Anda di halaman 1dari 54

REFERAT

CORPUS ALIENUM
PADA TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN

Oleh:
Ika Nurwulandari (J500100051)
Intani Mundiartasari (J500100112)
Nafisatun Zahrokh (J500100054)
Najib Rendra Mukti (J500100113)
Reni Febriana (J500100066)

Pembimbing:
KRH. Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K),
MBA., MARS., M.Si, Audiologist
dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL

KEPANITRAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RSUD KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1
Referat

CORPUS ALIENUM
PADA TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN

Yang diajukan Oleh :


Ika Nurwulandari (J500100051)
Intani Mundiartasari (J500100112)
Nafisatun Zahrokh (J500100054)
Najib Rendra Mukti (J500100113)
Reni Febriana (J500100066)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Program Profesi Dokter


Pada hari , tanggal 2014
Pembimbing :

KRH. Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,


Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist (...........................)

dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL (...........................)

Kabag. Profesi Dokter


dr. Dona Dewi Nirlawati (...........................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RSUD KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar
atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda
asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen
terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari
zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan),
tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif,
yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental,
darah atau bekuan darah, nanah, krusta.1,2
Benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT) merupakan
masalah kesehatan keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-
anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang,
termasuk telinga, hidung, dan mulut. Benda-benda asing yang sering
ditemukan pada anak-anak antaranya kacang hijau, manik, mainan, karet
penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat membersihkan
telinga, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan
serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya
tidak terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan
diagnosis pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada telinga dan hidung
dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang
minimal. Pengeluaran benda asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi
dengan air, dan kateter hisap. Benda asing pada faring atau trakea merupakan
keadaan yang darurat dan memerlukan konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan

3
radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun kaku sering digunakan
untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing.2
Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan
pendengaran, perdarahan pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha
mengeluarkan benda asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam
sehingga harus dilakukan secara tepat dan hati-hati. Bila kurang hati-hati atau
bila pasien tidak kooperatif, berisiko trauma yang dapat merusak struktur
organ yang lain. Pada anak-anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga
tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas.3
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014, corpus
alienum merupakan salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal
tersebut mewajibkan setiap dokter umum mampu menguasai dan dapat
menangani secara mandiri dan tuntas, baik diagnosis maupun tatalaksananya.
Oleh karena itu, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan
diagnosis cepat dan tepat yang berhubungan dengan corpus alienum untuk
mencegah komplikasi yang berlanjut.

B. Tujuan
Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
terhadap corpus alienum yang terdapat didalam telinga, hidung dan tenggorok
sesuai dengan standart yang harus dikuasai oleh dokter umum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. CORPUS ALIENUM
1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh1.
2. Jenis-jenis Corpus Alienum
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing
eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang
berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen
terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari
zat organic seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-
tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda
cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat
berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,
membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan1,2.

B. CORPUS ALIENUM PADA TELINGA


1. Anatomi telinga
Telinga merupakan salah satu panca indera yang penting bagi
manusia yang mempunyai dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan
keseimbangan. Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian,
yakni: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar
menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh
telinga tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang
saraf yang kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu
menjaga keseimbangan tubuh4.

5
Telinga luar atau auris eksterna terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Aurikulum = daun telinga = pinna
Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan
(kartilago) kecuali pada lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada
perikondrium. Pada proses mendengar daun telinga ini berfungsi
untuk menangkap dan mengumpulkan glombang bunyi serta
menentukan arah sumber bunyi (pada binatang aurikulum ini dapat
digerakan)4

.
Gambar : aurikulum
2) Liang telinga luar = canalis auditorius eksternus
Terdiri atas :
a) Meatus akustikus eksternus (lubang)
b) Canalis auditorius eksternus (saluran)
Terbagi menjadi :
1/3 lateral = pars kartilago = cartilago auricula, lapisan kulit
(folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera, kelenjar
seruminosa).
2/3 medial = pars oseus, kulit/mukosa, folikel rambut, kelenjar,
melekat erat pada tulang.

6
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran
telinga dan kemudian menuju ke membran timpani4.

