Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN LOGISTIK BENCANA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

1. Adinda Della Noprika


2. Mutiara Agel Sepriyani
3. Rahmalia Ayu Pratiwi
4. Syafhira Oktariyanti

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Eva Susanti, S.Kep., M.Kep.

DIV KEPERAWATAN POLTEKKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah Keperawatan Anak tepat pada waktunya yang berjudul “Manajeman
Logistik Bencana”. Tak lupa pula kami panjatkan salawat dan tsalam atas
junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman jahilia ke
zaman modern ini. Makalah “Manajeman Logistik Bencana” ini disusun
berdasarkan kajian penulisan dalam mencari materi yang berhubungan dengan
konsep tumbuh kembang anak melalui media elektrolik-internet.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bencana ................................................................. 3

B. Manajemen Logistik Bencana ..................................................................... 3

C. Prosedur Logistik Manajemen Bencana ...................................................... 8


D .Upaya pemerintah dalam logistik manajemen Bencana ............................ 9
E. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana ............................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

B. Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Kepala BNPB mempunyai tugas membangun
sistem manajemen logistik dan peralatan serta menyusun Pedomannya.

Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana, merupakan suatu


sistem yang menjelaskan tentang logistik dan peralatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi bencana pada masa pra bencana, pada saat terjadi bencana dan pada
pasca bencana. Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana
merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :

1. Dukunguan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat
tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran,
berdasarkan skala prioritas dan standard pelayanan.
2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik
melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.
3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang
khusus karena keterbatasan transportasi, penyebaran kejadian, keterisolasian
ketika terjadi bencana.
4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai
dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena
bencana memerlukan system manajemen khusus.
5. Memperhatikan dinamika pergerakan masyarakat korban bencana.
6. Koordinasi dan prioritas penggunaan alat transportasi yang terbatas.

1
2. Tujuan

Tujuan dari pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana ini
adalah untuk memberikan panduan dan pedoman bagi pemangku kepentingan
penanggulangan bencana agar bantuan logistik dan peralatan dapat didistribusikan
kepada korban bencana secara efektif dan efisien.

Kemudian, mengenai pedoman ini agar pengelolaan logistik dan peralatan dalam
rangka penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, terpadu dan
akuntabel.

3. Rumusan masalah

1. Peralatan apa yang digunakan dalam proses penanggulangan bencana?


2. Bagaimana proses manajemen logistik penanggulangan bencana di Indonesia?
3. Bagaimana Pola penyelenggaraan manajemen logistik?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bencana


Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana, merupakan
suatu sistem yang menjelaskan tentang logistik dan peralatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi bencana pada masa pra bencana, pada saat terjadi bencana dan pada
pasca bencana. Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana
merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :
1. Dukunguan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat
tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran,
berdasarkan skala prioritas dan standar pelayanan.
2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik
melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.
3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang
khusus (a.l. karena keterbatasan transportasi, penyebaran kejadian, keterisolasian
ketika terjadi bencana).
4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai
dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena
bencana memerlukan sistem manajemen khusus.
5. Memperhatikan dinamika pergerakan masyarakat korban bencana. - 2 –
6. Koordinasi dan prioritas penggunaan alat transportasi yang terbatas.
7. Kemungkinan bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga
swadaya masyarakat maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun
luar negeri, atas komando yang berwenang.
8. Memperhatikan rantai pasokan yang efektif dan efisien.

B. Manajemen logistik bencana


1. Identifikasi dan Pengkajian Kebutuhan
a. Mengetahui apa yang dibutuhkan
b. Mengetahui siapa yang membutuhkan, dimana dan kapan

3
c. Dibutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan untuk mengetahui
kondisi korban bencana yang ditangani

NO. Korban Bencana Jumlah Kebutuhan


1. Perempuan/ laki-laki
2. Ibu hamil
3. Anak
4. Balita
5. Lanjut usia
6. Penyandang cacat

2. Perencanaan
a. Perencanaan terkait dengan penanggulangan bencana.
Mengetahui jumlah bantuan(logitik, peralatan), jenisnya (sandang, pangan,
papan), cara penyampaian, penanggungjawab dan waktu penyampaian.
b. Perencanaan kebutuhan
Koordinasi (informasi, data-data), laporan media, TRC dan Instansi Terkait
c. Perencanaan barang
Pengadaan untuk 1 tahun (evaluasi berkala/triwulan dan saat terjadi bencana),
Kab/Kota mendata lokasi rawan bencana (untuk kepastian jumlah kebutuhan
barang), Kab/Kota berkoordinasi mendapatkan data kependudukan, melakukan
perhitungan kebutuhan barang (buffer stock), Mempertimbangkan batas
kadaluarsa (selektif untuk antisipasi tempat penyimpanan)
3. Pengadaan

