Anda di halaman 1dari 17

MODUL 4

PENGUJIAN BENDING PADA BATANG


PROFIL PENAMPANG T

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 PRAKTIKUM MEKANIKA TEKNIK

Nama : Mikael Timotius Kenny


NIM : 2015-041-002
Kelompok : MD-1
Tanggal Praktikum : 20 September 2017
Asisten : Ron Wilson

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PRODI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2017
I. TUJUAN
Mengetahui tegangan akibat momen lentur pada batang profil T.
Mengetahui persamaan momen inersia pada batang profil T.

II. TEORI DASAR


Pada pengujian kekuatan lentur dan kekerasan dilakukan dengan
pemberian beban pada material sehingga secara bersamaan mulai
terbentuk tegangan tarik, tekan, dan geser. Beban tersebut akan maksimum
pada permukaan spesimen, serta bernilai nol pada neutral axis nya. Secara
umum pengujian dilakukan dengan menggunakan dua tipe pembebanan,
yakni: 3 point bending dan 4 point bending. Berikut ini merupakan skema
pengujian keduanya beserta diagram gaya geser serta momen lenturnya
seperti yang tercantum pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh diagram gaya geser dan diagram momen lentur

Saat material diberi beban pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan
pada penampang melintang sebagai akibat dari momen lentur.

a) Momen Lentur
Momen lentur adalah gaya yang bekerja pada benda yang
menyebabkan lenturan terhadap benda. Pada batang kantilever, akan
terjadi momen lentur apabila batang tersebut diberi gaya pada jarak
tertentu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Batang kantilver diberi gaya

Tegangan Akibat Momen Lentur


Tegangan ini diakibatkan karena adanya momen pada batang
sehingga terjadi defleksi, maka dari itu tegangan ini dapat dinamankan
tegangan lentur. Rumus dari tegangan ini dinyatakan pada Persamaan
2.1.
M .y
(2.1)
Iz
Dengan adalah tegangan akibat momen lentur yang terjadi pada
benda (Pa), M momen lentur pada batang ( Nm ), y adalah jarak titik
tengah benda ke permukaan terluar ( mm ) dan I z adalah momen inersia

penampang ( mm4 )

b) Momen Inersia
Rumus momen inersia pada batang ditunjukkan pada Persamaan
2.2 seperti pada Gambar 2.3.
I z I z1 I z 2
(2.2)
I z ( I G1 A1. d1 ) ( I G 2 A2. d 2 )
2 2

Gambar 2.3. Penampang Pada Batang.


Pada hampir semua logam, ditahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan
Hooke yaitu rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.
Tegangan (stress) adalah besarnya gaya dibagi dengan luas
penampang bahan. Regangan adalah besarnya deformasi akibat gaya -
beban atau tegangan (stress) yang diberikan. Tegangan menunjukkan
kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk pada benda. Rumus
tegangan ditunjukkan pada Persamaan 2.3 dan rumus regangan
ditunjukkan pada Persamaan 2.4.
(2.3)

= Tegangan (N/ m2 atau Pa)


F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

(2.4)

= Regangan
L = Pertambahan panjang (m)
L = Panjang awal benda (m)
Dalam fisika, modulus elastisitas disimbolkan dengan E. Modulus
elastisitas menggambarkan perbandingan antara tegangan dengan regangan
yang dialami bahan. Dengan kata lain, modulus elastis sebanding dengan
tegangan dan berbanding terbalik regangan.
(2.5)

Keterangan:
E = Modulus elastisitas (N/m)
= Regangan
= Tegangan (N/ m2 atau Pa)
III. PERALATAN PERCOBAAN
1. Tecquipment STR 4
2. Kaliper
3. Penggaris
4. Strain gauge

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Kalibrasikanlah load cell agar nilai F nya menjadi 0 dan pastikan
penyangga load cell pada saat Fnya 0 batang penyangganya mudah
longgar.
2. Kemudian lakukan pengukuran regangan pada 9 titik dengan
mengatur gauge factor nya pada 9 titik yang telah ditentukan.
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan I-beam, dan berikan 2
contohnya!
Jawab:

Gambar 5.1. Baja penampang I


I-beam adalah sebuah baja yang memiliki profil penampang
berbentuk I. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa batang
profil I memiliki r1 dan r2. Baja profil ini biasa dibuat dengan metode
Hot rolled. Contoh penerapan baja profil I sebagai berikut, Baja profil
ini biasa digunakan untuk dijadikan kontruksi rangka gedung, selain
itu juga digunakan sebagai kontruksi rangka jembatan.
2. Apa yang dimaksud dengan teorema sumbu sejajar?
Jawab:
Teorema sumbu sejajar adalah sebuah teorema yang dapat digunakan
untuk menghitung dan menentukan momen inersia suatu benda tegar
terhadap sumbu apapun, bila diketahui momen inersia suatu objek
terhadap sumbu yang melalui pusat massa sejajar denga sumbu
pertama, serta jarak tegak lurus atara kedua sumbu tersebut. Bisa
dikatkan juga teorema sumbu sejajar adalah teorema untuk mencari
momen inersia suatu benda tegar dimana benda diputar dengan poros
tidak berada pada pusat massanya.
3. Apa kelebihan struktur penampang T?
Jawab:
Struktur dengan penampang T relatif lebih mudah dipasang
Struktur penampang T lebih tahan terhadap bending, karena
memiliki I yang tergolong besar
Memiliki gaya geser yang besar
Harga relatif murah

4. Dari hasil perhitungan, titik mana yang memiliki tegangan paling


besar?
Jawab:
Pada data yang Belum terkoreksi, tegangan terbesar terdapat pada
data dengan gauge number 3 untuk semua gaya (F=0N, F=200N,
F=400N). gauge number 3 memiliki tegangan yang paing besar
dikarenakan pada titik ini memiliki nilai regangan terbesar, sedangkan
pada data yang telah terkoreksi nilai tegangan terbesar berada pada
gauge number 1 untuk F=200N dan F=400N, Untuk F=0N, tegangan
tidak ada karena tidak ada gaya yang menyebabkan regangan.
Berdasarkan data yang telah terkoreksi, data pada gauge number 1
memiliki nilai regangan yang terbesar diantar gauge number lainnya.
5. Apa fungsi strain gauge pada percobaan ini, dan apa yang dimaksud
dengan momen lentur?
Jawab:
Starin gauge berfungsi untuk mendeteksi perubahan nilai tahanan
dengan perubahan panjang, pada percobaan ini digunakan untuk
mengukur besarnya regangan yang terjadi ketika gauge number
berubah nilai 1-9.
Momen lentur adalah gaya yang bekerja pada benda yang
menyebabkan lenturan terhadap benda tersebut
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN, DAN ANALISIS
VI.1. LEMBAR DATA
VI.2. PERHITUNGAN

Gambar 6.1. Gambar penampang T

Berdasarkan gambar diatas maka dapat dihitung nilai Iz:


Nilai A1
1 1 1
1 38,1 6,4
1 243,84 2
Nilai A2
2 2 2
2 31,7 6,4
2 202,88 2
Nilai 1
1
1 2
6,4
1 2

1 3,2
Nilai 2
2
2 + 2
2
31,7
2 + 6,4
2

2 15,85 + 6,4
2 22,25
Nilai
1 1 : 2 2

1: 2

243,84 2 . 3,2 :202,88 2 . 22,25


243,84 2 :202,88 2

11,852
Nilai 1
1 1
1 3,2 11,852
1 8,652
1 8,652
Nilai 2
2 2
2 22,25 11,852
2 10,398
Nilai

1 + 2

1 + 1 1 2 + 2 + 2 2 2

1 13 2 23
= ( + 1 1 2 ) + ( + 2 2 2 )
12 12
38,1 . 6,4 3
=( + 243,84 2 . 8,652 2
)+
12
6,4 . 31,7 3
( + 202,88 2 . 10,398 2
)
12

=58009,865

Perhitungan data belum terkoreksi:


Data menggunakan F= 200 N, Gauge number 9
18 10;6
58009,865
11,852
E = 69 GPa
Nilai Teoritik

69000 MPa 18 10;6
1.242 MPa
Nilai Momen Lentur batang adalah :
.

.

1.242 MPa .58009,865


11,852

6078.995303 N. mm

Perhitungan data terkoreksi

Data menggunakan F=200 N, Gauge number 9


114 10;6
58009,865
11,852
E = 69 GPa
Nilai Teoritik

69000 MPa 114 10;6
7.866 MPa
Nilai Momen Lentur batang adalah :
.

.



7.866 MPa .58009,865
11,852

38500.30359 N. mm
Tabel data Belum Terkoreksi:
Tabel 6.1 Tabel data belum terkoreksi 0 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10 ;6 (MPa)

1 0 2 0.138 58009,865 11,852 -675.4439225

2 0 -12 -0.828 58009,865 11,852 -4052.663535

3 0 -452 -31.188 58009,865 11,852 -152650.3265

4 0 -26 -1.794 58009,865 11,852 -8780.770993

5 0 -6 -0.414 58009,865 11,852 -2026.331768

6 0 0 0.000 58009,865 11,852 0

7 0 182 12.558 58009,865 11,852 61465.39695

8 0 64 4.416 58009,865 11,852 21614.20552

9 0 -96 -6.624 58009,865 11,852 -32421.30828

Tabel 6.2 Tabel data belum terkoreksi 200 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10 ;6 (MPa)

1 200 -248 -17.112 58009,865 11,852 -83755.0464

2 200 -184 -12.696 58009,865 11,852 -62140.84087

3 200 -625 -43.125 58009,865 11,852 -211076.2258

4 200 -55 -3.795 58009,865 11,852 -18574.70787

5 200 -32 -2.208 58009,865 11,852 -10807.10276

6 200 53 3.657 58009,865 11,852 17899.26395

7 200 236 16.284 58009,865 11,852 79702.38286

8 200 175 12.075 58009,865 11,852 59101.34322


9 200 18 1.242 58009,865 11,852 6078.995303

Tabel 6.3 Tabel data belum terkoreksi 400 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10 ;6 (MPa)

1 400 -495 -34.155 58009,865 11,852 -167172.3708

2 400 -354 -24.426 58009,865 11,852 -119553.5743

3 400 -793 -54.717 58009,865 11,852 -267813.5153

4 400 -84 -5.796 58009,865 11,852 -28368.64475

5 400 -57 -3.933 58009,865 11,852 -19250.15179

6 400 103 7.107 58009,865 11,852 34785.36201

7 400 291 20.079 58009,865 11,852 98277.09073

8 400 285 19.665 58009,865 11,852 96250.75896

9 400 131 9.039 58009,865 11,852 44241.57693

Data Terkoreksi:
Tabel 6.1 Tabel data terkoreksi 0 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10 ;6 (MPa)

1 0 0 0 58009,865 11,852 0

2 0 0 0 58009,865 11,852 0

3 0 0 0 58009,865 11,852 0

4 0 0 0 58009,865 11,852 0

5 0 0 0 58009,865 11,852 0

6 0 0 0 58009,865 11,852 0
7 0 0 0 58009,865 11,852 0

8 0 0 3795000 58009,865 11,852 0

9 0 0 -3657000 58009,865 11,852 0

Tabel 6.5 Tabel data terkoreksi 200 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10;6 (MPa)

1 200 -250 -17.25 58009,865 11,852 -84430.49032

2 200 -172 -11.868 58009,865 11,852 -58088.17734

3 200 -173 -11.937 58009,865 11,852 -58425.8993

4 200 -29 -2.001 58009,865 11,852 -9793.936877

5 200 -26 -1.794 58009,865 11,852 -8780.770993

6 200 53 3.657 58009,865 11,852 17899.26395

7 200 54 3.726 58009,865 11,852 18236.98591

8 200 111 7.659 58009,865 11,852 37487.1377

9 200 114 7.866 58009,865 11,852 38500.30359

Tabel 6.1 Tabel data belum terkoreksi 400 N

Gauge F Teoritik
Iz (mm4) (mm) M (N.mm)
Number (N) 10;6 (MPa)

