Disusun oleh:
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mendeskripsikan struktur dan fungsi
makromolekul penyusun sel (karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karbohidrat
1) Pengertian
Dalam pengertian secara kimia, karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau
polihidroksi keton, yang mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n yang
pertama lebih dikenal sebagai golongan aldosa yang kedua adalah ketosa
(Martoharsono, 2006: 23). Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa
karbohidrat merupakan polymer yang tersusun dari monomer-monomer
monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa.
2) Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat digolongkan menjadi 3 macam karbohidrat berdasarkan banyak
sedikitnya jumlah unit gula, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Monosakarida
Monosakarida berasal dari kata mono yang artinya satu, dan sakarida
yang artinya gula.Jadi secara etimologis, monosakarida dapat diartikan sebagai
molekul yang hanya terdiri dari satu unit gula.(Aisyah Girindra,
1986).Monosakarida disebut juga karbohidrat yang paling sederhana. Struktur
karbohidrat adalah aldehida atau keton yang mempunyai 2 atau lebih gugus
hidroksil, dapat ditulis formula empiris umumnya yaitu (CH2O)n. (Stryer, 2000:
464).
Monosakarida bersifat tidak berwarna, merupakan kristal padat yang larut
dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Kebanyakan mempunyai rasa
manis.Kerangka monosakarida adalah rantai karbon berikatan tunggal yang tidak
bercabang.Satu diantara atom karbon berikatan ganda terhadap suatu atom
oksigen, membentuk ugus karbonil; masing-masing atom karbon lainnya
berikatan dengan gugus hidroksil.Jika gugus karbonil berada pada ujung rantai
karbon, monosakarida tersebut adalah suatu aldehida dan disebut suatu aldose.
Jika gugus karbonil berada pada posisi lain, monosakarida tersebut adalah keton
dan disebut suatu ketosa. Moonosakarida yang paling sederhana adalah triosa 3-
karbon: gliseraldehida, suatu aldose, dan dihidroksi aseton, suatu ketosa (Albert
Lehninger, 1982).)
Disakarida
Disakarida terdiri dari kata di yang artinya dua dan juga sakarida yang
artinya gula.Jadi secara keseluruhan, ditinjau dari segi etimologisnya, disakarida
merupakan dua unit gula (sakarida).Disakarida dapat terbentuk dari dua
monosakarida yang sejenis, maupun tidak sejenis (Anna Poedjiadi, 1994).
Disakarida terdiri dari dua monosakarida yang berikatan kovalen terhadap
sesamanya.Pada kebanyakan disakarida, ikatan kimia yang menggabungkan kedua
unit monosakarida disebut ikatan glikosida.Ikatan glikosida dibentuk jika gugus
hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan karbon anomer pada gula yang
kedua.Di alam, disakarida yang paling kerap dijumpai yakni maltosa, laktosa, dan
sukrosa (Albert Lehninger, 1982).
Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa
dan atom karbon nomor 4 pada glukosa sehingga molekul laktosa masih
mempunyai gugus OH glikosidik.Dengan demikian laktosa mempunyai sifat
mereduksi dan mutarotasi (Poedjiadi, 2009: 31).
c. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa.Sukrosa
dibentuk oleh banyak tanaman, tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi.
-D-glukopiranosil-(12)--D-fruktofuranosida
Berbeda dengan maltosa dan laktosa, sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi.Hal ini disebabkan karena gugus OH pada atom karbonnya sudah
berikatan, bukan merupakan OH bebas sehingga tidak mudah lepas. Sukrosa
disebut juga sebagai gula non-reduksi karena disakarida ini tidak mengandung
atom karbon anomer bebas, karbon anomer kedua komponen unit monosakarida
pada sukrosa berikatan satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain ujungnya
tidak mengandung agugus aldehida atau keton bebas (Aisyah Girindra, 1986).
Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat dengan banyak
monosakarida.Monosakarida yang menyusun polisakarida dapat berjumlah
puluhan hingga ribuan.Berdasarkan penyusunnya, terdapat dua macam
polisakarida, yakni homopolisakarida dan heteropolisakarida.Homopolisakarida
jika polisakarida tersusun atas satu jenis monosakarida.Sedangkan
heteropolisakarida merupakan polisakarida yang tersusun atas berbagai jenis
monosakarida (Lubert Stryer, 1995).
Berdasarkan fungsinya, polisakarida dibedakan menjadi polisakarida
sebagai penyimpan energy, dan juga polisakarida sebagai penyusun struktur
tubuh.Polisakarida yang tergolong sebagai penyimpan energy ialah pati/ amilum
dan juga glikogen.Sedangkan polisakarida yang termasuk ke dalam golongan
penyusun struktur tubuh ialah selulosa dan juga kitin (Prof. Dr. Kurnia
Kusnawidjaja, 1987).
3) Fungsi Karbohidrat
Sumber Makanan Sel
Sel dapat menggunakan karbohidrat dalam bentuk yang paling sederhana yakni
golongan monoskarida.Golongan karbohidrat ini sebagai sumber makanan bagi
sel untuk tetap hidup.Selain itu karbohidrat sebagai penyumbang atom karbon
yang merupakan komponen utama dalam sel makhluk hidup.Monosakarida dapat
juga diperoleh dari karbohidrat golongan disakarida setelah mengalami hidrolisis.
