Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM LABORATORIUM REKAYASA HAYATI-I

Kuantifikasi Sel Dengan Hemasitometer

LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Kelompok 02
Andreas Raden Caman (11215XXX)
Dea Prianka (11215XXX)
Ghassani Muzaki (11215XXX)
Nadya Ayu Lestari (11215XXX)
Astrid Theola A (11215XXX)

Dosen : Erly Marwany


Asisten : Agung Dwi Guno Hutomo
Tanggal Percobaan : 19 September 2017
Tanggal Pengumpulan : 25 September 2017

LABORATORIUM REKAYASA HAYATI-I


PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2


BAB I.................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
2.1 Chlorella pyrenoidosa .............................................................................................. 5
2.2 Hemasitometer .......................................................................................................... 6
BAB III .............................................................................................................................. 8
3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................................... 8
3.2 Cara Kerja ................................................................................................................. 8
BAB IV ............................................................................................................................... 9
BAB IV ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11
LAMPIRAN .................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri berbasis hayati berkembang dengan sangat cepat dan diperkirakan
akan menjadi area pertumbuhan ekonomi utama di abad ke-21. Dalam penyediaan
kebutuhan, industri yang menggunakan sumber daya terbarukan berbasis hayati
tumbuh pesat diakibatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti,
batubara, gas alam, dan minyak bumi terus diekploitasi dalam jumlah besar dan
kemungkinan akan habis dalam waktu dekat (Singh et al., 2003).
Salah satu raw material dapat dimanfaatkan dalam industri berbasis hayati
adalah mikroalga jenis Chlorella pyrenoidosa. Chlorella pyrenoidosa merupakan
alga hijau uniseluler yang tumbuh di air tawar. Mikroalga ini memiliki banyak
protein, klorofil, vitamin, mineral, dan serat makanan. Potensi besar ini dapat
dimanfaat kan untuk suplemen makanan (Nakano et al., (2007). Selain itu, ekstrak
chlorella dapat mengurangi kolesterol, mencegah tukak akibat stres, meningkatkan
ketahanan terhadap infeksi, dan aktivitas antineoplastik. Melalui potensi ini,
Chlorella pyrenoidosa dapat dimanfaatkan sebagai obat (Tanaka et al., (1984).
Kebutuhan akan pengganti energi fosil, mendorong perkembangan biofuel. Telah
diteliti bahwa galur alga C. pyrenoidosa dapat digunakan sebagai agen potensial
untuk produksi biofuel (Kothari et al., 2012).
Dalam optimasi produksi Chlorella pyrenoidosa sebagai raw material dalam
industri berbasis hayati, diperlukan informasi mengenai laju pertumbuhan sel yang
optimal. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahuinya, yaitu dengan
perhitungan atau kuantifikasi sel Chlorella pyrenoidosa dalam satu periode tertentu,
yaitu saat fase logaritmik dari suatu kurva tumbuh sel (Prihantini et al., 2010). Salah
satu metode kuantifikasi sel secara manual menggunakan alat Hemasitometer yang
dimagnifikasi oleh mikroskop.

1.2 Tujuan
1. Menentukan kerapatan sel Chlorella pyrenoidosa (sel/ml) menggunakan
alat bantu hemasitometer
1.3 Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chlorella pyrenoidosa
Chlorella sp. merupakan makhluk hayati sederhana yang tidak memiliki
akar, batang, maupun daun layaknya tanaman namun dapat melakukan salah satu
kemampuan utama dari tanaman yaitu fotosintesis. Dalam percobaan ini, jenis
Chlorella sp. yang digunakan ialah Chlorella pyrenidosa, dengan klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Ordo : Chlorellales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella pyrenoidosa
Alga ini merupakan agen hayati bersel tunggal yang memiliki nilai tinggi
karena telah dikonsumsi lebih dari 10 juta penduduk dunia untuk kesehatan
(Anderson, 2005). Microalgae Chlorella sp. digunakan sebgai suplemen makanan
aquakultur alami karena mengandung 60,5% protein; 180,8mg/100g -carotene dan
sisanya diakumulasi oleh -carotene sekitar 95% dari total karotenoid (Yunanto dkk,
2015). Selain itu, mikroalga juga kaya akan pigmen seperti klorofil (0,5% - 1% berat
kering), karotenoid (rata-rata 0,1 0,2% berat kering) dan phycobili-proteins. Pada
jenis Chlorella pyrenoidosa, persentase kandungan metabolit primer yang dimiliki
per berat keringnya yaitu: 57% protein, 26% karbohidrat, dan 28-32% lemak
(Handayani dan Ariyanti, 2012). Karotenoid pada mikroalga fotosintetik merupakan
pigmen yang dibutuhkan untuk melindungi sel dari cahaya matahari yang berlebih
dan bekerja pada panjang gelombang 450-570 nm (Krinksky, 1979). Untuk
berfotosintesis, Chlorella menggunakan CO2 atau senyawa bikarbonat untuk
memperoleh CO2, senyawa anorganik P dan unsur nitrogen dengan mengambil
senyawa NH3 (nitrat). Tujuan dari fotosintesis yaitu untuk menghasilkan alga yang
baru atau bereproduksi sehingga jumlahnya terus bertambah. Pada air biasa,
pertumbuhan algae akan lambat dikarenakan terhalangnya sinar karena kekeruhan
air dan dinginnya air. Air yang jernih, seperti di telaga gunung, sehingga bersuhu
rendah cenderung mengurangi algae. Air yang panas akan memperkaya nitrogen dan
pospor dari resapan air atau air buangan, menimbulkan banyaknya algae dan
menampakkan warna hijau, memperkeruh air selama masa pertumbuhan tanaman.
Kolam stabilisasi air buangan mendukung berkembangnya algae pada tingkat
suspensi membayangi sendiri, yaitu surplus nitrogen, pospor, dan nutrisi karbon
tidak dapat terbentuk, disebabkan sedikitnya penetrasi sinar matahari terhalang oleh
kekeruhan ( Syahputra, 2017).

2.2 Hemasitometer
Menghitung sel seringkali menjadi langkah yang penting tapi menyulitkan
dalam kultur in vitro. Konsistensi pada konsentrasi sel dapat menjamin kemampuan
reproduksi dan akurasi dari eksperimen. Penghitungan sel penting untuk memonitor
kesehatan, kesuburan, lama hidup, transformasi, dan infeksi pada sel (Ongena et al,
2010).
Penghitungan sel dapat dilakukan secara langsung menggunakan alat
hemasitometer yang ditemukan di abad 19 oleh anatomis prancis, Louis-Charles
Malassez (Grigoryev, 2014). Penemuan Hemasitometer menjadi suatu terobosan
besar khususnya dalam bidang ilmu kedokteran. Saat ini ada beberapa jenis dan
desain dari hemasitometer yang telah diciptakan, tetapi semua memiliki prinsip
yang serupa. Penghitungan sel menggunakan alat ini cenderung memerlukan waktu
yang lama(Sardjito et al, 2013). Penghitungan sel menggunakan hemasitoeter telah
menjadi teknik standar yang digunakan banyak laboratorium. Penghitungan sel
dapat merepresentasikan ukuran pertumbuhan dan kesuburan sel, khususnya pada
sistem mamalia. (Nielsen et al, 1991).
Hemasitometer terbuat dari kaca optik khusus dimana suspensi sel diisi
kedalamnya dengan volume spesifik dan dihitung dibawah mikroskop. Kesalahan
dari alat ini seringkali terjadi karena beberapa alasan, seperti distribusi sel pada
sampel yang tidak merata, terlalu banyak atau sedikitnya sel dalam sampel,
subjektivitas pengguna dalam penentuan apakah suatu sel masuk kedalam ruang
penghitungan atau tidak, kontaminasi pada hemasitometer, ketelitian pengguna dan
variasi dari laju pengisian hemasitometer. (ongena et al, 2010).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Mikroskop 1. Alkohol 70%
2. Kaca penutup 2. Tisu
3. Hemasitometer
4. Tally counter
5. Mikropipet
6. Botol semprot

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Kuantifikasi Sel Dengan Hemasitometer
1. Hemasitometer dan mikroskop disiapkan
2. Hemasitometer dan kaca penutup dibersihkan dengan alcohol 70%
3. Suspensi kultur sel diambil sebanyak 2ml
4. Suspensi kultur sel diteteskan ke dalam hemasitometer (posisi ujung
pipet diantara gelas objek dengan kaca penutup hemasitometer ).
5. Suspensi sel dapat diencerkan dengan menambahkan 4 ml H2O (3
kali pengenceran).
6. Diamkan selama 1 menit
7. Mikroskop dinyalakan kemudian sel diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 10x (lensa okuler) dan 10x lensa objektif.
8. Jumlah sel hidup (tidak berwarna biru) yang berada pada kotak W
dihitung.
9. Total jumlah sel/ml dihitung dengan mengalikan rata-rata jumlah sel
pada tiap grid dengan 104 dan faktor pengenceran.
10. Total jumlah sel dalam suspensi kultur sel dihitung dengan
mengalikan hasil kerapatan sel dengan volume total suspensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. A. (2005). Algal Culturing Techniques. USA: Elsevier Inc.

Handayani, N. A., & Ariyanti, D. (2012). POTENSI MIKROALGA SEBAGAI SUMBER


BIOMASA DAN PENGEMBANGAN PRODUK TURUNANNYA. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Diponogoro.

Kothari, R., V.V, Kumar, V., & Singh, D. (2012). Experimental study for growth potential
of unicellular alga Chlorella pyrenoidosa on dairy waste water: an integrated
approach for treatment and biofuel production. Bioresource technology,116,
466-470.

Krinksky, N. (1979). Carotenoid protection against oxidation. Pure Appl. Chem. 51, 649-
660.

Nakano, S., Takekoshi, H., & Nakano, M. (2007). Chlorella (Chlorella pyrenoidosa)
supplementation decreases dioxin and increases immunoglobulin a
concentrations in breast milk. Journal of medicinal food,10 (1), 134-142.

Prihantini, N., Putri, B., & Yuniati, R. (2010). Pertumbuhan Chlorella spp. dalam medium
ekstrak tauge (Met) dengan Variasi pH Awal. Makara Journal of Science.

Singh, S., Ekanem, E., Jr, T. W., & Comer, S. (2003). Emerging importance of bio-based
products and bio-energy in the US economy: information dissemination and
training of students. International Food and Agribusiness Mnagement Review,
5(3), 14.

Syahputra, B. (2017). Pemanfaatan algae Chlorella pyrenoidosa untuk menurunkan


tembaga (Cu) pada industri pelapisan logam. Jurnal Lingkungan Sultan Agung,
2(2), 1-10.

Tanaka, K., Konishi, F., Himeno, K., Taniguchi, K., & Nomoto, K. (1984). Augmentation of
antitumor resistance by a strain of unicellular green algae, Chlorella vulgaris.
Cancer Immunology, Immunotherapy, 17(2), 90-94.

Yunanto, Y., Kusumaningrum, H. P., & Pujiyanto, S. (2015). Fusi Protoplas Interspesies
Chlorella pyrenoidosa dan Dunaliella salina. Jurnal Sains dan Matematika, 21(1),
25-30.
LAMPIRAN
Lampiran A Gambar
Lampiran B Data Mentah
Lampiran C Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai