Gundam Seed Ex
Gundam Seed Ex
Disusun Oleh:
Kelompok 12/ Perikanan C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya
lah kami dapat Laporan Akhir Praktikum Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan,
Reproduksi, Dan Kebiasaan Makan) ikan nilem sebagai salah satu tugas praktikum
Biologi Perikanan.
Penyusun sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Aspek Biologi ikan sebagai makhluk
hidup. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.
Akhir kata penyusun sampaikan terima kasih kepada teman-teman, tim
pengajar dan semua pihak lain yang telah berperan seta dalam penyusunan laporan ini
dari awal sampai akhir.
Jatinangor, Maret 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Ciparanje.......................................................... 3
2.2 Biologi Ikan Nilem ..................................................................... 4
2.2.1 Klasifikasi Ikan Nilem ................................................................ 4
2.2.2 Morfologi Ikan Nilem ................................................................. 4
2.2.3 Habitat Ikan Nilem...................................................................... 5
2.2.4 Aspek Pertumbuhan Ikan Nilem ................................................. 6
2.2.5 Aspek Reproduksi Ikan Nilem .................................................... 6
2.2.6 Aspek Food and Feeding Habits
Ikan Nilem .................................................................................. 7
2.3 Pertumbuhan ............................................................................... 7
2.3.1 Hubungan Panjang dengan Bobot............................................... 7
2.3.2 Faktor Kondisi ............................................................................ 10
2.4 Reproduksi .................................................................................. 10
2.4.1 Rasio Kelamin............................................................................. 10
2.4.2 Tingkat Kematangan Gonad ....................................................... 11
2.4.3 Indeks Kematangan Gonad ......................................................... 13
2.4.4 Hepatosomatic Index .................................................................. 14
2.4.5 Fekunditas ................................................................................... 15
2.4.6 Tingkat Kematangan Telur ......................................................... 17
2.4.7 Diameter Telur ............................................................................ 18
2.5 Food and Feeding Habits ........................................................... 18
2.5.1 Indeks Preponderan..................................................................... 18
2.5.2 Indeks Pilihan ............................................................................. 19
2.5.3 Tingkat trofik .............................................................................. 20
ii
3.3 Metode Praktikum....................................................................... 21
3.4 Prosedur Praktikum..................................................................... 22
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................ 24
3.5.1 Hubungan Panjang Bobot ........................................................... 25
3.5.2 Faktor Kondisi ............................................................................ 25
3.5.3 Rasio Kelamin............................................................................. 26
3.5.4 Tingkat Kematangan Gonad ....................................................... 26
3.5.5 Indeks Kematangan Gonad ......................................................... 27
3.5.6 Hepatosomatik Indeks................................................................. 27
3.5.7 Fekunditas ................................................................................... 28
3.5.8 Diameter Telur ............................................................................ 28
3.5.9 Tingkat Kematangan Telur ......................................................... 29
3.5.10 Kebiasaan Makan Ikan................................................................ 29
3.6 AnalisisData ................................................................................ 31
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Praktikum biologi perikanan mengenai Analisis Biologi ikan kembung
perempuan (rastrelliger brachyosma) sebagai berikut
1
2
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari pembuatan laporan praktikum ini adalah agar memberi
informasi biologis dari ikan kembung baik itu reproduksinya, tipe pertumbuhan
dan food and feeding habits. Pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk pedoman
tentang biologi perikanan khusunya ikan nilem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Sirip Dorsal
Mata
Linea
Lateralis Sirip Caudal
kualitas air, dan mampu menghilangkan polutan padat dan terlarut serta mampu
mengurangi kekeruhan. Peryphyton memiliki respon yang cepat terhadap
perubahan kualitas air. Selain peryphyton di sungai dan rawa-rawa ditumbuhi
dengan ceratophyllum atau tanaman hornwort yang sering mengambang di bawah
permukaan air dan bereproduksi dalam jumlah besar, yang mana berfungsi untuk
melindungi ikan yang sedang bertelur, serta mampu memproduksi oksigen tinggi,
biasanya tanaman hornwort ini digunakan di akuarium air tawar. Ikan nilem hidup
di lingkungan air tawar dengan kisaran kandungan oksigen terlarut yang cukup
yaitu 5-8 mg/L (Cholik et al.2005). Di daerah tropis umumnya ikan nilem
dipelihara dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150 1000 m dari
permukaan laut, tapi ketinggian optimumnya 800 m dari permukaan laut. Ikan
nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5-6 mg/L,
karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yaitu 1
ppm (Willoughby 1999). Suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan
nilem berkisar antara 18 - 28C (Asmawi 1983) dan untuk pH berkisar antara 6 -
8,6 ppm, serta kandungan ammonia yang disarankan adalah < 0,5 mg/L (Susanto
2001) .
nilem memiliki potensi reproduksi yang cukup tinggi. Seekor nilem betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 80.000 110.000 butir telur/ kg bobot induk dan
memijah sepanjang tahun. Pemijahan secara alami di mulai pada awal musim
penghujan. Ikan nilem mulai memijah pada umur sekitar satu tahun dengan
panjang sekitar 20 cm dan berat di atas 120 g (Cholik et al. 2005). Telur ikan
nilem banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada suatu kutub.
