TI]\IL R
YA
GHALIA INDONESIA
@
Jf . \lesjid \lhida.v-ah No. 5, Pejaten Barat, Jakarta12510; Telp.: (021) 7984325 - 8581814
Fax.: (021) 798,1325; E-mai[: ghalia_ind@cbn.net.id
PE,RE,NCANAAN
DAN
PE,N GE,NDALIAN PR ODUI(SI
li'
t." l
Teguh Baroto
GHALIA INDONESIA
,/,1
.,/
PERENCANAAN DAN PENGENDALI.\\ PRODT KSI
KATAPE,NGANTAR
Perencanaan dan Pengendalian Produksi adalah salah satu dari banyak subsisrenr
dalim suatu sistem industri integral. Analogi dengan komputer, jika proses produksi
tbarat hardware, maka perencanaan dan pengendalian produksi adalah software-nya.
Dalam edisi bahasa Indonesia, buku mengenai perencanaan dan pengendalian produksi
rni sangat langka. Dalam rangka mengurangi kelangkaan itulah buku ajar ini ditulis.
Istilah perencanaan dan pengendalian produksi, oleh sebagian kalangan disebut
pula sistem produksi. Banyak pihak yang mempersepsikan sistem industri adalah sisrem
keseluruhan industri, yang terdiri atas subsistem proses produksi, perencanaan produksi,
dan lain-lain. Istilah yang sekarang lebih populer di kalangan industri untuk perencanaan
dan pengendalian produksi adalah PPC atau PIPC, yang merupakan kependekan dari
'Production Planning
and Control' dan'Production and Inventory Planning and Control' .
Industri terdiri atas berba-eai macam tipe dan jenis. Untuk merencanakan dan
mengendalikan industri yang berbeda tentu saja diperlukan teknik perencanaan dan
pengendalian produksi yang berbeda. Berbagai macam metode atau teknik perencanaan
dan pengendalian produksi telah dikenal pada saat ini. Metode tersebut adalah metode
tradisional (EOQ), material requirement planning (MRP),izzsr in fime (JIT), clisn"ibution
resource planning (DRP), manufacturing resource planning (MRPII), Kanban, nonstock
production, period batch control,flexible manufacturing system, dan lain-lain.
Buku ini akan membahas sebagian dari banyak metode perencanaan dan pengendalian
produksi dalam penerapannya ke produksi (manufaktur). Metode yang akan diuraikan
dalam buku ini proporsi terbanyak adalah metode tradisional dan metode material
requirement planning. Pembahasan tersebut. agar lebih operasional, akan ditambah
dengan teknik-teknik peramalan permintaan, perencanaan agregat, pembuatan jadwal
induk produksi, penjadwalan produksi. dan keseimbangan lintasan produksi. Untuk
menambah wawasan, di bab terakhir akan dijelaskan mengenai metode perencanaan
dan pengendalian produksi bertipe proyek.
Tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan buku ini, secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak
Sugeng (Purwoko) atas bahan dasar jadinya, Ainol (N{adura) atas cDS-nya, Herman
(Lombok) atas LGP-nya, Nailul atas cPM-nya (dan mohon maaf untuk itu), Bambang
(Pakih) atas Kostas-nya, Bayu (om Ba) atas ketikanny,a, Bu Dyah atas support-nya, dan
istri tercinta (Risna Junaeti) atas kesabaran, motivasi. serta materi 'Moodie Young'-nya.
Penulis sangat menyadari sekali bahwa buku ini jauh dari sempurna dan masukan
apa pun sangat diharapkan untuk perbaikan pada edisi mendatang..Akhirnya, semoga
buku ini bisa memberikan manfaat.
Penuli.
)
,/t
DAFTAR ISI
5
DAFTAR GAMBAR 10
DAFTAR TABEL..... t1
BAB 1 PENDAHULUAN....... 13
51
3.5 MetodeP............... 76
4.3 Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Transportasi ........ 108
4.3.1 Algoritma Metode Transportasi Nort west Corner Rule ... 108
,/
{
REFERENSI
,1il
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1- I Kedudukan PPC Dalam Sistern Perusahaan 1.1
Gambar 5--+ Penyamaan Level Pirda Kottipr-rnen .\ 1l1ril Lct t'l Coding) ......' r62
Gambar 5-5 Kebutuhan Kotor Kompt-rnen \ .... .......... t62
Gambar 5-6 Sistem Pengendalian ltlenr eluruh Su.rtu Orsanisasi Pabrik ...... 164
Gambar 6-l Cakupan Penjadwalan Produksi 169
Gambar 6- 2 Flotr Shop Dengan 2 Mesin 173
Gambar l-l Diagram Preseden Lini Perakitan Contoh 7- I ............ 198
Gambar 8-l Preseden Dia-sram (Network)Aktivitas holek Pada Contoh 8-1 .. 227
Gambar 8-2 Perhitungan \{aju untuk Menbari Saat Paling Awal (SPA) ....... 229
Gambar 8-3 Perhitungan Saat Paling Awal (Perhitungan Maju) Contoh 8-1 ... 230
Gambar 8-4 Perhitungan Saat Paling Lambat (Perhitungan Mundur) 232
Gambar '8-5 Bar Chart Tenaga Kerja Contoh 8-1 ......... 234
Gambar 8-6 Bar Chart Tenaga Kerja Contoh 8- 1: Strategi Disegerakan ...... 235
Gambar 8-l Bar Chart Tenaga Kerja Contoh 8-1: Strategi Diakhirkan ........ 236
l
DAFTAR TABEL
Tabel l-1 Sistem Produksi Berdasar Jenis Produksi ............. lt)
Tabel 2-1 Cakupan Peramalan untuk Beberapa Unit Organisasi yang Berbeda. 22
Tabel 2-2 Perhitungan Gregot't'-l'lew,ton Foru'ard.............. 41
Tabel 2-3 Hasil Percobaan (Penerapan) Metode ES dan MA ,18
Tabel 8-2 Lintasan Nentork dan Durasinva untuk Contoh 8-1...................... 228
Tabel 8-3 Perhitungan Saat Paling Arr al r SP.\) untuk Contoh 8-1................ 230
Tabel 8-4 Perhitungan Saat Palin_e Lambat rSPL r untuk Contoh 8-1 ............ 231
Tabel 8-5 Ringkasan Perhitungan SPA. SPL. dan Keloneearan (Total Float) . 233
PE,NDAHULUAN
Dalam buku ini, pengertian mengenaipro-dlcti.on planning and control (PPC) akan
dikemukakan berdasarkan konsep sistem. @g!si adalah suatu proses pengubahan
bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk
pembuatan suatu produk, di mana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan
baku, mesin, energi, informasi. modal. dan tindakan manajemen. Dalam praktik, aktivitas
dalam sistem produksi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu "Proses
Produksi" dan "Perencanaan dan Pen.sendalian Produksi (Production Planning andCon-
trollPPC)".
Bila dipandang sebagai sistem, perusahaan manufakrur (membuat btrang) merupakan
kumpulan subsistem. Secara umum sistem perusahaan terdiri atas subsistem personalia,
subsistem manajemen, subsistem akuntansi/keuangan. dan subsistem manufaktur. Semua
subsistem ini saling terkait dan secara terpadu berusaha mewujudkan tujuan perusahaan.
Subsistem manufaktur terdiri atas subsistem disain. subsistem jaminan kualitas, subsistem
pemasaran, dan subsistem produksi. Sistem/subsistem produksi terdiri atas subsistem
proses produksi dan subsistem perencanaan dan pengendalilan produksi (PPC). Ilustrasi
grafis bila perusahaan dipandang sebagai sistem terlihat pada gambar 1-1.
Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baliu
yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Proses produksi
merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi ini terdiri atas beberapi
subproses produksi, misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen. pross
/
t4 PEREICAI{AAN DAN PEMEMALIAI'{ PRODUKSI B
perakitan komponen menjadi slb- a s s e mbly dan proses perakitan sub-a s s e mb11' menj adi
produk jadi.
Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola
proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak
(tidak dapat dilihat secara nyata). Sistem komputer barangkali merupakan analogi yang
tepat untuk sistem produksi. Proses produksi adalah perangkat kerasnya (hard u,are)
dan PPC adalah perangkat lunaknya (.soJiv'are).
S istem Korporasi/Perusahaan
Sistem Manufaktur
Sistem Produksi
PPC
Perencanaan Pengendalian
Produksi Produksi
Proses Produksi
l
+
@
Gambar 1-1
Kedudukan PPC Dalam Sistem Perusahaan
a Pendahuluan
Misalkan, pada contoh berikut: "...perusahaan ini menggunakan sistem produksi "./.,
Time" atau "Kanban" atau "MRP". Bisa jadi, yang dimaksud adalah pabrik r.r: -
produksinya menerapkan sistem MRP atau menerapkan sistem Kanban. Maka, pen-ec'11i.u-
sistem produksi yang dimaksud di sini. adalah sistem perencanaan dan pengendalian
produksi (tidak menyangkut proses produksinya).
Bila PPC juga disebut sistem produksi, maka pengertian sistem produksi berarti
ada dua, yaitu:
l. suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang) yang
melibatkan fungsi manajemen (yang bersifat abstrak) untuk merencanakan dan
mengendalikan proses pembuatan tersebut,
2. suatu teknik untuk merencanakan dan mengendalikan produksi (bersifat abstrak)
dan tidak membahas proses pembuatan produk.
Dalam buku ini. istilah sistenr produksi akan digunakan dengan kedua pengertian
tersebut. Seba-eai alasannra. kadang lebrh mudah mengatakan misalnya: "....Sistem
Produksi JustirtTinr{'.Jadipeng_eunaanfrasa"SistemProduksi"dalambukuinibersifat
kontekstual. Alasan lainnl a adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian produksi
kadangkala juga mencakup proses produksinya pula.
,,'/
t6 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 6
(reguler, lembur, dan subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan
sumber daya secara terpadu (tidak per produk).
5. Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenai
apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap
item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana
agregat ke dalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan direalisasikan.
JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh departemen akan jadi dasar
dalam PPC. JIP ini akan di: review'secara periodik atau bila ada kasus. JIP ini dapat
berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.
6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa van-e harus dibuat
selanjutnyaharusditerjemahkankedalamkebutuhankomponen. sub-assembly,dan
bahan penunjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material bertujuan
untuk menentukan, apa, berapa, dan kapan komponen, sub-assembly, dan bahan
penunjang yang harus disiapkan. Untuk membuat perencanaan kebutuhan diperlukan
informasi lain berupa struktur produk (bill of material) dancatatan persediaan. Bila
hal ini belum ada, maka tugas departemen PPC untuk membuatnya.
7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi
urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan. kebutuhan waktu penyelesaian,
prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.
8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapa:itas produksi. Kemajuan
tahap demi tahap dimonitor dan dibuat laporannya unnrli dianalisis. Apakah pelaksanaan
sesuai rencana yang telah dibuat?
9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai rencana,
maka rencana agregat, JIP, dan penjadwalan dapat diubah/disesuaikan kebutuhan.
Untuk jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah)
kapasitas produksi.
Peramalan
Permintaan
Perencanaan
Agregat Kapasitas Produksi
Rekayasa
Pembuatan Jadn al
Induk Produksi
Penyediaan Data (Apa & Kapan r
Evaluasi Skenario
apa, kapan, dan Pembebanan/
berapa jumlah yang Kapasitas Secara
diproduksi Interaktif
Monitoring &
Laporan Kapasitas
Dibanding Beban
Gambar 1-2
Ruang Lingkup PPC
I .- 1,:r..11[2,3;1
, 1", 3 Ti;:,r,I
".//
18 PEREIICANAAN DAN PEI{GENDALIAN PRODUKSI B
Teknik pengecoran juga dapat berbeda lagi untuk produk yang sama. Teknik pengerjaan
ini akan mempengaruhi kinerja produk yang dihasilkan.
Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi. berbagai macam teknik
telah dikemukakan oleh pakar industri. Teknik untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi ini seringkali disebut dengan istilah "sistem Produksi". misalkan sistem produksi
toyota, "sistent Material Requirentent Planning", sistem pengendalian tradisional, sistem
kanban, sistem just in time, sistem produksi massal, sistem prolek. sistem optimized
procluction technology, sistem manufacturing resource planning,Jle.tible corttrol system,
t:ontiruous process control s)-stem, dan lain-lain.
Semua teknik PPC/sistem produksi berrujuan untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi agar lebih efisien. efektif, produktif, atau optimai. Junrlah jenis sistem produksi
sangat banyak. Suatu perusahaan kadang kala men-sembangkan suatu sistem produksi
secara eksklusif untuk perusahaannya dan tak dapat digunakan pada perusahaan lain.
Sistem produksi yang tepat bagi suatu industri akan sangat bergantung pada jenis
industrinya. Sistem produksi pada industri gula tentu akan sangat berlainan dengan sistem
industri tekstil.
Beberapa jenis sistem produksi (1ang dimaksud di sini adalah metode perencanaan
dan pengendalian produksi/PPC) 1'an-e lazinr tligunakan dalam perusahaan-perusahaan
adalah:
.1. Assenblv to order (ATO). bila perusahaan memproduksi (merakit) dengan ta:iir:,.
produksi yang dimiliki untuk memenuhi pesanan (ortler).
4. Made to stock (MTS), bila produksi perusahaan tidak ditujukan untuk melaranr
pesanan. namuu distok untuk mengantisipasi permintaan.
l. produksi.flov, slto1t.
2. produksi fleksibel \l'le.rible hrunufac'turing systents),
3. produksi.lob shop, biasanya untuk volume produksi batch.
4. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi mas,sal.
permintaan ini harus diperkirakan atau diprediksi secara tertentu. Bab 2 mengenai
peramalan akan memberikan materi mengeneri ruang lingkup, prosedur, dan teknik-teknik
peramalan pennintaan.
Sistern pengendalian persediaan akan dibahas di bab 3. Meskipun dinamakan
tradisional (bisa diartikan kuno), metode-metode yar-rg masuk dalam klasifikasi tradisionel
serin,ekali masih relevan diterapkan dalam kasus-kasus khusus. Dengan mempelalar
I
PERENCANAAII DAN PEI,{GENDALIAI,{ PRODUKSI B
bab 2, diharapkan dapat diperoleh perbandingan atau dasar bagi pembahasan sistem
produksi 'Material Requirement Planning'yang akan diberikan di bab 5.
Tabel 1'1
Sistem Produksi Berdasar Jenis Produksi
Proyek P
FMS F F F
Kontinyu
Keterangan:
m Kesesuaian tinggi
Bab 4 dalam buku ini. akan mengemukakan definisi. ruang lingkup, urgensi, dan
teknik-teknik pembuatan rencana agregat dan jadwal induk produksi. Jadwal induk
produksi (JIP) adalah salah satu ittput primer bagi sistem nruteriaL requirentent planning.
Pembuatan jadwal induk produksi ini memerlukan pertimbangan yang menyeluruh agar
JIP yang dibuat dapat direalisasikan dengan efektifitas tinggi. Perencanaan agregat adalah
cara untuk mengkompromikan (mengintegralkan) rencana produksi dengan batasan-
batasan atau alternatif-altematif sumber daya produksi yang dimiliki oleh perusahaan.
21 Pendahuluan
selanjutnya, topik utama buku ini, yaitu sistem produksi 'Materittr R;'- :
Planning (MRP)' akan dibahas di bab 5. Pembahasan ini menyangkut ruan: ..r.r -l
teknik, perbedaan dengan sistem pengendalian tradisional, dan hal-hal lain:'.; .;-.
terkait dengannya.
Untuk mengoperasionalkan otfipltt sistem MRP di lantai pabrik, di bab 6 al::
dikemukakan mengenai penjadwalan produksi. Ruang lingkup penjadwalan ak;.:.
dikemukakan. Tidak semua elemen dari ruang lingkup penjadwalan ini akan diberikan
Di bab ini hanya fungsi penentuan urutan (sequencing) pen-eerjaan saja yang akan dibahas.
Teknik-teknik kuantitatif heuristik akan dijelaskan dalam bab 6 ini.
Perlu juga dikemukakan dalam kaitannya dengan sistem produksi, terutama produksi
massal, adalah topik mengenai'Line Balancittq'. Penjelasan dan beberapa teknik
penyeimbangan lini produksi akan diberikan di bab ;.
Terakhir, sistem produksi prol'ek. dei'ini.i pror ek. ruang lingkup produksi prol ek.
dan teknik pen-eendalian prorek akan ditenkan di bab 8. Teknik pengendalian prolek
yang akan dijelaskan adalah 'C,'i:i. .;.' P.;:). .\l t:ii,-,,i' dtn'Progrant Evaluation and Reyiey
Technique'atau lazim drsebur CP\1 PERT.
Buku ini tidak mun-ekin menjau ab secara lua: se-sala permasalahan perencanaan
dan pengendalian produksr. Plmahaman yang lebih teknis untuk penjadwalan tidak
diberikan karena hal itu merupakan materi mata kuliah penjadwalan produksi. Sistem
produksi yang lain, merupakan materi mata kuliah sistem produksi tepat waktu (just irt
time) dan materi mata kuliah lainnya.
Harapan dari buku ini adalah, pemahaman ) ang menyeluruh mengenai sistem
produksi dan penguasaan sebagian teknik perencanaan dan pengendalian produksi serta
pemahaman operasional implementasi sistem produksi (berupa penjadwalan produksi.t
di lantai pabrik (fasilitas industri).
PE,RAMALAN
Tahap pertama dalam perencanaan dan pen_rendalian procluk:i bila procluksi bertipe
made to stock adalah menentukan suatu peramalan akurat dari perntintaan (clemand)
untuk item yang diproduksi. Peramalan ini di-eunakan seba-sai dasar untuk menentukan
kebijakan pengendalian dari sistem persediaan (int'entot'1).membuat perencanaan produksi,
pembebanan mesin. menentukan kebutuhan mesin, peralatan, bahan, sefia untuk menentukan
tingkat tenaga kerja selama periode produksi. Peramalan tidak hanya digunakan untuk
memperkirakan permintaan produk saja. namun secara luas juga digunakan dalam sistem
lainnya. Dalam suatu industri. perirnralan dilakukan oleh berbagai departemen, seperti
departemen: pemasaran. produk:i. Frc'mL,eliun. prersecliaan. keuangan, serta litbang.
Tabel 2-1
Cakupan Peramalan untuk Beberapa Unit Organisasi yang Berbeda
Segera .Iangka pendek Jangka menengah Jangka panjang
(kurang dari 1 bulan) (l-2 bulan) (3bln-2th) (2 tahun)
Marketing:
Penjualan setiapjenis Total penjualan. Total penjualan. Total penjuaian,
produk, penjualan oleh kate-sori produk, kategori produk, kategori produk,
letak geografis, oleh kelompok produk, kelompok produk, kelompok produk,
pelanggan, kompetitor, harga. harga. kondisi harga, titik
harga, dan let,el ekonomi secara kematangan dari
inventory. umum. produk yang ada,
pref'erensi pelanggan.
a Perantalan
Produksi:
Permintaan masing- Total permintaan Biaya, alokasi Bir,..-.
masing produk, dari kategori produk anggaran, beli atau fa-.iir:,,....
pembebanan pabrik. dan kelompok pesan peralatan dan pabrrk .:.,: .
Inventory:
Permintaan masing- Permintaan untuk Kemungkinar.r Total penjLuliur.
masing produk, material, demand pemasok baru ekspansi -cudanS.
permintaan untuk untuk barang atau fasilitas
material. demand :un1ltk setengah.jadi, transportasi.
barang setengahjadi, demand untuk
kondisi cuaca. produk jadi.
R&D:
Pengenalan produk Total penjualan.
baru. seleksi R&D. teknologi, sosial.
politik dan kondisi
ekonomi yad..
pengembangar.r
produk baru.
Top Management:
Total penjualan, Demand penjualan, Total penjualan,
penetapan harga. biaya 1'ang biaya, sosial dan
dikeluarkan. trend ekonomi. -eoal.
posisi kas, kondisi tujuan dan strate-si.
ekonomi secara produk baru,
umum. kebijakan harga.
pengendalian tujuan.
Unit ekonomi:
Level aktivitas Kondisi ekonomi State dan tipe ekon,
ekonomi. umum, titik balik tingkat aktir,ita.
dalam ekonomi, ekonomi. peniu;.1
tingkat kegiatan di industri.
ekonomi.
24 PEREIVCANAAN DAN PENGEI]DALIAN PRODUKSI B
Perencanaan
Kapasitas
l]
Disain Si:tem
Operasi
Peramalan
Permintaan
z
Ket utuhln z
\1:r-:. &.\llt
llr
K:bi.ru:rn D
Tena-g; Kerja F.
Penjadwalan H
Operasi
14
Kebutuhan
\laterial
Tingkat
Sediaan
Gambar 2-1
Proses Perkiraan Kebutuhan Modal dari Peramalan
=,l,{ffiffi' #ffiiffiffilffinr
# Daur Hidup # Selera & Persepsi # Deregulasi
# Produk Pelang_ean # Ekonomi
# Layanan # Demografi # Sektor Swasta
# Kualitas # Persaingan # Siklus Bisnis
# Disain Produk
# Harga
# Iklan
# Aktivitas Penjualan
# Bauran Produk
Permintaan
t
I
Waktu
->
Gambar 2-2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
26 PEREIVCANAAI,{ DAII PENGEIIDALIAIV PRODUKSI B
1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berfungsi juga di masa
yang akan datang.
2. Peramalan tidak pemah sempuma. permintaan aktual selalu berbeda den-san pemintaan
yang diramalkan.
3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin
panjang. Implikasinl a. perantalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat
ketimbang peramalan untuk rentang waktu yang panjang.
2. Pengembangan model. Model merupakan cara pen-eolahan dan penyajian data agar
lebih sederhana sehingga mudah untuk dianalisis. Nlodel adalah suatu kerangka
analitik yang bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan
di masa yang akan datang. Pemilihan model yang dikembangkan bersifat krusial,
setiap model memiliki asumsi yang harus sesuai dengan tipe data input sebagai syarat
penggunaannya. Validitas dan reliabilitas ramalan sangat ditentukan oleh model yang
digunakan.
3. Pengujian model. Pengujian model dilakukan untuk melihat tingkat akurasi, validitas,
dan reliabilitas yang diharapkan. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan
hasil peramalan dengan kenyataan (actual). Bila model telah memenuhi tingkat
akurasi, validitas, dan reliabilitas yang telah ditetapkan (langkah l), maka model ini
)1 Peramalan
dapat diterima. Perlu dipahami, bahwa model yang dipilih belum tenru merup:...::
model yang terbaik.
1. Penerapan model. Penerapan model dengan cara memasukkan data historis rtiar.
masa lalu) untuk menghasilkan suatu ramalan.
5. Revisi dan evaluasi. Hasil peramalan yang telah dibuat harus senantiasa ditinjau ulan s
untuk diperbaiki. Perbaikan perlu dilakukan bila terdapat perubahan berarti pada
variabel input-an. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan kondisi nyata untuk
menentukan apakah model peramalan yan-e digunakan masih memiliki tingkat akurasi
yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang.
Metode kualitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu
tersedia. Dalam metode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka dijadikan dasar untuk
menetapkan permintaan yang akan datang. Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah
metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group tec:hnique).
Metode kuantitatif. Pada metode ini. suatu set data historis (masa lalu) digunakan
untuk mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar
metode kuantitatif, yaitu: (1) metode'Tinrc Series'dan (2) metode'Nontime Series'
(' S tructnra I M ode ls' ).
Metode tinte series adalah metode peramalan yang menggunakan waktu sebagai
dasar peramalan. Termasuk dalam metode time series adalah:
2.3 Metode'Top-Down'
Metode 'top-down'sering dimulai dengan hasil-hasil peramalan berbagai kondisi
bisnis umum yang dibuat oleh para ekonom dalam lembaga-lembaga pemerintahan, dalam
perusahaan-perusahaan besar, atau perguruan tinggi. Ramalan-ramalan seperti ini secara
rutin muncul dalam publikasi pemerintah atau \\\ asta. Ramalan yan-q lebih terperinci
'ekonometrik'.
dapat dibeli dari organisasi-organisasi khusu. r :ng be rgerak clalam peramalan
Sebagian ahli mungkin ntengatakan bahri a produk nasional bruto tahun yang akan
datang sebesar Rp 1.000.-. Basi perusahaan leman es. kompor gas. ntesin cuci, timbul
pefianyaan: "Bagaimana hal itu akan mempen-earuhi bisnis kita?" Para peramal dalam
perusahaan pertama-tama haru. nrenerjemahkan peramalan umum ke peramalan bisnis
industrinya di r,r'aktu lang akln datang. Kemudian harus diperkirakan bagian pasar
perusahaan Qnarket share t dan .elaniutnr a berapa banyak setiap produk akan dapat dijual
setiap bulan.
2.4 Metode)Bottom-Up'
Peramalan dengan metode ini dimulai dengan perkir.ren permintaan produk akhir
individual. Pefiama, dicari informasi dari pengecer msnSinri permintaan konsumen,
pendapat distributor mengenai perilaku permintaan produk. dan perkiraan dari orang-
orang penjualan. Informasi ini selanjutnya ditambah den-san informasi mengenai pola
permintaan di masa lalu dan dianalisis untuk membuat perkiraan berapa banyak setiap
produk akhir akan dapat dijual perusahaan tahun depan atau berapa jam pelayanan yang
akan diminta. Berikutnya, peramal menambahkan ramalan produk-produk lainnya dan
memperoleh hasil peramalan total (peramalan a$ega|. Umumnr a perusahaan menggunakan
kedua metode top-clown danbottom-up secarabersamaan dan berikutnya menggunakan
metode Delphi untuk meyakinkan hasil ramalan tersebut.
dulu (diturunkan) sesuai mestinya. Sesuai mestinya ini, dapat diduga dengan 1-.:.. -:
kecenderungan atau pola permintaan keseluruhan di masa lalu.
Contoh lainnya adalah permintaan yang terjadi pada bulan-bulan akhir rahun . - --
untuk semua produk di Indonesia. Saat itu mulainya krisis moneter, semua pemrin:,":.
produk relatif menurun drastis. Hal ini bukanlah permintaan seharusnya, akibarnr
perusahaan akan mendapatkan data yang anjlok. Untuk kepentingan ketepatan peramaler.."
mak4 data ini harus dinaikkan sesuai seharusnya. \
L Kelompok yang terdiri atas tujuh sampai sepuluh orang ahli bertemu dalam
suatu luangan dan duduk dalam formasi 'meja bundar', sehin-e-ea masing-masing
anggota panel dapat salin-s menatap. Seorang fasilitator memba-eikan berkas
mengenai masalah tertentu kepada anggota kelompok dengan maksud untuk
ditanggapi secara tertults oleh masing-masing anggota.
2. Masin_e-masinr anggota menulis tanggapan secara peroran-san tanpa mengadakan
diskusi dengan anggora lain. Fasilitator kemudian mempersilakan masing-
masing an-s-qota secara bergantian mempresentasikan ide-ide yang ditulis tanpa
diberi komentar oleh anggota \ an-s lain. Fasilitator merekam ide-ide anggota
panel agar semua angsota dapat nternbaca.
3. Fasilitator memperstlakan ket,..i'rp,-.\ -irrtuk nrendiskusikan setiap gagasan yang
telah direkam. Dalam prose\ dl.ku.. lnr. L'rla terrlapat kesamaan gagasan
antaranggota, maka fasilitator me r.ln s x J Il-. i: i lii : ru t t.t u'kannva.
4. Setelah setiap gagasan diolah oleh kelomp.-,k J:i-. J.:Lnru.k.rn kembali. tasilitator
akan mempersilakan setiap anggota untuk mentbu.'i rungkins dari gagasan-
gagasan yang diterima kelompok. Ran-uking pert'rr.lflS.tn dibuat berdasarkan
persepsi anggota mengenai prioritas dan elevansi. Rrnskins dibuat oleh setiap
anggota secara tertulis.
5. Fasilitator mengumpulkan hasil rangking yan-e dibuat oleh setiap anggota dan
men_eanalisisnya untuk mendapat hasil perhitunsan rata-rata dari rangking
peserta. Hasil analisis inilah yang merupakan konsensus dari kelompok nominal.
Kunci keberhasilan dari metode ini terletak pada kemampuan kelompok dalam
mengidentifikasikan permasalahan dan dalam berpikir secara kreatif, serta kesediaan
para anggota untuk berdiskusi serta berdialog dalam membahas masa depan. Wawasan
para pesefia sangatlah penting.
Perlu dipahami bahwa tidak ada suatu metode terbaik untuk SU&tu pir:1 : --
Metode yang memberikan hasil ramalan secara tepat belum tentu tepat untuk merrr---. j-t
:-
data yang lain. Dalam peramalan tinte series,metode peramalan terbaik adalah nrr:
"::
yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan. Kriteria ini berupa ntearL absolLrt tlt'..:-;:
(MAD), mean squat'e of error (MSE), atau mean absolute procentage of error (\1.{pE
Pemilihan metode peramalan akan dibicarakan pada subbab 2.g.9.
