Analisa Lumpur Pemboran
Analisa Lumpur Pemboran
I. SISTEMATIS PEMBORAN
Sistim pemboran putar (rotary drilling) saat ini sudah maju sedemikian rupa.
Diawal sistim rotary drilling Lumpur dimaksudkan untuk mengangkat serbuk bor
(cuttings) dari dasar sumur ke permukaan saja. Tetapi dengan majunya teknologi, Lumpur
mempunyai banyak fungsi dalam dunia pemboran dalam mengatasi problema-problema
pemboran.
Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari percampuran
zat cair, zat padat dan zat kimia. Zat cair disini sebagai bahan dasar agar lumpur yang
terjadi dapat dipompakan. Zat padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikkan
berat jenis dan untuk membuat lumpur mempunyai kekentalan tertentu. Sedangkan zat
kimia dapat berupa zat padat maupun zat cair yang bertugas untuk mengontrol sifat-sifat
lumpur agar sesuai dengan yang dinginkan.
Sifat-sifat lumpur harus disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan ditembus.
Karena lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui oleh lumpur
adalah bermacam-macam atau berubah-ubah, maka kita selalu mengubah-ubah sifat
lumpur dengan menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus
selalu diukur, baik lumpur yang mau masuk ke dalam lubang maupun lumpur yang baru
keluar dari dalam sumur.
Di tinjau dari zat cair pembentuk lumpur, maka lumpur pemboran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu air dan minyak. Lumpur berfasa air atau water base mud,
mempunyai fase yang kontinu adalah air. Sedangkan lumpur berfase minyak mempunyai
fasa yang kontinu adalah minyak. Pada lumpur berfasa minyak kalau terdapat air, fasa
airnya merupakan fasa yang teremulsi. Lumpur ini lebih dikenal dengan Emulsion mud
atau Oil in water emulsion mud atau disebut juga dengan Inverts Mud.
Selama pemboran berlansung dihindari agar dinding lubang jangan runtuh. Kalau
runtuh maka rangkaian pemboran akan terjepit. Ini merupakan problema dalam dunia
pemboran. Lumpur membentuk lapisan pada dinding lubang dan lumpur memberikan
tekanan ke dinding lubang. Dengan ini maka dinding lubang dapat terhindar dari
keruntuhan buat sementara. Untuk lubang yang sudah cukup dalam dinding lubang
cenderung untuk runtuh, sehingga harus dipasang casing.
Bit yang selalu bersentuhan dengan formasi disaat sedang membor, akan cepat aus bila
tidak ada yang mendinginkan. Dengan adanya sirkulasi lumpur maka bit akan
didinginkan . Lumpur juga bertindak sebagai pelumas, sehingga putaran dari rangkaian
pemboran akan lebih baik.
Disaat menambah drill pipe atau saat mencabut rangkaian sirkulasi dari lumpur
dihentikan, cutting yang berada dalam perjalanan di annulus menuju permukaan juga
akan berhenti. Disaat ini lumpur harus dapat menahan cutting tersebut agar jangan turun
ke dasar lubang, sebab kalau turun, cutting akan menjepit rangkaian pemboran.
Diwaktu pembelokan lubang pada pemboran berarah, digunakan suatu alat yang
disebut dengan dyna drill. Rangkaian pemboran disini tidak berputar, hanya bitlah yang
berputar . Tenaga untuk memutar berasal dari lumpur. Untuk lebih memberikan gambaran
tentang fungsi lumpur. liat gambar berikut.
Lumpur memberikan gaya yang apung, menurut hukum Archimedes benda yang
berada dalam cairan akan berkurang beratnya sebesar zat cair yang dipisahkan benda
tersebut. Jadi rangkaian pemboran dalam lumpur akan berkurang beratnya.
Reactive Solid.
Padatan yang bereaksi dengan zat cair lumpur bor disebut dengan reactive solid.
Padatan ini membuat Lumpur menjadi kental atau berbentuk koloid.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sebagai reactive solid adalah susu.
Susu bila dicampurkan dengan air akan membuat air susu yang berbentuk koloid.
Dalam Lumpur bor yang bertindak sebagai reactive solid adalah botonite. Yang
mana bila bontonite bercampur dengan air maka terbentuk Lumpur bor yang
berbentuk koloid.
Air yang bercampur dengan bontonite ini adalah air tawar. Bila sebagai bahan dasar
air laut maka sebagai reactive solid adlah attapulgite, dalam attapulgite dapat
bereaksi dengan air asin maupun dengan air tawar.
Inert Solid.
Inert solid merupakan padatan yang tidak bereaksi dengan zat cair Lumpur bor.
Dalam kehidupan sehari-hari pasir yang diaduk dengan air kalau kita diamankan
beberapa saat, akan turun ke dasar bejana dimana kita mengaduknya. Disini pasir
disebut dengan inert solid. Di dalam Lumpur bor inert solid berguna untuk
menambah berat atau berat jenis dari Lumpur, yang tujuannya untuk menahan
takanan dari formasi.
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam Lumpur bor adalah
barite.
Sifat-sifat dari Lumpur bor diatur sedemikian rupa sehingga tidak minimbulkan
problema diwaktu pemboran berlansung. Kalau selama pemboran berlangsung terjadi
perubahan sifat-sifat dari Lumpur maka dilakukan perbaikan-perbaikan dengan segera
dengan menambahkan zat-zat kimia.
Umumnya juga dalam dunia pemboran berat jenis Lumpur dinyatakan dalam bentuk
Specific Gravity (SG).
Specific Gravity adalah perbandingan berat jenis Lumpur bor dengan berat jenis air
tawar.
SG = .(1)
w
Dimana :
Dalam merencanakan selalu harus dibuat berat jenis dari Lumpur memberikan tekanan
hidrostatis Lumpur yang lebih besar dari tekanan formasi yang akan ditembus.
Hubungan berat jenis Lumpur dengan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut:
Ph h .(2)
Dimana:
Ph = tekanan hidrostatis Lumpur bor untuk kedalam h.
Ph 0.052. . h (3)
Dimana:
Ph = dalam satuan psi, dan h dalam satuan ft, serta berat jenis Lumpur dalam
satuan ppg.
7.48 lb
144 in 2
Dimana Ph dalam suatu ksc, berat jenis dalam satuan gr/cc dan h dalam meter.
Faktor konversi 10 dapat dicari seperti cara di atas.
Tekanan
Pfr
Ph
Kedalaman
Contoh soal :
Gradient tekanan formasi adalah 0.55psi/ft. safety untuk kelebihan adalah
Penyelesaian :
Tekanan formasi adalah 0.55 psi/ft x D ft = 0.55 D psi
Tekanan hidrostatis 1.08 x 0.05 D psi = 0.594 psi
0.594 D psi = 0.052 x x D ft
= 11.42 ppg
Tekanan formasi dapat dinyatakan dalam bentuk gradient tekanan.
Pf = Gf x D ....(5)
Dimana :
Pf = tekanan formasi, psi.
Gf = gradient tekanan formasi, psi/ft.
D = kedalaman, ft.
Untuk gradient tekanan formasi antara 0.433 psi/ft sampai dengan 0.465
psi/ft, formasi dikatakan bertekanan normal. Bila gradient tekanan lebih besar dari 0.465
psi/ft, formasi bertekanan abnormal, dan lebih kecil dari 0.433 psi/ft bertekanan sub
normal.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut, yang mana dapat dilihat
tekanan hidrostatis Lumpur berada diantara tekanan rekah dan tekanan formasi untuk
setiap kedalaman sumur.
Pada lengan bersekala dapat terbaca berat jenis dalam satuan ppg, ataupun dengan satuan
gr/cc. Juga ada yang menyatakan SG dari Lumpur.
Peralatan ini harus dikalibrasi secara periodik, cara melakukan kalibrasi adalah sebagai
berikut :
Untuk jelasnya liat pada gambar berikut. Disitu terlihat dua kondisi. Kondisi komponen
lumpur yang diperlihatkan terpisah antara air dan bentonite, dengan arti kata lumpur
belum diaduk, dan yang kedua yang sudah menjadi lumpur.
Bentonite
Air Lumpur
(1) (2)
Gw + Gbt = Gm ..(8)
Dimana :
Gw = berat air
Gbt = berat bentonite
Gm = berat Lumpur yang terjadi.
Contoh soal :
Buatlah suatu Lumpur bentonite dari air tawar. Bila berat jenis bentonite adalah 21.6ppg.
Berapa volume bentonite dan air yang harus disediakan agar didapat 2000 bbl Lumpur
yang mempunyai berat jenis 10 ppg.
Penyelesaian :
Dari persamaan 7, maka :
Vw + Vbt = 2000 Vw = 2000 Vbt
Dari persamaan (9),
(2000 Vbt) 8.33 + Vbt (21.6) = 2000 (10)
Vbt = 251.7 bbl
Vbt = 2000 251.7
= 1748.3 bbl.
Jadi untuk soal diatas diperlukan bentonite 251.7 bbl, dan air sebanyak 1748.3 bbl.
Umumnya bentonite dinyatakan dalam jumlah sack, satu sack bentonite adalah 94 lb.
Sehingga untuk contoh soal diatas jumlah bentonite yang diperlukan adalah :
lb 42 gal sack
= 521.7 bbl x 21.6 gal x bbl
x
94 lb
251.7 x 21.6 x 42
= sack
94
= 2429.17 sack
= 2430 sack
Barite
Lumpur
yang terjadi
Lumpur Lama
Lumpur lama dan barite yang ditambahkan tampak pada kondisi pertama,
dan Lumpur baru yang terjadi dilihat/tampak pada kondisi yang kedua.
Bila volume Lumpur lama adalah Vm1, dengan berat jenis m1. Volume barite yang
ditambahkan adalah Vbr, dengan berat jenis br. Lumpur yang terjadi dengan volume Vm2
dan berat jenisnya m2. Analog dengan persamaan sebelumnya berlaku persamaan:
Contoh soal :
Bila Lumpur pada soal sebelumnya dinaikkan berat jenisnya menjadi 12 ppg, berapa sack
barite yang harus ditambahkan? (1 sack barite 100 lb, SG 4.3 )
Berapa volume Lumpur yang terjadi ?
Penyelesaian :
Menurut persamaan 10.
2000 + Vbr = Vm2
13 lb 42 gal
= 167.93 bbl x 4.3 x gal x bbl
sack
= 252639.31 lb x 100 lb
= 2526.38 sack
= 2527 sack.
Vs
% Vol solid = x 100 % .(12)
Vm
Dimana Vs adalah volume padatan yang ada dalam lumpur. Sedangkan prosentase berat
padatan dalam lumpur :
Vs s
% Brt solid = x 100% .(13)
Vm
Melihat kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh viskositas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, maka melakukan pengukuran-pengukuran viskositas secara periodik,
diwaktu Lumpur mau masuk ke dalam sumur maupun Lumpur yang kembali dari dalam
lubang.
Mud dimasukkan ke dalam corong sebanyak 1500 cc, dan tutup ujung
corong dengan jari. Masukkan ke dalam cangkir sambil menghidupkan stopwatch.
Setelah volume Lumpur didalam cangkir mencapai 946 cc, matikan stopwatch. Waktu
mulai stopwatch dihidupkan sampai volume Lumpur mencapai 946cc didalam cangkir
dicatat sebagai viskositas dari Lumpur. Satuan yang digunakan adalah detik.
Peralatan yang digunakan diatas perlu dikalbrasi dengan mengunakan air
tawar. Bila dengan cara yang sama dengan menggunakan viskoitas Lumpur didapatkan
viskositasnya 26detik= 0.5 detik, dinyatakan bahwa peralatan adalah pada corong ada
Masukan Lumpur kedalam tabung, rotor sleeve ditenggelamkan ke dalam Lumpur. Putar
sleeve ebesar 600 RPM sampai jarum pembacaan menunjukan angka yang konstan, dan
dicatat angkanya. Kemudian lakukan pula untuk putaran 300 RPM. Selisih pembacaan
dengan putaran 600 RPM dan 300 RPM merupakan viskositas plastic dari Lumpur.
Dalam operasi pemboran sering kali viskositas dari Lumpur naik, hal ini dikarenakan
oleh :
Flukulasi
Padat tertentu banyak di dalam Lumpur
Diwaktu menembus formasi clay ataupun formasi yang batuannya berupa padatan
yang relative, viskositas akan naik. Ini disebabkan oleh bertambah besarnya daya tarik
menarik atau gaya tarik menarik antar partikel didalam lumpur, sehingga air semakin
terjebak, inilah yang disebut Flokulasi.
Selain dari itu Flokulasi terjadi juga akubat lumpur terkontaminasi oleh gypsum,
anhydrite atau semen.
Bila menenbus lapisan formasi begini, kita harus tambahkan bahan-bahan kimia
untuk menurunkan viskositas yang disebut dengan Thinner.
Banyaknya padatan yang terdapat tidak relative dapat meneikan viskositas lumpur,
karena padatan yang relative terikat oleh padatan yang relative.
Kalau kenaikan viskositas karena hal ini maka penggulanganya adalah dengan
penambahan air ke dalam lumpur.
Misalnya sirkulasi berhenti disaat penggantian bit. Agar formasi idak pecah di dasar
lubang, maka sirkulasi dilakukan secara bertahap. Dan sebelum melakukan Sirkulation
Rotary table diputar terlebih dahulu untuk memecah gel. Tahap-tahap yang bisa
dilakukan adalah sebagai berikut :
Turunkan rangkaian sepertiga kedalaman, lakukan sirkulasi dengan
memutar rotary terlebih dahulu.
Kemudian lakukan hal yang sama untuk dua per tiga kedalaman.
Yang terakhir lakukan hal yang sama bila bit sudah mencapai hamper
kedasar lubang.
Mudah mudahan dengan cara begitu gel sudah pecah dan tenaga yang diperlukan untuk
sirkulasi kembali dari Lumpur tidak begitu besar. Dan Formasi tidak Pecah.
Yield point sangat penting diketahui untuk perhitungan hidrolika Lumpur. Dimana
yield point mempangaruhi kehilangan tekanan diwaktu Lumpur bersirkulasi. Untuk
menentukan yield point Lumpur bor dapat digunakan stomer viscometer ataupun Fann
VG Meter.