1 400 -497 -34.293 58009,865 11,852 -167847.8148

2 400 -342 -23.598 58009,865 11,852 -115500.9108

3 400 -341 -23.529 58009,865 11,852 -115163.1888

4 400 -58 -4.002 58009,865 11,852 -19587.87375

5 400 -51 -3.519 58009,865 11,852 -17223.82002


6 400 103 7.107 58009,865 11,852 34785.36201

7 400 109 7.521 58009,865 11,852 36811.69378

8 400 221 15.249 58009,865 11,852 74636.55344

9 400 227 15.663 58009,865 11,852 76662.88521

VI.3. ANALISIS
Pada praktikum kali ini terdapat 2 buah jenis data, yaitu data yang
belum terkoreksi dan data yang telah dikoreksi, perbedaan dari kedua data
ini, pada data yang belum terkoreksi merupakan data awal yang
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Factor ini mempengaruhi
regangan yang terjadi pada batang, seperti saat batang tidak diberikan
gaya(F=0), telah terjadi regangan yang terjadi pada batang. Sedangkan
data yang telah terkoreksi adalah data yang didapatkan dari hasil
pengaruh gaya saat diberikan ke batang (F=0N, F=200N, F=400N).
Berdasarkan data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa bending
stress dipengaruhi oleh beberapa faktor. Modulus elastiistas merupakan
salah satu factor yang menentukan nilai dari bending stress suatu
penampang, karena modulus elastisitas merupakan kekeuatan material
dalam menerima suatu gaya, artinya semakin besar nilai modulus
elastistas yang dimiliki material tersebut maka akan semakin sulit dia
mengalami lendutan, tetapi akan semakin mudah dia mengalami bending
stress. Momen yang diterima oleh batang, serta jarak dari titik berat
benda juga mempengaruhi, semakin besar momen maka akan semakin
besar pula bending stress yang diterima, semakin jauh jarak dari titik
berat maka bending stress yang diberikan akan semakin besar, kedua hal
dikarenakan momen dan jarak berbanding lurus, sebaliknya momen
inersia yang semakin besar maka menyebabkan bending stress yang
dialami oleh batang akan semakin kecil karena momen inersia berbanding
terbalik dengan nilai bending stress yang dialami oleh baja.
Pada data dapat dilihat juga tanda negative dan positif pada
regangan, hal ini menunjukkan arah regangan yang dialami oleh baja
tersebut. Jika dilihat juga pada data gauge number 6 belum terkoreksi,
nilai regangan yang didapatkan adalah 0, sedangkan saat diberikan gaya
200 N, dan 400 N, tidak menghasilkan nilai yang sama. hal ini dapat
terjadi karena pada saat pengambilan data terdapat beberapa kesalahan
seperti kesalahan pada saat mengoprasikan alat.

VII. SIMPULAN
Modulus elastisitas berpengaruh pada nilai bending stress, jika
modulus elastisitas semakin besar maka bending stress akan
semakin besar.
Data yang belum terkoreksi adalah data yang terpengaruhi oleh
berbegai maca faktor, sedangkan data yang telah dikoreksi adalah
data yang didapatkan hanya dari pengaruh gaya luar terhadap
batang.
Semakin dekat jarak titik terhadap momen maka nilai bending
stress akan semakin kecil, sebaliknya jika jarak semakin besar
maka menyebabkan niali bending akan semakin besar
VIII. DAFTAR PUSTAKA

[1] Beer, F. P., Johnston, E. R. & DeWolf, J. T., 2006. Mechanics of


Materials. 4th ed. New York: McGraw-Hill Education.
[2] Craig, Jr., R.R., Mechanics of Materials, 2nd ed., John Wiley & Sons,
Inc., NY., 20
[3] Gere, J.M., and Timoshenko, S.P., Mechanics of Materials, 3rd ed.,
PWS-Kent Publ. Co., Boston, 1984.
[4] Riley, W.F., Sturges, L.D., and Morris, D.H., Mechanics of Materials,
5th ed., John Wiley & Sons, Inc., NY., 1999.
[5] Giancoli, Douglas.C., Fisika, Erlangga, Jakarta, 2001.
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Batang penampang T

Gambar 9.2 Stain gauge

Gambar 9.3 Tecquipment STR 4

Anda mungkin juga menyukai