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan


sebuah ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang
menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang
tersebut adalah : 4
a. Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
b. Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
c. Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)

Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-


tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga
memiliki 2 otot yang kecil-kecil, yaitu otot tensor timpani (melekat pada
maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel), otot stapedius
(melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan

7
jendela oval). Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius
akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan
hanya sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik,
yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena
suara3,4.
Tuba eustachius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling
tengah dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya
udara luar ke dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita
menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara yang sama pada kedua
sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal
dan kenyamanan. Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang
kompleks, yang terdiri dari 2 bagian utama, yaitu koklea (organ
pendengaran), Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan). Koklea
merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri
dari cairan kental dan organ corti yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel
rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah
ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel
rambut. sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi
suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang
saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak4,5.
2. Definisi corpus alienum pada telinga
Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapatnya
suatu benda asing yang terjepit atau tersangkut didalam liang telinga 2.
Kadang-kadang benda asing tersebut dapat masuk ke dalam liang telinga
dengan disengaja ataupun tidak, bila kemasukan benda asing di telinga bisa
menjadi suatu keluhan berupa penurunan pendengaran3.
Pada anak, anak biasanya seringkali tidak melaporkan keluhannya
sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama
telinganya bisa mengeluarkan bau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut

8
mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan
menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah semakin
masuk lebih dalam lagi karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di
telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk
biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dengan menggunakan peralatan dan
keahlian khusus.
3. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang
telinga yaitu 4 :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya catton bud, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk
kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga6:
a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang atapun keramas, bisa
membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan
bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika didalam telinga
kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya
menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di
dalamnya.

Gambar : air di dalam telinga

9
b. Cotton Bud
Cotton bud tidak dianjurkan secara medis untuk membersihkan
telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya
adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati
menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke
dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.

d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, kecoa, nyamuk dan lain-
lain yang secara tidak sadar bisa masuk ke dalam liang telinga.
4. Manifestasi klinik
Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala
atau dengan gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan adanya penurunan
pendengaran6.
a. Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja
membuat telinga merasa tidak enak ataupun tidak nyaman.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga,
tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi

10
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran
suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
5. Patofisiologi
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis
audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga pasien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,
tindakan yang pasien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut
sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membran
timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri
telinga/otalgia dan kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi7.
6. Diagnosis7
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya:
1) Bersihkan serumen
2) Melihat benda apa yang masuk ke dalam liang telinga
3) Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya
infeksi
2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

11
Gambar : Pemeriksaan dengan Otoskop

Gambar : Benda asing pada liang telinga


b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Bisikan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam
Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
1. Uji weber

Gambar: uji weber

12
2. Uji Rine

Gambar: Cara uji rinne


3. Uji Swabach
7. Penatalaksanaan
Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat
dicoba dengan mengoyangkannya secara hati-hati. Menarik daun telinga
kearah posterior meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar
dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih
dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan
untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan
menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga6.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di dalam
telinga6,7:
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk
mengambil benda bisa dengan bantuan otoskop.
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan
debris.

13
Gambar : cara irigasi telinga

Gambar : irigasi liang telinga


d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain, lalu
diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima
hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

14
8. Pencegahan
a. Usaha pencegahan 6,7:
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk
membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan
beberapa efek samping: kulit teling kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus
yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita
akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman
dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud,
maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.
Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak,
dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat
menyumbat jalan nafas.

C. CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG


1. Anatomi Hidung
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah:
a. Pangkal hidung (bridge)
b. Batang hidung (dorsum nasi)
c. Puncak hidung (hip)
d. Ala nasi
e. Kolumela

15
f. Lubang hidung (nares anterior)8.

