tepat

dengan harga yang sesuai.

2. Menjaga kegiatan pemasokan aterial dan jasa agar tidak putus.

3. Mengadakan pembelian inventaris secara bersaing.

4. Menjadwal infestasi barang dalam tingkat serendah mungkin

5. Menegmbangkan sumber pasokan yang dapat dipercayadan alternatif

pasokan lain.

6. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian lain


7. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian lain.

8. Melatih dan membina pegawai yang kompeten

B. Proses Dalam Penanggulangan Bencana

Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi tujuh

tahapan terdiri dari:

1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan

2. Pengadaan dan/atau Penerimaan

3. Pergudangan dan/atau Penyimpanan

4. Pendistribusian

5. Pengangkutan

6. Penerimaan di tujuan

7. Pertanggungjawaban

Ketujuh tahapan Manajemen Logistik dan Peralatan tersebut dilaksanakan

secara keseluruhan menjadi satu sistem terpadu. Rincian kegiatan dan tujuan

masing-masing tahapan Manajemen Logistik dan Peralatan itu adalah sebagai

berikut:

1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan

a. Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk

mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di mana,

kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.

b. Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta

kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana

yang akan ditanggulangi.

c. Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :

Laporan-Laporan;

Tim Reaksi Cepat;

Media Massa;

Instansi terkait;
Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :

Penyusunan standar kebutuhan minimal.

Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.

2) Pengadaan dan/atau Penerimaan

a. Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan

penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi

termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan

diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak

jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan

logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan

untuk siapa bantuan ini ditujukan.

b. Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk

penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara

penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat.

Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam

lampiran.

c. Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:

1. Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari

berbagai sumber.

2. Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan

peralatan yang ada.

3. Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala

prioritas kebutuhan.

4. Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.

d. Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan

e. Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan

- Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan

bencana dilaksanakan secara terencana dengan

memperhatikan jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat


dilakukan melalui pelelangan, pemilihan dan penunjukkan

langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah

dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan yang

berlaku dengan memperhatikan kondisi pada keadaan

darurat.

Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut

pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan

perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan

pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan

barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara

lain:

a. Kode etik pengadaan

Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian,

antara lain:

o Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun

seorang pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap

perdagangan

o Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.

o Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika

b. Pelelangan pengadaan barang

Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus

dibentuk panitia pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan

sebagai berikut:

Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:

Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab

keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab

tehnis.
Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala

kantor/satuan pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat

jenderal atau unit-unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.

Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan

pekerja/pemimpin proyek

Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah

pemenang pelelangan ditunjuk.

3) Pergudangan dan Penyimpanan

a. Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data

penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit

pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara

penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu

itu.

b. Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang

logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang,

berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan,

siapa yang menerima, cara penyimpanan menggunakan metoda

barang yang masuk terdahulu dikeluarkan pertama kali (first-in first-

out) dan atau menggunakan metode last-in first-out.

c. Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan

tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system

pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Faktor faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi

penyimpanan adalah:

a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu

menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara

yang baik.

b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:

Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar,

kursi roda dll.

Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.

c. Pengaturan ruang

Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan,

penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.

d. Prosedur/sistem penyimpanan

Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu

pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dll.

e. Penggunaan alat bantu

f. Pengamanan dan keselamatan

Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap

kecelakan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

4) Pendistribusian

a. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah

perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai

data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan

mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam

penanggulangan bencana.

b. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan

menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang

diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian,

alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas

penyampaian tersebut.
c. Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :

- Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.

- Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan

yang harus disampaikan.

- Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.

5) Pengangkutan

a. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka

dilaksanakan pengangkutan.

b. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan

peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang

bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab

keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan kepada

penerima.

c. Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan

berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang

diangkut.

d. Maksud dan Tujuan Pengangkutan:

Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari

gudang penyimpanan ke tujuan penerima

Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan

peralatan dari gudang ke tujuan.

Mempercepat penyampaian.

e. Jenis Pengangkutan

Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,

danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial

yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan

6) Penerimaan di Tempat Tujuan


a. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di

tempat tujuan adalah:

o Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis

bantuan yang diterima.

o Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.

o Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,

sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.

o Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.

7) Pertanggungjawaban

a. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah

dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.

b. Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun

kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna

untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku

proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip

akuntabilitas dan transparansi.

C. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN LOGISTIK

Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana

menganut pola penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa

lembaga atau sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah,

mulai dari:

1. Tingkat Nasional,

2. Tingkat Provinsi,

3. Tingkat Kabupaten/Kota.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan

terjadi termasuk di dalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti

fungsinya, sistem komando, sistem operasi, sistem perencanaan, system

administrasi dan keuangan, sistem komunikasi dan sistem transportasi. Masing-


masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen logistik dan

peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman delapan tahapan

manajemen logistik dan peralatan, yang pada masingmasing tingkat lembaga

penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi sesuai dengan

tingkat kewenangannya.

1) Tingkat Nasional

Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili

oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam

menjalankan peran tersebut BNPB mempunyai kemudahan akses dan

koordinasi dengan organisasi yang dapat membantu system manajemen

logistik dan peralatan untuk bencana. Fungsi Penyelenggaraan Manajemen

Logistik dan Peralatan Tingkat Nasional adalah:

a. Seluruh komponen kelembaga

Seluruh komponen kelembagaan mematuhi dan melaksanakan

sistem manajemen logistik dan peralatan yang telah ditetapkan,

baik dalam keadaan prabencana, keadaan terjadi bencana, dan

pascabencana.

Dukungan pemerintah, pemerintah tingkat provinsi,

kabupaten/kota atau atau lembaga lain dapat dikoordinasikan

sesuai dengan sistem manajemen logistik dan peralatan.

Menghimpun fakta dan informasi yang diperlukan oleh

masyarakat dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung

jawabkan, dalam bentuk informasi melalui media massa yang

mudah diakses.

Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan

Penanggulangan Bencana secara konsisten.

Berfungsi sebagai penanggung jawab atas tugas dan koordinasi

seluruh sumberdaya dalam penanggulangan bencana yang

berkaitan dengan logistik dan peralatan yang dipergunakan.


Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pendistribusian bantuan

dari luar negeri, dengan sistem satu pintu.

Menjadi koordinator dalam hal informasi dan komunikasi dalam

penanggulangan bencana. Dalam hal ini jaringan komunikasi

antar tingkatan organisasi pendukung sistem logistik dan

peralatan harus terjalin dengan baik.

Sistem logistik dan peralatan tingkat nasional merupakan

pemegang sistem komando bencana dalam hal logistik dan

peralatan.

2) Tingkat Provinsi

Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan

Tingkat Provinsi adalah :

Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi

memiliki tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.

Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang

meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.

Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan

logistik dan peralatan di area bencana.

Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area

bencana.

Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang

terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara

periodik kepada kepala BNPB.

Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan

manajemen logistik dan peralatan.

Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan

penanggulangan bencana secara konsisten.

3) Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat

Kabupaten/Kota adalah :

a. Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen

logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap

darurat dan pemulihan darurat.

b. Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,

peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-

pusat operasi (pos komando) di area bencana.

c. Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi

BPBD.

d. Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan

penanggulangan bencana secara konsisten.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan

terjadi termasuk didalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti

fungsinya, sistem komando, sistem operasi, sistem perencanaan, sistem

administrasi dan keuangan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.

Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen

logistik dan peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman

delapan tahapan manajemen logistik dan peralatan, yang pada masing-masing

tingkat lembaga penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi

sesuai dengan tingkat kewenangannya.

D. KLASIFIKASI LOGISTIK

Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional

dari who di amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut:

a. Medicines (Obat obatan)

b. Health Supplies/ kit (Peralatan kesehatan)

c. Water and Environmental Health (kesehatan air dan lingkungan)

d. Food (makanan)
e. Logistic administration (administrasi logistik, pencatatan)

f. Shelter electrical construction (tempat tinggal sementara listrik

bangunan)

g. Personal needs / edukasi (kebutuhan personal dan edukasi personal)

h. Human resources (sumber daya manusia)

i. Agriculture/ livestock (stok pangan)

j. Unclassified/ others ( lainnya)

Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan

kedua yaitu obat obatan dan peralatan kesehatan.