Warna telur ikan nilem transparan dan bersifat demersal atau terbenam di
dasar perairan. Telur ikan nilem mempunyai diameter berkisar antara 0,8 mm
1,2 mm (Triyani 2002). Menurut Effendie (1979) berat rata-rata dan panjang total
untuk ikan nilem diantaranya : 1. Berat rata-rata induk betina 200,7 gram, panjang
total rata-rata induk betina 28,7 cm, dan 2. Berat rata-rata induk jantan 187,3 gram
, panjang total rat-rata induk jantan 28,2 cm. Perkembangan embrio ikan nilem
secara keseluruhan hampir sama dengan ikan mas. Perbedaannya terletak pada
ukuran dan kecepatan prosesnya. Perkembangan embrio ikan nilem lebih cepat
dibandingkan perkembangan embrio ikan mas. Telur ikan nilem menetas 31-32
jam setelah pembuahan pada suhu 24,7C dan kuning telur diserap habis setelah
96 jam. Masa kritis embrio ikan nilem terjadi 6-9 dan 12 jam setelah pembuahan
(pada fase grastulasi dan proses pembentukan mata dan otak) serta pada larva
berumur 60-96 jam (fase penyerapan seluruh kuning telur) (Harris 1974 dalam
Saputra 2000). Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat
perkembangan gonad sebelum memijah. Selama proses reproduksi, sebagian
energi dipakai untuk perkembangan gonad.
a. Tingkat I : Ovari masih kecil dan seperti benang, warna ovari merah
muda, memanjang di rongga perut. Secara histologi didominasi oleh oogonia
berukuran 7.5-12.5 m, dan inti sel besar.
c. Tingkat III : Ukuran ovari relative besar dan mengisi hampir sepertiga
rongga perut. Butiran-butiran telur telihat jelas dan berwarna kuning muda. Secara
histologi luben berisi telur. Ukuran oosit 750-1125 m. Inti mulai tampak.
permukaan air atau berenang di dasar perairan. Ikan mas dan bawal termasuk
kedalam jenis ini.
c) Ikan permukaan perairan, yakni ikan yang mencari makanan di permukaan air.
Umumnya, ikan jenis ini menghabiskan waktunya lebih lama berada di lapisan
atas perairan. Ikan dengan kebiasaan seperti ini disebut dengan pelagis atau
ikan permukaan. Gurami, nila dan mujair termasuk dalam kategori ini.
d) Ikan menempel, yakni ikan pemakan bahan organik yangmenempel pada
subtrat (benda yang terdapat di dalam air), baik yang berada di dalam kolam air
(lapisan tengah) maupun yang berada di dasar perairan. Ikan nilem dan sapu-
sapu termasuk dalam golongan ikan dengan kebiasaan makan menempel.
a) Jenis ikan yang aktif mencari makan pada siang hari. Jenis ikan ini memiliki
aktivitas makan yang banyak dilakukan pada siang hari. Pada malam hari,
mereka lebih banyak beristirahat. Jenis ikan dengan aktivitas seperti itu
disebut ikan diurnal.Contohnya: ikan mas, nila, bawal, dan gurami.
b) Jenis ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan yang
masuk dalam kategori ini jarang mencari makanan pada siang hari, tetapi aktif
mencari makan di malam hari. Jenis ikan yang aktif mencari makanan pada
malam adalah lele dumbo, lele lokal, dan patin (jambal).
Ikan nilem digolongkan ikan yang aktif mencari makan di siang hari
dikarenakan ikan tersebut memiliki aktivitas makan yang banyak dilakukan pada
siang hari.
Pengelompokan ikan berdasarkan kepada bermacam-macam makanan
yang dimakan, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan
10
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan. Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan
dalam satuan bobot (Rahardjo et al. 2011). Pertumbuhan pada individu adalah
pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal tersebut
terjadi apabila ada kelebihan input energid an asam amino yang berasal dari
makanan (Effendi 2002).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor utama yaitu makanan dan suhu
perairan. Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah makanan melebihi
kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya. Pertumbuhan ikan bergantung kepada
beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan memanfaatkan
makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan
seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran (Hepher dan
Pruginin 2000). Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan
makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle dan Cech 2004 dalam
Tutupoho 2008).
Tipe pertumbuhan dapat dilihat dari hubungan panjang dan berat. Pada
saat regresi pertumbuhan ikan b=3 (isometric) maka pertumbuhan panjang dan
berat seimbang, alometrik (b3) maka pertumbuhan panjang dan berat tidak
seimbang, alometrik negatif (b < 3) maka pertumbuhan berat lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan panjang, dan jika alometrik positif (b>3) maka
pertumbuhan berat lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan panjang.
Wootton (1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk
tentang keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan mempunyai
nilai praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam berat ikan
atau sebaliknya. Hubungan panjang dan bobot tubuh serta faktor kondisi suatu
ikan bergantung kepada makanan, umur, jenis sex, dan perkembangan gonad
(Effendie 1997).
jenis kelamin dan umur ikan yang berbeda. Perairan yang subur sangat menunjang
kehidupan ikan dalam memperoleh makanan dan memungkinkan
keberlangsungan dari populasi ikan.
2.4 Reproduksi
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup
ikan, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan, kita dapat memberikan
keterangan yang jelas mengenai tingkat kematangan gonad, fekunditas, musim
pemijahan, serta ukuran ikan pertama kali matang gonad (Nikolsky 1963 dalam
Setiawan 2007).
Perbedaan jenis kelamin dari suatu individu ikan dapat ditentukan dengan
memperhatikan karakteristik seksual yang dimilikinya. Karakteristik seksual
bersifat sementara hanya muncul ketika musim ikan mijah, biasanya hanya dapat
dijumpai pada ikan jantan saja (Lagler et al. 1977; Moyle dan Cech (1982)).
Biasanya setiap spesies ikan akan memiliki karakteristik seksual sekunder yang
berbeda - beda.
Berdasarkan sifat seksualitas primer pada ikan di tandai dengan adanya
organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu
ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada
ikan jantan. Ciri seksual primer yaitu alat/organ yang berhubungan langsung
dengan proses reproduksi. Sedangkan berdasarkan sifat seksualitas sekunder dapat
dilihat berdasarkan morfologi ikan tersebut. Biasanya pada ikan betina memiliki
tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan jantan, memiliki tutup operculum
yang kasar pada ikan jantan dan halus pada ikan betina, dan pada ikan jantan
mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Bagi ikan jantan
warna berfungsi untuk menarik perhatian ikan betina.
butiran lemak dan glikogen. Secara umum, hati berfungsi sebagai tempat
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan
empedu (Affandi et al. 2005). Selain berperan dalam perkembangan gonad, Ying
et al. (2009) menunjukkan bahwa indeks hepatosomatik memiliki peranan dalam
pemuasaan, dalam penelitiannya indeks hepatosomatik digunakan untuk
menggambarkan distribusi energi pada ikan, yaitu penurunan pada nilai indeks
hepatosomatik. Hal ini menandakan bahwa adanya cadangan energi yang ada di
hati dipakai untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
Hepatosomatic Index (HSI) adalah persentase antara berat hati dengan
berat tubuh. Perhitungan HSI berguna untuk mengetahui apakah di dalam hati
sudah terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur) pada tubuh ikan
betina. Kuning telur nantinya akan berfungsi untuk cadangan makanan embrio
selama berada di dalam telur. Perhitungan HSI dilakukan berhubungan dengan
fungsi hati dalam proses vitelogenesis yang menyebabkan nilai HSI akan semakin
meningkat. Peningkatan tesebut terjadi karena proses vitelogenesis ini terjadi di
hati. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kematangan gonadnya maka
vittelogenesisnya akan semakin sempurna dan nilai HSInya semakin besar.
2.4.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada
waktu ikan memijah. Nikolsky (1963), menamakan fekunditas yang menunjukkan
jumlah telur yang dikandung individu ikan sebagai fekunditas mutlak,
sedangkan jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan disebut sebagai
fekunditas relatif. Nikolsky (1969) dalam Effendi (1997), menyebutkan bahwa
fekunditas akan bertambah dan menurun, dimana fekunditas maksimum terjadi
pada golongan ikan muda, respon terhadap persediaan makanan dan kematangan
gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat. Fekunditas lebih
sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan berat, karena panjang
penyusutannya relatif kecil tidak seperti berat yang dapat berkurang dangan
mudah (Effendie 1997). Penentuan fekunditas dilakukan dengan menghitung
selisih bobot tubuh induk betina ikan saat matang gonad pada TKG IV sebelum
dipijahkan (pra salin) dengan induk betina ikan setelah dipijahkan (pasca salin).
17
sudah siap untuk dipijahkan. Semakin besar diameter telur maka cadangan kuning
telurnya semakin banyak sehingga larva yang dihasilkan akan besar (Herawati
2017).
terdapat dalam perairan. Nilai indeks pilihan ini berkisar antara +1 sampai -1,
apabila 0 < E < 1 berarti pakan digemari, dan jika nilai -1 < E < 0 berarti pakan
tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E=0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan
terhadap pakannya. Indeks pilihan pada tabel yg didapatkan dari data angkatan
menunjukan bahwa nilai indeks pilihan terbesar terdapat pada nilai 1 dan terkecil
pada nilai -1. Indeks Pilihan ikan nilem menunjukan bahwa menyukai
fitoplankton kelompok Bacillariophycae dan Cyanophycae. Chlorophycae,
Cyanophycae, Desmidiacae dan zooplankton dari kelompok Rotatoria dan
Rhizopoda.
20
21
Log (Berat)
Log (Panjang)
Keterangan:
K = Faktor Kondisi
W = Bobot Ikan (gram)
L = Panjang total (mm)
a = Intercept
b = Slope
Keterangan:
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
= %
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad
Bg = Berat Gonad (gram)
Bt = Berat Tubuh (gram)
tubuh dan berat hati dan dinyatakan dalam bentuk persen. Hepatosomatick Indeks
(HIS) ikan dapat dihitung berdasarkan Effendie (1997) sebagai berikut:
= %
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
Keterangan:
Ds = Diameter telur sebenarnya (mm)
D = Panjang diameter telur (mm)
d = Lebar diameter telur (mm)
3.3.8 Fekunditas
Fekunditas menunjukkan kemampuan induk ikan untuk menghasilkan
anak ikan dalam suatu pemijahan. Fekunditas individu dihitung berdasarkan
metode gravimetric (Effendie 1992) dengan bentuk rumus:
F=xn
Keterangan:
F = Jumlah total telur dalam gonad
G = Bobot gonad setiap ekor ikan
g = Bobot sebagian gonad satu ekor ikan
n = Jumlah telur dari sampel gonad
Fekunditas ikan juga dapat dihitung berdasarkan metode volumetric
(Effendie 1997) dengan bentuk rumus:
X.x=V.v
26
Keterangan:
X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari
x = Jumlah telur dari sebagian gonad
V = Volume seluruh gonad
v = Volume sebagian gonad contoh
Keterangan:
IPi = indeks propenderan
Vi = presentase volume satu macam makanan
Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
Analisis kebiasaan makanan ikan, pakan dikelompokkan menjadi lima
kelompok pakan yaitu fitoplankton, zooplankton, bagian tumbuhan, bagian hewan
dan detritus. Setiap kelompok pakan dapat dikategorikan berdasarkan nilai Indeks
of Preponderan (IP) yaitu sebagai kelompok pakan utama bagi ikan apabila IP
lebih besar dari 20%, pakan pelengkap apabila 5% IP 20% dan pakan
tambahan apabila IP kurang dari 5% (Nikolsky 1963).
= + ( )
Keterangan :
Tp = tingkat trofik ikan
Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ii = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan
bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivore, dan tingkat
trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986
dalam Tjahjo 2001 dalam Nugraha 2011).
A. Aspek Reprpoduksi
Prosedur kerja pada pengamatan aspek reproduksi adalah sebagai berikut:
4.2 Pertumbuhan
29
30
Grafik Histogram diatas menunjukan data ukuran panjang ikan nilem yang
bervriasi dengan ukuran terkecil pada interval 132- 156 mm dan interval terbesar
pada ukuran 282-306 mm. Interval dengan anggota terbanyak ada pada interval
157 181mm dengan anggota 46 % dari total data atau sebanyak 32 ekor.
Interval dengan anggota paling sedikit adalah pada intervall 282- 306 mm dengan
jumlah anggota sebanyak 1 ekor saja. Berbedanya ukuran ikan nilem yang
didapatkan karena dipengaruhi oleh faktor faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nilem itu sendiri. Faktor faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan banyak dipengaruhi faktor lingkungan seperti
makanan, jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Pertumbuhan ikan
bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan
memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor
lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran
(Hepher dan Pruginin 2000).
Hasil pengukuran kelompok kami yaitu kelompok 11 perikanan C pada
ikan nilem (Ostechilus haseltii), didapatkan hasil data panjang SL sepanjang
212mm FL 232mm dan TL sepanjang 266mm. Pengukuran juga dilakukan pada
lingkar kepala dan lingkar badan ikan nilem yang diamati, dengan lingkar kepala
sebesar 134 mm dan lingkar tubuh sebesar 170 mm, apabila melihat dari data
yang didapatkan maka ikan nilem yang diteliti termasuk kedalam interval 257-
281mm dengan anggota 7% saja, ikan yang diteliti termasuk dalam ikan yang
besar apabila dibandingkan dengan ikan dari kelompok lain, hal ini terjadi karena
adanya faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nilem (Ostechilus
haseltii) seperti yang dikatakan oleh Hepher dan Pruginin (2000) faktor yang
mempengaruhi pertumbuhhan yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan
memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor
lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran.
Semakin besar padat penebaran dari suatu kolam akan mempengaruhi proses
pertumbuhan ikan tersebut ikan yang berada pada kolam dengan padat tebar yang
tinggi menunjukan proses pertumbuhan yang cenderung lambat (Suyanto 2002),
namun pada ikan nilem yang diamati faktor faktor eksternal dari ikan nilem itu
31
hampir sama karena ikan nilem yang diteliti merupakan ikan nilem kolam yang
memiliki faktor eksternal sama, maka faktor yang paling berpengaruh dalam
pertumbuhan ikan nilem adalah faktor faktor internal dari ikan itu sendiri (Hepher
dan Pruginin 2000), dan kemungkinan terjadi persaingan dalam mendapatkan
makanan sehingga pertumbuhan dari ikan nilem berbeda.
Praktikum Aspek biologis ikan Nilem (Ostechilus haseltii) dilakukan
pengamatan aspek pertumbuhan yakni distribusi panjang dan distribusi bobot dari
ikan nilem, pada praktikum kali ini digunakan 70 ekor ikan nilem sebagai sampel
dan didapatkan grafik histogram distribusi panjang dan bobot ikan nilem
(Osteochilus haseltii) sebagai berikut.
40%
30% 21%
20% 9% 10% 6%
10% 1% 1%
0%
faktor lingkungan seperti makanan, jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan.
Pertumbuhan ikan bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat
genetis, dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit
serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak
atau padat penebaran (Hepher dan Pruginin 2000), apabila dilihat faktor yang
mempengaruhi pertambahan ukuran panjang dan faktor pertmabahan bobot adalah
sama Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan. Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan
dalam satuan bobot dan ukuran (Rahardjo et al. 2011).
1.10
0.10
132-156 157-181 182-206 207-231 232-256 257-281 282-306
Interval Panjang Total (mm)
Garfik linear diatas mennujukan flutukasi pada faktor kondisi ikan nilem
yang ikan ini mencapai nilai puncak faktor kondisi pada ukuran 157-181 mm
dengan nilai 1,61 dan setelah itu terus menurun, pada interval 132-156 mm faktor
kondisi menunjukan angka 1,32 dan mengalami kenaikan pada interval 157-181
mm dengan nilai faktor kondisi 1,61 dan merupakan nilai faktor kondisi terbesar
pada ikan nilem, nilai faktor kondisi yang besar dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor misalnya pada interval ini ikan nilem mengalami pematangan gonad
sehingga bobot tubuh dari ikan nilem ini bertambah yang mengakibatkan besarnya
nilai faktor kondisi . Peningkatan faktor kondisi terdapat pada waktu gonad ikan
terisi dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan (effendie 1997). Nilai
faktor kondisi selanjutnya mengalami penurunan pada interval 182-206 mm, pada
interval ini kemungkinan yang terjadi pada ikan nilem adalah ikan ini sudah
mengalami pemijahan sehingga faktor kondisi nya menurun atau perubahan dari
pola makan.
4.3 Reproduksi
4.3.1 Rasio Kelamin
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kita lakukan, dalam praktikum
reproduksi didapatkan hasil rasio kelamin antara jantan dan betina pada Ikan
Nilem (Ostechilus haseltii) seperti pada grafik dibawah ini yang didaptkan dari
hasil pengamatan angkatan perikanan 2015 yang terdiri dari 70 kelompok dan 70
ikan yang diamati dan didapatkanlah hasil grafik seperti dibawah ini mengenai
aspek biologi ikan nilem pada rasio kelamin.
Jantan () Betina ()
dan 207 231, sedangkan ikan betina terbanyak tedapat pada interval 157 181
dengan jumlah 12. Pada TKG V hanya ditemukan ikan betina saja dengan interval
157 181 dan 182 206. Hal ini menunjukan bahwa ikan nilem sedang dalam
masa pemijahan yaitu dengan banyaknya ikan yang terdapat pada TKG IV dan
memijah hampir sepanjang tahun pada masa puncak di musim penghujan. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Ghufran (2010) dalam Rochmatin (2014) dimana di
perairan bebas ikan Nilem mulai memijah pada akhir musim penghujan di daerah
yang berpasir dan berair jernih serta agak dangkal.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan perkembangan
dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama perkembangan gonad,
sebagian besar hasil metabolisme ikan tertuju atau digunakan untuk
perkembangan gonad ikan. Peningkatan bobot ovarium dan testis dipengaruhi
oleh ketersediaan pakan ikan tersebut, karena bahan baku yang digunakan dalam
pematangan gonad ikan berupa karbohidrat, lemak dan protein (Kamler 1992).
10.00%
5.40%
5.00% 3.29%
0.50% 0.67%
0.00%
1 2 3 4 5
Grafik histogram tentang hubungan TKG terhadap IKG ikan nilem jantan ,
persentase terbesar ada pada ikan nilem jantan dengan TKG III dan menurun pada
TKG IV, hal ini seharusnya TKG IV memiliki nilai IKG yang tinggi tetapi pada
ikan nilem jantan IKG terbesar terdapat pada fase TKG III, hal ini disebabkan
oleh faktor internal dari ikan yang menyebabkan perbedaan bobot gonad dari ikan
tersebut antara lain faktor genetik dari ikan tersebut (Herawati 2017)
Ikan betina akan memijah dengan nilai IKG berkisar antara 10-25%,
sedangkan ikan jantan akan memijah pada nilai IKG berkisar antara 5-10%. Ikan
jantan umumnya memiliki nilai IKG yang lebih kecil dibandingkan denagn nilai
IKG ikan betina. Nilai IKG yang tinggi sangat berkaitan dengan Tingkat
40
Hubungan
15.00%
TKG dan IKG terhadap
12.78%
HSI
10.00%
HSI
5.40% TKG
5.00%
3.29% HSI
1.84%
0.00% 0.50%
0.45% 0.67%
0.16% 0.13% 0.11%
TKG I TKG IITingkat
TKGKematangan
III TKG IV
GonadTKG V
Gambar 15 . Hubungan TKG terhadap HSI
aktif menentukan kebutuhan vitelogenin sehingga organ hati bertambah berat dan
ukurannya pun bertambah. Kagawa et al. (1984) in Zairin (1996) juga
menjelaskan bahwa tahap awal yang harus dilalui dalam pengembangbiakan
adalah tahap pematangan gonad yang dimulai dari proses vitelogenesis(proses
sintesis kuning telur) yang terjadi di dalam hati. Lalu Nagahama (1987) in Zairin
(1996) menambahkan setelah disintesis vitelogenindilepas ke aliran darah
kemudian secara selektif akan diserap oleh oosit, sehingga akibat penyerapan ini
sel telur akan membesar.
Hal ini menunjukan bahwa ikan nilem mengeluarkan energi yang besar
untuk pembentukan kuning telur, yang didukung dengan pernyataan hati yang
berperan dalam pembentukan kuning telur atas rangsangan hormon esterogen,
maka ketika TKG-nya tinggi, HSI-nya semakin menurun yaitu pada TKG IV
dengan persentase 12,78% dan HSI 1,84%.
4.3.5 Fekunditas
Fekunditas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas ikan. Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan
oleh induk betina atau jumlah telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan
(Nikolsky, 1969 dalam Ali 2005). Jumlah fekunditas pada spesies yang sama
dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran diameter
telur. Semakin kecil ukuran diameter telur, kemungkinan jumlah fekunditasnya
lebih besar. Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama musim pemijahan
bergantung pada jumlah fekunditas dan frekuensi pemijahannya. Fekunditas ikan
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran badan, yang
dipengaruhi oleh jumlah makanan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti
suhu. Kelompok 11 tidak melakukan pengamatan fekunditas dikarenakan
mendapat ikan yang berjenis kelamin betina dengan TKG II dan telur belum
terlihat jelas untuk dilihat fekunditasnya.
Berdasarkan data angkatan ikan yang memiliki nilai fekunditas terbanyak
yaitu 109005 butir pada kelompok 36 dengan IKG 13,93%, panjang 203 mm, dan
bobot 91 gram. Sedangkan ikan yang memiliki nilai fekunditas terkecil yaitu 688
butir pada kelompok 9 dengan IKG 1,89%, panjang 250 mm dan bobot 38 gram.
42
fekunditas dikarenakan mendapat ikan yang berjenis kelamin betina dengan TKG
II dan telur belum terlihat jelas untuk dilihat kematangannya.
Pergeseran telur dengan tahap inti ditengah yang paling banyak berada pada
Tingkat Kematangan Gonad ke III di kelompok 15 dan Tingkat Kematangan
Gonad IV di kelompok 9, yaitu sebanyak 30. Dilihat dari sedikitnya jumlah
tingkat kematangan telur dari seluruh angkatan, hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar ikan nilem betina belum memasuki pemijahan dilihat dari tingkat
kematangan telur dan diameter telur nya. Hal ini didukung dengan pendapat
menurut (Effendi, 1997) semakin besar ukuran diameter telur maka semakin
tinggi tingkat kematangan telur ikan, karena terjadinya pengendapan kuning telur
dan pembentukan butir minyak telur.
hewan dan detritus. Setiap kelompok pakan dapat dikategorikan berdasarkan nilai
Indeks of Preponderan (IP). Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang
disajikan kedalam grafik diatas menunjukan bahwa nilai IP paling besar yaitu
sebesar 71,64%. Nilai tersebut menunjukan banyaknya Detritus yang dimakan
oleh ikan nilem (Osteochilus hasselti). Nilai indeks propenderan sebesar itu yaitu
71,64% maka dapat digolongkan detritus sebagai makanan utama dari ikan nilem,
hal ini diperkuat juga oleh peryataan dari suatu jurnal yang menyatakan bahwa
jika nilai indeks propenderan lebih dari 20% maka jenis makanan tersebut
merupakan makanan utama, jadi dapat disimpulkan bahwa makanan utama dari
ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan detritus (nugraha 2011) . Kemudian
dari grafik tersebut juga kita dapat melihat bahwa prosentase bagian tumbuhan
sebesar 11,74% dan prosentase dari chlorophycae sebesar 12,48%. Berdasarkan
data tersebut menunjukan bahwa bagian tumbuhan dan chlorophycae merupakan
pakan pelengkap dari ikan nilem (Osteochilus hasselti) hal tersebut diperkuat oleh
pernyataan Nugraha (2011) yang menyatakan bahwa suatu pakan dapat
digolongkan kedalam pakan pelengkap apabila nilai dari indeks propenderan
sebesar 5% IP 20%. Jika kita melihat dari grafik tersebut ada beberapa pakan
yang merupakan pakan tambahan diakarenakan nilai dari Indeks propenderan
yang lebih kecil dari 5% yaitu Bacillariophycae sebesar 2,29%, Desmidiacae
sebesar 0,02%, Chrysophycae sebesar 0,75%, Rotatoria sebesar 0,15%, Copepoda
sebesar 0,27%, Tardigrada sebesar 0,10%, Nemata sebesar 0,06%, Platyhelmintes
sebesar 0,15%, Benthos sebesar 0,04% dan bagian hewan 0,32%.
2.00
1.00
0.00
TINGKAT TROFIK
Gambar 17 . Tingkat trofik Ikan nilem
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat mengetahui
pertumbuhan dan rasio kelamin, reproduksi, dan Food and Feeding Habits ikan
kembung yang berasal dari. Dapat disimpulkan bahwa :
1. Tipe pola pertumbuhan pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) memiliki
tipe pertumbuhan allomerik positif yang berarti pertumbahan panjang
lebih lambat dari pertambahan bobot. Bentuk tubuh dari Osteochilus
hasselti adalah compressed karena ikan ini memiliki tipe pertimbuhan
allometrik positif dengan nilai yang tidak terlalu jauh dari angka 3 sehigga
bentuk tubuhnya tidak terlalu bulat dan cenderung pipih
2. Aspek reproduksi ikan nilem, ikan nilem merupakan ikan yang monogami
ditandai dengan rasio kelamin antara ikan jantan dan betinanya yang
hampir seimbang atau hampir 1:1. Tingkat Kematangan Gonad pada ikan
nilem dipengaruhi oleh ukuran dari ikan nilem, ukuran pertama kali
matang gonad pada saat ukuran ikan pada 127mm 136 mm pada ikan
betina dan lebih besar pada ikan jantan. Hepatosomatic index pada
Osteochilus hasselti mencapai puncaknya pada TKG III dan turun pada
TKG IV, nilai HSI tinggi pada TKG III karena pada TKG III ikan sedang
melakukan proses vitalogenesis yang menyebabkan bobot hati bertambah
karena dibutuhkan bayak energi untuk melakukan vitalogensis dan turun
pada TKG IV karena proses vitalogenesis telah usai. Diameter dari telur
ikan kembung betina berukuran kecil apabila dibandingkan dengan ikan
yang lain maka dari itu nilai fekunditas ikan kembung tinggi dikarenakan
gonad dapat menampung lebih banyak telur karena ukuranya kecil.