BRIDGE

Gambar : Anatomi Bagian-bagian Hidung Luar

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang
terdiri dari:
1) Tulang hidung (os nasal)
2) Prosessus frontalis os maksila, dan
3) Prosessus nasalis os frontal.
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang
tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :
1) Sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
2) Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
3) Tepi anterior kartilago septum8.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum
nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum nasi disebut nares
anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring8.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat
di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit

16
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrise8.
Tiap kavum mempunyai empat buah dinding yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial ialah septum nasi. Septum
dilapisi oleh perikondium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada
bagian tulang, sedangkan luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding
lateral terdapat empat buah konka yang terdiri dari konka inferior, media,
superior, dan suprema8.
Batas rongga hidung terdiri dari: 1) dinding inferior, merupakan
dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum, 2)
dinding superior sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang
memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung, 3) di bagian posterior,
atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid8.
Kompleks osteo meatal (KOM) merupakan celah pada dinding
lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea.
Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus,
infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan
resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang letaknya anterior yaitu sinus
maksila, etmoid anterior dan frontal8.
2. Fisiologi Hidung
Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:
a. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik lokal,
b. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu,
c. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara, dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
d. Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma, dan pelindung panas,

17
e. Refleks nasal8.
3. Definisi Corpus Alienum pada Hidung
Corpus alienum pada hidung adalah benda asing yang berasal dari
luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat
pada hidung tersebut.9
Benda asing pada hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga
hidung, paling sering ditemukan di antara septum dan bagian bawah konka
nasalis inferior.. Lokasi lainnya ada di depan konka media. Benda-benda
kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah
dikeluarkan dari hidung.14

Gambar: Predileksi benda asing di hidung

Gambar : Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung

18
(IT=Inferior Turbinate, MT=Middle Turbinate,
SS=Sphenoid Sinus, ST=Superior Turbinate)

4. Epidemiologi
Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak,
terutama usia 1-4 tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung
mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang termasuk
hidung. Mereka dapat memasukkan benda asing sebagai upaya
mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di dalam
hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang
sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan adalah sisa
makanan, permen, manik-manik, dan kertas9.
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam
hidung antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi
sosial dan tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan
tidur, penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk,
serta sifat benda asing, serta faktor kecerobohan9.
Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas
bila masuk ke saluran nafas bawah9.

5. Etiologi
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum pada hidung
dapat dibagi menjadi: 10
a. Benda asing hidup
1) Lalat
Beberapa kasus myasis hidung yang sering ditemukan di
daerah tropis seperti Indonesia ialah adanya infestasi larva lalat dari
spesies Chrysomia bezziana. Lalat dewasa dapat bertelur di organ
atau jaringan tubuh manusia, yang kemudian menetas menjadi
larva. Sering terjadi pada luka yang bernanah, luka terbuka,

19
terutama jaringan nekrotik dan dapat mengenai setiap lubang atau
rongga seperti mata, telinga, hidung, dan mulut.
2) Lintah
Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat
menghisap darah, lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit
dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah pada
pasien tidak akan membeku. Setelah selesai menghisap darah,
lintah akan menjatuhkan diri.
3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang
masih menjadi masalah di negara berkembang seperti Indonesia.
Hidung dapat menjadi port dentry atau tempat cacing tersebut
bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih
banyak.
b. Benda asing tak hidup
Benda asing tak hidup yang tersering adalah manic-manik,
baterai logam, dan kancing baju. Kasus baterai logam di hidung
merupakan salah satu kegawatan yang harus segera dikeluarkan
karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa
hidung.

6. Patofifiologi
Corpus alienum

Masuk ke dalam cavum


nasi

Bertahan di dalam
cavum nasi

Respon pertahanan pada Terjadi iritasi


hidung

20
Kerusakan dan
Sel goblet epitel kematian sel
respiratorius

Pembusukan sel-
Keluar mukus
sel jaringan yang
nekrosis oleh
Medium yang baik bakteri
untuk pertumbuhan
bakteri
Foeter Ex Nasi

Sekret
mukopurulen

7. Manifestasi Klinis
Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau
di salah satu rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai
nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa
edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi
ulserasi11,12.
Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang
sulit berhenti meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior
tampak benda asing berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada
mukosa hidung atau nasofaring11,12.
8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang jika diperlukan9.
Gejala yang timbul akibat adanya benda asing di hidung adalah
hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau. Dapat disertai
demam dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesisnya. Misalnya
benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang

21
berbau busuk. Baterai logam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan
rasa terbakar atau panas di hidung9.
Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan
menimbulkan sensasi benda yang bergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri
sering menjadi keluhan utama pada pasien dengan lintah di dalam
hidungnya9. Gejala klinis yang timbul akibat miasys adalah hidung dan
muka menjadi bengkak dan merah, yang dapat meluas ke dahi dan bibir.
Terjadi pula obstruksi hidung sehingga penderita bernapas melalui mulut
serta suara menjadi sengau.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat
dilihat langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral, dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukous
sehingga disangka sinusitis. Namun untuk lintah, biasanya sulit dilihat
dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang memerlukan pemeriksaan
nasoendoskopi. Dengan nasoendoskopi, lintah akan tampak sebagai benda
asing berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa.
Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk. Pada miasys, jika dilakukan pemeriksaan tomografi komputer
dapat terlihat bayangan ulat yang bersegmen-segmen di dalam sinus.8,9
9. Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus
gawat sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain baterai dan kapur
barus. Cara mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait
(hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap
kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan
sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa
keluar. Dapat juga menggunakan forsep alligator, cunam Nortman atau
wire loop. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan
pengait yang ujungnya tumpul12,13.

22
Gambar : Pengait (hook) Gambar dari atas : Jobson-Horne probe,
hook, and crocodile forceps

Gambar : Cara pengambilan benda asing pada hidung

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5


atau 6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang
terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing
diharapkan akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum
tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk
mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai
analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring
sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas13,14.

23
Gambar : Kateter Foley Gambar : Penggunaan Fogarty Catheter

Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes


minyak parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat
diteteskan tembakau. Untuk miasys hidung, dianjurkan pemakaian
kloroform dan minyak terpentin dengan perbandingan 1:4, diteteskan ke
dalam rongga hidung untuk melemahkan larva, kemudian larva tersebut
diambil secara manual menggunakan cunam. Tindakan operatif dengan
melakukan nekrotomi merupakan tindakan alternatif lain yang dilakukan
dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih dahulu14.
Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bila
terjadi laserasi mukosa hidung. Sedangkan pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 diberikan pada kasus benda asing di hidung yang telah
menimbulkan infeksi pada hidung maupun sinus13,14.
10. Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
corpus alienum di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan
obstruksi pada drainase sinus dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan
sinusitis dan otitis media akut. Rinolith dapat timbul bila benda asing
bertahan selama bertahun-tahun. Infeksi struktur jaringan di sekitar hidung
juga dapat terjadi, seperti selulitis periorbital, meningitis, epiglositis, difteri,
dan tetanus14.

D. CORPUS ALIENUM PADA SALURAN NAPAS


Aspirasi benda asing merupakan hal yang paling sering ditemukan
dan ditangani di unit gawat darurat. Secara statistik, presentase aspirasi
benda asing berdasarkan letaknya di hipofaring ssebesar 5%, laring/trakea
12 % dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing
terjadi pada anak usia < 15 tahun, 75% aspirasi benda asing terjadi pada
anak usia 1 - 3 tahun. Benda asing di bronkus paling sering pada bronkus
kanan, karena bronkus kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih

24
besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan
dengan bronkus kiri15,16.
1. Anatomi dan Fisiologi saluran napas16
a. Saluran Nafas Atas
1) Hidung
Berfungsi :
a) Fungsi penghidu
b) Pernapasan
c) Penyaring debu
d) Kelembapan udara pernapasan
Rongga hidung terdiri atas :
a) Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
b) Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai
penapis udara.
c) Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar
karena struktur yang berlapis
d) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar
dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
2) Faring
Bagian faring dan fungsinya :
a) Nasofaring
(1) Ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga
bagian tengah yaitu tuba eustachiius dan tuba auditori.
(2) Ada pharingeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian
posteriomasopharinx merupakan bagian dari jaringan
lymphatic pada permukaan posterior lidah
(3) Mempunyai efek respiratorik
b) Orofaring
(1) Bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang
hyoid. Reflek menelan berawal dari orofaring menimbulkan

25
dua perubahan, makanan terdorong masuk kedalam saluran
pencernaan.
(2) Mempunyai fungsi pencernaan makanan.
c) Laringofaring
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian
bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah dari sistem digestiv.
Makanan masuk ke bagian belakang, oesephagus dan udara
masuk ke arah depan masuk ke laring.
3) Laring
Fungsi utama laring adalah untuk terjadinya vokalisasi. Laring
juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
4) Trakea
Trakea terdapat pada bagian oesephagus yang terentang mulai
dari cartilago cricoid masuk kedalam rongga thorax. Tersusun dari
16 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada
bagian belakangnya. Didalamnya mengandung epitel pseudostratified
columner cilia yang memiliki sel goblet untuk sekresi mukus.
Terdapat cilia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin.trakea
mengalami percabangan pada carina mebentuk bronchus kanan dan
kiri.

b. Saluran Nafas Bawah


1) Bronkus
2) Bronkiolus
3) Bronkiolus Terminalis
4) Bronkiolus respiratori
5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
6) Alveoli20.

26
Gambar: Anatomi Saluran Napas
2. Gejala
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada
lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat
tersangkut dihidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus.
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai
berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent
paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan
segera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval
asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga
timbul batuk-batuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru18.
1) Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatal total
maupun sumbatan sebagian.
a) Sumbatan total

27
Hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat
asfiksia dalam waktu singkat. Memiliki gejala disfonia afonia,
apneu dan sianosis.
b) Sumbatan tidak total :
Sumbatan tipe ini memiliki gejala :
(1) Suara parau
(2) Disfonia sampai Afonia
(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)
(4) Odinofagi, mengi, sianosis
(5) Hemoptisis
(6) Dispneu dengan derajat bervariasi
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring yang
dibagi dalam 4 stadium (jackson).
a. Stadium pertama, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah
suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor
b. Stadium kedua, Cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor
mulai terdengar
c. Stadium ketiga, Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium,
intercostal dan supraclavicula. Stridor jelas terdengar dan pasien
tampak gelisah.
d. Stadium keempat, Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien
yang mula-mula gelisah mulai lemah dan akhirnya kesadaran
menurun.
2) Benda Asing di Trakea
Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk
yang tiba - tiba berulang dengan rasa tercekik (choking), rasa
tersumbat di tenggorok (gagging), terdapat gejala patognomonik :
(a) Audible slap
(b) Palpatory thud
(c) Asthmatoid wheeze
(d) Tracheal flutter

28
3) Benda Asing di Bronkus
Lebih banyak terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Gejala
yang ditimbulkan diantaranya :
(a) Sputum haemoragis
(b) Rasa logam / aroma khusus
(c) Emfisema, atelektasis
(d) Febris
(e) Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia
dan abses paru
Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :
1. By-pass Valve Obstruction
a. Sumbatan sebagian
b. Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi
salurannya sempit bunyi napas (mengi)
c. Biasanya benda asing diam dan kecil
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Penekanan bronkus dari luar
c. edema
d. Tumor intraluminer
2. Expiratory Check Valve Obstruction
a. Udara inspirasi dapat lewat
b. Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot
bronkus)
c. Emfisema paru obstruktif
d. Benda asing diam
Penyebab :
a. Benda asing di bronkus
b. Edema dinding bronkus pada bronkitis
3. Inspiratory Check-Valve Obstruction
4. Inspirasi terhambat

29
5. Ekspirasi masih dapat terlaksana
6. Benda asing mobile
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Mucous plug (gumpalan ingus)
c. Tumor yang berttangkai
4. Stop Valve Obstruction
a. Inspirasi dan ekspirasi terhambat
b. Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa
diresorbsi)
Penyebab :
a. Benda asing menyumbat lumen
b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat 19.
3. Etiologi
a. Faktor personal (umu, Jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal)
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme, epilepsi)
c. Faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik)
d. Proses menenelan yang belum sempurna pada anak
e. Faktor kejiwaan
f. Kuran dan bentuk benda asing
g. Faktor kecerobohan

4. Patogenesis
Benda asing mati di hidung akan menyebabkan edema dan inflamasi
mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epitaksis, jaringan granulasi dan
dapat menjadi sinusitis. Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi
dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang
rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam
dan berbau.