Peramalan dengan time series memiliki prosedur yang harus dilaksanakafl SeCi.ir;
utuh. Bila tidak, maka risiko-risiko berikut akan terjadi.
1. Hasil peramalan tidak valid, sehingga tidak dapat diterapkan.
2. Kesulitan mendapatkan/memilih metode peramalan yan-e akan memberikan validita.
ramalan tin_s_si.
Prosedur peramalan penninraan ..len-san nte tode rrirr, -\r i.rcr adalah seba_eai berikut.
1. Tentukan pola data pemrintaan.Drl;rkukln .lengan cara nremplotkan data secara grafis
dan menyimpulkan apakah clata itu berpola tretttl. musiman. siklikal. atau erarik
random.
2. Mencoba beberapa metode tinte series
- yang sesuai dengan pola permintaan tersebut -
untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin baik.
Pada setiap metode, sebaiknya dilakukan pula peramalan dengan parameter vans
berbeda.
3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat
kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, atau lainnya. Sebaiknl,a nilai
tingkat kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE) ini ditentukan dulu. Tidak ada
ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.
4. Memilih metode peramalan terbaik di antara merode yang dicoba. Metode terbaik
adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding metode lainnr a
dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.
5' Melakukan peramalan permintaan den-uan metode terbaik yang telah dipilih.
Dalam peramalan time series,perlu diketahui dulu pola/komponen tinrc series. Pola
permintaan dapat diketahui dengan membuat "scatter Diagram", yaitu pemplotan data
histories selama inverval waktu tertentu. Dari scaftet'diagram ini secara visual akan
dapat diketahui bagaimana hubungan antara waktu dengan permintaan. Pola/komponen
permintaan adalah suatu pola pergerakan jangka panjang dari tampilan data-data scatter
diagram permintaan.
Dalam time series terdapat empat jenis polapermintaan, yaitu (l) trend,(2) musiman.
(3) siklikal, (4) eratlklrandom. Pola-pola permintaan ini dapat dilihar pada gambar 2--:.
2-4,2-5, dan2-6. Pola permintaan ini akan berhubungan dengan metode peramalan r an:
r
32 PERENCANAAN DAN PENGET''IDALIAN PRODUKSI B
Waktu (Periode I
Gambar 2-3
Fluktuasi Permintaan Berpola Trend
sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Sebagai c(rni
penjualan payung dan jas hujan di musim hujan adalah lebih besar ketintban_s -:
musim kemarau. Contoh lain adalah permintaan baju hangat tentu sangat dipens.rru:.
oleh musim (semi, panas, gugur, dinginl. \letode peramalan yang sesuai clen-q.,:-
pola musiman adalah metode v,inter (sangat Se su.ti t. ataumovitlg areroge, otou rt t'i - ,
ntot,ing averoge.
I
I
I
I
I
I
i
I
I
I c
(o
i
$
i
C
E
L
0)
o_
Waktu (Periode)
Gambar 2-4
Fluktuasi Permintaan berpola \Iusiman
,/
3{ PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
I
I
I
I
I
I
I
I
I
i c
N
I
G
i .q
I E
I
I
q)
0-
I
I
j
W-aktu_
leeloog)
Gambar 2-5
Fluktuasi Permintaan Berpola Siklis
I
r-
I
i I
I
A
:Ltll -Vl
I
I /t/\
il
C
$
o
.E
E
L
0)
0-
$/aktu (Periode)
Gambar 2-6
Fluktuasi Permintaan Berpola Eratik/Random
Metode free hand adalah metode time series yang bersifat subjektif. Langkah
pertama adalah memplotkan data historis (masa lalu) permintaan dalam sebuah grafik.
Kemudian dengan melihat pola data tersebut secara visual, manual, dan logis ditentukan
titik permintaaan untuk masa yang akan datang. Contoh pada gambar 2-7 ,blladata historis
seperti terlihat, selanjutnya untuk satu titik (periode waktu) ke depan akan dibuar
perkiraan. Dalam gambar, manakah yang lebih masuk akal untuk perkiraan titik tersebur l
Titik A, B, ataukah C? Secara subjektif tentu titik B yang lebih logis. Bagaimana bil.
meramalkan untuk beberapa titik ke depan? Logika yang sama dapat digunakan.
36 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 6
0)
Gambar 2-7
Peramalan Dengan Metode Free Hand
+..',4,,
f _ Iu,+f,r+f,t
*
Di mana:
m= adalah jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini
bila minimal 2 dan maksimal tidak ada ditentukan secara subjektif.l
, =
.f ramalan permintaan (real) untuk periode t
Contoh 2-1: Gunakan metode moving overoge untuk menentukan permintaan pada
periode k-13,14,15, dan 16 untuk data seperti pada tabel berikut!
I Peramalan
Periode Permintaan
1 106
2 110
3 118
4 105
5 115
6 r00
7 tt2
8 106
9 ll8
l0 101
11 1ll
l2 110
Penyelesaian:
Misalkan digunakan 3 darf5 periode moving average (m). Maka peramalan untuk
periode 13,74,15, dan 16 adalah:
= 109,6
Dengan metode moving ayerage (MA) peramalan untuk periode ke 14, 15, dan l6
dan seterusnya diasumsikan sama dengan periode ke 13. Jadi, peramalan permintaa:r
dengan MA dengan m=3 (MA 3) untuk periode ke 13, 74,15, dan 16 adalah 109.6.
38 PERENCANAAIV DAN PEI{GENDALIAN PRODUKSI 6
=110+112+102+118+106
5
= 109.6
Peramalan permintaan dengan MA 5 untuk periode ke 13, 14, 15, dan 16 adalah
sama (sesuai dengan asumsi dalam metode ntoring arerage), yaitu sebesar 109,6.
Contoh 2-2: Asumsikan m = 3 dan c, = 0,5; cu = 0..3: c-. = 0,2 untuk meramalkan
permintaan pada 6 periode mendatang untuk contofi 2-1:
Penyelesaian:
= 109
(WMA
Peramalan permintaan dengan metode weight mot'ing average dengan m = 3
3) untuk peiode ke 13 = 109. Seperti metode MA, pada metode WMA peramalan
permintaan untuk setiap periode mendatang diasumsikan sama. Maka, hasil peramalan
untuk peirode ke 13, 74,75, dan 16 = 109.
a Peramalan
f ,-=ofr+ (1-o)/i,
Penyelesaian:
Untuk memudahkan analisis, data di contoh 2-1 tersebut diolah dulu untuk
menghitung nilai cr{ dan nilai (1- Hasil pengolahan data tersebut adalah seperti
").t,.
terlihat pada tabel di halaman berikutnya.
f, = cr{+(1-a)/,-,
l
= 108,5
l0 PERENCANAAAI DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
f, CLf
.,t ( 1 -ct;/ , f,
I 106 106,0
Di mana a0, al, adalah parameter proses dan e mempunyai nilai harapan dari 0 dan sebuah
F, = Gif'', *Pt'
Double exponentiul snroothing adalah modifikasi dari e.rponential smoothing,yang
dirumuskan sebagai berikut:
yltz) - crXt + BX12\_ l
Contoh 2-4: Suatu data permintaan producr pada l2 periode yang lalu menunjukkan
pola adanya trend. Tentukan perantalan pada p..riode ke l3 dan ke 20!
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas dapat dihitung nilai peramalan
pada periode ke 13 dan20 sebesar:
Regresi linear adalah suatu metode populer untuk berbagai macam permasalahan.
Untuk peram alan tinte series, formula regresi linear cocok digunakan bila pola data adalah
trend. Formula asli regresi linear adalah
./it) = ao+b't+t
Di mana: ./ (t) = nilai dari fungsi (permintaan) pada periode t (variabel terikat)
a,r, b = intercept dan slope
t - periode (variabel bebas)
t = error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t
42 PERENCANAAIV DAN PENGENDALIAN PRODUKSI E
Bila digunakan untuk pendugaan (peramalan), maka formula regresi linear adalah:
f(t)=a+bt
Di mana:
n)f - ()rt')
" n)t.f rrl - )r )l rri
u- h_
n>\>i
Contoh 2-5: Ramalkan permintaan 4 periode mendatang bila data sama dengan
contoh 2-1 !
Penyelesaian:
[ -rtr t- t.l'(t)
0 100 Cr (l
1 ll5 I ll-i
2 116 .1 :31
3 125 9 375
4 135 16 5.10
l0 591 30 1262
Selanjutnya nilai i dan b dihitung dengan hasil perhitungan pada tabel 2-.
= 102.2
I
n-
5 (1262) - (30) (591 )
s (30) - (10)2
=$
Persamaan regresinya adalah:
iG)=toz.z+8t
a Peramalun {-1
Metode Gregory-Newton Interpolation rG\l , rda dua tipe. r aitu G\l forward
dan GNI backward. Metode GNI/onlard rbia'anra diistilahkan G\I sajat memiliki
formula:
n r(r-lr.a:. rrr-l)(t-2)
flo=10+r.4G* -., A%*...=Q
3t
Contoh 2-6: Asumsikan bahwa permintaan (dalam ribuan unit) untuk produk x
selama 5 periode terakhir adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tentukan permintaan
pada 4 periode mendatang!
Tahun,t 0 1 2
Permintaanr(t) 100 115 116 125 135
Penyelesaian:
Pertama, dihitung dulu nilai Lfo, L'fo, dan A-[. Af dihitung dari nilai permintaan
aktual periode ke-2 (berarti pada t = 1) dikurangi permintaan aktual periode 1(t-0), berarti
1 15-100 = 15. Untuk menghitung nllai Lzf perlu dihitung dulu
o
Af untuk setiap periode.
selisih permintaan aktual periode 2-l = 15 ( Af pertama inilah yang digunakan untuk
formula), selisih permintaan aktual periode 3-2= l, selisih 4-3 =9, periode 5-4 = 10.
Nilai 15, 1, 9, dan 10 (ditunjukkan pada kolom 3 di tabel) ini selanjutnya dicari selisihny ,
(ditunjukkan pada kolom 4 di tabel). Nilai A2f adalah selisih pertama (1-15) = -l:
44 PERENCANAANDANPENGENDALIANPRODUKSI B E
Demikian seterusnya sampai Af (kolom ke 6). Pada kasus ini sampai Af (karena datanya C
sebanyak lima, bila data sebanyak n, maka dihitung sampai 6utfo. R
Tabel2-2
Perhitungan Gregory-Newton F orw ard
2 t16 9 I
[5 l0
J l3-5
Dengan melihat nilai-nilei relisih pada baris kedua (14, -15,22, -29), maka formula
GNI untuk peramalan adalah:
I | 11
^
Ittl = 100+ l5t- f;rrr- i --r,t- trrt-2t-flr(r- l)(r-2)(r-3)
-+.
"f(6) = unit
<2.
./(/) = untt
^
Pe
./(8) = unit
2.8.8 MetodeWinter's
Formula untuk metode winter's adalah:
, - (ao.r+ a,.tt C
Dengan:
ao = ao.2N* (2N) a, N
,
rN
f^- t, >1, 2f
"u =T' ,r =t' .;r=T
ao.zN = J,: + a, 7A/- I
'rt-J__
.f,
ao+al
i c,
=l
T
d a Peramulan .15
ya Contoh 2-7: Dibefikan data permintaan dua tahun terakhir sebagaimana rul-
Ramalkan permintaan pada tiga bulan pertama di tahun ke-3!
Penyelesaian:
i _i
- - J2 11 234.9-210.2
rN 1 =f.^-<
q'i
c= f'
, ao+ al
Fi"
Fac:r"
!'.: r-,rripri
{6 PERENCANAAI,I DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 6
9 1tr
l+ t rl.6-5 21 1-55
11q q1 0,65 0,64
12 lt- v\
t-l 236 246,08 0,96 0,96
12.00
"f, = (an.,+art)Ct
Metode peramalan winter's digunakan untuk suatu data yang berpola musiman.
Pola kecenderungan ini biasanya dikarenakan suatu musim tefientu. Sebagai contoh untuk
benua Eropa, karena di sana mempunyai empat musim, pola konsumsi terhadap suatu
produk mempunyai pola yang siklis. Misalkan, pakaian musim dingin akan banyak
permintaan menjelang musim dingin dan begitu pula untuk musim-musim yang lain.
Sehingga, metode winters sering disebut 'Winter Seasonal Method' .
Analog dengan pola musiman di atas dapat pula diidentifikasikan pola musiman
berdasarkan kejadian yang datang atau terjadi setiap periode (tahun). Sebagai contoh,
untuk Indonesia akan terjadi beberapa waktu khusus yang cukup penting di setiap tahun,
yaitu menjelang tahun baru dan hari raya. Biasanya pada menjelang hari-hari tersebut
akan terjadi peningkatan yang cukup besar pada permintaan bahan makanan dan pakaian.
:f Peramalan 11
Periode 2 J 4 5 6l 8 9 10 t1 t2
Permintaan 24 30 36 39 50 -iS <6 36 36 25 23
i lr, i
t rtl
t
MAD = '=t
m
MSE
ilr-rl'
= al"'m
r'l
Misalkan langkah I sudah dilakukan (pola data sudah dicek) dan diduga merode
peramalan time series )ang sesuai dengan data tersebut adalah metode exponential
smoothing (ES) dan moving average (MA). Selanjutnya metode peramalan ini dicoba
(maksudnya dicoba adalah dilakukan peramalan dengan t bukan masa depan, terapi
metode diterapkan ke peirode yang sudah ada aktualnya). Misalkan pada metode ES
digunakan CL = 0,1 ;0,2; dan},Z.Padametode MA digunakan m =2,3,4,5, dan6. Hasil
penerapan metode peramalan terdapat pada tabel 2-3.
48 PERET]CANAAI,I DAN PENGEI{DALIAN PRODUKSI B
Tabel 2-3
Hasil Percobaan (Penerapan) Metode ES dan MA
Prd. Perm. ES O.I ES 0.2 ES 0.3 ES 0.4 MA2 MA3 N{A,1 MA.5 MA6
I 24
,. i\
6 -rE -r rA 19.00 45,67 43.25 40,60 37,83
-
7 56 +8.09 +-.el -:- tr <^ , < I ll :18.25 45.80 43,t]
Selain MAD dalam contoh ini digunakan kriteria kesalahan peramalan lainn1.a.
I aitu MAPE (mean absolute procentage of errnr r. \ilai MAPE didapatkan
dengan caia:
?et'tan7a, membagi AD pada tiap periode dengan permintaan aktualnya dan dikalikan
i007o (inilah yang disebut dengan APE). Ketir,.t. nilai APE untuk seluruh periode
Jijumlahkan dan dibagi 12 jumlah dara perminra.rn.
Tabel 2-{
Hasil Evaluasi ]Ietode Peramalan
I 24
MAPE 17 -LVt 18.4Fa ZA,SVO ?Z,9VO 8,29c 15.Sffo Z7:;tVa 29,tgp: 17..2Vo
Langkah berikutnya adalah memilih metode peramalan terbaik. Melihat nilai M.{D
dan MAPE, maka metode MA 2 adalah metode terbaik (dibanding dengan metode lain
yang dicoba). Sekadar catatan, nilai MAPE relatif lebih mudah dipahami karena kesalaha:
dinyatakan dalam persen. Membayangkan nilai MAD pada kasus lain tentunra sui::-
misalkan metode ES 0,7 memberikan MAD 100, 100 itu besar atau kecil? Den_ean \t.{-Pq
kesalahan dinyatakan berupa persen dibanding aktualnya.
PEREI,{CANAAII DAAI PENGET'{DALIAI'{ PRODUKSI B
Soal-soal
1. Seorang manajer memiliki dat.i permintaan historis yang akan dia gunakan untuk
menentukan permintaan 3 perir'rde mendatang. Data permintaan tersebut adalah:
Tahun 3 4 5 6 7 8 9 10
T-:...
i ,ll 200
: il, , l 210
3 ll0 I tl0
4 160 -i 160
5 150 . .i t-50
6 150 6 2-15
1 145 1 235
8 140 8 230
9 135 9 230
10 I ,1-5 10 245
ll 160 II 260
t2 180 12 300
-') - Berdasarkan catatan di gudang bahan baku, pengambilan raw material B selama 12
periode (bulan) seperti pada tabel 2.22. Dart data tersebut, hitung peramalan
permintaan pada periode ke 13 dengan metode sebagai berikut!
a. Moving oyerage 3 periode, 4 periode, dan 5 periode serta hitung kriteria
performans untuk masing-masing! Tentukan pula metode yang mana yang
seharusnya dipilihl
b. Gunakan metode exponential dengan nilai alpha 0,1: 0,2;0,3; 0,5; dan 0,7;
kemudian tentukan kriteria daya guna dari masing-masing serta tentukan metode
terbaik!
:1 Peramalan 5l
Bulan D;::-.-ri
-
._,1
+ l6( r
5 1-)0
6 150
7 145
8 140
9 135
10 145
. 11 160
12 t70
Bulan Demand
I 120
2 1.10
J 100
4 160
5 150
6 130
7 145
8 t20
9 135
l0 130
METODE, TRADISIONAL
PE,NGENDALIAN
PERSE,DIAAN
Secara umum, persediaan adalah se_sala sumber da1'a organisasi 1'an-e disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan pernrintaan. Persediaan adalah komponen,
material, atau produk jadi yang tersedia di tangen. nle nunsgu untuk disunakan atau dijual
(Groebner, Introcluc'tion to Managentetfi Sciertce. 1991 t.
Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (u'orA- in process), barang
jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 1976). Definisi persediaan yang digunakan
dalam buku ini aclalah clefrni'i vang terakhir, hal ini berhubungan dengan metode
pengendalian per\edlaan \.tng .rkln clihehas adalah metode pengendalian persediaan
untuk ireni fisik
Secara fisik. lrciil persediaan dap.rt .irkeltrinltrkk;in t'lalanr lirlii kate-qori, yaitu
sebagai berikut.
l. Bahan mentah (t'aw nruterials), yaitu barang-barang berriujud seperti baja, kayu,
tanah liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yan_e diperoleh dari sumber-sumber alam,
atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan
perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts') yang
diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam
pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Barang seten_eah jadi (v'ork in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi
produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada
komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
1. Barang jadi (J'irtislrcd gctocl) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan
siap untuk didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (sttpplies nruterial) adalah barang-barang yang diperlukan dalam
proses pembuatan ataLr perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang
jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik, dan lain-lain.
Persediaan merupakan ,ruatu hu, r .rn_i IJk terhindarkan. Penr ebab tintbulnr a
persediaan adalah seba-eai berikut.
Efisensi produksi (salah satu muaranya adalah penurunan biaya produksi) dapat
ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan. Efisiensi ini dapat dicapai bila
fungsi persediaan dapat dioptimalkan. Beberapa fun_ssi persediaan adalah sebagai berikut.
1. Fungsi independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen-departemen dan
proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat
diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok. Seringkali
keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa tergantun_s
pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus mencukupi.
2. Fungsi ekonomis. Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah
produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulan_s
atau sesuai permintaan. Pada kasus tersebut (dan biaya set up besar sekali). mak:
PERENCANAAII DAN PENGENDALIAIV PRODUKSI B
bial a set up ini mesti dibebankan pada setiap unit yang diproduksi, sehingga jumlah
produksi yang berbeda membuat biaya produksi per unit juga akan berbeda, maka
perlu ditentukan jurnlah produksi yang optimal. Jurnlah produksi optimal pada kasus ini
ditentukan oleh struktur biaya set up dan biaya penyimpanan, bukan oleh jumlah
permintaan, sehinggatirnbullah persediaan. Padabeberapa kasus. membeli dengan jumlah
tertentu juga akan lebih ekonomis ketimbang membeli sesuai kebLrtuhan. Jadi, memiliki
persediaan dalam beberapa kasus bisa merupakan tindakan yang ekonomis.
- -
.1. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk nrengantisipasi perubahan permintaan
alau pasokan. Seringkali perusahaan mengalanri kenaikan permintaan setelah
dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini. maka diperlukan sediaan
produk jadi agar tak terjadi stock out. Keadaan iang lain adalah bila suatu ketika
diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekuran-san. Jadi. tindakan menimbun
persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan rasional.
+. Fungsi tleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses
operasi dan kenrudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka aakan
diperlukan u lktu untuk nrelalukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan
untuk sementlri) i\ ektu. Sedielrr barans setengah jadi (u,ot'k in process) pada situasi
ini akan merupakan i.rltt r prlrrlorl{ ulrtuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah
dengan adany'a sediaan barang t.r.ir. nr.u,; '.,. .ttu untuk penreliharaan tasilitas produksi
dapat disediakan den-ean cukup.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optint.:
terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan ur.nu::
perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan seringkali diukur deng,l.
keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subsisren'.
lain selai persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalan'.
mencapai total keuntungan bukan hal mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan
biasanya diukur dengan total bial'a minimal pada suatu periode tertentu.
Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yan-s timbul sebagai akibat
persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan. biaya penyiapan.
biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan.
1. Harga pembelian adalah biaya 1'an-e dikeluarkan untuk membeli barang, besamr a
sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa
model pengendalian sistem persediaan. biava tidak dimasukkan sebagai dasar untuk
membuat keputusan.
2. Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan
ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan.
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan baranS
dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi. upah.
biaya teleponfax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaiin.
dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3. Biaya penyiapan (set up cosl) adalah semua pengeluaran yang timbul dalar:-.
mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila itent sediaan diproduksi sendiri d.':.
tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan produi,. .
tergantung dari lama penyimpanan dan jumlah yang disimpan. Biaya simpan biasanya
dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya penyimpanan meliputi berikut ini.
Bial a Biaya
Biaya Pesan/ Stock
Simpan Set Ltp Out
BIAYAPERSEDIAAN TOTAL
Gambar 3-l
Biaya-biaya Dalam Persediaan
a Metude Trqdisional Pengendalian Persediaqn
Dalam praktik, tidak jarang ada kasus berupa suatu biaya sulit dapat diklasifikasik":
dalam biaya tetap (biaya pemesanan atau pen)'iapan) sekaligus dapat diklasifikasikan
dalam biaya variabel (biaya simpan, stock out). Misalkan biaya transportasi, kalau satui::
itempesanan dalam bilangan 'truk', maka ongkos transpor sifatnya variabel terganruns
pada berapa truk yang dikirim. Namun, bila satuan itent pesanan dalam unit dan saru
truk berisi 1000 unit, maka ongkos transportasi jika pesanan maksimal 1000 unit adalah
fix cost (biaya pemesanan), artinya tidak dipengaruhi jumlah irem yang dipesan, Bila
jumlah maksimal item pengiriman tidak dibatasi dan satuan irem pengiriman dalam unit.
maka ongkos transpor ini dapat pula dikatakan r ariabel. Terkait dengan ini diperlukan
peftimbangan (trade ffi
dari pembuat kebijakan persediaan. Trade offini akan sangat
bergantung pada jenis item yang dipesan atau diproduksi.
Selain kasus di atas, terdapat pula perbedaan pengertian antara biaya persediaan
aktual yang dihitung secara akuntansi dengan biay,a persediaan yang digunakan dalam
menentukan kebijaksanaan persediaan. Pada seluruh model persediaan yang dikemukakan
dalam bab ini, biaya yang terkait den-ean persediaan sifatnya tidak praktis untuk
kepentingan akuntansi (terutama dalam perhitungan harga pokok produksi). Perhitungan
biaya dalam bab ini hanyalah bersifat teoretis, manfaat yang ditonjolkan adalah minimasi
total biaya yang terkait dengan kebijakan persediaan dan bukan pada penurunan har_sa
pokok produksi. Hal ini harus dipahami terlebih dulu agar terdapat pertimban,ean terhadap
hasil yang diperoleh dari penerapan metode-metode pengendalian persediaan.
3.4 Metode Q
Dikatakan metode Q karena variabel kepurusan d,rlant merode ini adalah Q (i'an_s
menotasikan kuantitas) pesanan. Kriteria optrmal adalah total biar a persediaan 1an_e
minimal. Metode ini terdiri atas banr ak model. 1an-e akan dijelaskan di subbab berikut.
Berdasarkan pada fakta ini. maka dapat dibuat -eeneralisasi bahwa dalam setiap
pemesanan atau pembuatan produk, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis,
yaitu biaya tetap (Jix cosr) dan biaya variabel. Pada praktiknya, tidak semua biaya dapat
dipisahkan secara tegas ke dalarn dua kategori ini.
Akibat adanya dua tipe bil a ini,maka biaya total (fix cost dan variabel cost) akan
menjadi berbeda bila junilah unit r ang diproduksi berbeda. Bila barang yang diproduksi
satu atau seribu, .fi.r cosr ini t'e.am)a tetap. Selanjutnya. bilay'.r cosl ini dibebankan
pada biaya produksi per unit. nrlka./i.r co.r/ ini akan dibagi oleh 'jumlah unit' yang
diproduksi. Jadi, semakin t'rnr rl junrllh i ang diproduksi, akan semakin kecil. Logikanya,
akan terdapat titik tenru r1-,ptimal , f,s;ir lotf,l kedua bial a tersebut minimal.
Model yang dikenrbangkan trieh Ford Hrrri. t.r:ebut adalah:
2A,D
Q*=
\ I.C
Di mana
A = ot'clet'cosl
D = permintaan per periode
I - ltolditrg cosr (dalanr desimal t
Biaya Rp 12.000 per kilogram adalah suatu hasil ne-eosiasi berupa kontrak er:.r-
Robert Pizaman dan John Cheeseman yang akan diperbarui tahun depan. Bi...-
penyimpanan Rp 3.000 didapat dari perhitungan oplut'nrnitt' r'ost (biaya kesempar".
lika seandainya uang yang tertanam dipersediaan ditabung di bank. Bunga bank = l-i
per tahun. Menurut Robert, persentase ini akurat.
Faktor berikutnya, yang diperhitungkan Robert adalah perminraan pizza yan:
berfluktuasi setiap minggunya. Data permintaan pizza r ang telah dikonversikan ke dalant
kebutuhan keju selama 15 minggu terakhir seperti terlihat pada tabel 3-1. Diduca
permintaan yang akan terjadi akan berpola mirip :eperti pola permintaan tersebut.
Tahun depan Robert memperkirakan penumbuhan pasar pizza-nya pesat. Melihat
data permintaan kejunya 1-5 bulan terakhir tersebut, dia memperkirakan tahun depan
permintaan kejunya menjadi 1600 kilogranr per minggu. Dalam setahun berarti 83.200
kilogram (52 minggu x 1.600). clalam sehari 228 kilogram (83.200 per 365 hari).
. Tabel 3-1
Kebutuhan Keju 15 Minggu Terakhir
l.-560 q 1.590
) l.6l-r r.600
3 I -i \| ll 1.605
J I -i-r 1l 1.585
5 1.6r0 1 r.590
6 I .61-5 1-l r.600
1 1.59t) l5 1.605
8 1.60.5
Total = 23.936
k
Rata-rata r.595
h
f
n Robert mencoba suatu metode untuk membuat kebijakan berupa berapa dan kapan
t. dia harus melakukan pemesanan. Dia menentukan persediaan harus mencukupi untuk
kebutuhan minimal 4 hari (4 hari berikutnya pesanan akan tiba. Sehingga kuantita.
(umlah) kilogram keju yang dia pesan = 912 (4hari x228 kilogram/hari). D..
menganggap kuantitas ini akan membuat total biaya pemesanan dan biaya penyinrpar -:
optimal. Alasannya, jika kuantitas lebih dari ini, maka biaya penyimpanan ...."-
60 PERENCAIIAAN DAN PEI{GENDALIAN PRODUKSI B
meningkat, meskipun biaya pesan menurun (kuantitas pesanan besar berarti akan
melakukan sedikit pemesanan untuk rnencukupi semua kebutuhan. Bila kuantitas
pemesanan kurang dari912, meskipun bial'a simpan mengecil, namun pemesanan harus
sering dilakukan sehingga biayanl'a membesar. Jadi, Robert menganggap 912 inilah
kuantitas pemesanan yang optimal.
Gambar 3-2 mengilustrasikan bagaimana jika rencana Robert diterapkan. Ketika
pengiriman pesanan tiba, 912 k:logram masuk gudang. Itulah inventory maksimal.
Dengan tingkat kebutuhan 2lS r<r hart. ittventon' berkurang 228 setiap hari dan habis
pada hari keempat. Pada han ke:mcat rni. datang lagi pengiriman pesanan berikutnya
sehingga inventory maksimal rrg- :11 . Demikian seterusnya.