Penyimpan Energi
Golongan karbohidrat yang berfungsi dalam penyimpanan energi adalah golongan
polisakarida.Polisakarida penyimpan yang paling penting di alam adalah pati,
yang khas bagi sel tanaman, dan glikogen pada sel hewan.Pati dan glikogen yang
terdapat di dalam sel dalam bentuk gumpalan besar atau granula.
a. Pati
Pati mengandung dua jenis polimer glukosa, -amilasi dan amilopektin.-
amilasi terdiri dari rantai unit-unit D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang,
digabungkan oleh ikatan (14), rantai ini beragam berat molekulnya, dari
beberapa ribu sampai 500.000. Sedangkan amilopektin merupakan
polisakaridayang tersusun dari monomer -glukosa.Amilopektin merupakan
molekul raksasa karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-
sama dengan amilosa sehingga memiliki cabang. Ikatan glikosidik yang
menggabungkan glukosa adalah ikatan (14) dan titik percabangan amilopektin
merupakan ikatan (16) (Albert Lehninger, 1982).
b. Glikogen
Glikogen merupakan sumber polisakarida utama pada sel hewan, seperti
pati pada sel tumbuhan. Seperti amilopektin, glikogen merupakan polisakarida
bercabang dari D-glukosa dalam ikatan(14), tetapi pada glikogen lebih banyak
cabang dan strukturnya lebih kompak. Ikatan pada percabangan adalah (16).
Glikogen terdapat pada sel hati dan otot kerangka.Glikogen ini berbentuk seperti
pati yakni granula (Albert Lehninger, 1982).
Gambar 9. Gambaran molekul glikogen
Penyusun Struktural
Banyak polisakarida yang berfungsi sebagai unsur structural ekstra-selular
pada dinding sel mikroorganisme bersel tungal dan tumbuhan tingkat tinggi, dan
pada permukaan sebelah luar sel hewan. Polisakarida lain merupakan komponen
jaringan pengikat vertebrata dan ekso-skeleton arthropoda. Polisakarida struktural
memberikan perlindungan, bentuk, dan daya penyangga terhadap sel, jaringan
atau organ (Albert Lehninger, 1982).
a. Sel Tumbuhan
Pada sel tumbuhan, polisakarida menyusun bagian dinding sel. Terdapat
polisakarida jenis selulosa, hemiselulosa, pectin, dan lignin.
1. Selulosa
Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan
ditemukan dalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang,
daun dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Kayu terutama terbuat
dari selulosa dan senyawa polimer lain; katun merupakan selulosa hampir semua
murni. Selulosa pada dinding sel tumbuhan memiliki struktur berlapis-lapis,
panjang, melebar, saling bersimpangan, yang memiliki sifat lebih kuat dari pada
kawat baja dengan diameter yang sama (Albert Lehninger, 1982).
Selulosa termasuk dalam homopolisakarida linear tidak bercabang, terdiri
dari 10.000 atau lebih unit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 14
glikosida, senyawa ini terlihat seperti amilosa, dan rantai utama glikogen. Tetapi
terdapat perbedaan yang amat penting yakni pada selulosa ikatan 14 pada
konfigurasi sedangkan amilosa dan rantai utama glikogen pada ikatan 14 pada
konfigurasi . Hal ini menyebabkan perbedaan struktur polimernya. Sifat
geometris dari ikatan (14) pada rantai utama glikogen dan pati mebentuk suatu
konformasi heliks yang berpilin, yang menyebabkan pembentukan granula yang
tebal. sebaliknya, ikatan (14), rantai D-glukosa pada selulosa membentuk
konformasi yang melebar dan mengalami pengelompokan antar sisi menjadi serat
yang tidak larut (Albert Lehninger, 1982).
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polisakarida yang tersusun atas glukosa, xilosa,
manosa dan asam glukoronat.Di dalam dinding sel, hemiselulosa berfungsi
sebagai perekat antar mikrofibril selulosa.
3. Pektin
Pektin merupakan polisakarida yang tersusun atas galaktosa, arabinosa,
dan asam galakturonat.Berfungsi sebagai perekat antara dinding sel satu dengan
yang lainnya.Diklasifikaskan mendaji 3 senyawa yaitu asam pektat, asam pektinat
(pektin) dan protopektin. Nama pektin berasal dari kata pectos yang artinya dapat
mengental atau menjadi padat
4. Lignin
Lignin hanya dijumpai pada dinding sel yang dewasa dan berfungsi untuk
melindungi sel tumbuhan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Gambar 15. Struktur Peptidoglikan pada Sel Bakteri Gram Positif dan Gram
Negatif
Membrane sel
Karbohidrat pada membrane sel ini terdiri dari dua jenis, yaitu yang
berikatan dengan lipid atau disebut glikolipid, dan karbohidrat yang berikatan
dengan protein atau glikoprotein. Kedua karbohidrat dalam membrane sel tersebut
berfungsi sebagai sensor atau pendeteksi zat asing yang akan masuk ke dalam sel.
Contohnya ialah pada sel darah putih (leukosit) (Lubert Stryer, 1995).
Gambar 16. Membran Sel
c. Fungi
Susunan dinding sel fungi berbeda dengan dengan dinding sel tumbuhan.
Susunan dinding sel fungi dari luar ke dalam yaitu glycocalyx, kumpulan
polisakarida, glikoprotein, kitin dan membrane sell atau membrane sitoplasma.