E. FAKTOR YANG MENPENGARUHI PENYEDIAAN LOGISTIK

MEDIS

1. Tipe bencana

Setiap bencana memiliki karakteristik yang berbeda beda,

misalnya, bencana gempa di Bantul pada tahun 2006, mayoritas korban

mengalami patah tulang karena tertimpa bangunan yang roboh, sedangkan

pada bencana erupsi merapi, para korban kebanyakan mengalami luka

bakar dan juga infeksi pernapasan akut akibat menghirup debu vulkanik

yang terlalu banyak. Tipe bencana ini sangat mempengaruhi peralatan dan

obat obatan apa yang nantinya akan dibawa.

2. Jumlah korban/ pengungsi/ populasi

Tim yang akan memberikan bantuan juga harus memperhitungkan

mengenai jumlah bantuan. Sebagai contoh, cukupkah kalau kita hanya

membawa 100 botol infus untuk logistik di tempat pengungsian selama 10

hari dengan jumlah pengungsi sakit 200 orang dan setiap harinya

membutuhkan 3 sampai 4 botol infus?

3. Periode bencana

Yang dimaksud periode di sini adalah periode pra bencana, tanggap

darurat, dan paska bencana. Setiap fase bencana memiliki kebutuhan yang
berbeda beda pula. Sebagai contoh, saat terjadi bencana gempa Bantul,

kebutuhan obat anti tetanus meningkat pesat untuk mencegah terjadinya

infeksi pada luka terbuka, namun dua atau tiga bulan setelah bencana, obat

anti tetanus ini tidak lagi diperlukan.

Mempersiapkan logistik identik pula dengan berhitung dan

menimbang nimbang. Kita harus dapat memperkirakan setepat mungkin

mengenai obat obatan dan alat medis apa yang akan digunakan,

termasuk jumlahnya, sehingga jangan sampai terjadi kelebihan maupun

kekurangan yang terlalu significant.

F. Masalah Umum Dalam Manajemen Logistik

Menurut masalah umum dalam manajemen logistik Syafrudin (2009),

antara lain :

1. Salah rencana dan pengadaan kebutuhan

a. Kekeliruan dalam menetapkan kebituhan logistik.

b. Kurang cermat dalam menganaliis, kurang memperhatikan lingkungan.

c. Kesalahan berkaiatan dengan jenis logistik, metode pengadaan logistik,

jumlah logistik, waktu pengadaan, tempat asal maupun kesalahan dalam

rencana harga logistik.

2. Salah pengadaan

3. Salah tempat

Salah peletakan logistik sehingga menggu kelancaran aktifitas secra

keseluruhan.

4. Salah pakai

Kekeliruan dalam penggunaan barang karena tanpa disertai rasa tanggung

jawab baik secraa teknik maupun fungsional mau[pun hak pemakaian

barang.

5. Lalai dalam pencatatan


Alpa dalam pencatatan logistik baik menyangkut pelayanan kegiatan,

waktu, jumlah, harga, kondisi maupun data pencatatan lainnya.

6. Lalai perawatan

Ketidak teraturan dan kesalahan dalam perawatan logistik sehingga

menimbulkan kerusakan yang dapat berdampak pada menurunnya kuatintas

ouput, tidak tercapainya batas pemakaian barang secara optimal dan terjadi

pemborosan.

7. Lalai penyimpanan

Tidak ditempatkan nya baang pada tempat yang semestinya.

8. Lalai kontrol

Alpa dalam pengawasan baik terhadap barangnya, waktu pengawasan,

mauapun metode pengawasan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa

fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal

teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial

(konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror). Karena

ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,

sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan

sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk

mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,

mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa

tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan

kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana

itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan

masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.

Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana

dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak dalam

melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat bencana dan


pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang disebabkan

oleh bencana.

B. SARAN

Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh

perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun

material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah

keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk

dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan

demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan

secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Andri Lukaman, SKM. 2006. Manajemen dan Logistik Bantuan Kemanusiaan

dalam Sektor Kesehatan. Jakarta : EGC

Donald. J. Bowersox . 2006. Manajemen Logistik. Jakarta: Bumi Aksara

http://www.slideshare.net/IBSetiawan/logistik-pada-penanggulangan-bencana-

bidang-perlindungan-sosial

Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep. 2009. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.

Jakarta: EGC

Syafrudin, SKM. M.Kes. 2009. Organisasi dan Manajemen pelayanan

Kesehatan. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai