COMPILED
COMPILED
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Kelompok 02
Andreas Raden Caman (11215XXX)
Dea Prianka (11215XXX)
Ghassani Muzaki (11215XXX)
Nadya Ayu Lestari (11215XXX)
Astrid Theola A (11215XXX)
1.2 Tujuan
1. Menentukan kerapatan sel Chlorella pyrenoidosa (sel/ml) menggunakan
alat bantu hemasitometer
1.3 Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chlorella pyrenoidosa
Chlorella sp. merupakan makhluk hayati sederhana yang tidak memiliki
akar, batang, maupun daun layaknya tanaman namun dapat melakukan salah satu
kemampuan utama dari tanaman yaitu fotosintesis. Dalam percobaan ini, jenis
Chlorella sp. yang digunakan ialah Chlorella pyrenidosa, dengan klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Ordo : Chlorellales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella pyrenoidosa
Alga ini merupakan agen hayati bersel tunggal yang memiliki nilai tinggi
karena telah dikonsumsi lebih dari 10 juta penduduk dunia untuk kesehatan
(Anderson, 2005). Microalgae Chlorella sp. digunakan sebgai suplemen makanan
aquakultur alami karena mengandung 60,5% protein; 180,8mg/100g -carotene dan
sisanya diakumulasi oleh -carotene sekitar 95% dari total karotenoid (Yunanto dkk,
2015). Selain itu, mikroalga juga kaya akan pigmen seperti klorofil (0,5% - 1% berat
kering), karotenoid (rata-rata 0,1 0,2% berat kering) dan phycobili-proteins. Pada
jenis Chlorella pyrenoidosa, persentase kandungan metabolit primer yang dimiliki
per berat keringnya yaitu: 57% protein, 26% karbohidrat, dan 28-32% lemak
(Handayani dan Ariyanti, 2012). Karotenoid pada mikroalga fotosintetik merupakan
pigmen yang dibutuhkan untuk melindungi sel dari cahaya matahari yang berlebih
dan bekerja pada panjang gelombang 450-570 nm (Krinksky, 1979). Untuk
berfotosintesis, Chlorella menggunakan CO2 atau senyawa bikarbonat untuk
memperoleh CO2, senyawa anorganik P dan unsur nitrogen dengan mengambil
senyawa NH3 (nitrat). Tujuan dari fotosintesis yaitu untuk menghasilkan alga yang
baru atau bereproduksi sehingga jumlahnya terus bertambah. Pada air biasa,
pertumbuhan algae akan lambat dikarenakan terhalangnya sinar karena kekeruhan
air dan dinginnya air. Air yang jernih, seperti di telaga gunung, sehingga bersuhu
rendah cenderung mengurangi algae. Air yang panas akan memperkaya nitrogen dan
pospor dari resapan air atau air buangan, menimbulkan banyaknya algae dan
menampakkan warna hijau, memperkeruh air selama masa pertumbuhan tanaman.
Kolam stabilisasi air buangan mendukung berkembangnya algae pada tingkat
suspensi membayangi sendiri, yaitu surplus nitrogen, pospor, dan nutrisi karbon
tidak dapat terbentuk, disebabkan sedikitnya penetrasi sinar matahari terhalang oleh
kekeruhan ( Syahputra, 2017).
2.2 Hemasitometer
Menghitung sel seringkali menjadi langkah yang penting tapi menyulitkan
dalam kultur in vitro. Konsistensi pada konsentrasi sel dapat menjamin kemampuan
reproduksi dan akurasi dari eksperimen. Penghitungan sel penting untuk memonitor
kesehatan, kesuburan, lama hidup, transformasi, dan infeksi pada sel (Ongena et al,
2010).
Penghitungan sel dapat dilakukan secara langsung menggunakan alat
hemasitometer yang ditemukan di abad 19 oleh anatomis prancis, Louis-Charles
Malassez (Grigoryev, 2014). Penemuan Hemasitometer menjadi suatu terobosan
besar khususnya dalam bidang ilmu kedokteran. Saat ini ada beberapa jenis dan
desain dari hemasitometer yang telah diciptakan, tetapi semua memiliki prinsip
yang serupa. Penghitungan sel menggunakan alat ini cenderung memerlukan waktu
yang lama(Sardjito et al, 2013). Penghitungan sel menggunakan hemasitoeter telah
menjadi teknik standar yang digunakan banyak laboratorium. Penghitungan sel
dapat merepresentasikan ukuran pertumbuhan dan kesuburan sel, khususnya pada
sistem mamalia. (Nielsen et al, 1991).
Hemasitometer terbuat dari kaca optik khusus dimana suspensi sel diisi
kedalamnya dengan volume spesifik dan dihitung dibawah mikroskop. Kesalahan
dari alat ini seringkali terjadi karena beberapa alasan, seperti distribusi sel pada
sampel yang tidak merata, terlalu banyak atau sedikitnya sel dalam sampel,
subjektivitas pengguna dalam penentuan apakah suatu sel masuk kedalam ruang
penghitungan atau tidak, kontaminasi pada hemasitometer, ketelitian pengguna dan
variasi dari laju pengisian hemasitometer. (ongena et al, 2010).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Mikroskop 1. Alkohol 70%
2. Kaca penutup 2. Tisu
3. Hemasitometer
4. Tally counter
5. Mikropipet
6. Botol semprot
Kothari, R., V.V, Kumar, V., & Singh, D. (2012). Experimental study for growth potential
of unicellular alga Chlorella pyrenoidosa on dairy waste water: an integrated
approach for treatment and biofuel production. Bioresource technology,116,
466-470.
Krinksky, N. (1979). Carotenoid protection against oxidation. Pure Appl. Chem. 51, 649-
660.
Nakano, S., Takekoshi, H., & Nakano, M. (2007). Chlorella (Chlorella pyrenoidosa)
supplementation decreases dioxin and increases immunoglobulin a
concentrations in breast milk. Journal of medicinal food,10 (1), 134-142.
Prihantini, N., Putri, B., & Yuniati, R. (2010). Pertumbuhan Chlorella spp. dalam medium
ekstrak tauge (Met) dengan Variasi pH Awal. Makara Journal of Science.
Singh, S., Ekanem, E., Jr, T. W., & Comer, S. (2003). Emerging importance of bio-based
products and bio-energy in the US economy: information dissemination and
training of students. International Food and Agribusiness Mnagement Review,
5(3), 14.
Tanaka, K., Konishi, F., Himeno, K., Taniguchi, K., & Nomoto, K. (1984). Augmentation of
antitumor resistance by a strain of unicellular green algae, Chlorella vulgaris.
Cancer Immunology, Immunotherapy, 17(2), 90-94.
Yunanto, Y., Kusumaningrum, H. P., & Pujiyanto, S. (2015). Fusi Protoplas Interspesies
Chlorella pyrenoidosa dan Dunaliella salina. Jurnal Sains dan Matematika, 21(1),
25-30.
LAMPIRAN
Lampiran A Gambar
Lampiran B Data Mentah
Lampiran C Perhitungan