Sebagian besar sel eukariotik memiliki glikokaliks, lapisan terluar yang
bersentuhan langsung dengan lingkungan. Struktur ini, yang kadang-kadang
disebut matriks ekstraselular, biasanya terdiri dari polisakarida dan muncul
sebagai jaringan serat, lapisan lendir, atau kapsul seperti glikokaliks dari
prokariota. (Majorie Kelly Cowan, 2016)
1) Pengertian Protein
Kunci struktur ribuan protein yang berbeda-beda adalah gugus pada unit
pembangun protein yang relatif sederhana. Semua protein, baik yang berasal dari
bakteri yang paling tua atau yang berasal dari bentuk kehidupan tinggi, dibangun
dari rangkaian dasar yang sama dari 20 asam amino yang berikatan kovalen
dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai
samping yang khusus, yang memberikan sifat kimia masing-masing individu,
kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad struktur
protein. Ke-20 asam amino ini dirangkai dalam berbagai kombinasi dan urutan,
menghasilkan peptida dan protein yang memiliki sifat dan aktivitas berbeda.
Peptida adalah rantai pendek dari dua atau lebih asam amino yang dihubungkan
oleh ikatan kovalen. Dari unit pembangun ini organisme yang berbeda dapat
membuat produk-produk yang demikian bervariasi, seperti enzim, hormon, lensa
protein pada mata,bulu burung/ayam, jaringan laba-laba, kulit kura-kura, protein
susu bergizi, enkefalin (senyawa obat bius tubuh), antibiotika, racun jamur,dan
senyawa biologi lain yang memiliki aktivitas spesifik(Lehninger, 1982).
Pada semua asam amino yang digunakan untuk sintesis protein, gugus ini
melekat ke atom -karbon (karbon 2). Selain gugus amino dan karboksil, masing-
masing asam amino memiliki sebuah rantai sisi, yang disebut gugus R, yang juga
melekat ke -karbon. Keduapuluh asam amino yang sering digunakan dalam
sintesis protein masing-masing memiliki rantai sisi yang berbeda. Untuk 19 dari
asam amino tersebut, -karbon memiliki empat subtituen yang berbeda, gugus
amino, gugus karboksil, rantai sisi, dan sebuah atom hidrogen. Dengan demikian
-karbon bersifat asimetrik, dan asam amino mungkin terdapat dalam konfigurasi
D atau L. Bentuk D dan L tidak dapat ditumpangtindihkan denganmemutar
molekul karena keduanya adalah bayangan satu sama lain (Marks, 2000).
Terdapat 4 golongan asam amino (1) golongan dengan gugus R nonpolar atau
hidrofobik, (2) golongan dengan gugus R polar tetapi tidak bermuatan, (3)
golongan dengan gugus R bermuatan negatif, (4) golongan dengan gugus R
bermuatan positif.
Gugus R dari asam amino polar lebih larut di dalam air atau lebih hidrofilik,
dibandingkan dengan asam amino nonpolar Karena golongan ini mengandung
gugus fungsional yang membentuk ikatan hydrogen dengan air. Golongan ini
meliputi glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin, dan glutamin
(Lehninger, 1982).
Dua asam amino yang mengandung gugus R yang bermuatan total negatif
pada pH 7.0 adalah asam aspartat dan asam glutamat, masing-masing mempunyai
tambahan gugus karboksil. Asam amino ini merupakan senyawa induk dari
asparagin danglutamin (Lehninger, 1982).
e. Asam Amino dengan Gugus R Bermuatan Positif (Basa)
Asam amino yang mempunyai gugus R dengan muatan total positif pada
pH7,0 adalah lisin yang mengandung tambahan gugus amino (kedua) pada posisi e
di rantai alfatiknya, arginin yang mengandung gugus guanidine bermuatan positif;
dan histidin yang mengandung gugus imidazol yang mengion sedikit (Lehninger,
1982).
Asam amino baku dapat dinyatakan dengan singkatan 3 huruf atau lambang
satu huruf, yang digunakan sebagai cara ringkas untuk menunjukkan komposisi
dan urutan asam amino di dalam rantai polipeptida (Lehninger, 1982).
4. Ikatan Peptida
Dua molekul asam amino dapat diikat secara kovalen melalui suatu ikatan
amida subtitusi yang disebut ikatan peptida menghasilkan suatu dipeptida. Ikatan
ini dibentuk dengan menarik unsur H2O dari gugus karboksil suatu asam amino
dan gugus -amino dari molekul lain dengan reaksi kondensasi yang kuat
(Lehninger, 1982).
Unit asam amino di dalam peptida biasanya disebut residu, rantai ini bukan
lagi merupakan asam amino karena telah kehilangan atom hidrogen dari gugus
amino dan sebagian gugus karboksilnya. Residu asam amino pada ujung suatu
peptida yang mempunyai gugus -amino bebas disebut residu terminal amino atau
residu terminal-N; residu pada ujung yang satu lagi, yang mempunyai gugus
karboksil bebas disebut terminal-karboksil atau residu terminal-C. Peptida hanya
mengandung satu gugus -amnio bebas dan satu gugus -karboksil bebas. Peptida
dinamakan dari deret kandungan asam amino, dimulai dari residu terminal-N
sampai residu terminal-C (Lehninger, 1982).
5. Penggolongan Protein
Jenis protein sangat beragam, berdasarkan susunan molekulnya, protein
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Protein fibrosa/serat
Protein serat merupakan susunan rantai polipeptida dalam suatu lembaran
yang panjang. Protein serat menjalankan fungsi pertahanan luar karena
merupakan komponen utama dari lapisan kulit luar, rambut, bulu, kuku, dan
tanduk. Protein serat juga berfungsi sebagai penyangga kekuatan dan pemberi
bentuk, seperti pada tulang, urat, dan lapisan kulit sebelah dalam. Contoh: fibrin,
kolagen, aktin, dan miosin (Reksoatmodjo, 1993).
b. Protein globular
Protein globular merupakan rantai polipeptida yang berlipat dengan rapat
sehingg menjadi bentuk bulat atau globular yang kompak. Protein globular dapat
berupa enzim, protein dalam darah, antibodi, hormon, komponen membran, dan
ribosom (Reksoatmodjo, 1993).
Pada protein terdapat empat tingkat struktur yang berbeda. Struktur primer
suatu protein adalah urutan linear asam amino dalam rantai polipeptida. Struktur
sekunder (yang mencakup heliks- dan lembar-) terdiri dari daerah-daerah lokal
rantai polipeptida yang memiliki konformasi reguler yang distabilkan oleh ikatan
hidrogen. Konformasi tiga dimensi total dari keseluruhan suatu rantai polipeptida
disebut struktur tersier, yang mencakup heliks-, lembar-, dan daerah berbentuk
globular (atau sferis). Sebagian protein memperlihatkan struktur kuarterner:
konformasi tiga dimensi suatu protein multisubunit yang terdiri dari sejumlah
rantai polipeptida (atau subunit) disatukan oleh interaksi nonkovalen(Marks,
2000).
Protein di dalam sel berada dalam keadaan asli (native state). Panas,
asam, dan bahan-bahan lain menyebabkan protein mengalami denaturasi, yaitu
konformasi tiga dimensinya terbuka dan hilang. Dalam keadaan asli alami di
dalam sel, banyak protein berikatan dengan substansi lain dari ion sampai
molekul yang kompleks misalnya koenzim. Hal ini berkaitan dengan fungsi
protein itu sendiri(Marks, 2000).
Berbagai protein yang berbeda dapat diciptakan dari hanya 20 asam amino
yang umum, karena asam-asam amino ini dapat saling berkaitan dalam banyak
kombinasi yang berbeda. Perbedaan dalam urutan asam amino di sepanjang rantai
polipeptida menyebabkan pembentukan struktur tiga dimensi yang berbeda
sehingga fungsinya pun berbeda pula(Marks, 2000).
a. Struktur Primer
b. Struktur Sekunder
Rantai sisi asam amino pada -heliks mengarah ke luar dari sumbu sentral.
Rantai sisi yang berukuran besar atau rantai sisi dengan muatan yang saling tolak-
menolak dapat mencegah terbentuknya -heliks. Residu prolin menghambat
struktur -heliks pada protein karena residu prolin menimbulkan hambatan
geometrik akibat adanya struktur cincin dan karena pada ikatan peptida, nitrogen
tidak mengandung atom hidrogen yang diperlukan untuk membentuk ikatan
hidrogen (Marks, 2000).
Gambar -turn
-pleated anti pararel dan pararel berbeda dalam hal pola ikatan
hidrogennya. Pada bentuk konformasi anti pararel memiliki konformasi ikatan
sebesar 7, sementara konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu 6,5
(Lehninger, 1982).
c. Struktur Tersier
Interaksi nonkovalen antara rantai sisi residu asam amino penting untuk
menstabilkan struktur tersier dan terdiri dari interaksi hidrofobik dan elektrostatik
serta ikatan hidrogen. Selain itu, ikatan kovalen dapat terjadi yang melibatkan
pembentukan ikatan disulfida antara residu sistein(Marks, 2000).
Gambar Interaksi nonkovalen antara rantai sisi residu asam amino dalam
protein a. Interaksi elektrostatik; b. Ikatan hidrogen; c.Interaksi hidrofobik; d.
Interaksi hidrofilik; e. Interaksi disulfida
Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam
amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein
globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat
hidrofilik secara umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan
air disekelilingnya (Lehninger, 1982).
d. Struktur Kuarterner
Struktur kuarterner adalah struktur tiga dimensi suatu protein yang terdiri
dari sub-unit. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein dengan
struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional (Murray,
2012).
7. Fungsi Protein
a. Protein Struktural
1) Protein Histon
Protein histon terdiri dari lima macam yaitu H1, H2A, H2B, H3, dan H4.
Protein histon digunakan untuk menggulung molekul DNA. Sekitar200 bp
molekul DNA digulung pada satu kompleks histon yang tersusun atas masing-
masing-masing molekul H2A, H2B, H3 H4 dan satu molekul H1. Histon ini akan
bereaksi dengan asam deoksiribonukleat melalui interaksi antara protein yang
bermuatan positif dengan fosfodiester dari asam deoksiribonukleat yang
bermuatan negatif. Asosiasi antara satu histon dengan satu segmen asam
deoksiribo nuleat disebut nukleosom. Asosiasi nukleosom merupakan tahap awal
pengemasan asam deoksiribonukleat ke dalam bentuk yang padat. Tiap inti
nukleosom terdiri atas suatu kompleks dari delapan protein histon
(histonoktamer) dan DNA rantai ganda dengan panjang 147 pasang nukleotida.
2) Aktin dan Miosin
Setiap serat penyusun otot kita adalah satu sel besar, yang terbentuk dari
penyatuan (fusi) sel-sel yang lebih kecil selama perkembangannya. Unit
kontraktilnya sendiri sangat pendek, tetapi sangat banyak dan berjajar di sepanjang
otot. Unit ini terbuat dari protein dan filamen protein (miosin dan aktin). Di setiap
unit, miosin dan aktin disusun dalam berkas-berkas paralel sedemikian rupa
sehingga filamen aktin terletak di antara filamen miosin (Wolpert, 2011).
Aktin adalah protein serba guna, dan bisa dirangkai dengan mudah
menjadi filamen, kemudian dipecah lagi menjadi subunit dasarnya. Aktin bisa
membentuk struktur yang kaku dan juga berkas kontraktil bersama miosin, yang
merupakan bagian cincin kontraktil yang membelah sel hewan menjadi dua saat
pembelahan sel. Aktin memungkinkan sel merayap di atas suatu permukaan,
yang dapat dilihat dalam gerakan sel darah putih ketika mereka memasuki
jaringan untuk menghancurkan bakteri penyerang (Wolpert, 2011).
Motor protein juga bertanggung jawab atas gerakan silia. Banyak sel
tubuh memiliki struktur seperti rambut yang menjulur dari permukaan sel, silia.
Silia membengkok dan berputar-putar seperti tongkat yang fleksibel untuk
menggerakkan cairan melewati sel. Silia juga terlibat dalam menjaga kebersihan
dinding paru-paru kita.Struktur utama dalam silia adalah sembilan pasang
mikrotubulus yang disusun membentuk cincin. Cincin ini, meskipun cukup
kaku, bisa dibengkokkan dengan cara menggeser mikrotubulus melewati satu
sama lain. Penggeseran ini dilakukan oleh motor protein (Wolpert, 2011).
3) Protein Sitoskeleton
Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda,
yaitu mikrofilamen, mikrotubula, dan filamen intermedietbersama sejumlah
protein tambahan (Fried & Hademenos, 2006)
a) Mikrofilamen
b) Mikrotubulus
c) Filamen intermediet
Serabut ini tersusun atas protein yang disebut vimentin. Akan tetapi, tidak
semua seltersusun atas vimentin, contohnya sel kulit tersusun oleh protein keratin.
Gambar Mikrotubulus, Mikrofilament, dan Filamen intermediet
b. Protein Fungsional
1) Enzim
2) Hemoglobin
3) Mioglobin
4) Protein Membran
a) Protein integral
b) Protein perifer
Terdapat lima kelas imunoglobin dalam tubuh (IgG, IgA, IgM, IgD, dan
IgE). Protein ini memiliki struktur serupa, masing-masing molekul antibodi
mengandung empat rantai polipeptida: dua rantai kecil identik yang dikenal
sebagai rantai ringan (L) dan dua rantai besar identik yang dikenal sebagai rantai
berat (H). Ikatan disulfida menyatukan sebuah rantai L ke sebuah rantai H, dan
dua rantai H (masing-masing terikat ke rantai L) disatukan oleh ikatan
sulfida(Marks, 2000).
6) Kolagen
Insulin, salah satu hormon utama yang mengatur metabolisme zat gizi
adalah suatu protein kecil yang mengandung 51 asam amino. Protein ini terdiri
dari dua rantai polipeptida, rantai A yang mengandung 21 asam amino dan rantai
B yang mengandung 30 asam amino. Rantai-tantai tersebut disatukan oleh dua
ikatan disulfida. Selain itu, rantai A mengandung sebuah rantai disulfida
intrarantai(Marks, 2000).
8) Heksokinase
Heksokinase adalah enzim yang sangat penting dalam metabolisme.
Enzim ini mengkatalisis fosforilasi glukosa untuk membentuk glukosa-6fosfat.
Molekul heksokinase mengandung dua ranah yang dihubungkan oleh sebuah
regio engsel. Diketahui terdapat dua konformasi molekul yang berbeda, yaitu
struktur terbuka dan tertutup. Sewaktu mengikat glukosa, konformasi enzim
berubah dari terbuka menjadi tertutup. Pada keadaan tertutup ini, enzim aktif
melakukan katalisis(Marks, 2000).
8. Denaturasi Protein
Protein mempunyai struktur lebih tinggi, di atas dan lebih jauh dari
struktur kerangka primernya. Secara singkat, rantai polipeptida yang berikatan
kovalen pada protein asli (native) melipat dalam tiga dimensi dengan suatu pola
yang khas bagi tiap jenis protein. Pola spesifik bagi rantai untuk melipat
memberikan tiap-tiap protein aktivitas biologi khasnya. Jika suatu protein
terdenaturasi, susuna tiga dimensi khas dari rantai polipeptida terganggu dan
molekul ini terbuka menjadi struktur acak, tanpa adanya kerusakan pada struktur
kerangka kovalen (Lehninger, 1982).
C. LIPID
Lipid merupakan molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi
larut dalam pelarut-pelarut organik non polar seperti n-heksan, kloroform, dan
dietil eter. Lipid meurpakan senyawa organic kedua yang menjadi sumber
makanan, merupakan kira-kira 40% dari maknana yang setiap hari dimakan dan
meupakan bahan baku bagi banyak komiditi penting, seperti sabun.
1. Struktur Lipid
Lipid merupakan senyawa organic yang mengandung banyak hidrokarbon.
Hidrokarbon ini merupakan struktur dan fungsi dasar yang terdapat dalam sel
makhluk hidup.
Jika dilihat dari strukturnya, lipid merupakan senyawa tersier yang dbentuk
dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang (asam lemak).
Di bawah ini merupakan gambaran struktur lipid secara umum.
a. Gliserol
Gliserol atau 1,2,3-propanatriol adalah alcohol jenuh bervalensi tiga, alcohol
primer atau alcohol sekunder. Pada suhu kamar berupa zat cair yang tidak
berwarna, kental, netral terhadap lakmus, dan rasanya manis. Dalam keadaan
murni, mempunyai sifat higroskopis. Dapat bercampur dengan air, tetapi tidak
laurt dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon disulfide, dan
benzena.
b. Asam Lemak
Asam lemak merupakan asam monokarboksilat yang sering ditemukan
berantai panjang, baik jenuh maupun tak jenuh. Ketika asam lemak jenuh berarti
mengindikasikan bahwa tidak ada ikatan ganda di antara karbon-karbon. Berikut
merupakan struktur asam lemak.
Pada gambar di atas Nampak bahwa struktur umum asam lemak terbagi
menjadi dua, yaitu kepala (gugus asam karboksilat) dan ekor (ekor hidrokarbon
yan gpanjang). Kepala bersifat hidrofobik sedangkan ekor bersifat hidrofilik.
Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termasuk lipida
sederhana, fosfolipid, glikolipid, ester kolesterol, lilin, dan lain-lain.
Berdasarkan struktur dan sifatnya, asam lemak digolongkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
1) Asam Lemak Jenuh
Struktur asam lemak jenuh yaitu tidak terdapat ikatan rangkap di antara
karbon-karbon penyusun asam lemak. Hal ini memungkinkan ujung rantai
hidrokarbon berkonformasi tidak terbatas karena tiap tilang karbonnya dapat
dengan bebas berotasi.
2) Asam Lemak Tak Jenuh
Struktur asam lemak tak jenuh yaitu terdapat ikatan rangkat di beberapa ikatan
karbonnya. Ujung rantai hidrokarbon berotasi kaku karena adanya ikatan rantai
rangkatp. Konfigurasi cis pada rantai hidrokarbon menyebabkan rantai tersebut
membengkok sehingga rantainya lebih pendek.
2. Penggolongan Lipid
a. Lipid Sederhana
1) Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid. Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida yang berarti triester
dan gliserol. Semua lemak yang terdapat dalam tubuh terdiri dari sel-sel lemak
atau adiposit. Lemak dan minyak seringkali dianggap sama, padahal terdapat
beberapa perbedaan antara keduanya, yaitu sebagai berikut.
-Pada temperature kamar, lemak berwujud pada dan minyak berwujud cair
-Gliserida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada
tumbuhan berupa minyak (minyak nabati).
2) Lilin (Wax)
Pada sarang lebah madu, terdapat lilin (beeswax) yang sering dimanfaatkan
oleh manusia, sedangkan pada beberapa organisme lain, lilin yang dihasilkan dari
tubuhnya berfungsi sebagai cadangan energy.
Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Oleh karena itu
lilin dalam tubuh makhluk hidup memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap air.
Pada tumbuhan, lapisan lilin berfungsi untuk melindungi dari dehidrasi atau
serangan binatang pengganggu. Pada binatang, lapisan lilin digunakan sebagai
pelindung atau pelapis kulit dan bulu-bulunya.
b. Lipid Kompleks
1) Fosfolipid
Fosfolipid merupakan struktur utama penyusun membrane sel makhluk hidup
sering disebut juga sebagai Fosfogliserida. Fosfolipid sendiri sebutan yang
menunjukkan struktur penyusunnya, yaitu lipid yang mengandung gugus fosfat.
Senyawa induk fosfolipid adalah asam fosfatidat. Senyawa ini terdiri dari ekor
yang tidak bermuatan dan kepala. Fosfogliserida mempunyai kepala polar yang
disebabkan karena muatan yang ada pada unsure N dan unsure O.
Pada umumnya, fosfogliserida berwarna putih padat seperti lilin. Bilamana
dibiarkan dalam udara bisa menjadi berwarna gelap karena bagian asam lemak
yang tidak jenuh teroksidasi oleh udara.
Fosfolipid memiliki fungsi utama dalam biologi yaitu perannya sebagai
membrane sel.
Berikut merupakan komponen penyusun fosfolipid,
2) Sfingolipid
Sfingolipid merupakan lemak yang mengandugn sfingosin, suatu alcohol
amino dengan rantai hidrokarbon tidak jenuh yang panjang dibandingkan gliserol.
Sfingolipid ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan ditemukan
dalam jumlah yang besar pada jaringan saraf dan otak. Sfingolipid merupakan
komponen utama dari membrane myelin pada sel saraf.
4. Fungsi Lipid
Menurut Montgomery (1993:687) secara umum fungdi lipid yaitu sebagai
berikut.
a. Sebagai komponen structural membrane sel
b. Sebaai bentuk penyimpanan energy dalam tubuh
c. Sebagai bahan bakar metabolic
d. Sebagai agen bahan pengemulsi
D. Asam Nukleat
Asam nukleat adalah makromolekul berupa polimer yang disebut
polinukleotida. Polinukleotida terdiri atas monomer-monomer nukleotida yang
berikatan melalui ikatan fosfodiester. Setiap nukleotida tersusun dari 3 bagian,
yaitu basa nitrogen, gula berkarbon lima (pentosa), dan gugus fosfat. Ada dua
macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid
(DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA) (Campbell, dkk., 2010:
93). Asam nukleat berfungsi menyimpan dan meneruskan informasi genetik,
menyimpan energi, dan beberapa diantaranya bekerja sebagai koenzim
(Martoharsono, 2006: 70; Campbell, dkk., 2010: 93). Berikut adalah gambaran
struktur asam nukleat:
a. Basa Nitrogen
Basa-basa nitrogen tersebut di dalam larutan tidak melepaskan OH- .