H
C
i = iti\ent()t1 /ro,'.iir,a .. -'-: C;lan de.intal I = 0.25
Ongkos penvimpanan I kilo-sram kelu penahun adalah:
H =IC
= (0.25 x Rp 12.000,-)
= Rp 3.000,_ /unit/tahun
Selanjutnya, dengan rata-rata persediaan 456 (setiap harinya sepanjang tahun), maka
total biaya penyimpanan per tahun = Rp 3.000, - x 456 = Rp 1.368.000,-. Bila dinyatakan
dengan notasinya, maka rumus untuk total biaya penyimpanan:
= (Q/2)IC
Di mana:
a = kuantitas pesanan
| = inventory holding cosl (dalam desimal)
C = harga per unit
Dalam rencana ini, total biaya penyimpanan keju selama setahun hanya Rp
1.386.000,-. Biaya total pemesanan selama setahun berarti biaya sekali pesan dikalikan
dengan banyaknya pesanan selama setahun. Banyaknya pemesanan per tahun dapat
dihitung dengan rumus:
Jumlah pesanan = D/Q
Di mana:
D = kebutuhan per tahun
a = kuantitas pesanan
a .lletode Tradisionul Pengendalian Persediaan rl
= 1D/e).Co
Di mana:
D= rata-rata kebutuhan pertahun
a = kuantitas pesanan setiap kali pesan
A = biaya per sekali pesan
Inventori
Maksimal
(Q=912)
oo
v
o)"
Inventori
Rata-rata
(Ql2=456)
300
o
100
Inventori
Minimal
68 10
Hari Kerja
Gambar 3-2
Model Analisa Persediaan
Bila tidak ada kasus kelebihan permintaan atas persediaan keju, maka biar l
pembelian keju selama setahun adalah Rp 998.400.000,- (83.200 unit x Rp 12.000 per
unit). Biaya ini tidak dipengaruhi berapa pun kuantias pesanan dan berapa kalijuml,:.
pemesanan. Biaya total persediaan (simpan dan pesan) per tahun dapat dinyatakan dal;::.
rumus:
62 PERENCAI/AAI{ DAN PENGEI{DALIAN PRODUKSI B
TC =(Q/2).t.C+(D/Q).A
Dalam kasus Robert Pizaman, total biaya ini adalah:
TC = (912)(0,25)(3.000) + (83.200/912).(500.000)
= 1.368.000 + 45.600.000
= Rp 46.968.000
Total biaya yang terkait den-san kebijakan persediaan telah didapat yaitu sebesar
Rp 46,968 juta. Timbul pertanvaan. apakah ada rencana pemesanan yang lebih baik dari
rencana Robert tersebut? Artinr a. adakah rencana atau kebijakan lain yang akan
memberikan total biaya lebih nturah l
Berikut perhitun-ean yan-e dilakukan bila dicunakan model vang dikemukakan oleh
Ford Harris.
Suatu cara coba-coba dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara rencana
pemesanan (kuantitas) dengan total biaya. Tabel 3-2 menunjukkan hasil perhitungan
total biaya simpan, total biaya pesan, dan total biaya persediaan selama satu tahun bila
kuantitas pesanan berubah-ubah.
Tabel 3-2
Bia.va Persediaan untuk Kuantitas Pesanan Bervariasi
Hubungan antara kuantitas pemesanan dengan total biaya penyimpanan, total biaya
pemesanan, dan total biaya persediaan pada kasus ini secara grafis sebagaimana telihat
pada gambar 3-3. Pada grafik tersebut, total biaya minimum terletak pada kuantitas
sebesar 5.200 kilogram (angka ini tentunya mengandung sedikit kesalahan karena skala)
yaitu sebesar:
= (Ql2).r.C + (D/Q)A
= (s20012)(0,2s)(12.000) + (83.200/5.200)(500.000)
= 7.800.000 + 8.000.000
= Rp 15.800.000
a Metode Trqdisional Pengendalian Persediaan !...-
50
40
-!
:e 20
10
168i0
Kuantitas pesanan ribuan kilogram
Gambar 3-3
Grafik Biaya Persediaan
. Semakin kecil kuantiras item yang dipesan, total biaya akan :emd-:- :':'-J-
. Semakin besar kuantitas item yang dipesan akan semakin keiil r..;i '.{,r"&. rlirrflrr,urrrir:
pada suatu titik tertentu, maka total biaya ini akan membesar lagr. P-a:r :nr{ rT:rl,-rir:"
total biaya minimal terjadi.
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
Berdasar teori kalkulus diferensial, suatu fungsi akan memiliki nilai maksimum
arau minimum pada turunan (diferensial) pertamanya memiliki nilai 0. Fungsi total biaya
persediaan (pesan dan simpan tanpa harga beli) adalah:
OD
Tc = , lC-
LY O A
Dengan turunan penama (Tc merupakan fungsi Q) harus = 0. maka kuantitas pesanan
optimal (economic orde r qttttrttiry'l EOQ) atau Q* diperoleh dari:
dTc l.C D
O -=--n r - Q: -"
I.C_ D
20-
2A'D
-
Q* ='
\I.C
Di mana
A= order cost
D= permintaan per periode
[ = holding cosr (dalam desimai
C= harga per unit
Bila model ini diterapkan pada kasus Robert. maka kuantitas pesanan optimal bubur
keju adalah 5266,2 unit. Angka ini didapat dari penerlpan model tersebut.
Q* =
\'Es}2oosoo^ooo
s.ooo
= 5266.2
ROP = d.L
Di mana:
_ ROP = reorder poinr
d - permintaan hari::
L = leatl tirtrt'r.atu.ritn) r :3nta den_gan penyebut satuan d)
Pada kasus Robert Pizanran. ROP = ll8x-l = 912 kilogram. Ketika persediaan bubur
keju tepat pada jumlah (ririk) 912. maka pesanan sebesar Q* (EOQ) harus dilakukan.
T = WQ*/D
Suatu potongan harga untuk jumlah pembelian yang lebih besar sangat lazim
ditawarkan oleh penjual. Hal ini untuk menarik minat pembeli agar mau membeli dalam
iumlah besar. Keuntungan yang dapat diperoleh pembeli bila membeli dalam jumlah
besar adalah turunnya harga beli per unit, biaya pengiriman lebih rendah, penurunan
biaya pemesanan, dan minimasi risiko kekurangan stock. Kerugiannya adalah modal
rkan banyak tertanam di persediaan dan risiko rusak lebih besar.
Untuk itu perlu dicari solusi optimal dari kedua konsekuensi logis tersebut. Untuk
kasus adanya potongan harga pada kuantitas tertentu, model EOQ sederhana dapat
diterapkan dengan langkah tambahan. Model EOQ bila terdapat penawaran potongen
harga untuk kuantitas pembelian tertentu seperti terlihat pada gambar 3-2.
66 PERENCANAAN DAN PEI'{GET{DALIAN PRODUKSI B
ya (Q* masuk
Hitung Q* pada
dalam range Hitung TIC
harga terendah
Q diskon) ^ pada Qx
berikutnya
Berapa kali
nta:ih ada
perhitungan Q*
diskon di atas
dilakukan ?.
Q ini?
Hitung TiC pada Q
minrmal ronge
diskon harga ini
Q* sudah
Gambar 3-4
Prosedur EOQ Sederhana Dengan Diskon
0 < Q< Ql C1
Ql <= Q < Q2 C2
Q2<= Q < Q3 C3
O >=Q3 C4
}1 Metode Trqdisional Pengendalian Persediaan
Q dari atas ke bawah semakin besar, C semakin ke bawah semakin menurun :::' :, -
banyakQ,harga(C)semakinturun/adadiskon).ProsedurpenentuanQoptimal(Q- ;:. _-
sebagai berikut.
Langkah 1. Hitung EOQ dengan nilai C paling rendah (C4). Bila Q* > Q3. nr.,, -
Q* tersebut layak. Perhitungan dihentikan, perhitungan TIC (TICO) didasarkan p":-
Q* ini. Jika Qx < Q3, maka tidak layak (Q* ini bila diterapkan tidak mendapat har--
C4, karena jumlahnya out of range).
Langkah 2.Iika tidak layak, hitung TIC (misal di:ebut TIC 1 ) pada Q terendah pad.,
C4 ini (berarti Q3). Adakah tingkat diskon lagi. Bila tidak ada. bandingkan TIC0 den-san
TIC1, jika TICl < TICO, maka Q*=Q3. jika TICI > TICO, maka Q* = Q'k hasil
perhitungan pertama tadi.
Langkah 3. Jika masih ada tingkat diskon lagi, hitung EOQ pada harga terendah
berikutnya. Proses selanjutnl'a kembali seperti langkah 1. Terakhir nilai-nilai TIC dan
seluruh perhitungan dilihat. intinl a. Q* loptimal) adalah Q yang meberikan TIC minimal.
Contoh 3-2: Suatu produk dengan demand per tahun sebesar 250.000 unit. Biala
order sebesar 100 per order. Biaya penyimpanan tahunan sebesar 24 7a dan dihitung
berdasarkan rata-rata dari inventory. Harga produk dengan diskon seperti di bawah ini.
Tentukan jumlah pemesanan yang optimal?
0< o <5000 l2
5000 <=Q < 20.000 lt
20.000 <=Q < 40.000 10
40.000 <=Q 9
Penyelesaian:
z(r oo)(zso.ooo)
Step I:EOQ = i
: 4811 unit.
0,24(g)
TC = 1 00(250.000)/40.000+0,24(9)(40.000)12 + 9(250.000 t
= 2.293.325
68 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
2(100)(250.000)
step 2: EOQ =
0.24(10)
= 4564 unit.
2( 1 00 r rn].l-r.-\-I
= -l3il
r r
step 3: EOQ = unit.
0.2{( 11)
2(i00)(250.000)
step 4: EOQ =
0.24(11)
= 4767 :unit.
s.000 2.766.600
4.t67 3.012.000
Inventori
Maksimal
Back Order
Gambar 3-5
Model EOQ Dengan Back Order
EoQ=
trtr
Di mana : A= order cost
D = demand rata-rata dalam satu horison perencanaan
H= holding cosl (H=IC)
B = biaya back order per unit per periode
PERET,'ICANAAN DAN PENGENDALIAN PRODL]KSI B
.
t_
L- -
2.AD B
\ H \g+H
-
Total Inventory Cost:
rn -r7 -1
TIL = )! -r\q-r) *nL
A2Q2Q
Contoh3-3: TokoKL:-.::::-:.',i.Fi:::rrrtranterhadapproduknyasebesar250.000
per tahun. Bial-a penr tmprr:n R: -< r -::: ::: iihun. Biar a sel-Ltp produksi = Rp
:50.000/pesan. Biar a kekurangan per.eoiarn ''--- '- '' -;. ' ' 5ebesar Rp 1.500/unit/tahun.
Tentukan: a. Etortctntit order qu(uttin. b. Jumlah r/iiir selanta satu tahun. c. Jumlah
back order, d. Bial'a total persediaan setahunl
Penyelesaian:
a.Eoe =\'ry1,"W
= 21.602 unit
b Jumlah order setahun
D/Q =250.000121.602 = 11.57 kali (=12 kali)
I,_LADB
=\ H \B.r-I
= 1,'2ar!wr?fl!qq E
soo 1 tsoo * soo
= 16.202 unit
Back order =21.602 - 16,202 = 5.400 unit
Model EOQ sederhana menganggap bahri a kuantitas yang dipesan akan diterima
sekaligus (seketika) dalam suatu saat yang sama. Jikr item diproduksi sendiri, umumnya
pesanan tidak dapat datang sekaligus karena keterbata-ran tingkat produksi. Persediaan
akan tiba secara bertahap dan juga dikirrangi \e.ir.1 i"'ertahap kaena untuk memenuhi
kebutuhan. Logikanya, kecepatan produksi p :.,:-; lebih tinggi dari kecepatan
pemakaian (d). Jika tidak akan ada stockour.
Bila diterima
semua seketika
Inventory
maksimal
Gambar 3-6
Model EOQ Dengan Tingkat Produksi Terbatas (EPQ)
Untuk menghitung jumlah lot optrmal untuk setiap kali produksi adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
zAD
- =
Q*
, rt(t-d\
\t p)
Periode 2 J I 5 6 7 8 9 10 t1 t2
Permintaan 200 r00 2s0 t50 150 130 150 120 r50 130 100 t20
=, ..T], :]:l;::;Tl*lto.
EOQ/EPQ
:- -rl) = 555 unit
, 22k,,
\iD''h' ,\('-D'l''1
P,]
\
Perhitungan toptimal untuk kasus banyak itent adalah mirip dengan model EPQ
sebelumnya dengan biaya set-up, keepatan permintaan. kecepatan produksi, dan biaya
simpan dijumlahkan terlebih dahulu. Jumlah pemesanan per tahun (ika periodenya tahun)
atau frekuensi pemesanan dalam satu periode untuk kasus banyak item diperoleh dengan
persamaan (hasil modifikasi persamaan f =D/Qo. Persamaan tersebut adalah sebagai
berikul.
i>o,,r,,(,
r-.1
"+)
r-\l t]
22k,,
a Metode Tradisionul Pengendalian Persediaqn
Contoh 3-5: Sebuah perusahaan memproduksi empat jenis komponen yang diproduk:r
dalam satu lintasan produksi secara bergantran. Data yang mengenai permintaan.
kapasitas produksi dan biaya-biaya relevan adalah sebagai berikut. Tentukan jumlah
produksi yang ekonomis untuk setiap komponen.
JL \1L \H 11-i.000
Penyelesaian:
Untuk memudahkan perhitungan dan memperkecil risiko kesalahan, perhitun-ean
dilakukan selangkah demi selangkah untuk kemudian hasilnya dimasukkan dalam
persamaan di halaman sebelumnya. Langkah pertama adalah sebagai berikut.
N (,&) ofi,,(t
\ 4,i +)
A 0.875 175.000
B 0.875 218.750
C 0.700 3 15.000
D 0.700 262.500
JUMLAH 971.250
Contoh 3-5 di atas dihitung dengan model EPQ sebelumnya (untuk item tunggal)
dengan cara menghitung satu per satu, maka kuantitas produksi per sekali pesan (EPQ)
dan waktu siklus per produksi rt r adalah seperti pada tabel berikut.
A 1.t21 0,56
B 1.003 0,50
C 1.-r09 0,44
D 1 .+3-1 0,48
Contoh 3-6: Sebuah pabrik mem'Du.: .-:.. -.:-. ::..Juk pada mesin yang sama secara
bergantian. Data yang ada adalah sebag,. r:--r-:
Penyelesaian:
Buat tabel seperti pada contoh sebelumnya untuk menghitung pembilang dan
penyebut dalam persamaan f. Sehingga didapatkan hasil sebagaimana berikut.
)3. Metode Trudisional Pengendalian Persediaan /:
E 0.79 i0 ffiO
JUMLAH
Waktu produksi yang dibutuhkan dalam :f,::r ::1j: ;iriah :ebasat benkut.
lr O,,t'r,,(t
(_
J_ 1-
+)
I
?\ l-
i4(1,.993.788)
\ 2(160.000)
= 7.5 hari.
3.5 Ntetode P
Model-model persediaan ) ang dit'ah.r. p.rj.r :tit\r.rr -:.-1 nrenlliki kesamaan variabel
keputusan. y'aitu penentuan jumlah optrmai \ uris iiir)r1r\nr. EOQ EPQ). Pesanan akan
dilakukan bila tingkat persediaan mencapai titik ROL R. Dens.in denrikian. jarak rvaktu
antarpemesanan berubah-berubah tergantung kapan titik R tersebut terirdi. \'lodel-model
persediaan dengan variabel keputusan jumlah pesanan optimal seFErti itu termasuk dalam
model atau metode Q. Model lain selain model Q yang akan dibahas dalam buku ini
adalah model atau metode P.
Model P adalah suatu model persediaan yang variabel keputusannya adalah periode
pemeriksaan persediaan (berapa hari/minggu/bulan/periode sekali pemeriksaan dilakukan
pada persediaan). Dalam model ini, jumlah unit yan_e dipesan akan berubah-ubah
tergantung sisa atau jurnlah persediaan saat diperiksa. Jika pada saat diperiksa, jumlah
sediaan di gudang masih banyak, maka dipesan sedikit. Jika sisa persediaan tinggal
sedikit. dipesan dalam jumlah yang lebih besar. Besar kecilnya jumlah pesanan akan
berubah-ubah tergantung sisa, sementara variabel vang tetap adalah jarak waktu
pemeriksaan.
Berapa jumlah sediaan pengaman akan ditentukan oleh distribusi (pola) permintaan
dan distribu si lead tinte.Penentuan sediaan pengaman atat safety stock ini akan dibahas
pada bab berikutnya. Sebagai dasar perbandingan model Q dan model P, misalkan lead
time adalah konstan dan pemintaan berdistribusi normal. Jika asumsi data seperti ini,
maka titik pemesanan kembali dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
R =dL+SS
Bila rumus sqfety stock ini disub.trtusikan pada persamaan sebelumnya, maka
jumlah persediaan di mana pesanan akin drlakukan adalah sebagai berikut.
R = d.+ Z-SdL
Dengan persamaan ini.titik r':- - -..r.-rn kenrbali dapat berbeda tergantung dari nilai
Zcx. Nilai Zaakan ditentukan ,rl::. : :.r.-,: ::1.'. -r:.t.ir.t r ang diin-einkan. Tingkat pelayanan
di sini berarti persentl\i i.::'--:. - - . -i-::, iin.ttli kehabisan persediaan. Jika
diinginkankeyakinan \r:t::--.:i. j-':::. j:r. -..:'^,:1.-,11 n.r\ediaan. makadipilihtingkat
pelayanan yans bera: T::._::.:: :,:-: . :--.:- t-:l tt:t:. Zr r. t,er.tr. Zct besar berarti jumlah
.;::"::;'fil '[,rrr.l
R lebih besar. -lun:1.:: R :re per.eiruan ]:L'rh be:ar. Sebuah konsekuensi
iogis 1'ang haru. i::,ri1. !uriu
kepastian tidak terjadi kehabisan persedraan memerlukan
bia1.a per'edrein rlns lebih bcsar. Tidak ada teori men_eenai berapa besarnva tingkat
pelavanan rang harus dipilih. hal ini merupakan faktor subjektif, Jika perusahaan
men_sangqap kekurangan persediaan sebagai hal yang sangat penting, maka tingkat
pelal'anan adalah 997c.Tingkat pelayanan 95oio adalah bila kekurangan persediaan adalah
penting atau)Vc jika kekurangan persediaan tidak berarti apa-apa.
Tabel 3-3
Hubungan Nilai Z Dengan Tingkat Pelayanan
Contoh 3-7: Seorang pemasok gula di sebuah kota S, memiliki data-datayang terkarr
dengan persediaan sebagaimana berikut.
. Biaya pemesanan = R-
-,t tirtu:
r ''r Pesan
. Biaya penyimpanan - R; -.r n ;';1 k'.i rntal per tahun
. Jumlah minggu kerja per tahun = -<l::-.-tSiL
. Jumlah persediaan saat ini - I rrrii1ii1113l
Berarti permintaan tahunan adalah >.be>er 118.9,56 ldidapat dari 52 minggu x2473
/minggu). Bila model Q tf Oq r disunaken. maka besarnya jumlah pesanan dapat dihitung
sebagai berikut.
IAD
EOQ = ,\H''.'l
= \/ (zxro}.o0ox 1 28.596/9.900)
= 1.620 unit
Permintaan rata-rata selama lead time adalah 910 (+05 unit/minggu x 2 minggu).
Standar deviasi adalah sebesar 1 30. I ldidaprit dari 9l r r l. di mana 2 adalah lead tirne).
Nilai Zcr adalah sebesar 1.6-5 (didapat dari interpolasi Za pada tingkat pelayanan 94,5ck
dan tingkat pelayanan 95.57c ). Dengan demikian. jumlah persediaan di mana pemesanan
harus dilakukan (R) dapat dihitung seba_uai berikut.
R = dr_*ZcrS,,.
= 910 + 1,65(130,1)
= 1.040 unit
Dengan model Q, pesanan akan dilakukan oleh pemasok sebanyak 1.620 bungkus
jika tingkat persediaan = 1.040 unit. Berarti akan ada sebanyak 78 kali pemesanan dalanr
satu tahun (didapat dari D/Q = 128596 unit/tahun dibagi 1.620unitlpesan). Selang waktu
antarpesanan berarti sebesar 0,66 minggu (52xQ/D = 1.6201128.596). Perhitungan in:
adalah teoretis, dalam praktik besaran-besaran ini akan ditentukan oleh permintae:.
aktualnya.
Misalkan, permintaan mingguan pada contoh tersebut untuk minggu peflama S&n':r:
minggu ke-16 adalah sebesar 316, 422, 539,329,305,516,340,320,513, 445. -r::
320,519,446,dan 345 kwintal. Bila hasil perhitungan dengan model Q ini diaplika..i,..-
maka kondisi persediaan yang akan terjadi adalah seperti tabel di halaman berik::
80 PEREIICANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
Pesanan sejumlah 1620 akan dilakukan bila persediaan (awal) periode kurang dari
1.404 (titik R). Pada kasus permintaan seperti di atas, ternyata jumlah pesanan adalah
sebanyak 4 kali dalam l6 min,egu. Bila permintaan selama setahun (52 minggu) berpola
seperti ini. maka akan ada pemesanan sebanyak l3 kali (didapat dari 4x52l16).
Berikutnya, contoh tersebut akan dicoba diselesaikan dengan model P.
lnventory
Maksimal
L
T T
Gambar 3-7
llodel P
Model P berfungsi dengan cara yang sangat berbeda dibandingka model Q karena
hal-hal berikut.
1. Model P tidak mempunyai titik pemesanan kembali, tetapi lebih menekankan pada
target persediaan.
2. Model P tidak mempunyai nilai EOQ karena jumlah pemesanan akan bervariasi
tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan.
3. Dalam model P, interval pemesanannya tetap sedangkan kuantitas pesanann)'a
berubah-ubah.
Dalam model P, variabel keputusan adalah variabel siklus pemesanan (t). Periode
pemeriksaan dapat diperoleh dengan persamaan berikut.
r_QD
PEREIICANAAN DAI,{ PENGENDALIAIV PRODUKSI 6
Target dari tingkat persediaan d.:r:t ditetapkan berdasarkan tingkat pelayanan yang
ingin diberikan. Dalam hal ini I.rr-:3i :er:ediaan memiliki rumus yang mirip, namun
tidak sama sama dengan rur.nu. I I-;. :.i::3.rnan kembali (ROP/R) dalam model Q. Target
ne."^.1iaan tersebut adalah Lrn:*r' :r-.::..:*:. r:nttintaan selama lead time (L) ditambah
periode optimal pe neufi1.lt::. H., -:- j...:...k.rn krrena persediaan tidak akan dipesan
lagi sampai keclat.ins.li.:'. j L':.:-\ :.i:..,::j1 leir\ f,nJn tertentu. permintaan harus
dipenuhi sepant:lti .i::..- . - L .3-:rJ r.:iJ-F.rlJ drtenibih :uatu persediaan pengaman.
Secara mntern;ti-. :*nrr- ::rret'ut a.lalah sebagai berikut.
R =dt*L+Zo,So,.
Di nrana :
Contoh 3-8: Berdasarkan contoh pada bagian 3.7 (model Q) sebelumnya, maka
dengan model P akan diperoleh interval pemesanan optimal sebagai berikut.
tr:i:o" 7620
+05
=+mrnggu
R = dr*L*ZcrSo,,-
= 2.802 kwintal
Bila menggunakan model P ini, pemasok gula dalam contoh tersebut memeriksa
tingkat persediaan gulanya setiap 4 minggu sekali dengan target persediaan maksimumnya
adalah sebesar 2.802 kwintal. Jika tingkat persediaan saat diperiksa sebesar 1000, maka
dipesan sebanyak 1.802 (yaitu 2.802 - 1.000). Bila saat diperiksa tingkat persediaan
sebesar 1500, maka dipesan sebanyak 1.302 (yaitu 2.802 - 1.500), demikian seterusnya.
a Metude Trudisional Pengendalian Persediaan 83
Dalam model P, pada tingkat pelayanan sama. jumlah sediaan pengaman akan lebih
besar dibanding dengan sediaan pengaman padr nrodel Q. Hal ini karena sediaan
pengaman pada model P harus mencukupi kebutLrh-rn .elama waktu (t + L), sedangkan
safety stock pada model Q hanya untuk mencukupr i::utuhan selama waktu L.
Pada variasi permintaan selama 16 min-e-eu \ei.;:.- .ontoh 3-7, jumlah persediaan
selama 16 minggu adalah seperti pada tabel berikul
2000 A\-
1 316
2 422 I 6SJ 111\
3 s39 r t6:
4 -rt9 l51l illE
5 305 l-i1l t201
6 576 1201 631 1-595
/
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
kehabisan persediaan atau sebaliknya jumlah persediaan yang terlalu banyak. Risiko
kehabisan persediaan antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut.
. Permintaan yang lebih besar.
, Lead timebertambah.
. Permintaan terlalu tinggi dan waktu ancang ben:::ib:h.
Bila:
_-l-= l_ -D)L
Tabel 3--l
Data Permintaan Selama Lead Time
0 0,00 1.00
1 0,02 0.9E
(.r.9-<
2 0,03
0.05 I r.ql ,
3
4 0.08 l.r]
5 [r.1 ] rl.-tl
6 it.lr't (_).
-i
(-)
(_t. 1 (_).1-i
1 -<
8 0. r: [).]-l
9 0.08 0. 15
10 0.05 0. r0
t1 0,03 0,07
t2 0,02 0,05
13 0.02 0,03
t4 0,01 0,02
15 0,01 0,01
16 0.01 0,00
Penyelesaian:
Tabel tersebut dibuat berdasarkan permintaan selama lead time untuk beberapa
minggu. Informasi di atas juga dapat ditunjukkan secara grafis dengan suatu "bctr cltat't" -
Bila toko kue ulang tahun tersebut hanya ingin memenuhi rata-rata permintaan selantl
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
lead time yang lamanya 10 hari, maka toko tersebut harus menyediakan kue ulang tahun
sebanyak 6 unit (d = 6). Bila permintaan masa mendatang mengikuti pola yang diamati
di masa lalu, maka dengan 6 unit kue ulang tahun sebagai persediaan selama lead tinte
toko tersebut akan mengalami kekurangan persediaan sebesar 5OVo selama masa lead
time tersebut, atau dengan kata lain bilr permintaan selama lead time 16 unit, maka
kekurangan persediaann y a l00Vc .
-: = -i untt
Bila biara sir:P.: j: ;'n 3l.l\;
";;-.: -:. Flemtleiien per unit. dan modal yang
tertanam dalam ben:*i' :e:ri j:.::j: .rr"- brar a Smt'elian , unitn) a Rp 200.000,-, maka
safeq sro( i--n\ a untuk >an :a: .3', :: *-r:-. :Jrleh:
1[t.-1 ,, -l -r t r.r-l-1_1 ,- R: ]tr1.t-rt-x-t
Data pada tabel berikul ini menunlukkrn penearuh perbedaan sert,ice leyel
persediaan terhadap bial'a persediaan bila pihak manajemen toko tersebut ingin
meningkatkan seruice level-nya menjadi 95% dan99%.
Thbel3-5
.
Data Permintaan Selama Lead Time
Dari tabel 3-4 di atas terlihat bahwa peningkatan seryice level secaraberturut-turut
akan menyebabkan biaya persediaan yang semakin mahal. Jadi, peningkatan dari 50 ke 90
Va dalam service level akanmembutuhkan biaya Rp 240.000,- peningkatan5Tc berikutnya
membutuhkan biaya Rpl20.00,- dan peningkatan4Vo berikutnya lagi membutuhkan biaya
Rp 180.000,-. Semakin tinggi service level yangdiinginkan, maka biaya total yang terkait
dengan persediaan akan semakin meningkat pula. Ini suatu aksioma (hal yang tak dapat
dibantah lagi). Hal ini akan berlaku pada persediaan dalam bidang apa pun.
a Metode Tradisionql Pengendalian Persediaan 89
E (\IHC I =E \ISC
Di mana:
E(MHC) Ekspektotiort r.lIur,!ittttI H oIclittg Cost 1
E(MSC) Ekspektotion ( Margi nal Shortage Cost)
Kehabisan persediaan akan terjadi bila permintaan selama lead time (dL) lebih besar
dari titik R (pemesanan kembali), maka perkiraan terjadinya kehabisan persediaan adalah
sebagai berikut.
E(MSC)+P(dL>R).MSC
Di mana :MSC (dalam satu periode) = p x (D/Q)
h
-r:-D = 1- P(dL
=
R)
,Q
0x
P(.lL = l, =, - JO
,Q
ox
--l--)l
= .: ! -': - .:1- t,a. t \ Pt,iL = R ILI
: Q Qr:.