Pelaksanaan Pengadaan Barang sesuai Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
a) Pengadaan Barang dari Pusat
1) Beras (DO)
2) Mie instan (DO) apabila bufferstock di Gudang Dinsos Provinsi menipis, Kepala Logistik
Provinsi dapat mengajukan ke Pusat dengan melampirkan laporan pertanggungjawaban sisa
stock barang yang ada.

4
b) Pengadaan Barang dari Daerah
Berkoordinasi dengan pihak daerah terkait dengan pengadaan barang kebutuhan dasar yang
bersifat lokal. (untuk memastikan pengadaan barang di daerah berbeda dengan yang
dialokasikan dari Pusat.

4. Penggunaan
Gudang merupakan tempat penyimpanan barang-barang bantuan sosial hasil
pengadaan dan hibah masyarakat untuk disalurkan bagi korban bencana.
a. Penerimaan
Barang pengadaan dan perlatan yang dimasukkan ke Gudang (Jumlahnya,
Kondisi Barang, Yang menyerahkan dan Yang menerima)
b. Penyimpanan
a) Gudang (Type/Kapasitasnya), fasilitasnya, sistem pengamanan dan keamanan
gudang
b) Sistem pendistribusian (FIFO/First In First Out)
c) Terjaminnya ketersediaan barang setiap waktu
5. Penyaluran (Distribusi)
Barang-barang bantuan sosial berdasarkan permintaan yang telah disetujui oleh
pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana disalurkan dengan prinsip 3T
(Tepat Sasaran, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu).
1) Prosedur Penerimaan Barang di Kemensos
a) PPK membuat kesepakatan penyerahan barang dengan penyedia barang dalam
kontrak pengadaan barang/jasa
b) PPK memberitahukan kepada Sesditjen Linjamsos tentang penerimaan barang
di Gudang Bekasi Jawa Barat
c) Sesditjen Linjamsos memerintahkan Kabag Umum dan Kepala Gudang Bekasi
untuk menerima barang
d) PPK memerintahkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan
pemeriksaan dan penerima barang dari penyedia barang di Gudang Bekasi
e) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menerima barang setelah terlebih dahulu
memeriksa barang dan mencocokkan dengan dokumen penerimaan barang

5
disertai penandatanganan BAST barang dengan diketahui oleh Kepala Gudang
Bekasi
f) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menyerahkan barang disertai dengan BAST
barang kepada Kepala Gudang Bekasi, juga disampaikan satu set BAST
kepada PPK
g) PPK menandatangani dokumen BAST barang dan disampaikan kepada
Penyedia Barang serta Sesditjen Linjamsos
h) Kepala Gudang memerintahkan Petugas Administrasi Gudang untuk mencatat
mutasi penerimaan barang pada Kartu Barang dan Buku Persediaan serta
memerintahkan Petugas Penata Barang (Stuffing) untuk menata dan
menyimpan barang sesuai kelompok barang di gudang.
i) PPK menyerahkan BAST barang kepada petugas SAI UAKPA atau UAKPB
j) Petugas SAI mencatat transaksi penerimaan barang berdasarkan dokumen
sumber sesuai prosedur dan ketentuan peraturan

2) Prosedur Pengeluaran Barang di Kemensos


a) Direktur PSKBA dan/atau Direktur PSKBS menyampaikan rencana distribusi
barang ke Provinsi (Dinas/Instansi Sosial) disertai BAST dan temusannya
kepada Sesditjen Linjamsos
b) Sesditjen Linjamsos memerintahkan Kabag Umum dan Kepala Gudang untuk
menyiapkan pengeluaran barang sesuai degan rencana distribusi barang
c) Kepala gudang menyerahkan barang kepada Ekspedisi disertai Surat
Penyerahan Barang dan mencatat Mutasi Barang pada kartu Barang dan Buku
Persediaan
d) Ekspedisi menyerahkan barang kepada Pengelola Gudang dan Petugas Gudang
Dinas/Instansi Sosial Provinsi disertai dengan Surat Penyerahan Barang
e) Pengelola Gudang dan Petugas Gudang Dinas/Instansi Sosial Provinsi
menerima barang dan memberi paraf pada Surat Penyerahan Barang dan BAST
untuk disampaikan kepada Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi
f) Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi menandatangani Surat Penyerahan
Barang dan BAST serta menyampaikan satu set kepada Ekspedisi

6
g) Ekspedisi membawa BAST yang telah ditandatangani dan menyerahkan
kepada PPK beserta Surat Penyerahan barang dengan tembusan ke Sesditjen
Linjamsos
h) Sesditjen Linjamsos memerintahkan Kabag Umum melakukan Pencatatan pada
Buku Persediaan per Provinsi (Dinas/Instansi Sosial)

6. Pencatatan (Pembukuan dan Pelaporan)


Merupakan kegiatan administrasi, pencatatan dan pelaporan yang disajikan secara
lengkap (ringkas, dapat dibaca, akurat) serta profesional dan proporional. Sistem
pencatatan yang handal dengan tujuan sebagai berikut:
a. Sebagai bukti pertanggungjawaban atas hal-hal yang telah dilakukan
b. Menyajikan data yang digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang
diinginkan, melayani permintaan dan bahan informasi
c. Sebagai data untuk keperluan penelitian
d. Menyajikan data dan bahan dalam membuat kebijakan, pengembangan dan
monev
e. Sebagai alat pengendalian
7. Pengawasan
a. Supervisi
Dilaksanakan dalam rangka memberi saran dan masukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam mengelola logistik, pemberian bantuan pengetahuan
dan informasi guna pencapaian tujuan.
b. Monitoring
Merupakan upaya untuk mengetahui masalah yang dihadapi, identifikasi adanya
penyimpangan dengan menggunakan instrumen yang dibuat guna mengetahui
pencapaian target atas dasar hasil wawancara, kuesioner atau laporan yang dibuat
sebagai bahan kebijakan manajemen maupun menjadi bahan evaluasi kinerja baik
di Pusat dan Daerah

c. Evaluasi

7
Merupakan kegiatan untuk menilai kinerja atas proses pelaksanaan kegiatan yang
telah dirumuskan dalam rencana berdasarkan penilaian dan informasi yang
diperoleh guna mendapat simpulan atas keberhasilan dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan, yaitu:
a) Apakah pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur dan ketentuan berlaku
b) Apakah tata kelola dilakukan sesuai dengan kebutuhan
c) Apakah spesifikasi barang sesuai standar yang ditentukan.
8. Penghapusan
a. Barang dan peralatan yang dialihkan kepemilikannya atau tidak dapat
digunakan/dimanfaatkan/hilang/musnah dapat dihapuskan.
b. Penghapusan dilakukan dengan permohonan dari pejabat yang berwenang
melalui proses/mekanisme ketentuan peraturan berlaku didukung dengan BA
Penghapusan.
c. Barang/bantuan yang sudah expired segera dimusnahkan, disaksikan oleh
Kepala Dinas atau pejabat yang terkait, kepolisian dan Instansi terkait lainnya
didukung BA Penghapusan
d. Barang/bantuan yang sudah mendekati batas expired 2 bln sebelum batas akhir
segera disalurkan kepada eks korban bencana alam didukung dengan BAST.

C. Prosedur Logistik Manajemen Bencana


Peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana No.13 Thaun 2008
tentang pedoman manajemen logistic dan peralatan penanggulangan bencana,
menetapkan proses manajemen logistik dalam penanggulanganb bencana meliputi 8
tahapan , sebagai beriut:
1. Perencanaan kebutuhan bantuan kemanusiaan.
2. Pengadaan dan penerimaan bantuan kemanusiaan.
3. Pergudangan dan/atau penyimpanan bantuan kemanusiaan.
4. Perencanaan pendistribusoan bantuan kemanusiaan.
5. Pengangkutan bantuan kemanusiaan.
6. Penerimaan bantuan kemanusiaan ditujuan.
7. Penghapusan bantuan kemanusiaan.

8
8. Pertanggung jawaban.

4. Upaya pemerintah dalam logistik manajemen Bencana

Pasal 15

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi


terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

Pasal 16

(1) Pemerintah melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a untuk memastikan
terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi bencana.