Pemberian nama basa diberikan atas dasar sifatnya yang lain, yaitu dapat
mengikat H+. Basa-basa nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat ada 2
golongan, yaitu: basa pirimidin dan basa purin. Basa pirimidin ada 3 jenis,
yaitu sitosin, timin, dan urasil. Basa purin ada 2 jenis, yaitu adenin dan
guanin (Bawa, 1988: 78).
Gambar 4.2 struktur kimia: Adenin, Guanin, Sitosin, Timin, dan Urasil.
b. Gula Pentosa
Gula pentosa adalah gula yang mengandung 5 atom C. Gula pentosa pada
asam nukleat ada 2 macam yaitu ribosa (dalam nukleotida RNA) dan
deoksiribosa (dalam nukleotida RNA). Perbedaan antara kedua gula ini
adalah deoksiribosa tidak memiliki atom oksigen pada karbon kedua
dalam cincinnya (Campbell, dkk., 2010: 94).
c. Gugus Fosfat
Pada pH netral adanya gugus fosfat akan menyebabkan asam nukleat
bermuatan negatif karena melepaskan ion H+. Sifat asam pada gugus
fosfatnya lebih kuat daripada sifat basa pada basa nitrogennya. Hal
tersebut menjadi alasan pemberian nama asam kepada molekul
polinukleotida meskipun di dalamnya juga terdapat basa N (Bawa, 1988:
78).
Penomoran atom dalam gula dibubuhi tanda apostrof (1, 2, dan seterusnya)
untuk membedakannya dengan atom dalam basa nitrogen (Campbell, dkk., 2010:
94). Atom C nomor satu pada pentosa berikatan dengan atom N nomor satu pada
basa pirimidin dan berikatan dengan atom N nomor sembilan pada basa purin
melalui ikatan glikosidik (Bawa, 1988: 78; Martoharsono, 2006: 73).
Gambar 4.3 Contoh penomoran pada nukleotida dengan basa pirimidin maupun purin.
Nukleotida-nukleotida yang bersebelahan digabungkan oleh ikatan fosfodieter,
yang terdiri dari gugus fosfat yang menghubungkan gula-gula pada kedua
nukleotida. Ikatan ini menghasilkan tulang punggung dengan pola berulang
berupa unit-unit gula-fosfat. Kedua ujung-bebas polimer berbeda satu sama lain.
Salah satu ujung memiliki fosfat yang melekat pada karbon 5 (ujung 5),
sedangkan ujung yang satu lagi memiliki gugus hidroksil pada karbon 3 (ujung
3). Dapat dikatakan bahwa seuntai DNA memiliki arah bawaan di sepanjang
tulang punggung gula fosfatnya dari 5 ke 3, mirip dengan jalan satu arah. Di
sepanjang tulang punggung gula-fosfat ini, terdapat embelan-embelan berupa
basa-basa bernitrogen (Campbell, dkk., 2010: 94).
Gambar 4.4 Gambar polinukleotida
Sebuah molekul nukleotida dapat juga mempunyai lebih dari satu gugusan
fosfat, misalnya adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP). Komponen
asam fosfat dalam suatu nukleotida sering disingkat dengan huruf P yang
dilingkari (P) (Bawa, 1988: 82).
Adenosin trifosfat (ATP) memegang peranan penting dalam penyimpanan dan
pengelepasan energi dalam sel. Kedua ikatan fosfat yang ada di ujung molekul
ATP banyak mengandung energi. Jika ikatan tersebut lepas, maka energinya dapat
digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam sel (Bawa, 1988: 82).
Selain ATP dalam sel juga terdapat UTP, STP, GTP, d-ATP, d-TTP, d-STP,
dan d-GTP (d- singkatan dari deoksi) yang energinya dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan antara lain seperti berikut (Bawa, 1988: 82 dan 85):
UTP : Pembentukan polisakarida
GTP dan ATP : Pembentukan selulosa dan pembentukan protein
STP: Pembentukan lipid
ATP, GTP, UTP, dan STP: pembentukan RNA
d-ATP, d-GTP, d-UTP, dan d-STP: pembentukan DNA
a. DNA
Seluruh informasi genetik dalam sel disimpan pada molekul DNA dalam
kromosom. Jadi, apa yang selama ini disebut gen tidak lain daripada DNA.
Sebagai perkecualian, gen pada beberapa partikel virus berupa RNA. Jika
direntangkan molekul DNA pada Escherichia coli ada sekitar 1,4 mm, sedangkan
pada seluruh sel diploid tubuh manusia panjang molekul DNA dapat mencapai 1,7
m (Bawa, 1988: 89).
Molekul DNA panjang dan tidak bercabang. Pada sel-sel eukariotik molekul
DNA bentuknya linier dan bersenyawa dengan protein; pada sel prokariotik
molekul DNA tidak bersenyawa dengan protein dan bentuknya melingkar
(circular). Molekul DNA adalah asam nukleat yang terdiri dari empat jenis
nukleotida, yang dapat dibedakan menurut jenis basa nitrogennya, yaitu: adenin
(A), timin (T), sitosin (S), dan guanin (G) (Bawa, 1988: 89).
Di antara tahun 1949 dan 1955 Erwin Chargaff meneliti susunan kimia
molekul DNA dengan analisis kimia yang cermat dan ia menemukan bahwa
(Bawa, 1988: 101):
1. Dalam setiap molekul DNA jumlah adenin (A) selalu sama dengan jumlah
timin (T), dan jumlah guanin (G) selalu sama dengan jumlah sitosin (S).
2. Jumlah seluruh purin selalu sama dengan jumlah seluruh pirimidin (A + G
= T + S).