Caranya adalah sebagai berikut:
Sama seperti pengukuran viskositas plastic dari Lumpur dimana dicatat hasil pembacaan
setelah diputar dengan 600 rpm dan 300 rpm.
Selisih dari pembacaan 300 rpm dengan viskositas plastic adalah point dari Lumpur.
Viskositas plastik, gelstrength dan yield point dari lumpur dikelompokan sebagai sifat
rheologi ari lumpur.
4.5. Filtration Loss
Sebagai mana disebutkan pada halaman-halaman sebelumnya, bahwa Lumpur
terdiri dari komponen padat dan komponen cair. Karena pada umumnya dinding lubang
sumur mempunyai pori-pori, komponen cair dari lumpurakan masuk ke dalam dinding
lubang bor. Zat cair yang masuk ini disebut dengan filtrat. Padatan dari lumpur akan
menempel pada permukaan dari dinding lubang. Bila padatan yang menempel ini sudah
Diwaktu penyemenan mud cake yang tebal kalau tidak terkikis akan
menyebabkan ikatan semen dengan dinding lubang tidak baik. Hal ini akan menyebabkan
adanya channling semen. Oleh sebab itu filtration loss perlu dibatasi. Dimana selalu
dilakukan pengukuran-prngukuran tentang filtration loss dan mud cake Lumpur bor.
Penamaan Lumpur bor berdasarkan bahan dasar pembutannya. Sehingga jenis Lumpur
bor dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Water Base Mud
Oil Base Mud
Emulsion Mud
% volume solid :
Vs (dmb dml)
x 100 x 100 .(2 5)
Vmb (ds dml)
% berat solid :
ds x Vs ds (dmb dml)
x 100% x 100 (2 6)
dmb x Vmb dml (ds dml)
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG=4,3, untuk
menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
(dmb dml)
Ws 684 x .(2 7)
(35,8 dmb)
Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barite/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG =2,5 maka untuk tiap
barrel lumpur diperlukan :
(dmb dml)
Ws 398 x .....(2 8)
(20,8 dmb)
Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan lumpur dari
partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan prosen volume
dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron. Hal ini dilakukan
melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk menentukan kandungan
Vs
pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah : n x 100
Vm
..(2 9)
Dimana :
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur
Gb. 2.1
Mud Balance
Gb. 2.3
Sand Content set.
2. 5. PERHITUNGAN
1. Densitas :
Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 Bentonite
Densitas lumpur dasar + 1 gr barite : 8,65 ppg
2. Sand Content :
Penambahan pasir sebesar 8.5 gr menghasilkan sand content 0.25 %
3. Kadar cairan lapisan :
Volume minyak : 0,3 ml
Volume air :9 ml
% volume minyak : 0,3 ml x 10 = 3%
1.08 gram
SGpadatan rata-rata : gr padatan / ml padatan = 1.54
0.7 ml
1.08
% berat padatan = 100% 10.47%
10,32
Tabel 2.2. Data Densitas, Sand Content, & Pengukuran Kadar Minyak Lumpur Bor
(Additive Air)
LD
Ad Berat
Bent Sand Kdr Kdr Kdr Kdr
d pasir
Air,c onite Cont Solar Oil Pdtn, air,
Plug Air ppg
, (gr) (%) (ml) (%) (%) (ml)
cc
gr
K 350 22.5 2 8.65 5.5 0.25 5.5 2 25 7.3
2.7. PEMBAHASAN
Dalam operasi pemboran, densitas lumpur sangat penting karena salah satu
fungsinya sebagai penahan tekanan formasi. Densitas merupakan berat per satuan
volume. Besarnya densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi untuk
mencegah serendah mungkin terjadinya lost circulation dan kick, serta mengoptimalkan
laju penembusan.
Pengukuran densitas dilakukan dengan alat Mud Balance, yang awalnya telah
dikalibrasi dengan aquadest (8.33 ppg). Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan
densitas lumpur 8.6 ppg. Faktor yang mempengaruhi pengukuran densitas dengan
menggunakan peralatan Mud Balance antara lain :
Ph = 0.052 x x h
2.8. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapat :
o Densitas lumpur = 8.65 ppg
o Volume minyak = 0.3 ml
o Volume air =9 ml
o % volume air = 90 %
o % volume padatan = 22 %
o % volume oil =3 %
o % berat padatan = 10.47 %
o gram minyak = 0,24 gr
o gram lumpur = 10,32 ppg
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat rheology
fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat rheology fluida pemboran sangat penting
mengingat efektifitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung dari viskositas.
Viskositas plastik (plastic viscosity) sering kali digambarkan sebagai bagian dari
resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Yield point adalah bagian
resistensi untuk mengalir yang merupakan akibat dari gaya tarik-menarik antar partikel,
gaya ini disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan partikel terdispersi dalam fasa
fluida.
Gel strength dan yield point adalah gaya tarik-menarik dalam suatu sistem lumpur
jika gel strength adalah gaya tarik-menarik yang statik, maka yield point merupakan gaya
tarik-menarik pada suatu keadan dinamik.
(300 C)
a = ...............................................................(3 4)
RPM
Dengan memasukkan persamaan (1) dan (2) kedalam persamaan (5) didapat :
p = C600 C300..............................................................(3 6)
Yb = C300 - p.................................................................(3 7)
Dimana : p = plastic viscosity, cp
Yb = yielt point Bingham, lb/100 ft2
C600 = dial reading pada 600 RPM, derajat
C300 = dial reading pada 300 RPM, derajat
Gb. 3.2
Fann VG Meter.
Gb. 3.3
3.5.PERHITUNGAN
- Waktu alir lumpur dalam Mursh Funnel = 62 detik
- Pengukuran dengan Funn VG
- Pengukuran Gel Strenght dengan Funn VG
1. Selama 10 detik = 10
2. Selama 10 menit =2
- Plastic Viscosity (p) = C600 C300
= 11 6
= 5 cp
= 1 lb/100ft
3.7 PEMBAHASAN
Dalam percobaan dengan menggunakan Mursh Funnel untuk mengukur viskositas
kinematik lumpur dasar didapatkan waktu alir untuk penambahan 3.4 gr CMC pada
lumpur dasar 35.5 detik. Waktu alir yang diukur menunjukkan kecepatan alir dari fluida
pemboran dalam melewati Mursh Funnel yang menunjukkan viskositas kinematiknya.
Pada percobaan pengukuran shear stress dengan alat Funn VG meter didapatkan data
untuk lumpur dasar pada 300 RPM dial readingnya 6 dan pada 600 RPM dial readingnya
11, dengan viscositas plastic sebesar 5 cp. Dengan demikian dapat diamati bahwa
penambahanCMC dapat menaikkan shear stress dan viscositas plastic karena tingkat
viscositas kinematiknya tinggi., sedangkan penambahan spersene dapat menurunkan
shear stress dan viscositas plastiknya karena tingkat viscositas kinematiknya rendah.
Viscositas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penetration rate turun, pressure lost
tinggi, sukar melepaskan gas dan cutting dari lumpur dipermukaan, sedangkan jika
4.7. KESIMPULAN
1. Dengan melihat data diatas, maksud penambahan dextrid kedalam Lumpur dasar
dalah untuk merubah sifat rheologi fluida pemboran terutama dari Lumpur pemboran
yaitu Lumpur dasar .Additive dextride yang ditambahkan berfungsi untuk
meningkatkan viscositas dan gel strength dari Lumpur dasar sehingga efektifitas
pengangkatan cutting di lubang bor seoptimal mungkun,sehingga tidak terjadi
pengendapan pada dasar sumur yang dapat mengakibatkan kesukaran pada pemboran
selanjutnya.
2. Penambahan bentonite pada Lumpur dasar dapat mengakibatkan peningkatan gel
strength dan penurunan viscositas serta yield point sehingga apabila gel strength
Ketika terjadi kontak antara Lumpur pemboran dan batuan porous, batuan tersebut
akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil
melewatinya. Fluida yang hilang kedalam batuan disebut filtrate. Sedangkan lapisan
partikel-partikel besar bertahan dipermukaan disebut filter cake. Proses filtrasi diatas
hanya terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan positif kearah batuan. Pada dasrnya ada
2 jenis filtaration yang terjadi selama pemboran yaitu static filtation dan dynamic
filtration. Static filtration terjadi jika lumpur pemboran dalam keadaa diam, dan dynamic
filtration terjadi ketika lumpur pemboran dalam keadaan disirkulasikan.
Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol, maka ia akan
menimbulkan berbagai maslah, baik selama operasi pemboranmaupun dalam evaluasi
formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis akan merrupakan bantalan yang baik
antara pipa dan permukaan lubang pemboran.mud cake yang tebal akan terjadi
penyempitan lubang pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar, sedangkan filtratnya
akan menyusup ke formasi dan akan menyebabkan damage pada formasi.
Dimana :
A : Filtration Area
K : Permeabilitas Cake.
Cc :Volume fraksi solid dalam mud cake.
Cm: Volume fraksi solid dalam lumpur.
P : Tekanan filtrasi.
t : Waktu filtrasi = viskositas filtrate.
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah 2 kejadian dalam pemboran yang
berhubungan erat, baik waktu kejadiannya maupun sebab dan akibatnya. Oleh sebab itu
maka pengukurannya dilakukan secara bersamaan.
Persamaan yang umum digunakan untuk static filtration loss adalah :
1
t2 2
Q2 = Q1 x
t1
Dimana :
Q1 = fluida loss pada waktu t1
4.3.2. Bahan
Bentonite
Aquadest
PAC-L
Spresene
Gb. 4.1
Filter Press
4.5. PERHITUNGAN
- Tebal mud cake = 0.185 cm
- PH =9
- Volume filtrat = 17 ml
4.7 PEMBAHASAN
Apabila sirkulasi darilumpur pemboran telah mencapai dasar lubang bor dan telah
terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan reservoir, maka batuan reservoir
akan secara otomatis bertindak sebagai saringan dari lumpur pemboran serta partikel-
partikel kecil yang mungkin terlarut pada lumpur bor. Keadaan batuan reservoir yang
bertindak sebagai saringan bagi lumpur pemboran terjadi karena sifat porosity dari batuan
reservoir tersebut sehingga memungkinkan fluida untuk melewatinya yang disebut
dengan filtrate. Namun karena sifatnya sebagai saringan, dimana hanya fluida dan
partikel tertentu yang dapat melewatinya maka terdapat sebagian partkel yang tertahan di
bagian atas batuan yang disebut filter cake .
Pengukuran filtration loss dan mud cake harus fiukur setiap saat agar tidakterjadi
masalah pada saat operasi pemboran maupun selama evaluasi formasi dan tahap
produksi.
Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik antara pipa pemboran dan
permukaan lubang bor. Sedangkan mud cake yang tebal akan terjepit pipa pemboran
sehingga sulit untuk diangkat dan diputar.
Pada percobaan kali ini, kita menggunakan peralatan filter press untyuk mengetahui
besarnya filtration loss dari lumpur pemboran.
Prinsip yang digunakan pada peralatan filter press adalah cup dari filter press
tersebut diumpamakan sebagai batuan reservoir yang berpori dimana pada cup mud
tersebut diberi saringan (filter paper) dan kemudian diberi tekanan udara sebesar 100 psia
agar fluida lumpur tersebut dapat keluar dan diukur sebagai fungsi waktu dan juga
nantinya akan terbentuk endapan (mud cake) pada filter paper dalam cup mud yang
kemudian diukur ketebalannya . selain itu kita juga menentukan besarnya ph dari lumpur
pemboran tersebut dengan menggunakan ph paper.
4. Ada hubungan antara jumlah filtrate yang dihasilkan dengan tebal mud cake yang
terbentuk, dimana semakin besar filtrate yang hilang/keluar maka semakin besar mud
cake yang terbentuk.
Mengantisipasi mud cake dan filtration loss hingga perlu penambahan additive serta
zat kimia seperti :
CMC
Gipsum
Koloid
Stresch
Sodium
5. Pengukuran pH dilakukan sebagai penunjuk zat kimia yang digunakan.
6.3.1 Peralatan :
1. Labu titrasi ukuran 250 ml dan 100 ml
2. Buret mikro
3. Pengaduk
4. Pipet dan pH paper
5.3.2. Bahan-bahan
1 Aquadest
2 Bentonite
3 Na2CO3
4 NaOH
5 CaCO3
6 H2SO4
( M P ) x NH 2 SO4 x 1000 2
CO32- alkalinity (ada OH- ) = x BM CO3
ml filtrat
P x NH 2 SO4 x 1000 2
CO32- alkalinity (tanpa OH- ) = x BM CO3
ml filtrat
( M 2 P ) x NH 2 SO4 x 1000 2
HCO3- alkalinity = x BM HCO3
ml filtrat
5.5. PERHITUNGAN
5.5.1. Analisa Kimia Alkalinitas
Lumpur dasar = 350 ml aquades + 22.5 gr bentonite + 0.4 gr NaHCO 3 + 0.4 gr
NaOH
+ 1 gr CaCO3
= 41.3 emp
( 2 3.2)0.02 x 1000 x 60
= 3 ml
= 1200 ppm
3. OH- Alkalinity
= 6674 ppm
Additive Total
PLU CO3- HCO3
NaHCO NaO CaCO NaC Alkal OH- Cl-
2 -
G
3 H 3 l i
650.6
A 0.4 0.4 0.2 0.2 45.33 1038 0 1242.5
7
325.3
B 0.4 0.5 0.2 0.4 33.33 1160 0 1952.5
3
110.6
C 0.4 0.6 0.2 0.6 720 1473.3 0 2130
7
D 0.4 0.7 0.2 0.8 49.3 1200 158.3 0 2662.5
5.7. PEMBAHASAN
Pengontrolan kualitas lumpur bor yang disirkulasikan harus tetap dilakukan pada
waktu pengeboran. Kandungan zat kimia yang terserta dalam lumpur yang telah
disirkulasikan dapat mempengaruhi sifat-sifat lumpur pemboran.
Datadata yang perlu diketahui meliputi tingkat alkalinitas, kesadahan total,
kandungan ion Cl, ion Ca, ion Fe, serta pH lumpur bor. Dalam hal ini yang dianalisa
5.8. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diperoleh :
Total alkalinity = 41.3 epm
CO32- alkalinity = 1200 ppm
Kandungan OH-1 Alkalinity = 22.67 ppm
Ppm Cl- = 6674 ppm
2. Prinsip Analisa Alkalinitas adalah Titrasi yaitu membandingkan larutan sampel
dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standart). Larutan
standart yang dipakai adalah H2SO4 0.02 N.
3. Dengan diketahuinya sumber alkalinitas, maka dapat diketahui sifat sifat kimia
lumpur bor tersebut.
4. Analisa alkalinitas dapat menentukan konsentrasi hidroksil, bikarbonat, dan karbonat.
BAB VI
KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN
6.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat kontaminasi garam, gypsum dan semen.
2. Memahami cara penanggulangan kontaminasi lumpur.
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur pada saat pemboran menembus formasi
gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada formasi shale atau limestone. Akibat
adanya gypsum dalam jumlah yang cukup banyak dalam lumpur pemboran, maka
akan merubah sifat fisik lumpur tersebut seperti viscositas plastik, yield point, gel
strength dan fluid loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang sempurna
atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar dan casing shoe.
Kontaminasai semen akan merubah viscositas plastik, yield point, gel strength, fluid
loss dan pH lumpur.
Bahan
Aquadest 350 cc
Bentonite 22,5 gr
NaCl 7 gr
Semen
Gypsum
Soda Ash
6.4.PROSEDUR PERCOBAAN
Kontaminasi NaCl
Membuat lumpur dasar dengan komposisi 22,5 gr bentonite + 350 cc aquadest.
1. Menambahkan NaCl sebanyak 7 gr ke dalam lumpur standar.
2. Mengukur viscositas dan gel strength dengan menggunakan Vann VG. Diperoleh dial
reading pada 600 RPM dan 300 RPM, sehingga dapat dihitung Plastic Viscosity dan
Yield Point. Kemudian dilakukan pengamatan untuk gel strength 10 dan 10.
3. Memasukkan lumpur ke dalam alat filtration loss selama 30 menit dengan tekanan
100 psi. Air yang tertampung pada gelas ukur dicatat sebagai volume filtrat, dan
diukur dengan kertas indicator pH untuk mengetahui pH lumpur.
4. Mengukur ketebalan mud cake yang menempel pada kertas saring dengan
menggunakan jangka sorong.
6.5 PERHITUNGAN
6.5.1 Kontaminasi NaCl dengan Fann VG meter
- Lumpur dasar = Bentonite 22.5 gr + 350 cc aquades + 3 gr NaCl
- C600 = 12
C300 = 7
- Plastic Viscosity / p = C600 C300
= 12-7
Kontaminasi
plug kontaminan PH
Gel Streght
6.7. PEMBAHASAN
Pada setiap proses pemboran, hampir selalu terjadi kontaminasi- kontaminasi
pada lumpur pemboran. Hal itu dapat mempengaruhi sifat fisik lumpur pemboran
tersebut.
Parameter-parameter yang berubah antara lain viscositas, gel strength, pH, dan
ketebalan mud cake. Yang dimaksud dengan kontaminan yaitu material-material yang
tidak diinginkan yang masuk ke dalam lumpur pemboran saat pemboran berlangsung.
Kontaminan tersebut dapat berupa NaCl, Gypsum, Semen, dan lain-lain.
Dari grafik Penambahan NaCl vs Mud cake dapat dilihat bahwa grafik
menunjukkan kecenderungan untuk naik. Hal itu menunjukkan bahwa semakin
banyak kontaminasi oleh NaCl/ semakin banyak NaCl yang ditambahkan akan
menyebabkan mud cake semakin tebal. Demikan juga pada grafik penambahan NaCl
vs Filtration loss, menunjukkan kecenderungan naik, dimana semakin banyak NaCl
yang ditambahkan maka filtration loss-nya akan semakin banyak. Untuk percobaan
ini diperoleh volume filtrat 30 adalah 29 ml.
Dalam keadaan di lapangan, perubahan tebal mud cake menjadi suatu masalah.
Apabila mud cake terlalu tebal maka akan menyebabkan pipa terjepit. Dari percobaan
yang dilakukan, ketebalan mud cake yang diperoleh adalah 0.14 mm.
Kontaminasi NaCl juga dapat mempengaruhi viscositas dan gel strength lumpur.
Dalam aplikasinya di lapangan apabila nilai dari Gel Strength terlalu besar dapat
mempersulit sirkulasi lumpur pemboran, juga akan menambah beban pompa
sirkulasinya serta mempersulit pemisahan cutting. Sedangkan bila gel strength terlalu
kecil, maka lumpur tidak dapat menahan cutting pada saat round trip. Dari percobaan
diperoleh harga gel strength 10 adalah 7 lb/100ft2, sedangkan untuk 10 ialah 25
lb/100ft2.