(2) Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh instansi/lembaga yang berwenang, baik secara teknis
maupun administratif, yang dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD
dalam bentuk:

a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;

b. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;

c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;

d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme


tanggap darurat;

e. penyiapan lokasi evakuasi;

f. penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap

9
tanggap darurat bencana; dan

g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk


pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

(3) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan


tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah dan dilaksanakan bersama-
sama masyarakat dan lembaga usaha.

Pasal 17

(1) Rencana penanggulangan kedaruratan bencana sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a merupakan acuan bagi pelaksanaan
penanggulangan bencana dalam keadaan darurat.

(2) Rencana penanggulangan kedaruratan bencana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) disusun secara terkoordinasi oleh BNPB dan/atau BPBD serta
pemerintah daerah.

(3) Rencana penanggulangan kedaruratan bencana dapat dilengkapi dengan


penyusunan rencana kontinjensi.

Pasal 18

(1) Untuk kesiapsiagaan dalam penyediaan, penyimpanan serta penyaluran


logistik dan peralatan ke lokasi bencana, BNPB dan BPBD membangun
sistem manajemen logistik dan peralatan.

(2) Pembangunan sistem manajemen logistik dan peralatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengoptimalkan logistik dan
peralatan yang ada pada masing-masing instansi/lembaga dalam jejaring
kerja BNPB.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem manajemen logistik dan peralatan

10
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Kepala BNPB.

Pasal 19

(1) Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dilakukan


untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko
terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat.

(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:

a. mengamati gejala bencana;

b. menganalisa data hasil pengamatan;

c. mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa;

d. menyebarluaskan hasil keputusan; dan

e. mengambil tindakan oleh masyarakat.

(3) Pengamatan gejala bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dilakukan oleh instansi/lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis
ancaman bencananya, dan masyarakat untuk memperoleh data mengenai
gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi, dengan memperhatikan
kearifan lokal.

(4) Instansi/lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


menyampaikan hasil analisis kepada BNPB dan/atau BPBD sesuai dengan
lokasi dan tingkat bencana, sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan
menentukan tindakan peringatan dini.

(5) Dalam hal peringatan dini ditentukan, seketika itu pula keputusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disebarluaskan melalui dan wajib
dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media

11
massa untuk mengerahkan sumber daya.

(6) Pengerahan sumberdaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diperlakukan


sama dengan mekanisme pengerahan sumberdaya pada saat tanggap
darurat.

(7) BNPB dan/atau BPBD mengkoordinir tindakan yang diambil oleh


masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e untuk
menyelamatkan dan melindungi masyarakat.

5. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana


Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulanganancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan,
palang merahnasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dansimulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakatdalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut:
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinaskebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya,radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.

12
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana
sehingga dapatmempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai.

Peran Perawat dalam intra bencana:

1. Bertindak cepat
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Menentukan status korban berdasarkan triase
4. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
5. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksudmemberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
6. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
7. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership)
8. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancangmaster plan of revitalizing , biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana


dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak dalam
melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat bencana dan
pascabencana.

Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat


berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik. Pedoman yang
berkaitan dengan sistem manajemen logistik dan peralatan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Kepala Badan ini.

2. Saran

Beberapa saran dari makalah ini adalah, pertama, manajemen pemerintah dalam
penanganan bencana perlu diperbaiki dan dioptimalkan sesuai dengan peraturan yang
telah ada.

kedua, diperlukan perbaikan dan pembetulan dalam sistem birokrasi Indonesia dengan
debirokratisasi, mengurangi sistem kepemerintahan yang terlalu sentralistis dengan
mendesentralisasikannya sehingga otonomi daerah yang benar-benar otonomi dapat
segera tercapai, dan evaluasi kinerja perihal yang bersangkutan dengan keuangan
negara Indonesia sehingga dapat dikuranginya penyakit struktural yang terjadi di
negara ini.

14
Daftar pustaka
https://www.academia.edu/37866067/MAKALAH_MANAGEMENT_PENANGGUL
ANGAN_BENCANA_DALAM_KEPERAWATAN_GUNUNG_MELETUS_MAKA
LAH_MANAGEMENT_PENANGGULANGAN_BENCANA_DALAM_KEPERAW
ATAN_GUNUNG_MELETUS_
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/21TAHUN2008PP.htm

15

Anda mungkin juga menyukai