Kesimpulan tersebut dinamai hukum ekivalen Chargaff.
Sebaliknya, perbandingan (ratio) ikatan A-T dengan ikatan G-S (AT : GS)
pada sebuah sel-sel tubuh organisme yang spesiesnya berlainan, sangat bervariasi.
Pada manusia ratio tersebut 1,52 : 1, pada bakteri Escherichia coli 0,93 : 1, dan
pada Mycobacterium tuberculosis 0,60 : 1 (Bawa, 1988: 89).
Berdasarkan data difraksi sinar-X yang ditemukan oleh Wilkins dan Franklin,
dalam tahun 1953 Watson dan Crick menarik kesimpulan bahwa struktur molekul
DNA berupa heliks kembar (double helix). Kesimpulan mereka pada garis
besarnya adalah sebagai berikut (Bawa, 1988: 90):
1. Setiap molekul DNA terdiri atas dua rantai (strand) polinukleotida yang
membentuk heliks kembar (double helix) yang mengelilingi sumbu pusat;
rantai tersebut sering juga disebut DNA dupleks. Diameter heliks = 20
Angstrom.
2. Kedua rantai berjalan anti-paralel, artinya ikatan ester fosfat pada atom C
nomor (5) dan pada atom C nomor (3) (dengan singkatan 5- 3) berjalan
ke arah yang berlawanan.
3. Basa-basa nitrogen pada rantai tersebut terletak di sebelah dalam heliks
dan letaknya tegak lurus pada sumbu pusat. Rantai bagian luar terdiri atas
rangkaian deoksiribosa dan fosfat, yang terletak berselang-seling (sugar-
phosphate backbone).
4. Kedua rantai polinukleotida satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
hidrogen dengan perantaraan basa-basanya. Pasangan basa nitrogen yang
dapat dihubungkan oleh ikatan hidrogen bersifat khusus, artinya basa
pirimidin hanya dapat dihubungkan dengan basa purin. Ikatan hidrogen
hanya mungkin menghubungkan adenin dengan timin (A-T) dan sitosin
dengan guanosin (S-G). Hubungan A-T dilaksanakan dengan 2 ikatan
hidrogen, sedangkan S-G oleh tiga ikatan hidrogen. Basa purin dengan
basa pirimidin yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen yang demikian
disebut komplementer dan kedua rantai polinukleotida yang bersangkutan
pun komplementer pula. Konsep komplementer tersebut sangat penting
artinya karena dapat digunakan untuk menerangkan apa sebabnya molekul
DNA yang panjang dapat mengadakan replikasi dengan cara yang tepat.
5. Di dalam suatu molekul DNA urutan nukleotida pada rantai yang satu
tidak dapat ditentukan, tetapi harus komplementer dengan urutan
nukleotida pada rantai pasangannya.
Contoh:
Rantai I (5) TGSAGTATTG (3)
Rantai II (3) ASGTSATAAS (5)
6. Dalam setiap jarak 34 angstrom, heliks kembar (double helix) membuat
satu putaran lengkap. Karena jarak antara dua monomer nukleotida 3,4
angstrom, maka setiap putaran lengkap terdiri atas 10 nukleotida.
b. RNA
Pada dasarnya struktur molekul RNA serupa dengan molekul DNA, hanya
saja pada molekul RNA gula pentosanya berupa ribosa, sedangkan timin diganti
oleh urasil. Komposisi basa pada molekul RNA tidak mengikuti hukum ekivalen
Chargaff karena molekul RNA hanya terdiri dari satu rantai polinukleotida (Bawa,
1988: 101).
Molekul RNA ada tiga jenis yaitu: RNA-duta (m-RNA), RNA-pemindah (t-
RNA), dan RNA-ribosom (r-RNA); ketiga jenis RNA tersebut terlibat dalam
sintesis protein, dengan tugas pokok sebagai berikut (Bawa, 1988: 101):
1. RNA-duta (m-RNA) membawa informasi genetik ke ribosom dalam
bentuk kodon untuk memerinci urutan asam amino dalam rantai
polipeptida (protein) yang akan dibentuk.
2. RNA-pemindah (t-RNA) mengidentifikasikan asam amino sesuai dengan
informasi genetik yang dibawa oleh RNA-duta dan kemudian mengangkut
(memindahkan) ke ribosom.
3. RNA-ribosom (r-RNA) merupakan komponen unit-unit ribosom; jumlah
massanya ada 50% dari massa ribosom.
Walaupun molekul RNA terdiri atas rantai polinukleotida tunggal, namun
strukturnya tidak linier dan tidak sederhana. Misalnya RNA-pemindah (t-RNA)
mempunyai pasangan basa nitrogen A-U dan G-S yang dihubungkan oleh ikatan
hidrogen (Bawa, 1988: 101).
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton, yang mempunyai rumus
molekul umum (CH2O)n. berdasarkan jumlah gula penyusunnya, karbohidrat dibedakan
menjadi :
Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembangunan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1986. Organic Chemistry 1 Sixth Edition. Erlangga:
Jakarta.
Fried, G. H., & Hademenos, G. J. (2006). Schaum's Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama
Kelly Cowan, Marjorie. 2016. Microbioloy Fundamentals: A clinical Approach. New York:
McGraw-Hill Education.
Marks, D. B. (2000). Biokimia Kedikteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC.
Stryer, Lubert. 1995. Biokimia Volume 2 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suryani, Y. (2004). Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wolpert, L. (2011). The Miracle Of Cell: Rahasia Kehidupan dan Kecerdikan Sel. Bandung:
Qanita.