6.8. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:
Plastic Viscosity (p)
BAB VII
PENGUKURAN HARGA MBT
(METHYLENE BLUE TEST)
7.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan kemampuan clay dalam mengikat kation dari suatu larutan.
2. Menentukan harga CEC (Cation Exchange Capacity) atau KTK (kapasitas Tukar
Kation) suatu sampel bentonite.
Tabel 7-1. Kapasitas tukar kation dari beberapa jenis mineral clay1,2
105
=
100
= 1.05
b. Lumpur = 1 gr A3 + 50 cc aquades
MEQ
Volume MBT yang dipergunakan = 100 gr
75
=
100
7.7 PEMBAHASAN
Cation Exchange Capacity (CEC) atau kapasitas tukar ion (KTK) adalah
kemampuan yang dimiliki mineral clay untuk mempertukarkan kation-kationnya dari Ca
montmorilonite menjadi Na montmorilonite.
Dari deret ukuran kekuatan ikatan ion-ion, Ca sulit untuk bertukar ion daripada Na karena
ikatan ion Ca lebih besar.
Kalau clay yang kita gunakan sebagai lumpur (bentonite adalah termasuk mineral
clay) banyak mengandung Ca, maka akan banyak mengembang bila ketemu air, dan
apabila tidak terkontrol maka dalam lubang bor terjadi problem pipe sticking (pipa
terjepit). Apabila lumpur yang kita gunakan mengandung Na, maka pengembangan clay
normal.
Dari hasil percobaan untuk methylen blue test didapatkan harga KTK : 1.05
meq/gr untuk indobent dan 0.75 meq/gr. Harga ini merupakan harga KTK untuk
bentonite dagang yang telah dimurnikan dan distandarkan. Makin besar harga KTK,
maka makin besar pula pertukaran antar kation dan ruang kosongnya diisi oleh air.
Apabila kita ingin meneliti KTK dari bentonite yang diperoleh dari alam maka perlu
dibakukan lagi cara kerjanya yaitu dengan penambahan Hidrogen Peroxyde (H2O2) guna
mengubah zat-zat organik yang ada dalam Bentonite tersaebut saperti Lignite,
Ligronulfolates, dan lain-lain.
7.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan MBT didaapatkan harga KTK :
a. Indobent = 1.05 meq/gr
b. A3 = 0.75 meq/gr
2. Penggunaan Indobent atau A3 tergantung dari jenis formasi dan komposisi lumpur
3. CEC atau KTK digunakan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki minearal
Clay untuk pertukaaran katiun-kationnya dari Ca Monmorilonite menjadi Na
Monmorilonite
Filtration loss adalah kehilangan sebagian fase cair dari lumpur yang masuk
kedalam formasi selama lumpur disirkulasikan. Penambahan aditif yang berupa PAC-
L menyebabkan lumpur dasar semakin turun filtrat, tebal mud cake, pH, tetapi jika
ditambahkan spersen pH akan stabil. Selain itu PAC-L dan spersene berfungsi sebagai
pengontrol filtration loss, menipiskan terjadinya mud cake. Filtration loss dapat
menyebabkan damage dan problem produksi karena filtration loss apabila bertemu
clay maka ia akan mengembang dan menghimpit pipa bor sehingga sulit diputar dan
diangkat, selain itu problem skin atau pengurangan permeabilitas efektif oil atau gas
yang berkurang disekitar lubang bor sehingga produksi tersendat-sendat atau tidak
lancar. Mud cake yang tebal juga akan menambah problem pada lubang bor karena
ketebalanya dapat membuat pipa bor terhimpit dan susah digerakkan. Filtration loss
dan mud cake adalah dua kejadian yang saling berhubungan erat baik waktu kejadian
dan sebab akibat sehingga pengukuranya dilakukan bersamaan. Apabila keduanya
tidak terkontrol maka perlu dilakukan kerja ulang.
Sifat atau komposisi lumpur secara langsung akan mempengaruhi sifat lumpur itu
sendiri dengan mengetahui sifat-sifat kimia lumpur yang meliputi harga pH,
alkalinitas, kesadahan serta kandungan ion-ion tertentu, kita dapat memperoleh
gambaran tentang sifat-sifat fisik dari lumpur tersebut. Percobaan Alkalinitas ini
9. Akibat adanya ion HCO3 dan CO3= dalam lumpur pemboran antara lain :
Yield point meningkat
Gel strength meningkat
pH meningkat
10. Kontaminasi Sodium Chlorida kedalam sistem lumpur terjadi selama pemboran
menembus kubah garam, evaporasi atau lapisan yang mengandung air garam.Cara
mengatasi kontaminasi ini yaitu dengan penjenuhan lumpur dengan garam pada saat
pemboran menembus zona garam.
11. Kapasitas tukar kation adalah harga yang menyatakan banyaknya kation yang dapat
dipertukarkan dalam satuan berat equivalen ditambah berat sample.