3. Kebiasaan makan dianalisis dengan indeks preponderan. Tingkat trofik
dari ikan kembung ini menunjukan angka 2,723 yang menandakan ikanini
adalah ikan yang omnivora tetapi cenderung karnivora karena dilihat dari
indeks preponderan ikan kembung terdapat banyak zooplankton didalam
47
48
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian mengenai analisis aspek biologi pada ikan kembung
perempuan lebih banyak lagi dilakukan dan lebih intensif oleh pihak-pihak terkait,
agar data-data yang masih belum ada dapat dilengkapi lagi. Dengan demikian,
diharapkan pengetahuan mengenai aspek biologi ikan kembung perempuan dapat
bertambah lagi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti DP. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (tpsu) ikan kembung di
Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Bal DV & Rao KV. 1984. Marine fisheries. Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited. New Delhi. 470 p.
Brown ME. 1957. The physiology of fishes volume 1 Metabolism. Academic Press
Inc. New York.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Jogjakarta.
Febianto S. 2007. Aspek biologi reproduksi ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua
Hamilton-Buchanan, 1822) di perairan Ujung Pangkah, kabupaten Gresik,
Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
49
50
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Fishing News Book Ltd., London. 436
hlm. Jakarta. 83 hal. Inc. London
Kottelat, M., et al. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi.
Peripulus Edition Limited. Munich. Germany.
Lumbanbatu DTF. 1979. Aspek biologi reproduksi beberapa jenis ikan di waduk
Lahor, Jawa Timur. Karya ilmiah. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak dipublukasikan. 169 p.
Luvi, D.M. 2000. Aspek Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Kembung
Perempuan (Barbodes balleroides) di Sungai Cimanuk, Sumedang, Jawa
Barat. Skripsi MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
McKeown BA. 1984. Fish migration. Croom Helm Ltd, Australia. 11p.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Bandung. Viii + 508 h.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana, Volume XXX.
Sari MR. 2004. Pendugaan potensi lestari dan musim penangkapan ikan kembung
di perairan Lampung Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
51
Sulistiono, Tri HK, Etty R & Seiichi W. 2001. Kematangan gonad beberapa jenis
ikan buntal (Tetraodon lunaris, T. fluviatilis, T. reticularis) di Perairan
Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1(2): 25-30.
Suwarso, Tri Ernawati dan Tuti Hariati. 2015. BIOLOGI REPRODUKSI DAN
DUGAAN PEMIJAHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger Brachysoma) DI
PANTAI UTARA JAWA. Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta
Zairin MJR. 1996. Aktivasi proses vitelogenesis untuk pematangan gonad ikan
balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker) betina. Biosfera. 5 : 39-
47.
Zamroni, A., Suwarso & N.A. Mukhlis. 2008. Biologireproduksi dan genetik
populasi ikan kembung (Rastrelliger brachysoma, Famili SCOMBRIDAE)
dipantai Utara Jawa. Jurnal Penelitian Perikan Ind. 14 (2): 215-226.
Pinset Benang
Ikan Nilem
55
Lampiran 2. Kegiatan
56
Lampiran 3. Tabel
Tabel 4.
Regresi
Hubungan
Panjang 150 44 2,18 1,64 4,74 2,70 3,58
Bobot Ikan
nilem
Perempuan1
2 160 53,63 2,20 1,73 4,86 2,99 3,81
3 194 93 2,29 1,97 5,23 3,87 4,50
4 238 155,85 2,38 2,19 5,65 4,81 5,21
5 220 114 2,34 2,06 5,49 4,23 4,82
6 168 53 2,23 1,72 4,95 2,97 3,84
7 232 141 2,37 2,15 5,60 4,62 5,08
8 170 52 2,23 1,72 4,97 2,94 3,83
9 150 38 2,18 1,58 4,74 2,50 3,44
10 150 40 2,18 1,60 4,74 2,57 3,49
59
( ) ( )
=
( ) ( )
( )
=
(( )( . ) ( )( ))
=
[( (( ) ) ( ) ][( (( ) ) ( ) ]
R 0,974351787
r 0,987092593
61
ctabel 3,84
Kelas Vi Oi Vi Oi IP
Bagian tumbuhan 10 614 6140 11,74%
Detritus 10 3748 37480 71,64%
Ikan 10 0 0 0,00%
5,19
= 100% = 5,52%
94
Hepatosomatik Indeks
BH
= 100%
BT
0,74
= 100% = 0,78%
94
65