L
Contoh 3-9: Suatu perusahaan premasok mensuplai 1.500 unit komponen mesin Zkepada
perusahaan lain. Permintaan tahunan krrmFlonen Z tersebut rata-rata adalah sebesar 18.000
unit, di mana satu tahun adalah 150 han kerra. Biar a penvimpanan komponen tersebut
adalah sebesar Rp 12,5 per unit per tahun. bial a kekurangan persediaan adalah sebesar
Rp 2,50.- per unit, dan biaya pesan adalah sebesar Rp ;5.- per sekali pesan dengan waktu
pengiriman pengiriman pesanan selama l0 hari. Data-data men,eenai permintaan-
permintaan masa lalu selama lead time beserta frekuensi dan peluan-e terjadinya adalah
sebagai berikut.
0 5 0,05
150 10 0,10
300 10 0.10
450 15 0,15
600 z5 0,25
150 15 015
900 10 0,10
1050 l0 0,10
A Metode Tradisional Pengendalian Persediaan 9l
Permasalahan:
a. Berapa jumlah pesanan yang harus dilakukan per tahun yang memberikan total bial a
persediaan minimal, rata-rata permintaan harian. dan jumlah (titik) pemesanan
kembali?
b. Berapakah jumlah safet! stoc'k yang bptimal.)
c. Berapa total biaya optimalnya?
Penyelesaian:
Diketahui:
D = 18.000 unit
h - Rp 12.50/unit
P = RP 2.50/unit
k = Rp 7-5ipesan
L = l0 hari
a. Untuk menjawab permasalahan (a), terlebih dahulu dibuat tabel probabilitas kumulatif
terhadap permintaan. Tabel tersebut adalah sebagai berikut.
0 l t).05
150 I (_) t_t. ! t-t 0.r5
300 lf) (.r.1rt 0.25
450 15 Lt.I -i 0,.10
r00 r.00
61n
EOQ = dimana IC = h, maka
tr; .
y'(2xt8ooox75112,5)
=
- 464.75 (dibulatkan = 465 unit)
Jumlah pesanan/tahun atau frekuensi.
= (D/Q)
- lg.[i00 -15-<
= -r9 kalr
;#;*Jari
=
Jumlah (titik) pemesanan kembali (ROP,4It.
R =dxl-
=72x70
= 720 lunit
=,1_0,128
= 0,871'
Pada tabel, diketahui bahwa jumlah permintaan pada peluang kumulatif optimal
P,(dL < R) = 0,87 adalah 900 unit. Jumlah (titlk) reorder point (termasuk safety stock)
adalah pada 900 unit, sementara titik pemesanan kembali (safee stockbelumtermasuk)
adalah 720 unit Dengan demikian, safee stock yang optimal dapat dihitung dengan
logika seperti berikut.
a Metude Tradisional Pengendalian Persediaan 93
R =dL+SS
Sehingga
SS=R_dr
= 900 - 720
= 180 unit
c. Menghitung nilai harapan dari total biaya dengan nilai harapan biaya kekurangannya
dimulai dari kuantitas reorder point.
Perkiraan biaya kekurangan dengan n = 180 dan R = dxl- =720
D
Jumlah Kekurangan P(.iL: R) n, Perkiraan biaya
yang kuantitas kekurangan
diminta
1-l-'r 1 .55
Keterangan:
Meskipun jumlah reot'der pctiru optimil .rdii.:h sebesar X)il unit. namun pada tingkat
persediaan sebesar 720,7 50.atau 900 unit tideli tenadi kekuransan kuantitas (atau P=0;,
karena tingkat reorder poill/ 900 ini termasuk i'lrci; -i:Lrt
j'-nl a' Bila tanpa safety stock'
maka jumlah reorder point rni adalah 710. maka probabilitas kekurangan persediaan
akan lebih dari 0 pada tingkat persediaan di bau ah
-10.
diadakannya untuk menghadapi lead rirrc pengiriman yang sifatnya tidak pasti. Data-
data yang dimiliki perusahaan tersebut adalah :eperti berikut.
. Biaya pesan(k) - Rp 120.000 .eirrp k;ili pesan.
Biaya simpan (h) - Rp 160.00t t :':: -::t per tahun yang didasarkan atas tingkat
persediaur. l:.; r:l-:.
-
Permintaan = rilu-r:l " - --.: r,:'r l-": .:.ru '-i00 unit per tahun (asumsikan
l:r....:l-: lr1'----. = -i r.:rl
Leadtinle bervaria.i .11:':' j -r::-:.- - . :,.:-. r.=l_: -.L-::.'":nlunskinan yang dibuat
dari data leutl !i,''., r-,;.: -:.- ;l:-:1 :=l:r;. :ltr.-i
Frekuensi relatif
) 0,10
6 0,r5
7 0.25
8 0.20
9 .0.15
t0 0.10
11 0,0-5
Distribusi lead time di atas menunjukkan bahwa terdapat 10% kemungkinan barang
yang dipesan akan datang dalam 5 hari, tetapi lead tinte pengiriman barang tersebut
dapat pula memakan waktu sampai 11 hari. Biaya yang terjadi akibat kehabisan
persediaan adalah Rp 10.000,- per unit per had dikalikan l0 unit per hari (ika terjadi
kekurangan 10 unit) yang akan sama dengan Rp 100.000,- per hari, demikian juga biaya
simpan tahunan dalam safetl.* stock akan bertambah sejumlah Rp 16.000,- dikalikan yang
sama dengan Rp160.000,- untuk setiap kelebihan persediaan dalam satu hari.
Kekurangan dan kelebihan persediaan ditunjukkan pada tabel 3-6 di bawah ini.
Jika dalam kenyataan lead time yang terjadi melebihi lead tinte yang diperkirakan, maka
akan terjadi kekurangan persediaan sebesar 10 unit per hari. Sebaliknya, jika lead time
yang terjadi kurang dari lead tinte yang diperkirakan, maka akan terjadi kelebihan
persediaan sebesar 10 unit per hari. Kekurangan dan kelebihan persediaan ditunjukkan
pada tabel 3-6 pada halaman berikut. Jika lead time yang terjadi di kenyataan melebihi
lead time yang diperkirakan, maka akan terjadi kekurangan persediaan sebesar 10 unit
per hari. Sebaliknya, jika lead time aktual kurang dari lead time yang diperkirakan maka
akan terjadi kelebihan persediaan sebesar 10 unit per hari.
a Metode Tradisional Pengendalian Persediaan 95
Thbel3-6
Ekspektasi Biaya untuk Lead Time Tidak Pasti (Dalam Ribuan Rupiah)
= 56 (berarti - i6.[)Of)r
Biaya kekurangan persediaan pada tabel di ata. ber,rJi prda sisi kanan diagonal matrik
biaya sedangkan biaya simpan pada kiri dra_eonal nratnk. Biar a kekurangan persediaan
terjadi hanya pada akhirperiode pemesanan. Senrentara rtu. bial a simpan akan dibebankan
selama satu tahun. Oleh karena itu, biaya kekuransan persediaan diperlukan sebagai
tambahan atas biaya simpan pada persediaan total. Den_ean demikian, prosedur untuk
menetapkan lead time yang mempunyai bia,va terendah (L optimal) adalah sebagaimana
perhitungan berikut.
P ertama, dihitung Q1 dengan rumus:
z{t rt il,ro
er:\ff +
Di mana E (p): nilai ekspektasi biaya kekurangan persediaan untuk alternatif lead time
tersebut.
PERENCANAAI,{ DAN PEIVGENDALIAN PRODUKSI B
Selanjutnya, dihitung total biaya (TC) persediaan untuk setiap alternatif lead time
sebagaimana persamaan berikut.
,, =\r.rk)l*o .ry+n@)
Di mana E (h): nilai ekspekt.r.r L'iar a simpan untuk alternatif lead tinte tersebut.
Sebagai contoh, untuk lea,i :.,''., =1 hari, diperoleh:
,r0 + 100.000)r2.000
o= = 235 unit
16.000
.1 ,,-t-rrr.000)2.000
+16.000(23s)
' '+54.UU
2
' tN
=R-:t
Kedua. iangkah di it.r. ;--",:-: t:'--- ..:.tuk .etiap altematif lead time, altematif
ekspektasi bial'a simpan. dan .r,l:e::.:-: :r..r(...r:. birr a kekurangan persediaan. Hasil
selengkapnl'a dapat dilihat pada tabei br:---.,,: -:..
Tabel-1-
Total Biaya Persediaan untuk Setiap Alternatif L rDalam Ribuan Rupiah)
5 310 -r.9il
6 272 -+.-i6l
7 23s -1.808
8 206 3.-134
9 t87 3.242
10 177 3.2t2
11 t73 3.308
Dari tabel diatas, terlihat bahwa biaya minimum persediaan diperoleh apabila lead
time sebesar 10 hari. Artinya, bahwa pesanan harus dilakukan kembali bila tingkat
persediaan telah turun hingga mencapai tingkat 10 hari x 10 unit per hari = 100 unit (R
= 100 unit) dan jumlah pesanan setiap kali pesan adalah sebesar 177 unit. Dengan
kebijakan ini, maka total biaya yang terkait dengan persediaan (yaitu biaya simpan dan
biaya kekurangan) akan minimal yaitu sebesar Rp 3.212.000,-.
A Metode Trqdisional Pengendalian Persediaan 9-
Penentuan safety s/oct untuk banyak item dilakukan dengan cara yang berbeda
dibanding dengan perhitungan yang telah dibahas sehelumnva. Pemesanan bersama untuk
banyakitem umumnya akan meningkatkan kebutuhan ;krn jumlah safety stockdibandingkan
pemesanan salu item (yang dilakukan biia salah d.rri banyak item tersebut telah
'at,.r
mencapai titik pemesanan kembali). Penyediaan '-.'-.: j:,r('f untuk keseluruhan i/em
secara bersama-sama akan menghasilkan bialir \-:r.:ir:.,ens terlalu tinggi. Hal ini
dikarenakan setiap kali pesanan diterima. iumler rt:-i.r-:-rr'r munskin masih cukup
banyak untuk beberapa item kecuali itent \rn-: :::.::r-ri:\ln harus dilakukannya
pemesanan tersebut. Kebalikannla. penenti.,::. - . . . -\ rns tldak tepat untuk
-
beberapa item terlentu akan mengakibatk::-. :_.: i.:..,,r.rnsen persediaan semakin
bertambah tinggi.
Permasalahan ini dapat dipecahk.,.n l3:.i*- :-,::- j,irnekan prinsip persediaanABC.
Intinya, tindakan pen-eendalian hanr j-.-..-r.-- : .;r ,.'r rr-itent yang sering digunakan
"
saja (item vital). Pembaharan rr.::.: -r rr-r..r \BC dalam pengendalian persediaan
dapat dibaca pada buku-buku nr:r.-t:r: :r.:..Jlr.1n. Aplikasi dari prinsip ABC dalam
- . -, - - . hrnl a disediakan untuk item-itemyang
kasus ini memerlukan \\ Jr.ir
'f,*: ..
memenuhi kriteria sebagai benk,;:
,)
PERENCANAAN AGREGAT
JADWALINDUK PRODUKSI
Peningkatan daya saing inJu.tn. ."r,:i: ..riun).i dapat dicapai melalui perencanaan
produksi. Perencanaan prodLrk.l berhut'unsJr Je :S,rn penentuan volume, ketepatan waktu
penyelesaian. utilisasi k;.ip.r:it.r>. dan pemerrtiin t'eL'.rn. Rencana produksi dalam hal
ini harus terkoordinasi dengan perencanaan perusahaan. Ada beberapa tipe perencanaan
produksi. Berdasar periode r,r'aktuny,a. akan ada perencanaan jangka panjang. perencanaan
langka menengah, dan perencanaan jangka pendek. Keti-ea jenis perencanaan ini
nremerlukan proses perencanaan yang berbeda Quga input dan output-nya) satu sama
lain. Ilustrasi grafis tipe perencanaan ini dapat dilihat pada tabel4-1.
Tujuan perencanaan produk:r adalah nren\ u\un suatu rencana produksi untuk
memenuhi permintaan pada u aktu \ ang tepat dengan mensgunakan sumber-sumber atau
altematif-altematif yang tersedia den-ean biar a r ang paling minimum keseluruhan produk.
Perencanaan agregat ini merupakan langkah as al aktir itas perencanaan produksi yang
dipakai sebagai pedoman untuk langkah selanjutnr a. r aitu penyusunan jadwal induk
produksi (JIP).
)1 PerencanaanAgregat dan Jadwal Induk Produksi 99
Tabel 4-l
Tipe Rencana Produksi
Variabel Keputusan
. Kapasitas Jangka Tingkat pen.rbe- Jl-::'.1::: Tenaqa
Panjang banan untuk K::. .,
Input alternatif produk.i T:.:rrl P:..Juk:i Output
. Alokasi surrber - Jumlah Tenage i.i.rn Perencanaan
Perencanaan dar a untLrk:
L PenLerj,ran
Kerja ( )r.i:r
- Produk
- Tingkat procluk.
- Proses
- Persediaan
- Parar
- Subkontrak
Peramalan pcr
\1::::-:,,- tr.rn dikontpronti-
periode i.in tlengan surnber
Altematif pro- Jrr a vang
duksi yang layak I
terpasan_g
+ biayanya --#l1
: :t--'.r",H:lHff
:tidak
'::;;::::,::;:fl:i,':t::
perlu dilakukan (cukup
gihat
o..rrahaan mqke
pada gambar
b
4- t Langkah ini
dengan orrir,rr order maka peramalan
peranggan *j:;:"'
Fase 2
Fase 3
Pemerata,
rvrenentukan
penggunaan
I alternatif produksi
kapasiras I
yang layak
Fase I
Fase 4
Peramalan
Mengalokasikan
pernintaan pennintaan ke
periode produksi
I
-\1or ing
avera-qe TK tetap
Biaya
Lembur
langsung
L-ndenime
H
Winter's VAM,
dll
Persediaan
Biaya rak
langsung
dan L.f u.ru,';;,, I
Iain-lain I penyerahr, I
U P;;;-
Back Order
I
Lainnya
Gambar 4_l
Ruang Lingkup perencanaan
Agregat
D arltrtregnro&tr trr1n,& ,&ct ,lolov,rru .'a,rr; -!*61419r
- regular time,
- oter time,
inventory, ?rnr E'olv- -
subcontracting,
back ordering.
Tabel4-2
Contoh Jadwal Induk Produksi
JIP ini merupakan r.n..1ir,1 tnduk (master) yang akan dijadikan pedoman utama
dalam rencana pen-eerjaan. ke'nr-.,.i'.,n persediaan, kebijakan finansial, pembebanan tenaga
kerja, penjadwalan mesin. k:br,r-,i'.,n .ilternatif produksi: reguler, lembur, subkontrak,
dan lain-lain. Karena JIP nterupr\-::r .:rntler rencana dan kebijakan bagi departemen
lain dan departemen shop Jlot,r'(l:rnir. r:rt-rk ,. ntlka dalam membuat JIp ini harus ada
koordinasi dengan depatemen terkart Jr:r -l::.,:.r:r ke tr.rhatasan sumber daya (kapasitas)
perusahaan.
Pembuatan JIP ini relatif sulit. karenr ,,,'.', ';l;L f3rillintan bersifat tidak pasti.
Order dan permintaan, 'Produk apa, kapan. dan be r.rp.r
-run-,ilh' r ang diminta/dipesan
tidak dapat dipastikan. Dalam satu periode mungkin :aia tetudi .r,.ie pennintaan untuk
banyak jenis produk secara bersamaan dan dalam jumlah t'e:er. padahal kapasitas
produksi terbatas. Untuk meresponsnya, perusahaan munskin nren i n skatkan kapasitas
produksinya, misalkan merekrut tenaga kerja di luar resuler. Penode berikutnya, temyata
petmintaan ini akan menurun drastis dalam jenis dan jurnlahnra. Ba-qaimana dengan
TK nonreguler yang terlanjur direkrut, apakah akan dilepa: I Periode berikutnya temyata
permintaan banyak lagi. Rekrut lagi, terus lepas la-ei. Tenturtra hal ini tidakmungkin
dilakukan. Alinea berikut akan menjelaskan akibat-akib.rt bila JIP tidak disusun secara
tepat.
I Akibat 1, produksi tidak sesuai permintaan. Jumlah produksi terlalu banyak akan
berisiko modal tertanam pada persediaan. Senrestinya modal dapat diputar
(diinvestasikan) pada kegiatan lain yang lebih menguntungkan atau ditabung di
bank untuk dapat bunga. Risiko lainnya adalah timbulnya persediaan. Meningkatnya
jumlah persediaan akan meningkatkan bia1,a untuk penanganan, listrik, dan lain_
lain, serta risiko barang menjadi rusak. Jumlah produksi kurang dari permintaan
akan mengakibatkan 'stot:k out' . Konsumen bisa kecewa, perusahaan tidak jadi dapat
keuntungan, dan bahkan konsumen bisa lari ke pesaing.
11 Akibat 2, tidak optimalnya utilisasi kapasitas. Utilisasi (tingkat penggunaan)
kapasitas yang baik adalah jika 80Vo kapasitas digunakan secara seragam (tidak
naik turun) di setiap periode produksi. Utilisasi rendah membuat investasi yang
b. PerencanaanAgregat dan Jsdwal Induk Produksi Itt-l
'st,;
sudah ditanamkan (bila besar) sia-sia, bisa jadi sumber daya lain menjadi
by' ,biayaoperasi dan opporttrniQ cost terjadi terus. Utilisasi melebihi beban nor-nr.:
berisiko sumber daya cepat rusak.
D Akibat 3, keterlambatan waktu penyerahan. Konsumen atau pelanggan yang
kecewa karena keterlambatan penyerahan produk bisa lari ke produk pesain-s.
Kecuali itu, konsumen yang tidak puas akan berierita kepada minimal 11 orang
temannya (menurut Philip Kotler).
[1 Akibat 4, beban produksi tidak merata, Beban ke r-, '. ::: Iidrk nlerata pada setiap
periode akan menimbulkan banyak pernta:.ilrl:r.. .:.:r i.lttln)a berhubungan
dengan tenaga kerja. Beban kerja 1'ane neik :;:-: i3lirp periode mengakibatkan
jumlah tenaga kerja yang diperlukan naik :.::': S:liin mrhal. ancaman protes atau
demo adalah hal yang fatal.
JIP yang dibuat perusahaan - rg-rr:.J:\ :.i.trdl kasus semacam ini - harus dikoor-
dinasikan dengan semua kapa.ir'. .-:-.'r\.: jrrar perusahaan, Dalam sistem produksi.
JIP yang dibuat harus diko.-:-J:::.:ii.,n ienSan kapasitas produksi (altematif produksit
yang ada. Perencanaan agrigr: :.1-,irh :alah satu cara untuk mengkoordinasikan pembuatarl
JIP tersebut densan kapr-it.r. i.in altematif produksi yang sudah eksis.
Sebagai contoh. unruk r:e nSatasi f-luktuasi permintaan perencanaan agregat untuk
tenaga kerja dapat dilakuk,r .rltematif berikut.
500
400
300
rekrut
200 350 rekrut
lepas 50
100 rekrut
lepas 200
100
100
Januari Februari Maret April Mei Juni
104 PERET,{CANAAN DAII PENGENDALIAN PRODUKSI B
Apa kelemahan strategi ini? Dengan tin-skat produksi yang sangat berfluktuasi, total
biaya rekrut dan pelepasan menjadi besar. Perusahaan harus mengeluarkan biaya
untuk training atau opportunity cosr karena karyawan baru tidak bisa langsung
memiliki produktifitas tinggi (mesti belajar dulu). Secara psikologis, motivasi kerja
akan menurun saat tingkat produksi menurun. Pada saat perekrutan, tenaga kerja
terampil belum tentu tersedia. Citra perusahaan akan menurun. Peraturan pemerintah
mengenai ketenagakerjaan dapat terlanggar.
2. Penyesuaian utilisasi tenaga kerja. Pada altematif ini, jumlah tenaga kerja ditetapkan
dan digunakan terus tidak berubah jumlahnya. Bila permintaan meningkat, maka
dilakukan lembur. Pada kasus sebelumnya, misalkan ditetapkan jumlah tenaga kerja
tetap sepanjang pentde adalah 250 orang (pembulatan dari rata-rata tenaga kerja
diperlukan). akan sda lembur di bulan April dan Juni.
i,!,,'
"aaaaa overtime (lembur)
undertime (nganggur)
3 . Penyesuaian tingkat persediaan (make to stock). Pada strategi ini digunakan tingkat
jumlah tenaga kerja tetap (seperti pada strategi 2). Beda dengan strategi 2, produksi
setiap periode tetap dengan kapasitas normal. Jika produksi lebih dari permintaan,
hasilnya akan disimpan. Jika suatu saat permintaan lebih dari produksi, maka
diambilkan simpanan yang telah dilakukan.
a PerencanuunAgregat dan Jadwql Induk Produksi 1r.r5
Untuk mengeliminasi akibat-akibat JIP dari JIP yang tidak tepat, maka JIP yang
dibuat harus mengakomodasi aspek permintaan, altematif produksi, dan sumber da1'a
perusahaan lainnya agar tidak terjadi akibat-akibat seperti yang dikemukakan di halaman
sebelumnya. Perencanaan agregat adalah suatu perencanaan yang dimaksudkan untuk
mengkompromikan tujuan dengan sumber daya (kapasitas dan alternatif produksi).
Bentuk kompromistis misalnya dengan cara penerapan salah satu kombinasi strategi
sumber daya (kapasitas) tenaga kerja pada contoh di atas.
Strategi tenaga kerja yang telah dipaparkan sebelumnya hanya ilustrasi sederhana
dari proses perencanaan agregat. Selain sumber daya tenaga kerja, perencanaan agregat
mengakomodasi keterbatasan mesin, fasilitas produksi. dan persediaan dalam rangka
kompromisitas dengan permintaan. Kriteria optimal dari kompromi ini umumnya
dinyatakan dalam nilai uang. Perencanaan agregat (yang telah kompromistis ini)
selanjutnya digunakan untuk membuat JIP. Dengan demikian, JIP yang dibuat diharapkan
sudah kompromistis pula dengan sendirinya.
Permintaan Unit
Minggu ke- Produk B
Produk A
1 1000 2000
2 900 r900
1
J 1 100 2100
1 1000 2000
Persediaan awal adal:: -:ry i unil produk A dan 2.200 unit produk B. Diperlukan 1
jamuntukmembuatprrrJ*r \:.rntt.JjamuntukmembuatprodukB.Biayatenagakerja
(TK) reguler Rp lfr.rrr .- :.:: rrnr. Bial'a lembur Rp 15.000,- per jam/TK, dan biaya
penyimpanan Rp - i'r ' ' -:.: :-.in-ssu. Perusahaan memiliki 5 hari kerja setiap minggunya,
I shift kerja :eti.rp r.;r.r'.i. :rn \ lam per sltift, dengan lembur maksimal 24Vo dart
kapasitas reguler. Junrl;h TK ::guler perusahaan sebanyak 40 orang. Tentukan rencana
agregat dan JIP untuk -l pen,il. 1,.. Jepanl
Penyelesaian:
Jumlah kebutuhan jam tenaea ker-ra untuk .mp.u nringgu ke depan adalah jumlah
kebutuhan bersih (permintaan-sediaanr .etiap 1311.. prr-rduk dikalikan dengan waktu
siklusnya masing-masing.
Mg Dt Pr Ir Rr Ot Ur Ht Ft
t 640 640 1600 960
2 1580 1600 20 1600
3 t940 2000 80 1600 400
4 1800 2000 280 1600 400
A PerencanaanAgregat dsn Jadwal Induk Produksi 107
Di mana:
Dt Jumlah jam tenaga kerja (JTK) permintaan j pada periode t
Pt Jumlah JTK rencana produksi pada periode t
It Jumlah JTK sediaan pada periode t
Rt Jumlah JTK alternatif re_suler yang digunakan pada periode t
Ot Jumlah JTK alternatif lembur (overtime) 1,ang digunakan pada periode t
Ut Jumlah JTK unclertitrte pada periode t
Ht Jumlah JTK yan-e direkrut (hearing) pada periode t
Ft Jumlah JTK yan-e dilepas (Jiring') pada periode t
mg I 2 ., /1
Biaya Jumlah
Reguler 640 l 600 r600 1600 10.000 54.400.000
Lembur 400 400 15.000 12.000.000
Undertime ?
Jadwal induk produksi juga ditentukan secara >ub,rektl: D::- rirJ-ri-lr rsres.rt.
produksi (reguler * ttyt't'titnt' r .eti.lp peri,rl3.r.i-il.rh 1."' . .-' . I ,, . i.rn lt rxtJTK.
Bila digunakan untuk prtrduk \ -.rr; 1 ::':... = . .:t- - j\r .:.r:. iih.i:ilkan l6t xt.
1600,2000. 1000unit.Bill.1liur"k.:.r-.,;-.i-r,::.1-i.B.-,.'., .;r.',juk=t't.Jjanlr.rrlaka
akan dihasilkan -100. +[)[). S(l(1. \l r() u1.ii1.
Banyaknl,a set-up mesin dilakukan dapat dijadikan per-trmbangan dalam pembuatan
JIP secara subjektif. Blla set-up tidak banyak dilakukan, maka JIP sudah optimal. Dari
rencana agregat yang telah dibuat, terdapat kelebihan produksi yang dapat di-eunakan
untuk persediaan.
JIP untuk produk A dan B misalkan dibuat sebagai berikut.
mg I 2 -l 4
Semua kapasitas yang tersedia selama ':lL - - ,--: - :- i:in-,asuk i rtv e rttota
awal) harus dijumlahkan. Jika suatu hrr:rz,r:. :.:j j: j: :
totalpermintaan = )Yt
- t:l
Di mana:
Yt = Petmintaan pada periode t
Jika total kapasitas lebih besar dari total permintaan. maka harus dibuat permintaan
fiktif dengan biaya nol (clummy). Bila total permintaan melebihi total kapasitas, maka
harus dibuat kapasitas dummy dengan biaya nol. Kenyataannya, kapasitas atau permintaan
dummy tidak akan pernah diproduksi.
Matriks pada tabel 4-1 untuk formulasi masalah dengan horizon sebesar 4 periode.
Kolom pertama dan terakhir menunjukkan alternatif produksi yang tersedia tiap periode
dan kapasitasnya. Kolom kedua, ketiga, keempat, kelima, menunjukkan permintaan yang
harus dipenuhi. Total permintaan per periode diletakkan pada baris terakhir, yaitu Y1.
Y2,Y3,dan Y4. Tiap sel matriks berisi nilai-nilai r, v, dan seterusnya yang menunjukkan
biaya persatuan produksi jika suatu permintaan dialokasikan ke sel tersebut.
lt0 PERENCANAAN DAI,I PENGEIVDALIAN PRODUKSI B
Periode pernrintarin
Sumber
Kapasitas
Duntntl'
I 1 4 produksi
lo 0 Ci :Ci 3Ci 0 Io
RTI Cr Cr+Ci Cr- rci Cr+3Ci 0 L1
orl Co Co+Ci Cti+lCi Co+3Ci 0 M1
SCI Cs Cs*Ci lf.+lfi Cs+3Ci
RT2 Cr+Cb Cr t':-C Cr+2Ci 0 L2
or2 Co+Cb Cc C. -C. Co-lCi 0 M2
SC2 Cs+Cb C. C._C: \ .-_\ I
D-a 2 1 4 Kapasitas
C
rcq I_35! EAq Loqq t0
Kebutuhan 7 8 6 9 30
2E Perencqnaan Agregat dan Jadwql Induk Produksi 111
,_ffe I
I_--
I --tx t
-',, hrl! _tttl
A ltt
B E,.,0
l
lr,t 5
@ l_i0r r0
I 700 I 200 I 600
C l_3s0
lr- g'- 10
Kebutuhan 1 8 6 9 30
Setelah semua teralokasi, biaya total dihitung dengan mengalikan jumlah alokasi
setiap sel dengan biaya seliap sel, maka diperoleh:
biaya -7 x500+ 3 x400+5 x 300+ 5 x400+ 1 x 200+9x 600
= Rp 13.800 juta
i ::,-.-:.:ii iitrlom 1 dan dalam kolom I tidak ada sel lain yang sudah teralokasi (dalam
ur- r--...m atau baris harus ada 2 sel yang sudah teralokasi, kecuali kolom dan baris
-:.:*-< :el 1'ang dievaluasi). Maka, sel .A2 yang akan dikurangi. JikaA2 dikurangi, maka
r.rlorn I akan kekurangan. Kekurangan ini dicukupi dengan pengalokasian di sel 82.
Kenapa? Dengan langkah sama. harus ada urutan + (plus) dan (minus) secara bergantian
-
dari sel ,{3 sampai ke A3 lagi. Agar kebutuhan di tiap kolom dan kapasitas di tiap baris
tidak berbeda dari keperluan dan ketersediaan, maka urutan + (penambahan alokasi di
sel itu) dan - (pengurangan alokasi di sel itu) untuk sel A3 adalah + A3 - A2 + 82 - 83.
Artinya, jika .{3 ditambah 2. maka .\l harus dikurangi 2, 82 harus ditambah 2, dan 83
harus dikurangi 2. Dengan demrkian. junrlah alokasi di kolom 2tetap 8 (sesuai kebutuhan)
dan jumlah alokasi di baris \ tetap l0 r sesuei kapa:itas).
Evaluasi sel dimisalkan den-ean penambahan 1 unit alokasi pada sel .vang dievaluasi.
Pada sel ,A3 adalah biaya yang terjadi karena adalah sesuai den-san urutan + dan - (close
path) yang telah dibahas sebelumnya. Maka biaya alokasi I unit ke sel .A3 adalah
,A.3: + A3 - A2 +B2-83 = * 600-400 + 300-400 =+ 100
,ff. 1 2
1
J 4 Kapasitas
A 1
l_tqq l_100 I
600 ll9! 10
3 100 -500
B @ 0 5
t
3oo
t
tl00 l_100
-300 10
Kebutuhan 1 8 6 9 30
sebesar jumlah alokasi dikali biaya alokasi per unit, sehingga total biaya menjadi Rp
13.800 - 500 x 3 = Rp 12.300 juta.
Langkah ini perlu diulang terus-menerus. hingga setiap sel yang dievaluasi
memberikan biaya >=0. Artinya alokasi ke sel iain sama saja atau lebih mahal biayanya.
Untuk kasus ini akan ada 3 iterasi/evaluasi alokasi hin-e-ea dicapainya biaya optimal.
Iterasi I
,ff. I 2 3 4 Kapasitas
l_soo l_199 l_600 l_4oo
A s00 600 , 10
t3m I soc
B 300 10
I 1[f]
t---t
I il{r I--:|
C
i
Eqg 10
Kebutuhan l 8 6 9 ,10
Iterasi 2
,;[e 1 2
a
J 4 Kapasitas
A
l_:qq @ t
600
600 5
r0
5 t)
B 2
l_100
8
t
3oo
I
400
500
@ 200
10
C 0
ll00 @ -2so 6
p00
4
l_600 10
Kebutuhan 7 8 6 9 30
PERENCANAAN DAI{ PENGENDALIAN PRODUKSI B
Iterasi 3
,ff" 1 2
a
-l
600
4 Kapasitar
B 6
@ -l
@
2s0
t 500
200
10
I ?00
I :-io I :oo Lq00
C Jr- 6
10
t50 250
Kebutuhan 7 8 6 9 30
Formulasi
Kebutuhan yang dicantumkan = kebutuhan bersih (kebutuhan dikurangi persediaan ,
Reguler 1 l0 t4 18 ll r 600
Reguler 3 I (.1
1+ 0 I 600
Perhitungan manual tentunya akan memakan waktu lanre denSr:r :. . r x.r ke.alahan
besar. Untukmenyelesaikan problem transportasi. digunaken, -- ..'1.'r1I1 l (' .Sl.t/e/i I
(QS). Evaluasi sel akan memberikan iterasi sebanr ak 6 1,.,. rr:r: .rllirrt di lampiran).
Hasil outpur QS untuk problem -l-l adalah:
Page: I of I
2reg D3 20 1-1
3lbr Dummy 80 0
4reg D4 I 600 1i)
,11br D,1 200 l5
4lbr Dummy 200 0
r:.rmpulan:
Rencana Agregat untuk 4 periode ke depan adalah sebagai berikut.
Mg I 2 J 4 Biava
JIP selanjutnl'a dapar dibuat secara subtektif. Dengan penerapan metode transportasi
(north w,est cot'net' rulet. perencanaan agregat l ang dibuat memberikan total biaya Rp
62.280.000.-. Lebih hemat dibandingkan den-san bila menggunakan cara subjektif. Bisa
jadi cara subjektif akan menghasilkan rencana yang sama. tetapi tidak ada kepastian
bahwa hasilnya akan optimal.
K(Pi) =
0. ifPt=0
{ At +cPt if Pt > 0
Di mana:
At = Biaya tetap produksi (set-up)
C = Biaya produksi variabel
Pt = Jumlah produksi pada periode t
e; = |ot
-(-\
a Perencanaan Agregat dan Jadwal Induk Produksi tt7
Biaya produksi pada selang waktu j hingga k. k P'i ilalah sebagai berikut:
k(Pjk) = Aj + ct(Dj + Dj +1 + Dj + 2+... - Dii
=Aj+ctPj
dan
k(r.)=n,frj-)D,l
J<r<k [ ,=.i I
Di mana:
Hr = holding cost pada periode r
H(Pjk) = Biaya produksi pada inverval j hingga k
K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r
K(Ijk) = Biaya inventory selama interval j hingga k
Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventon'selama selang waktu j hingga k
adalah:
Cjk=k(Pjk)+k(Ijk)
: Aj +c ri* I'n,I,
t=j
Cjk didefinisikan sebagai biaya selama subperiode j hingga k dari total horizon
perencanaan 0 hingga T. Fungsi tujuan untuk model dinantic programming adalah
meminimalkan total biaya.
cjkl
'o= ?:iYi+
Contoh: Dipertimbangkan empat produk dengan data-data sebagai berikut.
I 10 20 3 2
2 30 40 3 2
a
J 30 30 J 1
4 20 50 J 1
118 PERENCANAAII DAN PET,{GENDALIAN PRODUKSI B
Jru ab:
Zl+ =cll =Al + cl(Dl ) = 20 + 3(10) = 50
= .\ I - c1(Dl +D2) + hl (D2)
-'1 ) -.rt-10) + 2(30) = 200
Z2* =
= Z', - \l + c2(D2)
= jl--lrr+l(.10)= 180
[:'^::,:
Periode Prr-rdukr: *:
I t(l
2 -10
1
-) -it-t
4 0
k
p1=
)
r=.1
Dr
Cjk = Biar a produksi dalant pir-rrri3 -l untuii nientenuhr ,jt /, .i,..i p.rj-r 13t-irrie -i.
j + 1. J + 1...... k. Cjk ternrit:uk biala produksi dan brrra per:eJiean.
Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adalah sebagai berikut:
k(Pjk) =Al + cl(Dj + Dj + 1 + Dj + 2 + ....+ Dk)
=A1 +clPl
dan
k(Ir)
j<.<k =
h.
[Pr ;i r,]
Di mana:
Hr = holding cosr pada periode r
h(Pjk) = Biaya produksi pada inven'al j hin-e-ta k
k(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r
k(Ijk) = Biaya inventory selama inven'al j hin-uga k
Dari sini, total biaya produksi dan biaya irn'ertort'selama selang waktu j hingga k
adalah:
Cjk didefinisikan sebagai biaya selama subperiode j hingga k dari total horizon
perencanaan 0 hingga T. Fungsi tujuan untuk model dinamik programming adalah
meminimalkan total biaya.
Zk=minI zj + Cjkl
J<r<k
r20 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
4 20:-1 2 1
Jawab:
C1l=Al+cl,D- =l --: - -:
I .'
Cl2 = . {l *cLDl + D2t +hl(D2)= 20+3(40) + 2110)=ZZ0
1. .r: + c2tDl +D2) + W1(D1) = 40 + 3(40) +1(10) = 170
z2* ={
Z0+Cll=l-0
Zl+C2)=50+100=150
Z0*+C1-i=0+360=360x
23* ={ Zl*+Cl3=50+390=440
22* + C33 = 150 + 120 =270
Periodel2,l 4
Produksi 10 30 50
4.5 Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Meto de Line ar G oal Programming
Linear goal prograntntit:: m:rup.ikan modifikasi atau variasi khusus dari linear
programnting. Oleh karena itu. ' , ,1,' '1,'41 progranmting pada banyak aspek memiliki
persamaandengan linea'pn,;". 'i't'"tit. Diantarakeduanyamenggunakanmodelmatematis
linier dan dapat diselesaik.ri J3n_irn algoritma simpleks.
Pada model linear goal progranmting. fungsi f,", ditransformasikan dalam bentuk
fungsi linear yang lebih spesifik. yaitu Cij dengan memperhatikan uraian sebelumnya.
bentuk umum dari permasalahan linear goal prograntnting dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Tentukan a = (xl , x2, ..., xi) agar meminimumkan
Minimasi yang dilakukan tergantung pada pertimbangan nilai sisi kanannya terhadap
nilai variabel keputusan yang diinginkan, terlihat pada tabel berikut ini.
7. Tentukan nilai nonegatif. Langkah ini me:::-.,::. bagian resmi untuk perumusan
masalah linear goal programntittg karenr ie:-.rr ,, inabel r ang digunakan pada model
linear goal prograntming tidak boleh rr:...,i negatif.
8. Penyelesaian model linear ?/:,1i.' '1'.:,'..'rr.r;;i77g dengan metodologi solusi seperti
metode simpleks yan-e dimodli-i rr.::..
- Dit : Hasil peramalan produk untuk periode t tdalam ball)adalah sebagai berikut.
-wr Jumlah tenaga kerja pada periode t. Di nrana jumlah tenaga kerja untuk
periode awal perencanaan adalah -500 orang.
_T Batas nraksirnal jumlah tenaqa kerja r ang keluar masuk adalah 2 orang.
- b : Waktu proses yang dilu:;hkan tiap ball ptoduk adalah 0,054 iamlball
- Ci : Unit biaya prodLrk.: I .;.r: biar a tenaga kerja) untuk produk i adalah sebagai
berikut.
- Co: Biaya lembur tenage ker-ri:::: ,-::r-t :i.rlrh Rp 3.-500.- per jam.
- Cl : Biaya tenaga kerja tiap otirfl,i I-:r -:. r'J: -:J":l.ih Rp 300.000.-.
-
- F : JTK yang dibutuhkan per bul!pro"iui ;.l;.::. . lTK.
- Pi : Harga jual tiap ball produk i adalah >eb.i-g.it bei-.r'i:.
PENYELESAIAN:
Pertama, dibuat dulu model linear goal progrctntming berdasarkan sasaran yang
ingin dicapai dan kendala yang terdapat pada sistem yang akan dibuat.
a PerencunaanAgregat dan Jadwal Induk Produksi t:-
Jumlah tena_sa keni 1r! r= -:: lt-:..-r :.-a::'r .eluruh periode pelencanaan tidak
melebihi batas tertentu s3t--t-ii: :e:.- Jl-l-;:Luskr:. :ebasai berikut.
\ Hr - Lr,= T ......(+.5)
:
Produksi reguler tidak melebihi kapasitas JTK 1'ang tersedia pada periode tersebut
dengan pertidaksamaan berikut.
2
,),/.xn',
< Ft.Wt...... .................(4.6)
Batas maksimum pemanfaatan jumlah lembur setiap periode adalah 857o dari
kapasitas lembur yang tersedia. r
................... ................(4.1 )
I
)tHt+Ltl+d---d*-=
,!, t t T
""""'(4'10)
dengan fungsi pencapaian:
o: = minimum d., ......(4.11)
X.Xni+di*,-d).,: T
2
'$'12)
A Perencanaan Agregat dan ladwal Induk Produksi l:e
minimum u4 = >.d*r*,*
L= I
)a- _ ..........(-1.14)
Di mana:
f JTK yang dibutuhkan per ball pr.ri-r. ,rilx --..
T Batas maksimum jumlah tenagt \3in -, i..: \. rlrr ntosuk (orang)
pr :.'' ltntrde I (jam)
Kapasitas jam kerja reguler [rrr r-:-'-.i
)rt Kapasias jam kerja lembur td: -:j- i t::: :enode t (jam)
Ht Jumlah tenaga kerja rtns --'--.. t:i :t:-ode t toran-e)
Lt Jumlahtena-qa keria 1:ri r: -j l:i:c:-lode t (orang)
d +*, Deviasi negatiike -1-: ::: -:. -r-r-:- --:hh tenagakerjalebihdari jumlah
tenaga kerja settl:i:::.'' "
D*4*, Deviasi positrf ker-1 -: ::--- --.-r.i. -umlah tenaga kerja kurang dari
jumlah lenasa kerta .ci'e. -r-- -. :
d-:*, deviasi negatif ke tt * m::.-:. -r.-..:r. .,."r kapasitas reguler (JTK)
d*7*, deviasi positif ke (t + I r n.t.:.*:.- *,,.r.::. r.:r:rilt!&rt kapasitas reguler (JTK)
d-q*, deviasi negatif ke (t + 9 r mei *:.' -r.:. - ..:-, itpasitas lembur yang tersedia
(JrK)
d*9*, deviasi positif ke (t + 9) ntenunrui,-.,::. i<kurangan kapasitas lembur yang
tersedia (JTK)
Produksi reguler dan lembur pada setrap periode tidak boleh melebihi kapasitas
mesin yang tersedia pada periode tersebut. Formulasinr a:
Reguler
)
.H, M...........
u.xnlt . t
............(4.15)
,),0.ro,,=
or........... ...........(4.16)
)
l= I
u. xR, * d-,,,* d*,,*, = M, ........................(4.17)
130 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
di mana:
b : Waktu proses vans Jit-:-r,..:L iiJp unit produk
\4t Kapasitas re-euler rti.-r- ',:r.i .::.i jrr pada periode t (am mesinlball)
Ot Kapasitas lemL,u::1..-:. ''::: :i:i=::: nada periode t (am mesinlball)
d- I t+t
Der.iasi ne"r:l: si i - - I :.:-.-:.'-r-.,rf .isa kapasitas reguler mesin yang
digunakan
d* ,,*, Der iasr pt-r:rlrl i: I - - I r-.::. *:, -u.:-:. r.:rl.ir.-1ngan kapasitas reguler mesin
yan-e digunakri
d-,0*, Deviasi negatif ke I - ,: :-.::-:.- *-.:r:. .-.., i"plsitas lembur mesin yang
digunakan
D*r**, Deviasipositif ke (t- li ir-s:.*:--rr:t '.-!'*:;:.-:rn
kepasitas lemburmesin
yang digunakan
)fa1
) )pi(XR1, +XOu)-
i=1t=1
) )ci(XR. r \O,- :=l)cl.Wt-
i=lt=l
22
)u )u'o'f
co.f.XOi,
'XOi, > TP.'.....
'T8"""' ""4'20\
i=1r=1
Di mana:
Ci Unit biaya produksi (di luar biaya tena-sa kerja) unruk periode t (Rplball)
Co Biaya tenaga kerja tiap orang tiap produk rRp/JTK)
CI Biaya tenaga kerja tiap orang tiap periode Rp bulan)
wr Jumlah tenaga kerja pada periode t (oran,s
f JTK yang dibutuhkan per ball produk rJTl --.
Pi Harga jual tiap ball produki (Rplball
'
Prioritas
Sebelum fungsi pencapaian disusun. prioritas antarsasaran )an_s berbeda haru'
ditentukan terlebih dahulu. Sedang urutan prioritas masing-masing tujuan diasumsikan
ditentukan oleh pengambil keputusan.
Prioritas dari sasaran yang dikembangkan dari pemodelan yang telah terbentuk
disusun sebagai berikut.
- Prioritas 1: Pemanfaatan seefisien mungkin keterbatasan sistem produksi yang
terdapat pada pabrik.
- Prioritas 2: Pencapaian tingkat keuntungan semaksimal mungkin.
Goal 1 >> Minimize dl*+ dl+ + d2- +d2+ + d3-+ d3+ + d4-+ d4 ++d5-+
d5+ + d6- + d6+ + d7+ + d8+ + d9+ + dl0+ + dl1+ +
dl2++d13++d14+d15
Goal2 >> Minimize d16-
l -r: PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
?=:lbrtas :
- SolutionSummaryforlgp - ___l
l----
| 07-20-2001 t527:25 Page: I of5 1
Opportunity/Opportunity/Opportunitl /Opponunitl, I
rlllllr
Number iVariable I Solurion r Cost-Coal I i Cosr-Goal l1 Cost-Coal 3 r Cost-Goal 4 I
l-
r .I -r-__:-!
r XRll | I
3545.185 0r 0 I I ----l ;
tllll
2 t xoll rgl4.g14g I 0r 0l
tllll
3 i xR2r ',2741.41s i oi o i
llttt
6 t XO12 | 1031.667 I 0r 0 |
ttttt
7 t XR22 | 2485.667 I 0r 0 |
rtttt
b. PerencanaanAgregat dan Jadwal Induk Produksi 133
8 xo22 759.3333 0 0
9 Iu 0 0,053999 0
10 112 0 0 (.)
1l 121 0 0
12 r22 0 0
13 H1 0 0.000003
11 H2 0 0.000001
15 L1 3 ()
16 L2 0 0.O{lfx r r
t1 w1 597
18 w2 -i9-
_
19 d1- --._" I I
20 dl* .i-
21 dt- i) I
22 dl+ 0 1
23 d3- 0 1
1/
d3+ 0 .9999999
.l
25 d4- 0
26 d4+ 0 .9999999
27 d5- 0 .9999982
28 d5+ 0 1.000002
29 d6- 0 .9999989
30 d6+ 0 1.000001
31 d'7- 0 0.000001
32 d1+ 0 .9999982
33 d8- 3572.80 I 0
34 d8+ 0 .9999999
35 d9- 8537 0
JO d9+ 0 .9999999
37 d10- 0 0
38 dl0+ 0 .9999999
39 d11- 0 0
40 dl l+ 0 I
41 dt2* 0 I
l -1-l PERENCANAAN DAN PENGENDALIAI] PRODUKSI B
dl2+ 6..140006 I 0 I ol
I tl
lol
l3 d1 3- o I o.ooooot t"l
I lt
44 d 13+ 0 | L)999982
, 0,
I tt
d1.1- 0r I r 0r
I tl
46 d 14+ 0r 0 r 0r
I lt
4'7 d 15- 4.289991 r 0 | 0t
I It
48 dl5+ r) | I
1
I
ll
ol
I
, () ,
L------J
----l
= - --)rr16
i_rBl =,
Analisis
Kemr,rdian
W1 = 597, W2 = 597
Soal-soal
l. Sebuah pabrik mempertimbangkan apakah memproduksi atau membeli komponen
tertentu. Data-data yang relevan adalah sebagai berikut.
a PerencanaanAgregat dan Jadwal Induk Produksi 135
Periode
t3
Kapasitas Produksi
Dalam Pabrik 30 60 60
Subkontrak 60 60 60
Unit Cost
Dalam Pabrik 20 t. 22
Subkontrak l6 t6
Demand 6{l
Pada soal nomor 1. sebuah peil1J:rrk \Jng li.iln hendak memberi .ir.kr..n bar.l.r.,irk.ilt
pemesanan rane dllakukan. Diskon ) ang drbenkan adaiah sebacai berikLrt.
0-60 2600
61-90 2400
9t - t20 2200
>120 2000
Sebuah pabrik pasta gigi mempunyai tiga tipe produk untuk merek yang sama, yaitu
pasta gigi anti gigis, anti rapuh, dan napas segar. Untuk masing-masing tipe merek
mempunyai tipe kemasan yang berbeda. Pengisian pasta ke dalam kemasan dilakukan
secara otomatis. Selama 6 minggu pennintaan untuk keti-ea tipe merek tersebut adalah
sebagai berikut.
1 100 50 100
2 100 80 80
J 200 100 150
4 150 120 80
5 200 50 80
6 200 100 100
Int,entory awal 200 100 150
136 PERENCANAAI{ DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
Mesin pengisi pasta dioperasikan ,10 iam kerja reguler per minggu dan oyertime
maksimum 207o daijam reguler.
Periode
0<X<= lU 5 \
l0<X<=f0 8 7 q
20<x<--30 9 9 8 I t-t
30<X<=40 10 10 ll tl
I 26 I
2 32 2
J 40 2
4 32 J
Periodel2345
Demand 30 20 30 30 40
Set-up cost 5000 5000 6000 6000 6000
Biaya produksi 1000 1000 1100 1100 1200
'001 '004 '00t '009 '009 ]nrnl-]runueq
Jesoqes eporred uped e(Elq uu;uep 'ue{urzilp Soltpoq rdelel uele 'g IBos uped 'g
'009
'009 '00, '00, '00t JBSeqes tnrnl-tnrnueq r1BIBp n88uru red trun;ed ueduns eferg
Ltt ffiflpotd tlnpul lDnLpDf aop ToBatSy aoDuocuahd
SISTEM'MATERIAL
RE QU I RE M E NT P L^{,Vr/Ilrc',
5.1 Pendahuluan
Suatu ireni memiliki dependent dentand bila permintaan terhadap item tersebut
dipengaruhi akan permintaan terhadap itentyang lain. Sebagai contoh, di sebuah industri
mobil, perrnintaan terhadap ban, jok, dan komponen-komponen lainnya akan ditentukan
oleh permintaan terhadap mobil. Artinya, bila ingin mEmbuat sepuluh unit mobil, maka
harus disediakan sebanyak 50 unit ban. Jadi, petmintaan terhadap ban bersifat dependent
atau tergantung pada berapa unit mobil yang akan dibuat. Permintaan dependentbiasanya
terdapat pada item komponen, barang setengah jadi (WIP). atau bahan baku.
Komponen barang setengah jadi dan bahan baku (atau selain produk jadi) pemintaannya
akan dipengaruhi atau ditentukan oleh permintaan produk jadi atau itent pada letel yang
lebih tinggi. Produk jadi memiliki lewl tertinggi dan bahan baku memiliki /elel terendah.
Pengaruh ini tidak hanya pada jumlah, namun ju-ea pada waktu. Kebijakan produksi
pada item-itent let,elatas juga akan mempengaruhi permintaan pada itent yang level-nya
lebih rendah. Pengaruh ini akan menyebabkan kondisi lumpy pada item-item yang
permintaannya dependent. Pola luntp,* dapat digambarkan sebagai pola yang tidak teratur
dan tidak kontinu, di mana sejumlah besar permintaan dibutuhkan pada suatu waktu
dan sedikit atau tidak sama sekali pada waktu yang lain.
Dalam banyak kasus perusahaan tidak mau memproduksi bila jumlah permintaan
dalam suatu periode hanya satu unit. Karena pertimbangan ekonomis, ada suatu ukuran
tertentu (lot size) sebagai satuan produksi. Di samping itu, banyak perusahaan membuat
seluruh produknya tidak secara serentak, namun secara bergiliran. Kebijakan inilah
yang akan menyebabkan permintaan terhadap komponen dan dan bahan baku berpola
lumpy.
A Sistem Material Reqiurement Planning 139
Pola lumpy sangat berbeda dibandingkan asumsi demand yang konstan pada model
EOQ. Gambar 5- I menunjukkan perbedaan antara pola lumpy (di kondisi nyata) dengan
pola konstan (dalam asumsi model EOQ. Pada nrodel EOQ penambahan persediaan
dilakukan bila persediaan mencapai mencapai titik t:ne ntu (reorder poinr = R) sehingga
persediaan akan tersedia sepanjang waktu. Asum.i p,;:::lintaan konstan ini ditunjukkan
oleh garis lurus menurun sementara garis lurus me fli,- *.. 'i-lhh asumsi produksi konstan.
Gambar kedua menunjukkan polam luntp:'dal.r:t-" i. :.:-.: n\ata seperti terjadi pada
komponen X dalam contoh sebelumnya.
EOQ (Q*)
Waktu
L't =
EOQ
L L L
t
Gambar 5-l
Pola Lumpy Pada Permintaan Komponen X
inrleh rang disebut lumpy. Suatu item permintaannya dikatakan berpola luntpy blta
iedang-kadang ada dan kadang-kadang trdak ada.
-1
Perhitunsan junrlah \ rng harus di- Jumlah pesanan dihitung dengan meng-
pesan (order !r.tr si:e) dilakukan alokasikan data jumlah persediaan yang
untuk setiap rrr'l,i. dihitun_s atas dasar ada(on hand) terhadap kebutuhan kotor
peramalan kebutuhan selama waktu (grzss requiremenr) dan mengevaluasi
ancang. Jadi alisi nterupakan antisipasi kembali validitas dari waktu dan keda-
permintaan yan-e akan datang. Sebagai tangan pesanan yang sedang dilakukan.
kompensasi terhadap kesalahan pe- Besar dan lokasi persediaan pengaman
ramalan, selalu diadakan iediaan masih perlu di selidiki
pengaman untuk setiap rl'r,r
4 Besar pesanan (order size) dihitung Be:ar pesanan sesuai dengan kebutu-han
atas dasar pendekatan matematis satu atau beberapa periode perencanaan,
dengan beberapa asumsi dan dapat drda:arkan atas jadwal induk produksi,
di hitung jika biaya simpan, biaya struktur produk dan status persediaan (on
per unit, biaya pesan, biaya angkut Iturtd tlurt ort order inventory)
dan kebutuhan pertahun diketahui.
5 Diasumsikan bahwa kebutuhan ber- Bisa dipakai untuk situasi di mana kebu-
sifat kontinyu dan perubahan ukuran tuhan bersifat d e t e rmi ni srit. Perhatian di
Iot tidak terlampau drastis. Perhatian curahkan untuk mengetahui ukuran /o/
dicurahkan untuk mengetahui be- dan saat kebutuhan harus di penuhi (besar
sarnya ukuran /oI tersebut. dan waktu)
).4- PERENCANAAN DAN PEI,{GENDALIAI{ PRODUKSI B
Sistem MRP adalah suatu sistenr r an-e bertujuan untuk menghasilkan informasi
..ing tepat untuk melakukan tindakan ) rng tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang,
Jan penjadwalan ulang). Tindakan inijuSa merupakan dasar untuk membuat keputusan
baru mengenai pembelian atau produk.i \ ang merupakan perbaikan atas keputusan yang
telah dibuat sebelumnya.
Ada empat tujuan )or1,e nren.r;.1: .-rri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut.
d. Menentukan peniadtt'alan ulang otatt peni;1,i:.i..;' -.t-ii r.rc1.'rl ittlwul tang sudah
direncanakon.
Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pt."r.rn I ang dijadwalkan pada
waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat m:mberikan indikasi untuk
melakukan rencana penjadwalan ulang (ika mungkin ,1:ngan menentukan prioritas
pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini nri.ih tidak memungkinkan untuk
memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pe\an.rn harus dilakukan.
Dalam suatu sistem manufaktur terdapat dua peflenr aan mendasar yang harus
dijawab. Pertanyaan itu adalah sebagai berikut.
a. "Apa yang harus dibuat dengan kapasitas 1,ang dipunr ai (dengan kata lain harus
bagaimana jadwal induk produksi)?"
b. Atau, suatu pertanyaan berupa, "Apa yan-u harus dibuat (berapa kapasitas yang
diperlukan)?"
Terkait dengan pengendalian atas bahanlitent. maka sistem MRP sebagai suatu
sistem perencanaan dan pengendalian produksi berfungsi menyeimbangkan antara
permintaan (kebutuhan) dan kapasitas (kemampu&n r Sistem MRP mampu memberikan
indikasi apabila tidak terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan.
Jumlah kebutuhan ditentukan oleh jadwal induk :: -'"Juksi. struktur produk dan sta-
tus (keadaan) persediaan. Ketelitian dan stabilita> i;:-:-:.-,:-: etas suatu material sangat
tergantung pada ketelitian dari stabilitas dari keti:. r r-.t', -.::i , iad*'al induk produksi,
perencanaan atas struktur produk dan pencatatln :l;' r=: --1 :er:ediaan).
Tingkat kemampuan untuk memenuhi ke:-:-: - :,---:-:-: .::a. informasi dari
pesanan yang dipenuhi oleh pihak pabrik rjuml.:i: Ii*- : '-i=r. j*-. -.:. . persediaan yang
ada dan pesanan pembelian yane sedang i...i,'-r..- ii=:=.,...:- ::" trkiraan atas
kemampuan ini tergantun-e pada ketelit:::. sl': '."-- :. -' r,:l-l: -l-- lr:l:'- te:tebut.
Tabel 5.1
Contoh Jadu-al Induk Produksi
Produk 2 +I 6 1 8 9 10 l1 l2
A 70 6',7 65 6-< htt 6-1 6- 65 60 64 65 61
C 75 80 80
Pesanan komponen perusahaan lain. Yang dimaksud adalah bahwa selain menjual !l
;
ii
produk jadi, perusahaan juga rnenjual komponen untuk perusahaan lain. Termasuk dalam !.
i
pengertian ini adalah peramalan dari service part,pesanan antarperusahaan, dan pesanan untuk
kepentingan-kepentingan eksperimen, promosi, pemeliharaan serta kepentingan lainnya.
Peramalan atas sistem yang bersifatindependen r. Tercakup di sini adalah komponen-
komponen yang dibutuhkan, namun berada di luar jalur sistem MRP. Suatu program
khusus dapat dibuat untuk melengkapi program sistem MRP yang ada. Program khusus
ini dapat berupa teknik peramalan statistik. Program khusus dimaksudkan untuk
menambahkan hasil peramalan yang telah dibuat pada perhitungan kebutuhan kotor dalam
sistem MRP. Peramalan di sini termasuk peramalan atas pesanan komponen dari
perusahaan lain dan peramalan atas item yang independent.
a Sistem Material Reqiurement Planning l{5
Jadwal
Induk
Produksi
Sistem
MRP
Ourput :
. Gambar 5-2
Input Sistem MRP
Rencana pemesanan dan rencana produksi dan output sistem MRP selanjutnya
akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
. Memberikan catatan tentang pesanan penjadu alan 1 ang harus dilakukan/direncanakan
baik dari pabrik sendiri maupun dari pemasok.
. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulan-s.
. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan
. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan
Output dari sistem MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan
tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
l{6 PERENCAI,{AAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI B
5.7.1Time Phasing.
Time phasinq adalah fase ,,i ik:* ans berar-ti adanya dimensi waktu dalam catatan
"
u
persedi6sn. Dimensi aktu b'e:-:. l.:r:mbahan dan perekaman informasi pada tanggal
yang spesifik dari period3 pilir--:i.;n:.. ', ::1S irkeitkan dengan jumlahnya. Dalam sistem
MRP terdapat dua ieni. persediaen r;itu >eirrln l ang ada di tangan dan jadwal terima
dari pesanan ) ang telah dilakukan. Jumlah dari keduanl a inilah 1'ang dianggap sebagai
persediaan I'ang dimiliki. Hal ini dilandasi oleh konsep penambahan status informasi
yang terus-menerus terjadi di mana status terbaru dan setiap transaksi terbaru persediaan
harus selalu dicatat
Praktik dari prinsip tinte phasing adalah pembuatan suatu hubungan yang relevan
antara jumlah kebutuhan dengan waktu/jadwal perencanaan. Ada dua pendekatan yang
sering digunakan, yaitu pendekatan tang-eal/jumlah dan pendekatan paket waktu.
a. Pendekatan Tanggal/Jumlah.
Dalam pendekatan ini lebih diperlihatkan jumlah kebutuhan pada suatu periode waktu.
Hanya periode waktu yang memilikikebutuhan vang dituliskan.
Contoh:
Kebutuhan Bersih I Periode (hari)
60 I 130
90 | l-+l
20 I l5.i
s0 I 160
80 I to:
80 I 170
Kebutuhan Bersih 40 0 90 0 0 40
a Sistem Material Reqiurement Planning t17
d*B--=,.
Di mana:
tr = jumlah persediaen \ -1:. j :.:....s.. .::i .r.-
B = jumlah r ang akan diterrnt.r , :edlrS di pe:an ,
Sebagai contoh, penambahan dimen:r ri aktu dalam sistem persediaan adalah sebagai
'nerikut.
Periode (bulan) 1l J 4 5 6
Persediaan di tangan 40
pesanan
Penerimaan dari t.) 0 0 30 0
Jumlah kebutuhan lt) 0 35 0 30
-15 15 15
Dalam tabel tersebut -:t,t;r- t,:r.,,:t.:i. .-::: jilenukapi dengan dimensi waktu.
Tandanegatif menuniul,i,-: t:- .*::::- "it r.:r.-:;:"::: ter\ediaan sehinggapesananbaru
harus dilakukan.
Dari tabel di ara: i.rf-rl J:.,:::.';n:.rl ieburuh.rn rebesar 20padaperiode kedua,
35 pada periode keemp.,: :.:. -' :,J.r periode keenam. Juga diketahui ada persediaan
awal (on hand inrenrt,r, >3r.:-.r ',, p,ida arial periode. Sedangkan penerimaan dari
pesanan sebesar 30 akan d.ri.:._: :iJi penode kelima. Setelah dilakukan perhitungan,
maka diperoleh sisa persediaan -r'--rr - 15 pada periode keempat dan periode keenam.
Jadi, harus disediakan sebanr ak i -< p.rj., peritrde ke--l dan ke-6.
Semua pertanyaan mengenai apa. kapan dan berapa jumlah harus dipesan sudah
terjawab lewat prinsip time phasing dan prinsip caratan persediaan. Keuntungan sistem
persediaan dengan menggunakan prinsip tinte plutsirtlt adalah etekrir itas. Namun, sebagai
konsekuensinya aplikasi time phasing akan mengakfoatkan biar a r ang lebih besar
terutama dalam penyimpanan pengolahan data.
5.7.4 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi dari sistem MRP adalah sebaeai berikut.
1. Adanya datafile yang terintegrasi.
2. Lead time semua item drketahui.
3. Setiap persediaan selalu ada dalam pengendalian.
E Sistem Material Reqiurement Planning t.l9
1. Semua komponen yang diperlukan dapat disediakan pada saat perakitan akan
dilakukan.
5. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrirt.
6. Proses pembuatan suatu item tidak tergantung rerhadap proses pembuatan ireri
lainnya.
5.8.1 Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan iuntl.:. i.:.-i-n;.n her>ih. r ane
besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kottrr d:r:S-. i,3':..:: sr\ediaan (\ans
ada dalam persediaan dan 1,ang sedang dipe:an . D=:.'.--- t.=r.-rin dalam proses
perhitungan kebutuhan bersih ini adrllh :
Tabel 5-2
Contoh Kebutuhan Kotor
Periode I 2 -) + 5 6 7 8 Total
Kebutuhan Kotor 25 30 20 15 90
t -i0 PERENCANAAI'I DAN PENGENDALIATI PRODUKSI B
Tabel 5-3
Status Data Kebutuhan Sebelum Perhitungan Kebutuhan Bersih
Perhitungan akan kebutuhan bersih untuk c.-,;nJl::: :"bci 5--1 adalah seperti pada
tabel 5-4 berikut.
Tabel5--t
Perhitungan Kebutuhan Kotor
I 0 0 25 -15 0
2 25 0 25 0 0
3 0 0 0 0 0
4 30 40 0 10 0
5 0 0 l0 10 0
6 20 0 10 10 10
7 t5 0 0 15 l5
8 0 0 0 0 0
Jumlah 90 40 25
}3. Sistem Material Reqiurement Planning 151
Hasil akhir keseluruhan dari perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan
dalam contoh di atas dapat dilihat pada tabel 5-,5. Tabel ini merupakan ringkasan dari
tabel5-4.
Tabel5-5
Hasil Keseluruhan Perhitungan Kebutuhan Bersih
Tabel5-6
Perhitungan Kebutuhan Bersih dengan
Kebijakan Persediaan Pengaman
1
Periode I 2 J ,1 5 6 7 8 Total
Kebutuhan Kotor 25 30 20 15 90
Jadwal Penerimaan 40
Persediaan di tangan=25 25 5 45 l5 r5 5 5 5
Kebutuhan Bersih 5 10 20 5 40
PERENCAIiAA.\ DAI PE\'Gil{DALIAN PRODUKSI B
-:-t' Lorrr'ng
" -:;,r{ adalah suatu proses untuk menentukan besamra jumlah pesanan optimal
--:-r. .etiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih
,,":.: telah dilakukan. Ada banyak alternatif metode untuk menentukan ukuran /o/.
B:'rerapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos ser-up dan ongkos simpan.
T:knik-teknik tersebutadalahteknik lotforlot,economicordercprurfin'.fi.rorclerquantity,
JanJi-r period ret,iew, dan lain-lain. Pembahasan mengenai teknik-teknik tersebut akan
Jiberikan pada subbab 5.9
Tabel5-7 adalah suatu contoh lotting untuk menentukan besamy'a jumlah pemesanan.
Pada contoh di bawahini dipakai teknik penentuan ukuran lot yang besarnya sama dengan
kebutuhan bersih untuk setiap periode.
Tabel5-7
Contoh Proses Lotting
Periode 2 J 4 5 6 7 8 Total
Kebutuhan bersih 10 t5 25
Ukuran lot 10 t5 25
5.8.3 Offseting
Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat \ ans tepat untuk melakukan rencana
pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh
dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran /oI vang diinginkan dengan
besarnya lead tinte. Lead tinte adalah besamya waktu saat baran-e mulai dipesan atau
diproduksi sampai barang tersebut selesai dan diterima siap untuk dipakai. Tabel di bawah
ini memberikan contoh proses offseting dengan leacl tinre sebesar dua periode.
Tabel 5-8
Contoh Proses Offseting
Offseting merupakan langkah terakhir penerapan sistem MRP pada statu itent.
Perhitungan selanjutnya dilakukan pada item pada level di bawahnya. Proses awal
dilakukan lagi pada item Ierseblut.
5.8.4 Explosion
Proses explosion adalah proses penghitungan kebutuhan kotor untuk tingkat itentl
komponen yang lebih bawah. Perhitungan kebutuhan kotor ini didasarkan pada rencana
a Sistem Material Reqiurement Planning l -i-1
pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas. Untuk penghitungan kebutuhan
kotor ini, diperlukan struktur produk dan informasi mengenai berapa jumlah kebutuhan
tiap item untuk itemyang akan dihitung.
Dalam proses explosion ini data mengenai struktur produk harus tersedia secara
akurat. Ketidakakuratan data struktur produk akan mengakibatkan kesalahan pada
perhitungan. Atas dasar struktur produk inilah prore. t.rpio,-sior dibuat. Dengan data
struktur produk dapat ditentukan kearah komponen mrna hrrus dilakukan explosion.
Struktur produk juga harus langsung dimodifikasi t'ile ide perubahan pada cara produksi
atau perakitan.
Tabel 5-9
Hubungan Antara Induk dan Komponen
Rencana Pesan
o
o
+
o'
Ukuran pemesanan A. B, dan C dihitung berdasar model EOQ adalah sama sebesar
50 unit dan sediaan pengaman atal safety slock (ss) A,B, dan C adalah 20 unit, maka
proses explosion-nya adalah seperti pada tabel 5-10 berikut.
1-<{ PERENCANAAN DAN PEIVGEIIDALIAN PRODUKSI B
Tabel 5-10
Contoh Proses Explosion
Item A Level 0
Lot 50 SS 20 I 2 J 4
Kebut. Kotor 40 60 40 60
Sed. Awal 100 60 0 l0
Sed.Akhir r'.r ,
60 0 10 0
Kebutuhan Ber:ih l 0 40 50
Jumlah Pesan (r
50 50
Rencana Pesln tl \l
-a I i0 p
B
Item Ler el I
Lot 50 SS I 2
1
J 4
Kebut. Kotor lr 50 50 0
Sed. Awal70 -0 20 20
Sed. Akhir -[r {r l0 20
Kebutuhan Bersih -10 0
Jumlah Pesan It io 0
Rencana Pesan 0 0 -<1-l
t) 0
B
Item Level I
Lot 50 SS 20 I 1
4
Kebut. Kotor 0 100 0 0
Sed. Awal 20 l0 t0 20
Sed. Akhir 20 20 t0 t0 20
Kebutuhan Bersih 0 8C) 0 0
Jumlah Pesan 0 100 0 0
Rencana Pesan 0 100 0 0 0
Kebutuhan kotor item C ditentukan oleh rencana pesan itemB. Kebutuhan kotor
itemB ditentukan oleh rencana pesan item A. Setelah dilakukan proses netting,lotting,
dan offseting pada item Asesuai struktur produk maka proses explosion dilakukan pada
itemB. Kebutuhan kotor item B adalah sama dengan rencana pe san item A karena menurut
struktur produk, 1 unit A memerlukan I unit B.Setelah selesai dilakukan netting, lotting,
dan offseting pada itemB selanjutnya explosion ditujukan pada item C (sesuai struktur
produk). Kebutuhan kotor item C adalah sebesar 2kah rencana pesan itemB. Hal ini
disesuaikan dengan struktur produk di mana satu unit itemB memerlukan 2 unit item C.
a Sistem Material Reqiurement Planning 155
Teknik penetapan ukuran /o/ untuk satu tingkat dengan asumsi kapasitas tak terbatas
dapat diklasifikasikan la-si ke dalam empat cara sebagai berikut.
. Fixed Order Quartrirt(FOQ)
. Lot-for-Lot (L-4-L)
156 PERENCANAAN DAN PEI,IGENDALIAN PRODUKSI B
Teknik ukuran lot FOQ dan EOQ berorientasi pada tingkat kebutuhan (demand
rate), sedangkan teknik ukuran /or FPR dan L-4-L merupakan teknik ukuran /ol diskrit
karena hanya memenuhi permintaan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
periode tertentu. Ukuran /ot disknt tri.ai. ahan menghasilkan sisa jumlah komponen karena
teknik tersebut hanya memenuhi rerrnintaan dengan jumlah yang sama seperti telah
direncanakan. Kelemahan dari i:Liik ukuran /ot diskrit ini adalah bila di masa yang
akan datang (periode menderng :eqadi lonialan permintaan, maka harus dilakukan
perhitungan ulan_e.
Teknik penentuan ukuran /ar mana r ane paline baik dan tepat bagi suatu perusahaan
adalah persoalan ) ang >angit sulit. karena sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut.
. Variasi dari kebutuhan. t aik dan segi jumlah maupun periodenya.
. Rentang waktu perencand.in.
. Ukuran periodenya (mingguan. bui.uan. dan sebagainya).
. Perbandingan biaya pesan dan bial 3 irnip3n.
Salah satu ciri dari metode FOQ ini adalah ukuran lot-nya selalu tetap, tetapi periode
pemesannya yang selalu berubah.
Thbel 5-ll
Penetapan Ukuran Lot dengan FOQ
Periode 2 3 4 5 6 1 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
EoQ= ^w
\a
di mana dalam contoh di atas A: Order cost = Rp 21.500
D : Demand rata rata per horison = 400
H: Hotding cost = Rp 3000/periode
158 PEREI{CANAAIV DAI{ PENGEI{DALIAN PRODUKSI B
I r. -f r-rQ.1ll.$QQ
EOQ = = 75 unit
Tabel 5-12
Penetapan L kuran Zol Dengan EOQ
Periode . 213 4 5 6 7 8
Kebutuhan ber>ih I, 50 ]
60 80 40 40 40 60
Jumlah Pesan -: 75 15 15 75 75
t5 50 l0 45 60
Metode EOQ ini biasanla J-::-r.:r -rl-r. r.-': : :.rencenaan selama satu tahun
sebesar 12 bulan. Metode EOQ berk i-S*:.::- .- r.-: ..:-. . i:tr konstan dan perbandingan
biaya pesan dan simpan san_qat besar.
Tabel 5-13
Penetapan Ukuran Lot Dengan L-4-L
Periode 2 31 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah Pesan 20 -50 60 80 40 40 40 60
Sediaan 0 0 0 0 0 0 0 0
U3. Sistem Material Reqiurement Planning 159
Tabel 5-l.l
Penetapan Ukuran Lot Dengan FPR
Periode I 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah Pesan 70 t40 80 100
Sediaan 50 0 80 0 40 0 60 0
Salah satu data yang erat kaitannya dengan rr aktu adalah lead time, di mana lead
time akanmempen-qaruhi proses offseting. Suatu perakitan tidak dapat dilakukan apabila
komponen-komponen pembentuknya belum siap tersedia. Kompleksnya masalah akan
dirasakan pada tahap penentuan ukuran /or disetiap tingkat produksi. Dalam kaitannya
dengan hal ini, persoalannya bukan hanya menentukan besarnya lot, tetapi juga harus
memperhatikan persoalan ketergantungan tersebut. Lead time produksi juga akan
tergantung pada berapa banyak jumlah yang diproduksi. Pada metode FOQ dan EOQ
lead time setiap pesanan adalah sama. Pada metode L 4 L dan FPR lead time setiap
pesanan bisa berbeda. rnisalnya rencana pesan 20 akan memiliki lead time lebih singkat
daripada rencana pesan sebesar 200 unit.
I h{t PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROD(IKSI B
Dengan persediaan au al = 25
Misalnya ada dua macam kebutuhan kotor A (dianggap sebagai perubahan kebutuhan)
pada 2 periode perencanaan:
Tabel 5-15
Data Kebutuhan Kotor Komponen -{ untuk Dua Kasus
Periode waktu 1 2 I 2
Kebutuhan kotor 15 75 l5
Tabel 5-16
Contoh Perhitungan Akibat Perubahan Kebutuhan
Komp. A
Kebutuhan kotor 15 75 75 15
Persediaan l5 0 15 25
Kebutuhan bersih 0 75 60 10
Komp. B
Kebutuhan kotor 10 75 60 10
Persediaan 25 15 25 0
Kebutuhan bersih 0(rs) 60 35 10
A Sistem Material Reqiurement Planning 161
Dari contoh di atas nampak bahwa kebutuhan bersih komponen B uintuk kasus I
berbeda dengan kasus 2. Jika dihubungkan dengan lead time,perbedaan besarnya /ot di
suatu periode akan mempengaruhi jadwal pemesanan. \faka dapat dibayangkan apa yang
terjadi apabila perubahan-perubahan ini dalam harian. Proses perhitungan kembali harus
dilakukan setiap hari, sehingga perhitungan menjadi ridali efisien.
Gambar 5-3
Komponen Umum Pada Level yang Berbeda
(Komponen A Merupakan Komponen Umum)
l6: PERENCANAAN DAT{ PENGENDALIAN PRODUKSI B
Gambar5--l
Penramaan Lerel Pada Komponen .\,rLov'Leyel Coding)
123456 23456
t23456
Gambar 5-5
Kebutuhan Kotor Komponen A
a Sistem Material Reqiurement Planning r63
Pesanan Peramalan
S:.ten-r Data
Perubahan \;:egat/ Transaksi
Rekayasa )..:lre!at Sediaan
tu
\2,
,F, Data
Perubahan
Kapasitas
MRP
Laporan
Kebutuhan File Kebuthan
Kotor & Bersih Kotor & Bersih
Evaluasi Skenario
Pembebanan Secara
KtrniPa :: .\p;
1'ang d .rduk.i
Interaktif
Gambar 5-6
Sistem Pengendalian Menyeluruh Suatu Organisasi Pabrik
A Sistem Material Reqiurement Planning r65
Soal-soal
1. Jadwal kebutuhan produk A dan estimasi biata set-up, biaya simpan, dan biaya
produksi dalam tiap bulan adalah sebagai berikur.
Periode 2 J 4 5 6 7
Demand 20 30 20 40 25 20 30
POH (40)
Netr Requirement
2. Lalukan proses offseting pada no Mentukan planned order receipt dan planned
order releosedbrla diketahui lead time produksi 1 minggu dan lot si;e 60 unit.
3. Bila diketahui nratriks Bill Of Material adalah sebagi berikut:
A R C l)
A I I
B 5 t0 -5 l0
C t0 5 l0 20
D 15 20 10 30
Untuk jangka pendek. dalam rentan_q peritrce f.:E:::: :.::- iat'npai satu bulan,
perusahaan harus melakukan penjad$alan p:.-:-i... -:.:-0. :.::::::.;hi order atau
=-=-:i.:i-..-j :=:.:::j ji:e_i.]l Janiad$'al
permintaankonsumen. Penjad$alan iru unlrk
indukproduksi yang telah dibuat. Order:At-:.. '.---: t:-: :_lti-t:t. :t-:-.::. i:.rr untuk
penjadwalan sumber dar a pr+J::k.: t:r...t -.. t=t:i: i.::. :. -::. t.3t:.:i:t . i:nr:dian
pada Setiap Unit prOduk>i untuii ]ri3n.l:t:ir.-:i. t.r.,irr.:i ie rrSSull.r:n ..p:i;t-ial ir.n l\rp3:itas
yang ada atau tujuan lainnrr.
Dalam perencanaan agregat. peramalan permintaan untuk beberapa penode dipenuhi
dengan kapasitas 1 ang ada tanpa perincian lebih spesifik untuk setiap produk atau itent
yang diproduksi. Dalam penjadwalan produksi, pembebanan agregat ini harus dipecah
pada masing-masing produk (item) dalam pembebanan dari jam, harian, atau mingguan
di setiap unit produksi.
Penjadwalan yang tidak efektif akan menghasilkan tingkat penggunaan yang rendah
dari kapasitas yang ada. Fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan akan menun ggu (idle) untuk
waktu tertentu, karenatidak ada jadwal. Sebagai akibatnya, biayaproduksi membengkak.
Ini dapat menurunkan efektifitas dan daya saing perusahaan. Meskipun kapasitas
keseluruhan mungkin didesain agar biaya sumber daya minimal, penjadwalan yang tidak
tepat dapat menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan dan banyak hal lain secara tidak
langsung.
b. merancang ulang sequencing, bila ada kesalahan atau ada prioritas utama baru.
5. Updating schedules. Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang
berbeda dari saat pembuatan jadu el. maka jadwal harus segera di-update bila ada
permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi.
4. Kebutuhan pemeliharaan.
5. Kelayakan dan jumlah persediaan antarrin_skar.
Sistem penjadwalan produksi, input, outpur. intormasi, pembatas, dan semua aspek
terkait, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6- 1.
23. Penjadwalan Produksi r69
Variabel Keputusan
OUTPUT
INPUT Penentuan Jadwal:
Kebutuhan Kapasitas dan: 1. Pembebanan
pengerjaan
Penerimaan l. Skills Sistem
2. Urutan
order 2. Peralatan penger-taar
Penjadwalan
Permintaan 3. Material
jangka pendek 4. d11.
l) iiJ
pengirinran
I jaa"''r I
Gambar 6-1
Cakupan Penjadwalan Produksi
yang optimal. Beberapa kriteria yang sering dipakai dalam pengurutan job (pengerjaan
job) antara lain sebagai berikut.
1. Meanflow time (MFT) atau rata-rata r,,'aktu job berada dalam sistem.
2. Idle time atau waktu menganggur dari mesin.
3. M ean lattene s atau tala-rata keterlambatan.
s
4. Mean number job in the stsre ,,; \\-IPt atau rata-rata jumlah job dalam mesin.
5. Make-span atau total u aktu :e:'":lesaian seluruh job.
::i
4. pola kedatargiji . - :' :':u ;rnrmilr. .
)n
MFr = i=i
n
n
) (ct - Rt)
: i=l
n
nn
)c' _ )R,
_ i=l i=1
n
F.=C-R.
F,=C,
n
)c,
i=t
MFT =
n
Tabel 6-l
Lama Pengerjaan 4,IoD
Job 1 1 z 3 4
r(i) 7 6 8
Jawab:
Urutan l-2-3-4
J ob wi ,, Ci
1 7
2 7 6
3 13 5
-1
I
:i
a
_o
\lFT = 6-t l
= i6
Urutan 2-3-1-4
.lob wi ti Ci
l 6 6
,t 6 5 11
I 11 7 18
+ 18 8 26
35 26 6t
MFI = 6114
= 15,25
172 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 29.
L:rutan 3-2-l-4
Job wi !L Ci
J 5 5
2 5 6 11
1 11 7 18
4 1: 8 26
_o 60
MFT = 6(l -1
--l ti
Dari ketiga umtan di atas r an-q memberikan \IFT paling kecil adalah urutan ke 3,
yaitu dengan urutan pen_eerjaanTob 3 - job 2 - job I - job 4. Secara umum, MFT akan
diminimalkan dengan aturan SW (shortest processing time),yaitu job-job dengan waktu
proses paling kecil didahulukan.
Suatu iob dikatakan terlambat bila job tersebut mempunyai due date atau waktu
r ans ditentukan job tersebut selesai. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
*r
L"l
\IL = =:
n
s,c -d ,
:=
NIL =
n
2c :d
-\4L=i=r
nn -
=
ML=F_A
Rata-rata due date tidak mengalami perubahan meskipun urutan pengerjaan job
tersebut berubah-ubah, sehin-ega ntean lateness akan diminimalkan sebanding dengan
besamya MFT. Kesimpulannva. ntean lateness akan diminimalkan dengan aturan SPT.
job harus dikerjakan oleh suatu mesin tertentu dengan lama waktu proses
Contoh: 5
sebagai berikut.
a Penjadwalan Produksi 173
Foriodo t. 4 5
1 6
Waktu Proses 5 10 12 4
Due Date 15 t4 20 9
Job i
Job i
_)
-)
Gambar 6-2
Flow Shop Dengan 2 Mesin
Bila terdapatniob di mana masing-masing job harus diproses dengan urutan yang
sama melalui dua mesin, maka pendekatan untuk meminimalkanmake-span dilakukan
dengan menggunakan algoritma Johnson.
Contoh: Waktu bubut dan drilling untuk 6 job seperti di bawah ini. Untuk semua
job,sebtahlobang harus dilakukan lebih dulu sebelum dilakukanproses bubut. Tentukan
jadwal urutan pengerjaan yang optimal, untuk meminimalkan make - spant
t71 PEREI,{ C AN AAIV DAIV PEN G E N DALI AIV PRO DU KS I b.
l:"ab 1
?
tq56
Drilling 4 1 3 t2 11 9
Bubut 11 1081013
Jawab:
lbb 1 I:- I I
Drillitt'l l1 9
Bubut lr S 1i) 13
J3
.fob j 2 J -t j :
Drilling 4 7 ; ll 9
Bubut 11 7 8 I 10 13
J3 J1
Job yang tersisa berikutnya adalah yang waktu terkecil 7 untuk job 2 pada mesin 1
dan mesin 2. Untuk kasus ini, maka job 2 boleh dijadwalkan pada urutan pefiama
berikutnya atau dijadwalkan pada urutan paling akhir.
lob 2 4 5 6
Drilling 7 12 11 9
BubutV810 13
a PenjadwalanProduksi 175
Altematif I
J3 J1 J2
Alternatif 2
J3 J1 J]
Job yangtersisa berikutnl'a adalah ) rjiS .t. iktu terkecil 8 untukjob 4pada mesin 2.
Untuk kasus ini, maka job I boleh ;r-.1J'.\.rik.in pada urutan pertama berikutnya atau
dijadwalkan pada urutan paling akh.r
Job I 5 6
Drillirtq 12 11 9
Bubut '8 l0 13
Altematif 1
J3 J1 T2 J]
Altematif 2
J3 J1 J] J2
Job yang tersisa berkutnya adalah job 5 dan job 6. Penempatan kedua job tersebut
adalah:
lob 5 6
Drilling 11 9
Bubut 10 13
176 PERENCAIIAAN DAN PENGENDALIAN PRODUI(SI 29.
Altematif 1
J3 J1 ,r: _r6 J5 J4
Alternatif 2
J3 J1 _r+ J2
Misalnya, mesin dengan urutan proses \ll. \ll. dan \l-:. Semua job mempunyai
urutan pengerjaan yang sama. Waktu proses joD I pada mesin j disimbolkan dengan tij.
Algoritma Johnson untuk dua mesin dapat diaplikasikan pada problem n job tiga mesin
bila memenuhi:
Mint, >=maxt2 atau
Dengan kata lain, minimal waktu proses pada semua job padamesin 1 dan 3 harus lebih
besar dari waktu proses terpanjang pada mesin 2. Untuk mengaplikasikan algoritma
Johnson, waktu proses 3 mesin dirancang ulang menjadi 2 mesin (MI', M2') dengan
aturan: waktu proses job pada Ml' = ril + i2 dan uaktu proses padaM}' =tr3 + tt2,
kemudian algoritma Johnson diaplikasikan pada M1' dan M2'.
Contoh: Dapatkan urutan optimal untuk 67bb berikut, di mana keenam job tersebut
harus diproses pada mesin M1, M2, dan M3 dengan urutan tersebut!
a Penjadwalan Produksi l-
'Ffsse,s'p a mesin
t[:gh
h{l;,:., ,-.,,.ffiE. r:i:;:i!r: Ms
1 439
2 60s
a
-) 547
4 833
5 522
6 718
Jawab:
Test kondisi:
. Minimal waktu proses di me.rn 1 = -l menit
. Maksimal u'aktu proses di mesin 2 = 4 menit
. Minimal waktu proses di mpsin 3 = 2 menit
*roses padam+*#:
'r{ab
Ml' Ii{At
I 712
2 65
J 9tt
4 11 6
5 74
6 89
Dengan algoritma Johnson didapatkan iterasi sebagai berikut.
178 PERENCAI,{AAN DAN PEIIGENDALIAN PRODUKSI d.
Iterasi I
2 6
q
-)
4
5 4
6
J5
Itera.i l
J] J5
a Penjadwalan Produksi 179
Iterasi 3
1 7 t2
J 9 11
4 11 6
6 8 9
Iterasi 4
6 8 9
JI J4 J2 J5
iterasi 5
J1 J6 J3 J4 J2 J5
r80 PERENCAIVAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI A
I .\tr. - \f - r, lr:
3. L-: =
untuk menenruii.r.n . - r..' ', -' - -' ?l-r-:: - ilrng. misalkan untuk tiap-tiap cabang
terdapaturutanJr. lairuhen.-.-.-'j::.::::.:-: .^ Jriniob yangada.Didefinisikan
TMI (Jr). T\ll tJrt. dan T\l-: ,Jr .e:;-: '' * ir.:- :. \[ . . \l]. dan M3 untuk penyelesian
job terakhir pada urutan Jr. \lalia...;,.- ",- .r,'.- ,'-.i-,::-.-,r untuk semua jadwal yang
dapat dimulai dengan urutan Jr adalah:
TMl(Jr)+)t l+min r - -t : r
,lr -:
LB(Jr) = max TM2(Jr)+)t,2+min'r.,
JI '
TM3(Jr) + ) t,3
JI
Contoh: Ada empatjob dengan3 mesin dan urutan pengerjaan keempat.job tersebut
adalah }dl,M2, dan M3. Gunakan algoritma branch ond bound untuk mendapatkan
urutan yang meminimalkan make-span untuk semua.iobl
tab MI M3
1 14 6 15
2811 4
31013t1
4t6155
E Penjadwalan Produksi l8l
Jawab:
Lower boLtnd:
14+34+15 =63
LB (1) = max 20+39+4 = 63
35 +26 = 61
16+32+15 =63
LB (4) = max 31 +30+4 = 65 1)
36+36 = 72
l
Temyata LB (1) merupakan yang terkecil pada caban-q L Berikutnyakitapillh job
1 sebagai job terjadwal yang dianalisis. Urutan \ ang munskin berikutnya adalah job
selain job l,yaitt job2,3,4.
TMl (12) TMI (l) +t2l = l-1+ 8 = ll
TM2 (r2) max {TMl (12) + t2l: T\ll tl) + t22)
max {22+ll',20+ l1}=31
TM3 (12) max {TM2 (12) + t23: T\l-i (l) + t23l
max{33+4;35+.11=-39
=l
Pada stage ini ternyata LB (3) sebesar 64 merupakan yang terkecil. Dengan
demikian, dikembangkan cabang dari node 3.
Lower bound
I z++24+t5 =63
I
=64
L
I tg+30+20 = 68
I 34+21+5 = 60
I
LB (32) = max
144+20 - 6.
I
126+ll-15 =6-:
LB (34) = max l+t-:r-: =66 =68
I 19-lv
I
=68
L
Lov'er bourtd te rkecil adalah LB 13t) = 64. Dengan demikian, cabang untuk rlade
31 dibuat.
Lower bound:
I tz+ t6+20 = ut I
LB (3I2) = max l.t3+15+5 =63 I =68
frr*s =64)
l+o+8+15 =63'l
LB (314) = max Lt* rl+4 = zo I
=70
Luo.4 =64)
r84 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUI(S/ 29.
Pada stage ini temyata LB (34) = 6-5 merupakan yang terkecil, maka dibuat cabang.
L
=bt,-
34+ 14+21 =69
LB (342) = max 52+6+15 = l_\ I
I
56+15 = ,, ]
3. Jika waktu proses minimal berada pada mesin pertama (M-1), tempatkan pekerjaan
tersebut paling awal yang mungkin dalam urutan! Jika terletak pada mesin kedue
(M-2), tempatkan pekerjaan-pekerjaan tersebut paling akhir yang rnungkin dalanr
urutan !
4. Hilangkan pekerjaan yang telah ditugaskan (telah ditempatkan dalam urutan dan
sebagai hasil dari langkah 3) dan ulangi langkah i .:.r.n langkah 3 sehingga seluruh
pekerjaan telah diurutkan!
Algoritma CDS ini cocok untuk persoalan r an: ;r:-;lllr banr ak tahapan (multi-
stage) yang memakai aturan Johnson dan diterapkrr" t:.:: :::::"r-rh baru. yang diperoleh
dari yang asli dengan waktu proses t.,, dan t', -.
Pada tahap I
t' =1 i.r:.i =:
Rumus di atas adalah ',iakru prL)\e\ pada mesin pertama (M-l) dan mesin terakhir
(M-2).
Pada Tahap II
t*r., = t*,., + t*,., dan t*,., = t*,.* + t*,.n,-,
Oleh karena itu, aturan Johnson diaplikasikan pada jumlah dari dua mesin yang
pertama (first - rwo) dan dua mesin terakhir (last - rwo) waktu proses operasi ke i.
ii
t,., = )t,.* dant,., = k=t
k=r
)t,..-**,
Di mana:
1.,,, Waktu proses pada job ke i dengan meng,eunakan mesin pertama
t'',., Waktu proses pada job ke i dengan men-e-eunakan mesin terakhir
I ("rob1 produk yang diproses
m Jumlah mesin
K (Stage) tahapan
Untuk tiap tahap k (k = l. 2, ...., m- 1), job yang diperoleh dipakai untuk menghitung
sebuah make-span untuk masalah yang sesun-q-euhn1'a. Setelah tahap demi tahap (m- 1)
dilakukan, maka dapat diketahui make-span terbaik di antara tahap (m-l).
Langkah-langkah penjadwalan produksi den-san metode Carnpbell, Dudek and
Smith adalah sebagai berikut ini.
1. Menyusun matrik n x m dari tij di mana n = jumlah7o6,v1= jtmlah mesin, dan tij =
waktu pengerjaan job i pada mesin ke j.
2. Menentukan jumlah urutan (p) untuk n job 2 mesin, di mana p . m - 1.
It6 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI b.
k
Dimana: M-1= j=l
)tr,:
v_-2: i,, ,
j=m.k- 1
5. Dengan bantuan algoritma Jc:::s::.. :. ' . iti o mesin, maka dapat ditentukan urutan
job.
6. Jika k . p, maka penghitu::': ie::-b.'. :.:.: lan_ekah ketiga dengan (k + 1), jika k =
p. maka perhitungan :3.3-::
7 . Menghitun-e nnk{ -t?.;''. lrr= '.i *\t- s:-:::-.-:- produk terpanjang yang berada dalam
suatu sistem ).
8. Memilih urutan peniadri ale i -; :-:------.,- ''..)..: -soan terkecil.
Campbell, Dudek orra Smith ::e::::. i.:l:.::rr mereka dan menguj\ perform-
ance-nya pada beberapa masalah. \lenekl :r;:.3=.*\:: bahu'a algoritma Campbell,
Dudek and Smith (CDS) efektif untuk masalah ieu:. :.i-:un masalah besar.
Carilah urutan jadwal yang optimal dan make-span serta totalfTow time terkecil
dengan menggunakan penjadwalan Campbell, Dudek and Smith!
Penyelesaian:
P (umlah urutan proses penjadwalar)
:-+-T -,,I
=J
a Penjadwalan Produksi 18-
Jadi, proses penjadwalan CDS dilakukan sebanl'ak 3 kali dengan memilih salah
satu alternatif terbaik dari hasil ke - 3 proses penjadau alan CDS yang dilakukan.
tr Tahap 1 (k = 1)
kl,
M-1=
)rij M-2= )r
1=r ,=a -'
M-1=M1 M-2=\l-l
Tabel Waktu Proses Penjadualan CDS Stage 1
Job
Mesin
1 1 .l .l S 6 7
3 Tahap 2 (K = 2)
Iob
Mesin
I 1 3 4 5 6 7
D Tahap 3 (K = 3)
M-l = Ml + M2 + M3 M-2 = \l: - \t-: - \I4
Tabel Waktu Proses Penjad*alan CDS Srage 3
Job
Mesin
I 1 1 { 6 7
L-rutanpenjadwalan : l-4-5-3-6-2-7
.llake-span : 22,33
Toral flow time : 114.10
Sehingga, dari jadwal-jadr,r'al yang terbentuk, maka urutan jadwal yang paling op-
timal adalah 1-4-3-5-2-6-7 dengan nruke-span 22,33 dan torttl .tlov' time 110,81.
Soal-soal:
1. Berikut ini job-job yans harus diproses pada mesin rl'il/. Tentukan urutan jadwal
pengerjaan yang akan nienrinimalkan nteanflow timet
Jobl:34561
WaktuProses l(r -i 8 9 4 6 3
2. Asumsikan bahu a pad;r r..i1 nomor 1, masing-masing job mempunyai prioritas yang
berbeda. Tentukan urutrn . i, t'rptimal bila diketahui prioritas pengerjaanjob sebagai
berikut!
Jobl:-:l-i67
PrioritasS-::-612
3. Delapan job diproses pada dua me.in -l ,. ,, -'.. \\-aktu pengerjaan job di kedua
mesin tersebut seperti di bawah ini. Teni"r':r ..1J,,t,.r1 rang meminimalkan make-
span dan tentukan pula besamya.
Jobl23-l-<6-8
Mesinl 10 12 13 7 ! -< J 3
Mesinz 4 9 11 8 - -i l0 2
4. Enam job harus dikerjakan pada tiga mesin dengan unrran M1, M2, dan M3. Tentukan
jadwal yang akan meminimalkan make-spcut'.
Waktu proses:
Job M1 M2 M3
l0 8 7
2 t2 5 9
3 l5 7 t2
4 9 I l0
5 l1 3 9
6 r3 6 5
A Penjadwalan Produksi 19r
5. Enam jobharus dikerjakan pada tiga mesin dengan urutan M1, M2, dan M3. Tentukan
jadwal yang akan meminimalkan make-spanl
Waktu proses:
Job MI M2 M3
1 10 8 7
2 t2 5 9
J 15 7 t2
4 9 10 l0
5 11 t2 9
6 13 l0
KESEIMBANGAN
LINI PRODUI(SI
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini produksi yang
baik adalah sebagai berikut.
E Keseimbangan Lini Produksi 193
1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur susunan dan
tempat kerja.
2. Aliran benda kerja (material), rnencakup gerakan dari benda kerja yang kontinu.
Alirannya diukur dengan kecepatan produksi clan bukan oleh jumlah spesifik.
3. Pembagian tugas terbagi secara rnerata yang di:e.uaikrn dengan keahlian rnasing-
masing pekerja sehingga pemanfaatan tenaga ker.ia lebih efisien.
4. Pengerjaan operasi yans serentak (simultan) r.ritu rc'tiap Lrprrasi dikerjakan pada
saat yang sama di seluruh lintasan produksi.
5. Operasi unit. Lintasan dimaksudkan sebagai penshasil unit tun-e-eal, satu seri operasi
atau grup pekerja ditugaskan untuk suatu produk. Sr'luruh lintasan merupakan satu
unit produksi.
6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan su-up clari lintasan dan bersifat tetap.
7. Proses memerlukan waktu yang minirnum.
Aliran proses produksi dari suatu departemen ke departemen vang lainnya merupakan
bagian dari waktu proses (waktu siklus) produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau
ketidakefisiensian dalam suatu departemen akan mengakibatkan tidak lancarnya aliran
material ke departemen berikutnr a. sehingga terjadi waktu menun_sgu (delay time) dan
penumpukan material (ntateriul iu 1t'oses storage).
Liniperakitan(assetthlr /ir;c)adalahsebuahliniproduksil'an_emanamaterialatau
I -..,.1bergerak secara kontinu dalarn tin-ekat rata-rata seragam pada seluruh urutan stasiun
kerja di mana pekerjaan perrkiten dilakukan. Lini perakitan akan menjadi bagian utama
dari manufacturirtg 6l2n spir;.i perakitan, walaupun pekerjanya mungkin digantikan
oleh robot. Pen-eaturan ke ri.i -elenjans lini perakitan akan bervariasi sesuai ukuran produk
yang akan dirakit. kebutuh;: l-,\.e : pendahuluan, ketersediaan ruang, elemen pengerjaan
dan kondisi pengerjaan. .\ rn_r r\rn drkenakan pada job. Adapun dua permasalahan penting
dalam penyeimbansan lrn: :j,,..rh :
)ti
K-,n=f
Di mana:
Ti: Waktu operasi/elemen (I = l, 2. 3...., n)
C: Waktu siklus stasiun kerja
196 PERENCAIVAAN DAN PENGENDALIAN PRODAKSI 6
N : Jumlah elemen
K* - : Jumlah stasiun kerja minimal
Cycle time (CT) (waktu siklus). rne:-:rakan waktu yang diperlukan untuk membuat
satu unit produk per satu stasiun. .{::bila u'aktu produksi dan target produksi telah
ditentukan, maka waktu siklu' j::,t iiketahui dari hasil bagi waktu produksi dan
target produksi. Dalam mende..-: r.:-eimbansan lintasan produksi untuk sejumlah
produksi tertentu, waktu siklu- :::-- -:j:.r .rt;lu lebih besar dari waktu operasi terbesar
yang merupakan penl'ebal, :::-.:-:.'. : - r.:.,:i. t (kemacetan) dan waktu siklus juga
lrarus sama atau lebih ke, .. :-:: -::-- (::r =::k:ri per hari dibagi dari jumlah produksi
per hari, yang secara fir:i3Ir.:l - :--,:::r.:-. --lr_gli berikut.
P
<r.-T a-
o
Di mana
ti- .. : \\ir:; .,itsI-:-:: li:t.j ::'- ..:.:...1:
CT .\\'-il'ill .Illu. .-.-.c .'.-.c'
P : Jam kerja el'ektii per han
a : Jumlah produksi per hari
Station rrme (ST), jumlah waktu dari elemen kerja 1'an_e dilakukan pada suatu stasiun
kerja yang sama.
Idle time (I), merupakan selisih (perbedaan) arrtata cycle time (CT) dan stasiun time
(ST) atau CT dikurangi ST.
Balance delay (D), sering disebut balancing /oss, adalah ukuran dari ukaran
ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang
disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun
kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance delalt dapatdirumuskan
sebagai berikut.
tnxC)-iti
D = r=t xl00%
(nxC)
Di mana:
n : Jumlah stasiun kerja
C : Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
a Line efficiency (LE), adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan
waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja.
K
)sri
l=t
LE= x100cZ
(K)(cr)
Di mana:
STi = Waktu stasiun dari stasiun ke-1
K = Jumlah (banyaknya) stasiun kerja
CT = Waktu siklus
i1 Smoothes index (SI), adalah suatu indeks ) ars menunjuklian kelancaran relatif dari
penyeimbangan lini perakitan renenru.
t\
t, = ,L,STi,,,",
-STi)2
Di mana:
St_.. = Maksimum waktir di stasiun
Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i
t1 Output prodzftsi (Q), adalah jumlah waktu efektif yang tersedia dalam suatu periode
dibagi dengan cycle time.
a=+
Di mana:
T : Jam kerja et-ektif penyelesaian produk
C : Waktu siklus rerbesar
: :' - :.enen operasi dengan bobot tertinggi, alokasikan ke suatu stasiun kerja. Jika
-:-..1 la1'ak (waktu stasiun < CT)" alokasikan operasi den,qan bobot tertinggi
:tr:\utnya, namun alokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT.
^ Brla alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu ini
,CT - ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan
penambahat'rnya tidak membuat ST > CT.
Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST < CT sudah tidak
ada, kembali ke langkah 5.
Contoh 7-l:Sebuah perusahaan memiliki jalur perakitan 1'an-e terdiri dari 12 elemen
operasi dengan hubungan ketergantungan(precederice) seperti terlihat pada gambar 7-1.
Terapkan metode Helgeson Birnie untuk menyeimbangkan jalur perakitan diperusahaan
tersebut.
i = Nomor Operasi
6 j = Waktu elemen
Gambar 7-1
Diagram Preseden Lini Perakitan Contoh 7-1
Penyelesaian:
Langkah 1, dihitung dulu bobot setiap elemen operasi (task). Bobot task I adalah
jumlah waktu elemen operasi I dan seluruh operasi setelahnya yang berhubungan, berarti
34 fiumIah waktu elemen 1,2,...,12). Bobot elemen 2 adalah 27 (umlah waktu elemen
2,3.6,7,8,10.1 l,l2). Selengkapnya seperti terlihat pada tabel 7- 1
.
a Keseimbangan Lini Produksi 199
Tabel 7-1
Bobot Elemen Operasi Contoh 7-1
Opera.i Bobot
134
221
324
429
525
620
Langkah 2, urutkan elemen opera:1 tt1 tir.t.r.>arr,en bobot dari boL,oi ie:. :.::- \3
bobot terendah. Hasilnva terlihat di tabel --1.
Tabel T-2
Rangking Bobot Elemen Operasi Contoh 7-1
Operasi Bobot Ti
1 34 5
4 29 -:)
2 27 ,3
5 25 6
J 21 4
6 l0 5
7 1-5 2
10 15 4
S 13 6
11 11 4
9 8 1
t2 7 7
Langkah 4, stasiun kerja I (WSl), alokasikan ta.sfr I (bobot tertinggi) ke sini, sisa
waktu = 5 (CT-T1), selanjutnya alokasikantask 4. sisa wakru = 2 (CT-Tl-T4), hentikan
alokasi di WS 1, task di rangking berikutnya (task 2) memiliki waktu operasi = 3, sehingga
tak dapat dialokasikan ke WS 1 ( akan membuat waktu stasiun kerja 1 > CT).Alokasikan
task 2 ke stasiun kerja berikutnya.
:OO PEREIVCAA'AAN DAN
PENGENDALIAN PRODUKSI d
Lungkcth 5' srasiun kerja
II (wS2 r. .rrokasikan tusk
2(waktu = 3) dan nskS(waktu
= 6)' selanjutnya alokasikai rask
3r'.
'r.' * r,erya berikutnyu, tu..ru bila dialokasikan
::.YfiJ#ffi:ff1fir lr -.,rr,r, ro rcii'i.,,itian sererusnya Hasir
penyusunan
srasiun Kerja ,.i'#il;i"de Hetgeson-tsirnie (cT
= 1s;
IU
',1',,y:,1,i:r";'h
b;ik' #'ffi;;;J,',':ili,",Ti'),i:,'['?l,l:ff,jj,TiT#l?
K
)sri
LE = -i=l--.- x100c/o
(K)(cT)
(8+9+10+g+g+7)
(6)(10) x 100c/a
= 83,3Vo
Temyata belum seimbang, suatu lintasan dikatakan seimbang bila LE nilainya l00Vc.
Artinya keseimbangan lintasan tercapai. Dengan menerapkan metode Helgeson-Birnie
pada CT = 10, LE = 83,3Vo. Nilai ini dapat diperbaiki dengan cara 'Trial and Emor',
yaitu dengan mencoba CT yang lain dengan prosedur tetap, Misalkan ingin diketahui
keseimbangan bila CT = 11, maka pengelompokan stasiun kerja menjadi seperti pada
tabel T -4.
Tabel 7--l
Penyusunan Stasiun Kerja Dengan \Ietode Helgeson-Birnie (CT = 11)
I -i t1 it
4 J
1
2 -l
II 5 6 10 I
3 4
m 6 5 ll 0
7 2
10 I
N 8 6 10 I
ll 4
V 9 1 8 J
t2 7
K
)sri
l=t
LE = (K)(cr) xlO\Vc
Fase satu: Elemen pengerjaan ditempatkan pada stasiun kerja y an-e berurutan dalam
iini perakitan dengan menggunakan aturan lar,Q,est-cartdiclttte. Aturan largest-candidate
rerdiri atas penempatan elemen-elemen yan-u ada untuk tujuan penurunan waktu. Dari
sini. bila dua elemen pengerjaan cukup untuk ditempatkan di stasiun, salah satu yang
:rempunyai waktu yang lebih besar ditempatkan pertama. Setelah masing-masing elemen
Jitempatkan, ketersediaan elemen dipertimbangkan untuk tujuan pengurangan nilai waktu
untuk penugasan selanjutnya. Sebagai pemisalan, matriks P menunjukkan pengerjaan
pendahulu masing-masing elemen dan matriks F pengerjaan pengikut untuk tiap elemen
untuk tiap prosedur penugasan.
Fase dua: Pada fase dua ini mencoba untuk mendistribusikan waktu nganggtr (idle)
:ecara merata (sama) untuk tiap-tiap stasiun melalui mekanisme jual dan transfer elemen
.r.ntarstasiun. Langkah-langkah pada step dua ini adalah sebagai berikut.
1. \lenentukan dua elemen terpendek dan terpanjang dari waktu stasiun dari penye-
imbangan fase satu.
:. Tentukan setengah dari perbedaan kedua nilai tujuan (GOAL).
3. GOAL = (ST-u*- ST.i,) / 2.
4. Menentukan elemen tunggal dalam ST-u* yang lebih kecil dari kedua nilai GOAL
dan yang tidak melampaui elemen pengerjaan terdahulu.
5. Menentukan semua penukaran yang mungkin dari ST- , dengan elemen tunggal dari
ST.," yang mereduksi ST_u* dan mendapatkatr ST=,. ahan lebih kecil dari 2 x GOAL.
6. Lakukan penukaran yang ditunjukkan oleh kandidat dengan perbedaan mutlak terkecil
antara kandidat tersebut dengan GOAL.
7. Bila tidak ada penukaran atau transfer yang dimungkrnkan antara stasiun terbesar
dan terkecil, mengusahakan penukaran antara r',riil pada pengerjaan berikut: N
(stasiun ranking ke N memiliki jumlah waktu idle terbesar). N-1, N-2, N-3, ...,3,2,1.
8. Bila penukaran masih tidak mungkin,lakukan pembatasan dengan nilai GOAL dan
ulangi langkah satu hingga enam.
Penyelesaian:
menunjukkan elemen kerja yang mendahului elemen kerja pada kolom 1. Kolom 2. 3.
dan 4 di matriks F menunjukkan elemen kerja yang pen-eerjaannya didahului oleh elemen
kerja pada kolom 1. Jumlah kolom dalam kasus lain tidak harus tiga, tergantung pada
jumlah elemen kerja yang mendahului (untuk matriks P t dan jumlah elemen kerja yang
mengikuti (untuk matriks F). Dalam contoh ini, jumlah kolom = 3 (elemen terbanyak
yang mendahului ada pada elemen 12, yaitu 3 elemen r. \latriks F berkolom 3, karena
elemen 6 memiliki 3 elemen (terbanyak) yang mengikutrnl a.
Tabel 7-5
Matrik P dan F Contoh 7-1
1 0 0 0 5 I 2 4 0
2 I 0 0 2 J 0 0
3 2 0 0 ; 3 6 0 0
4 1 0 0 J 4 5 0 0
5 4 0 0 6 5 6 0 0
6 J 5 0 5 6 7 9 l0
7 6 0 0 2 7 8 0 C)
8 7 0 0 6 S i: t-, 0
9 6 0 0 1 9 i: 0 0
10 6 0 0 + 10 t1 0 0
11 10 0 0 4 11 12 0 0
t2 8 9 11 7 t2 0 0 0
Misalkan ditentukan waktu siklus = 10, maka elemen-elemen kerja ini akan
digabungkan (den_ean algoritma Moodie Young) dengan syarat jumlah waktu di setiap
stasiun kerja tidak lebih dari 10.
Langkah 1, pilihlah elemen kerja (rask) yang memiliki nilai 0 semua pada matrik P,
pilih task dengan u'aktu siklus terbesar bila ada lebih dari I task yang matriks P-nya 0
semua. Dalam contoh ini berarti task I yang dipilih. waktu siklusnya = 5.
Langkah 2, tentukan task di matriks F yan-e berhubungan dengan taskyang terpilih
di langkah l. Task yang berhubungan dengan task I ini dalam matriks F adalah task 2
dan task 4. Dipilih yan-e memiliki waktu siklus terbesar dulu. Jika Tc-nya ditambahkan
dengan Tc task yang terpilih dilangkah sebelumnl'a kurang dari Tc yang ditentukan,
pilihlah lcst kedua (lihat Te-nya, apa masih mungkin. dalam kasus ini maksimal 10).
Task2 waktu siklusnl,a (Tc) = 3 dantask 4 Tc-n1a 3. sama. Bila sama dapat salah satu
tanpa aturan. Misal dipilih task 2, dasar pemilihan ini akan konsisten untuk langkah
selanjutnya, yaitu "Memilih task dengan nomor lasfr terkecil bila Tc task sarr,a". Task I
Tc = 5, dan task2Tc = 3, jumlahnyaS, task 4 tidak mungkin digabung (total Tc akan >
10). Maka task I dan 2 digabung dalam stasiun kerja 1, dan task I ke stasiun kerja II.
'fllll PfRf \C.{.\.{.{.\ DA.\'PT'}_GEI|DALIAN PRODUKSI 6
' h fu,mm r*"r r .'-.i;.' -l dengan Tc = 3, masih ada sisa Tc = j (agar maskimal
"1[.
rffigt1 ;uurmu.:,nrr Tfirt"_:-ra kembali ke langkah l dan2,demikian seterusnya. Di matriks
Tabel 7-6
Penyusunan Stasiun Kerja Metode )Ioodie Young (Fase l)
untuk Contoh 7-l Dengan CT = 19
I I 5 8
2 3
II 4 J 9 1
-5 6
III -1 l 10 0
6
9 ,
IV t0 + 8 2
1l -l
V 7 l 8 2
8 6
VI t2 7 3
A Keseimbangan Lini Produksi 205
K
)sri
r=t
LE = (K)(CT) xlOOTo
18+9+10+8+8+7r x
lfxl'(
(6)(10)
= 83.3%
\
SI= \ rSTi,,,.,, - STilr
Stasiun kerja dengan waktu maksimal adalah III (10), stasiun kerja dengan waktu
minimal adalah VI (7). Alokasikan salah saru task di stasiun kerja III ini ke stasiun kerja
VI. l ang dipilih ini harus berhubungan (sesuai matriks P dan F) dengan task di
Ia.sA
stasiun kerja VI. Karena di stasiun kerja VI hanya ada task 12,maka dipilih task di
stasiun kerja III rang berhubungan dengan rosk 12, di matriks P dan F adalah task9.
Pindahkan ra.sA 9 ke stasiun kerja VI. Setelah ada pemindahan ini, maka pengelompokan
stasiun kerja menjadi seperti terlihat pada tabel 7-7.
Tabel 7-7
Penyusunan Stasiun Kerja Metode \Ioodie lbung (Fase 2) Contoh 7-l
I 1 8
II 4 --l 9 0
5 6
PEREICA.\AATi DAN PEI]GEIVDALIAN PRODUKSI B
m J- 4 9 0
6 5
IV r0 4 8 1
il 4
V 7 2 8
8 6
VI 1l 8 I
9 I
Karena task 9 (dengan Tc = 1) pindah ke stasiun kerja VI. maka stasiun kerja III
yang waktu siklusnr a 10 (terbesar) menjadi berkurang 1 (karena Tc task 9 = 1).Waktu
stasiun kerja yang terbesar adalah CT (u'aktu siklus), maka CT menjadi 9. Dengan
demikian, idle, LE. dan SI dihitung densan CT = 9 tersebut.
) sri
LE i=t
=(K)(CT) x7007o
(8+9+9+8+8+8)
x100%
(6)(10)
=92,6%
K
sl:,! l=tt(sri-..-sri)2
: r/(t' + 02 + 02 +72 +12 +12)
_,)
a Keseimbangan Lini Produksi :07
Soal
1. Hitung jumlah stasiun kerja untuk memperoleh keseimbangan dari 10 elemen kerja
dengan menggunakan metode pembobotan dari kasus berikut!
Elemenl i : -i -+ 5 6 7 8 9 t0
Waktu.Ti -i l0 5 2 7 5 10 2 5 7
J. Produk A adalah produk rakitan yang memiliki 1-5 elemen kerja. Hubungan
ketergantungan (precedence) dari tiap elemen kerja sebagai beriku.
2 6 1
-1 2
+ 8 4
1
5 10 J
6 5 4
7 1 5,6
8 4 1.4
9 6 7.8
l0 8 6
l1 4 9
12 3 1l
l3 9 fi,12
t4 8 I2
1-5 7 12.t4
PERE\CANAAIi DAN PENGEIVDALIAII PRODUKSI B
Industri dengan tipe produksi proyek adalah ,llJ,-.ifl r rns biasanya selalu membuat
produk berbeda dengan jumlah produksi bia:.rn.,: .;t- unir. namun memiliki banyak
aktivitas untuk merealisasikan. Contoh indu:rr: :: .:!.. misalnr a perusahaan pembuat
gedung, jembatan, bangunan sipil larnnr r. Se::,: rr ,i-r ',::rq diha*rilhan biasan.va selalu
berbeda, sehinggadari satu produk k: ri'J-....:.r:...: t.-:i, -;rn.: dalam kegiatan yang
dilakukan. Contoh industri ntanuf.rkl,r \*r - r.3i:ti i;.\:.r .rJ.rlah indu,stn pembuat
sistem proses produksr. Setrap p.rbrik r dnc drlrr aninr a (proses penrbuatan order ini lazim
disebut detrgan ertgirtet'rirt! to tltlct'1akan nremiliki kebutuhan ),ang berbeda. Pada
dasamya, suatu tipe produksi dapat dikatakan bertipe proyek bila produk yang dihasilkan
selalu berbeda-beda dengan jumlah biasanya 1, serta memiliki banyak aktivitas untuk
merealisas ikan produk tersebut.
Perencanaan dan pengendalian produksi proyek adalah proses perencanaan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian se-sala usaha pemanfaatan sumber daya
untuk mencapai tujuan produksi proyek yan_e telah ditetapkan di barvah kendala waktu.
biaya, dan perfornlance produk akhir dari prorek. Lntuk merencanakan dan
mengendalikan sistem produksi pror ek. sistenr-:istenr produksi 1'ang telah dikemukakan
(sistem MRP atau sistem tradisionelr tidak rken tepar untuk digunakan. Metode atau
sistem yang banl ak dieunakrur brlr prt"'drrk.: b'enrpe prol ek adalah sistem 'Critic'al Potlt
Methctcl' dan sistem 'Prtt,it'tutt E'.r..,r.,' . , .;,..1 Rellerl Tet:hnique'. Metode ini
menggunakan teori matematika { bidang pe ne I t ren operasional ) mengenai perencanaan
r
FFO
Kegiatan A harus diselesaikan lebih dahulu untuk dapat memulai kegiatan B.
I.l PEff.\.C.{.\.-I.{^\.DAI'PT,\'GENDALIAIV PRODI]KSI B
0. Garis lengkung
Normalnya saat paling akhir - lebih kemudian - dari saat paling awal dan dalam
keadaan ini selisih waktu dari kedua saat tersebut adaiah tenggang waktu peristiwa
(slack) berharga positif. Ada kemungkinan tenggang u'aktu tersebut berharga nol
atau negatif. jika tenggang waktu berharga nol. maka peristiwa tersebut merupakan
peristiwa kritis. Jika berharga negatif. peristis a tersebut adalah peristiwa superkritis
dan ini merupakan peertanda bahwa produksi proyek tidak akan selesai pada waktu
yang telah ditetapkan.
Keterangan:
i - nomor peristiwa
SPAi = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi
SPLi = saat paling lambat peristiwa n boleh terjadi
2lt PTRE.\C.{.\,{I}'DAA PEI/GENDALIAN PRODUKSI B
PAW PAK
A SistemProduksiProyek 1'li
Nomor peristiwa adalah angka atau huruf atau kumpulan hurul'1ang ditLrlis pada
ruang kiri sebuah lin-skaran \.an-s merupakan simbol peristiwa yang acla dalant ttetyt,ot'k
diagram. Ruang yang ada di dalam lingkaran tersebut berjumlah 3 (tiga) br-rah. yaitLr
ruang kiri, ruan_e kanan ata\. ruang kanan bawah.
Tujuan pembenan angka. huruf. atau kumpulan huruf pada ruang kiri sebuah simbol
peristiwa adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pengenal atau identitas peristiwa yang bersangkutan untuk membedakan
suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang ada dalam netw,ork diagrant vtn:
sama, sehingga dengan mudah dapat dinilai arah kemajuan pelaksanaan prr,tluk..
proyek.
2. Sebagai pengenal kegiatan alau dunmt\'atau penghubung peri.tir,, .l ., .1nS ,-linr .rrrrkan
atau diidentifikasikan menurut nomor peristiu a \.]n_r nr::::.rpirnr i.r ati.lLr _\ eng
membatasi pada a$al dan akhir kesiatiln ittJu.;.,,' ,,'- \.rr,S o.l\an_gkutan.
3. Dipakai sebagai urut-urutar.l prore : perhirunr.ut \r-tilr palin_s awal (SPA) dan
perhitungan saat palin-e lambat (SPLI senlua peristiir a )'ang ada dalam sebuah ner-
v'ot'k dioqrtun. SPA dan SPL tersebut masing-masing mengisi ruang kanan atas dan
kanan bau ah yang ada dalam lingkaran yang menyatakan peristiwa-peristiwa yang
ada dalam nefirork diagram tersebut.
4. Untuk men-setahui saat paling awal dan saat paling akhir semua kegiatan yan-e ada
dalam sebuah produksi proyek dan untuk mengetahui saat awal dan saar paling akhir
produksi prorek.
Untuk dapat nrenrenuhi tujuan 2,3, dan 4 pada poin di atas, nomor peristiwa yang
ada di sebuah net\'ork tiittgt'an7 harus memenuhi syarat sebagai berikut.
aT -:.il u r i r : \,dntork diberi nomor 1. Peristiwa awal tersebut selalu terletak pal-
rx; r-r- ::-n:n nenrork diagram.
- :: .!r- --:l a apabila sebuah peristiwa dianggap sebagai peristiwa akhir dari sebuah
ird- :'r-rapa kegiatan dandummy.
. P:nstiwa-peristiwa tersebut awalnya sudah diberi nomor semua, maka peristiwa
:ersebut di atas diberi nomor berikutnya.
f . Peristiwa-peristiwa awalnya belum diberi nomor, maka peristiwa tersebut di atas
tidak boleh diberi nomor. Beri nomor peristiwa awalnya terlebih dahulu.
-: Akibat ketentuan di atas, maka untuk sebuah nety,ork diagram yang sama terdapat
cara penomoran peristiwa yang berbeda satu sama lain.
Dalam hal ini, semua alternatif cara sama benamy,a dan dalam pemakaiannya perlu
Jiterapkan salah satu cara yang mewakili.
I. /2\
B ',\ E (s-
!-/ \1, \
C
/-.\ F
II. 'z\
G B /+\ E /s\
\7 \l/ \
/l F
a Sistem Produksi Proyek :l:
/3\
m.
a
v
'2 1\ E (s\
\t/
B
\C
Rumus:
Jika hanya sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa, maka saat paling awal
peristiwa tersebut adalah saat selesai paling au al kegiatan tersebut. Saat selesai paling
awal sebuah kegiatan diperoleh dengan mejumlahkan saat mulai paling awal dan lama
kegiatan yang bersan-ekutan. Jika terdapat lebih dari satu kegiatan yang menuju pada
sebuah peristiwa maka saat paling awal peristiwa tersebut adalah sama dengan selesai
paling awal dari kegiatan yang paling lambat.
PTRT^\'CA^\','-{,\ DA,\ PEI{GENDALIAN PRODAKSI 6
]:-&r: ::rmulatit-. untuk menentukan saat paling awal suatu peristiwa adalah sebagai
-i:'-]t
-l
--
-r-r sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa.
Rumus:
sPAj SPAi + Tij
Keterangan:
J_ \
peristiri a akhir k:-s:.rtrr
i= peristiwa aual kesirtan \
Tij = lama kegiatan X l ang diperir;.i":
SPAi = saat paling awal peristiu a erl i-
sPAj = saat paling awal peristiu a akhir
Rumus: SPAj = maksimal [dari semua (SP^\i + Tij) yang menuju node jl
Keterangan:
Saat paling lambat adalah saat paling lambat suatu pe n:tiu a boleh terjadi dan tidak
boleh sesudahnya (meskipun itu mungkin). sehingg.i ::-.,irksi proyek mungkin selesai
pada waktu yang telah direncanakan. Manfaat ditet.rrr=:::'..] srat paling lambat (SPL)
setiap peristiwa yang ada dalam sebuah nefirork.i'r.i -" -. , ' .":.:iih untuk mengetahui saat
paling lambat selesainya semua kegiatan \ ans menu-r - :E:. -:- ,, i \ ang bersangkutan agar
produksi proyek masih dapat sele:ai p.rJ: ','. '-\:..- j i: : ::::.:akan.
Syarat 1'an,e harus dipenuh::l;r r..: - :r:-.-....- :i:- :.::Shitung saat palin-e
lambat (SPLt semuil pen.i: .i..-tir....,.: t:-: .r-..:-. : '. -. -;<-r.,i,i; adalah sama
denganS\aratuntukntl;;eIlLr*:n..,.:li.r,.;rSr'.,.ri SP\,.S.rltp.r,rnS,;i],ocl ,SPLrsemua
peristiria \ang ada den r.'leh dihitun-s. dinratakan dalam ttetwo|k tlittlrtiln pada ruan_e
kanan barr.ih :etirrp peri:tiu a.
Rumus:
Jika hanya ada sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristir.r,a, maka SPL adalah
saat paling lambat mulainya kegiatan tersebut. Saat paling lambat sebuah kegiatan
diperoleh dengan mengurangi saat paling lambat selesainya kegiatan yang bersangkutan
dengan lama kegiatannya.
Jika terdapat lebih dari satu kegiatan dan dunutn' (yang diperhitungkan sebagai
kegiatan yang lama ke_uiatannya nol) yang keluar dari peristiwa, maka saat paling lambat
(SPL) peristiu'a tersebut adalah sama dengan saat paling lambat dari kegiatan yang
mulainya paling lambat.
Secara formulatif untuk menentukan saat palin-e lambat suatu peristiwa adalah
sebagai berikut.
1. Untuk sebuah kesiatan keluar dari sebuah peristiua.
::r:l P E RE N C ANAAN DAN PE NGET,{ DALI AN PRODU KSI B
:" -:. -s
SPLi = sPLj - L (2-3)
Keterangan:
\Z
n nama kegiatan k.-:
i= peristiwa aua- k:ir.rtan X
J
i- peristi\^'a akl:: i::-.rtun \
T_
l2 lama kegiat.i:: -\ -.=::: :::erkirakan
SPLi = Saat palin: :-\:-.: -:::::'.;": -1"1 el dari ke-eiatan X
sPLj = saat pal::_: .r--,-: 3e::sii'r\ .: ik}rir bersama seluruh kegiatan X
Rumus:
Keterangan:
Peristiv,a Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai renggang waktu atau SpA
(saat paling awal) sama dengan SPL (saat palin-e lambat). Jadi, untuk kegiatan kritis,
SPL dikurangi SPA sama dengan nol. Peristiwa kritis ini, pada network diagram bisa
dilihat/dikenal dari bilangan pada ruang-ruans kanan atas sama dengan bilangan pada
ruang kanan baw'ah dari peristiwa tersebut.
Mulai
G A
5
u1$;
r(rrii$,ruirurrtttruutuul d "::
4.,;-rri*r.- trr:Iis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan,
rrm?flii J f :,r "i re'buah kegiatan kdtis terlambat satu hari saja. sedang kegiatan-kegiatan
-drrTrr' .i :r:t.t ierlambat, maka produksi proyek akan mengalami keterlambatan selama
^*iir ridlL- Srfat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu
" !r' :;i ada mulai putirg awal dan tidak ada mulai paling lambat) dan harus selesai
rirr-rij :;l.r saat (tidak ada selesai palin-e awal dan tidak ada selesai paling lambat). Kegiatan
. 1: hersangkutan secara formulatif:
SPAi = SPLi
sPAj = sPL.i
\sterangan:
SPAi = saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan
Kegiatan-kegiatan kritis ini harus mulai pada suatu saat awal saja dan harus selesai
pada satu saat akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya. maka berlaku rumus:
SPAi+Tij=SPAj
SPLi+Tij=5P4,
Keterangan:
Lintasan Kritis
Lintasan kritis dalam netw'ork diagram adalah lintasan yang terdiri atas kegiatan-
kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis, dan dunnnv. Duntnty hanya ada dalam lintasan
kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram.
\{ungkin saja terdapat lebih dari satu lintasan kritis dan bahkan mungkin saja semua
lintasan yang ada dalam netw,ork diagram semuanya kritis.
A Sistem Produksi Proyek l', I
Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-
kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi teihadap
keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saar dapat diientukan tingkat prioritas
kebijaksanaan penyelenggaraan produksi proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiaian
kritis
dan hampir kritis.
Lintasan kritis, selama dalam jangka waktu penyelenggaraan produksi proyek,
kemungkinan besar berubah. Hal ini disebabkan keterlambatan pelaksanaan kigiatan
atau kegiatan yang besar keterlambatannya melebihi batas-batas toleransi.
Berdasarkan prosedur dan rumus untuk menshrtung umur produksi proyek dan
lintasan kritis, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. umur lintasan kritis sama dengan umur produksi pror.ek,
2. lintasan kritis adalah lintasan 1'ang paling lama umur pelaksanaannya dari semua
lintasan yan_e ada.
Keuntungan yan-e didapat dari pemakaian metode ini adalah sebagai berikut.
1. Sederhana, mudah dibuat, dan dipahami. Oleh karena ttu, Gantt chart berfaedah
sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan produksi proyek.
- -,'ir:i,u :r:E_:rrnbarkan jadwal (perencanaan) suatu ke_eiatan dan kenyataan kemajuan
\:\-"1-r:i-:ln) a pada saat pelaporan.
: : : :-_iabungkan dengan metode lain dapat dipakai untuk perencanaan dan
:,.-::::dalian produksi proyek pada aspek yang lebih luas.
I-:.:-: GattttChart:
A (6)
B (3)
F (2)
r (4)
c (2)
D r5r
rT--r
E r3r H (S)
ffi
G t{l
ffi
10 12 Waktu (hari)
Setiap pelaksanaan kegiatan membutuhkan sumber daya berupa biaya, tenaga kerja.
peralatan. dan atau bahan. Oleh karena itu, agar ke-eiatan bisa dilaksanakan, maka sumber
daya yang diperlukan harus disediakan pada saat, jumlah, dan mutu yan_e diminta. Untuk
keperluan tersebut, perlu ditelaah sifat distribusi dan sensiti vitas pemakaian sumber
daya selama waktu pelaksanaan.
Selama pelaksanaan kegiatan, distribusi sunrber daya mempunrai beberapa
alternatif/kemungkinan, yaitu dipakai den-san junrlah yang merata selama proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung, dipakai pada hari pertama (hari mulai) pelaksanaan
kegiatan. dipakai pada hari terakhir (hari sele:ai pelaksanaan kegiatan, atau dipakai
tidak merata selama proses pelaksanaan kegiatin L'erlangsung. Sedangkan pemakaian
sumber daya di luar pelaksanaan kesiaien \an-g terlangsun_s. sebaiknya diperlakukan
tersendiri.
Sumber dar a lanssung adalah \unrber dar a r ang jumlah pemakaiannya tergantung
pada volume kegiatan. pekerjaan dan tidak bergantung pada lanianya waktu pelaksanaan
kegiatan. Sedangkan sumber daya tak langsung adalah sumber daya yang jumlah
pemakaiannr a ber-uantung pada lamanya waktu pelaksanaan kegiatan/pekerjaan dan tidak
bergantung pada besar volume"pekerjaan/kegiatan.
Kebutuhan sumber daya dibedakan atas -1 renrpat , hagian. l aitu sebagai berikut
. Kebutuhan sumber daya merata
Untuk pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-keeiatan tertentu, seringkali dijumpai
bahwa untuk menyelenggarakan pekerjaan atau kegiatan tersebut diperlukan
tersedianya sumber da1 a r biar e. tenaga ker.Ja, alat dan bahan) yang jumlah per hannya
sama atau merata selanrr prt-r>e > pelaksanaan berlan-esung.
. Kebutuhan sumber dar a pada saat mulai
Untuk pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan tertentu seringkali dijumpai bahwa
untuk menrelengrarakan pekerjaan atau kegiatan tersebut diperlukan tersedianya
sumber dala {khu.u:n1a biaya) untuk seluruh kegiatan atau pekerjaan pada saat/
hari pekerjaan/kcsiatln dimulai.
. Kebutuhan sumber dal a pada saat akhir/selesai
Untuk pekerjaan atau kegiatan-kegiatan tertentu, seringkali juga dijumpai bahwa
untuk menyelenggarakan kegiatan atau pekerjaan tersebut diperlukan tersedianya
sumber daya (khususnr a biaya) untuk seluruh kegiatan atau pekerjaan tersebut pada
saat atau hari seluruh pekerjaan itu selesai.
. Kebutuhan sumber dava tidak merata
Produksi proyek atau kelompok kegiatan yang terdiri atas berbagai kegiatan yang
susunannya kompleks, pada umumnya membutuhkan sumber daya (uang, tenaga
kerja, alat, dan bahan) yang besamya tidak merata sepanjang waktu penyelengaraannya.
PTRE.\'C.{.\.{.{.\' D..{.\' PE\-GE:VDALIAN PRODUKSI 6
.{ (6)
F (2)
c (2)
I nrsr li
H: E (3) H(
(4)r
24
bD rz
9o
';.i
,g 10
50a
-Q-
-o
-l
10 12 l-t 16 r8 20 22 24
Waktu (haril
a SistemProduksiProvek 227
Tabel 8-1
DaftarAktivitas untuk Proyek Pengendalian Persediaan contoh 8-1
Nama Durasi Tenaga Kerja Aktivitas Prasyarat
Aktivitas (hari) (Arrulisrl Diperlukln t harus diselesaikan )
A 5 6
B A
-)
C 10 A
D 6 5 A
E -) -1 B
F 9 2 B
G 7 4 B.D
H 4 1 E
I 2 C.F.G.H
Informasi delanr tabel 8-1 ini. harus dimodelkan ke dalam suatu jaringan proyek
(preseden diasrant ,. .\'c'Il ari- ini adalah langkah pefiama yang harus dilakukan untuk
penerapan CP\ 1. Pre.eden dia-uram untuk kasus 8- I tersebut seperti terlihat pada gambar
8- 1.
Gambar 8-1
Diagram Preseden (Network) Aktivitas Proyek pada Contoh 8-l
::\ PfRf.\.C.{.\.-L{.\DA,\ PEIIGENDALIAN PRODIIKSI B
Tabel S-2
Lintasan Network dan Durasinya untuk Contoh 8-1
I A-B-E-H-I 5+7+3+4+2 = 2l
il A-B-F-I 5+7+9+2 = 23
III A-C-I 5+10+2 = 17
IV A-D-G-I 5+6+1+2 = 22
Perhitungan Maju
Perhitungan maju ini untuk menghitung saat palin-u awal terjadinya eventlkejadian
(ditunjukkan oleh lingkaran/node), yang dinotasikan dengan SPAi. SPA adalah waktu
rercepat sualr event dapat dimulai. SPAi berarti saat tercepat event i dapat dimulai atau
dapat pula diartikan eyent idapat selesai paling cepat kapan. Sebagai contoh, pada gambar
8-2, event 6 adalah suatu kejadian selesainya aktii itas C,F,G,H atan et'ent mulainya
aktivitas I. Event atau kejadian ini terjadi palin-e cepat pada saat kapan, itulah yang
dimaaksud dengan SPA6.
Ilustrasi grafis cara menghitung SPAi ini dapat dilihat pada gambar 8-2. SPA dari
suatu el,erl dihitung dari saat tercepat aktivitas-aktivitas yang mendasari (anak panah
a SistemProduksiProyek ))o
yang menuju) event ini. Misalkan ada 4 aktivitas yang mendasari (anak panah yan-s
menuju ercnt j). maka masing-masing aktivitas ini kemungkinan akan selesai dalanr
waktu yang berbeda-beda. Dalam hal ini, SPAj adalah dipilih waktu selesainya aktivitas
yang terbesar. Bila ewnt yang dilihat adalah event awal, proyek akan dimulai, maka
SPA-nya dianggap = 0. Untuk menghitung SPAj, maka dipilih nilai terbesar dari SPAI
ditambah waktu aktivitas (LIj atau Tij) seluruh event dan aktivitas yang menuju etent J
tersebut.
Pada gambar 8-2, et'ent 6 adalah suatu kejadian selesainya aktivitas Xru, X,o, X,o'
dan X.u. Maka, nilai SPA. adalah dipilih dari:
a . SPA, ditambah durasi aktivitas y'an-e mulai dai evenr -i ini menuju event 6 (aktivitas
X-ro),
SPA, + T 12 +9 = 2l
aU=
SPAr+726=5 + 10= l5
SPA. + T^o= 12 + 1l = 19
Gambar 8-2.
Untuk contoh 8-1, perhitungan maju untuk menghitung SPA setiap ewnt Qnde)
dapat dilihat pada tabel 8-3.
;1llll11 Pf Rf .\ C.{.\.{.{.\' D.{^\' PEIiGENDALIAN PRODUKSI 6
Tabel 8-3
hrhitungan Saat Paling Awal (SPA) untuk Contoh 8-l
0 0 0
1 A 5 SPA,+T,r=0+5=5 5
2 B 7 SPA.+Tr,=5+l=12 t2
l 2 D 6 SPA,+T:,*=5+6-11
12
J Dtuttntt 0 SPA,+T.r=72+0=12
-) 3 F- 3 SPA,+T..=12+3=15 15
6 2 C 10 SPA. + Tru= 5 + 10 = 15
-1 F 9 SPA.+T,o=12+9=27 21
4 G SP.\_+T,,.=72+7 =79
5 H - SP\.-T. =15+4=19
7 6 I l SP{ -T-=ll-l=13 23
Saat tercepat selesainya event 7 berarti saat tercepat sele:ainr a proyek itu, karena
eventT adalah event terakhir dalam network. Durasi prolek = l-i hari. Secara grafis,
hasil perhitungan maju dapat dilihat pada gambar 8-3. Pada lanekah ini lintasan kritis
belum diketahui. Untuk mengetahui lintasan kritis. maka perlu dilakukan dulu
perhitungan mundur.
Gambar 8-3
Perhitungan Saat Paling Awal (Perhitungan Maju) Contoh 8-1
a Sistem Produksi Proyek 231
Perhitungan Mundur
Perhitungan mundur ini dilakukan untuk mencari SPL (saat paling lambat). SpL
adalah saat paling lambat dimulainya suatu eyent (aktir itas dari et,ent tersebut) a-ear
total waktu penyelesaian proyek tidak terlambat. Dinamakan perhitungan mundur, karena
perhitungan dimulai dari belakang atau eyenl terakhir. Perhitungan mundur
mengasumsikan SPL event terakhir = SpA eyent terukhir.
Perhitungan ini dimulai dari event dengan nomor terakhir nrenuiu nomor terakhir
berikutnya sampai dengan nomor paling kecil. Seterah et.ent 7. rrrki :r enr 6. spl -
lllr- i*=23'- 2 =2l.Pad,a eveit5, SPL,- sPL6- T,o= 2l - -1 = 1- prda ,rrr'tu4,
SPL6- T ru= 2l -7 = 14.Pada event3, SPL-.= minimum (dari SpL - T . = ll
lPLo=
3 = 14dan SPL. - T = 21 - 9 - 12) = 12. Sesuai aturan CpM. maka bila p.rJr :uaru
-
ru
event terdapat lebih dari satu event yangmenyertainya, maka SPL et'ent tersebul dipilih
paling kecil dari setiap kemungkinan SPL yang ada. Pad,a et'enr 2. SPL. nrilirnum
=
(dariSPL -T,,= 12-7 =5:SPL.-T,.= l-1-6=8: danSPL -T-^=21-10= llr=
5. Pada event l. SPL = SPL - T - = -i - ,i - tt. Perhrtun-srn mundur sllengkapnr.a dapat
dilihat pada tabel l-5.
Daiam ilustrasi graf-ts. perhitungan mundur untuk menghitun-e SPL ini :eperti terlihat
pada gambar 8-4. Dari gambar ini yang telah memberikan hasil perhitun_san mundur
dan perhitungan maju, akan ditemui event-eyent yang memiliki nilai sama unruk
perhitungan maju dan mudur. Aktivitas-aktivitas yang melalu i et'ent-et.erlr itulah i ane
disebut aktivitas kritis. Aktivitas kritis ini, bila terjadi keterlambatan arau selesai lebih
cepat akan membuat total durasi proyek juga akan terlambat atau semakin cepat.
Perubahan durasi aktivitas yang tidak kritis - dalam batas tertentu tidak akan
mempengaruhi durasi proyek.
Tabel S-4
Perhitungan Saat Paling Lambat (SPL) untuk Contoh 8-1
Eyent Et ertt Aktivitas Dura- SPL sPLj
(l Setelahnva si (min SPL)
7
= SPAT 23
6 7 I 2 SPL, - To,= 23 *2 = 2l 21
5 6 H 4 SPL^-T..=21-4=17 t1
4 6 G l SPL. - T,. = 2l -J = 14 t4
J 5 E --) SPL. - T.-= 17 -3 = 14 t2
6 F 9 SPL6-T-6 =21 -9=12
2 J B 7 SPL.-T..=12-7=5 5
4 D 6 SPL.,-T,r=14-6=8
6 C 10 SPL. - T,o= 21- 10 =11
2 A 5 SPL2-Tr.=5-5=0 0
PERE.\C{-\.{{.\- D..{.\' PES'GE}iDALIAIV PRODUKSI 6
Selesai
Gambar 8-4
Perhitungan Saat Paling Lambat (Perhitungan Mundur)
Dalam kasus ini relatif rnudah menentukan lintasan kritis berdasarkan eyent-eyenl
yang bemilai SPA dan SPL sanra. \anrun. dapat pula terjadi, dalam ttga eyent yang
memiliki nilai SPA dan SPL sama. adr L'eberapa jalur aktivitas. Hal ini membuat
penentuan lintasan kritis menjadi sulit. \li.elk.rn krsu: dalam gambar di bawah ini,
aktivitas manakah yang kritis?
Aktivitas C bukanlah aktivitas kritis meskipun C inr .ida di antara 2 event yang
memiliki SPA dan SPL sama. Kenapa? Karena C matu atlu mundur durasinya (dalam
batas tertentu), durasi proyek tidak akan terpen-earuh. nraka dia bukan lintasan kritis.
Untuk lebih jelas, maka penentuan lintasan kriti: dapat dilihat dari total J'loat
(kelonggaran).
Total float suatu aktivitas adalah suatu rentang rr aktu maksimal di mana suatu
aktivitas dapat terlambat tanpa durasi proyek ikut terlambat. Bila total float suatu aktivitas
= 0, maka aktivitas tersebut adalah aktivitas kritis. Runius total floar adalah:
Dengan rumus ini, hasil perhitungan mundur yang telah dilakukan dapat dicari
aktivitas kritisnya. Dengan menerapkan rumus total float tersebut, didapatkan hasil seperti
terlihat pada tabel 8-5.
Tabel8-5
Ringkasan Perhitungan SPA, SPL, dan Kelonggaran (Total Float)
Aktivitas 1, -J
Durasi SPA SPL TF
A 1.2 5 0 .5 0
B )1 7 5 t2 0
C 2,6 10 5 21 6
D l.l 6 i-+ .,
E li 1l t1 2
F 3.6 9 t2 21 0
G 4,6 7 l2 21 I
H 5,6 4 l-5 21 )
I 6.7 2 2t _-1 0
Dengan melihat nllai total float-nya, maka aktivitas kritis adalah aktivitas A, B, F.
I.Pada lintasan aktivitas kritis inilah dapat dilakukan percepatan bila diinginkan
percepatan pada durasi total proyek.
.{ r6)
r(4)
c (2)
D (s)
r]
-Tt E (3) H (s)
ffi
G (4)
Gambar 8-5
Bar Chart Tenaga Kerja Contoh 8-1
Untuk membuat bar chart penjadwalan tenaga kerja, misalkan strategi yang
- sesegera mungkin. tanpa melihat kelong-
diterapkan adalah menjadu'aikan aktivitas
garannya. Berarti aktivitas r ang tidak kritis dikerjakan di SP^{-n1a. Bila hal ini dilakukan,
maka penjadwalan tenaga kerja akan terlihat seperti pada eambar 8-5.
Di hari ke 0 sampai ke-5 (durasi .\ = -i r. hanr a ada kesiatan A (tenaga kerja 6 orang),
maka diplot 6 untuk hari ke-O sampai dengan ke-6. Untuk hari ke-5 sampai 10 (durasi
aktivitas D = 5, A+ D = 5 + 5 = 10) ada akrii itas B. C. D dengan tenaga kerja 3, 2, dan
5 (dijumlah - 10), maka diplotkan di gambar lC) untuk hari ke-5 sampai dengan ke-10.
Hari ke- 10 aktivitas D sudah selesai, tinggal aktir itas B dan C saja, maka tenaga kerja -
5. dan seterusnya.
Bila digunakan strategi mengakhirkan pengerjaan aktivitas tidak kritis atau menunda
aktivitas tidak kritis selama totalfloat-nya, maka bar chart untuk strategi ini diperlihatkan
pada gambar 8-6.
A Sistem Produksi Proyek 235
: E(3): H(5) :
0 2 4 6 8 10 t2 14 t6 18 20 22 24
Waktu (hari)
Gambar 8-6
Bar Chart Tenaga Kerja Contoh 8-1: Strategi Disegerakan
Pftf \c {\'.{{-\. D.{.\' PE.\ GE.\ D{LL{.\-pROD(.'ASI B
t (6t
o 2 4 6 8 10 L2 t4 16 18 20 22 24
Waktu (harir
Gambar 8-7
Bar Chart Tenaga Kerja Cotoh 8-1: Strategi Diakhirkan
11-
REFE,RENSI
Pinedo. Michael. 1995. Scheduling; Theort'. .llgorirlmts. ciri(1 5,.,-ird/rrs. Prentice Hall
Intemational.
Tersine, Richard J.. 1998. Principle oi Irn'ettot't' cttrcl .\I(ttet.iuls Management. North
Holland.
Tomey, 2.W.. 1996. M RP I I : P lannin g fo r M anufa c t u t' i n g Exc e lle nc e. Chapman.
Vollmann, Thomas 8.. 1992. Manufacturing Planning and Control Systems. Richard D.
Irwin.
Wallace. Thomas F. 1990. MRP II: Making Ir Happen. AWP.