30
Pada saat makanan atau benda didalam mulut anak tertawa atau
menjerit sehingga saat inspirasi laring terbuka dan makanan atau benda
masuk kedalam laring. Kemudian makanan terjepit di dalam sfingter laring,
pasien batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi, sianosis. Bila
benda masuk kedalam trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase
asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase
pulmonum dengan gejala yang tergantung dengan derajat sumbatan
bronkus.
Benda asing organik mempunyai sifat higroskopik, mudah lunak dan
mengembang oleh air. Serta menjadi iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus
menjadi edema dan meradang. Serta dapat terjadi jaringan granulasi
disekitar benda asing sehingga gejala sumbatan semakin menghebat.
Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, demam
yang tidak terus-terusan.
Benda asing anorganik menimbilkan reaksi jaringan yang lebih
ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik. Benda
asing yang terbuat dari metal dan tipis masuk ke bronkus yang lebih distal
dengan gejala batuk spasmodik.2
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat
sesudah teraspirasi):
1) Batuk tiba-tiba
2) Rasa tercekik (choking)
3) Rasa tersumbat di tenggorokan (gagging)
4) Bicara gagap (sputtering)
5) Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera
b. Pemeriksaan fisik
1) Fase asimtomatis :
a) Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,
b) Refleks-refleks melemah akibat benda asing yang tersangkut.

31
2) Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnya benda asing
a) Laring
(1) Batuk paroksimal
(2) Parau
(3) Disfoni-Afoni
(4) Sesak nafas
(5) Stridor inspirasi dan ekspirasi
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Gelisah
(8) Sianosis
b) Trakea
(1) Batuk hilang timbul
(2) Asthmatoid wheezing
(3) Palpatory thud
(4) Audible snap
(5) Dispnea
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Stridor ekspirasi
(8) Gelisah
(9) Sianosis
c) Bronkus
(1) Batuk tidak produktif hingga produktif
(2) Mengi (wheezing)
(3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral
(4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax
1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA dan
leteral (dapat dilakukan segera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam
(untuk mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)

32
3) Video fluoroscopy
a) Cara terbaik melihat saluran napas keseluruhan
b) Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
c) Adanya obstruksi parsial
Jika 1 tahapan di atas menunjukkan hasil positif dilanjutkan
pemeriksaan endoskopi
d. Pemeriksaan endoskopi.
1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi
(a) bronkoskop kaku
(b) bronkoskop fleksibel
e. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa
serta tanda infeksi traktus trakeobronkial. 2
6. Penatalaksanaan
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a) Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat
mulut atau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan
penyelamatan dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika.
1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.
b) Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di
hipofaring. Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada
paru-paru17,18.
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas
rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.

33
Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata
cara pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambil
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan
kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan
penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke atas dengan hentakan
beberapa kali18.
Jika dengan perasat ini gagal dapat dilakukan pertolongan
menggunakan laringoskop ataupun bronkoskopi jika alat-alat ini tidak
ada dapat dilakukan trakeostomi dengan posisi pasien Trendelenburg,
kepala lebih rendah dari badan. Kemudian dirujuk.

c) Back blow
1) Pada pemeriksa yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut,
Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai
lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha
pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah,
krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih18.
2) Pada bayi :
a) Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
b) Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
c) Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara
kedua tulang belikat.

34
d) Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran
tirokrikoid (krikotirotomi).
e) Trakeostomi
Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat
lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia
luar untuk mengatasi gangguan pernapasan atas. Dilakukan pada corpus
alienum di trakea jika tidak ada bronkoskopi. Setelah dilakukan
trakeostomi keluarkan benda asing dengan cunam atau alat pengisap
melalui trakeostomi. Bila tidak berhasil rujuk ketempat yang terdapat
bronkoskopi.
f) Bronkoskopi
Pada aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat
dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan
bronkoskopi. Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan
bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi serat optik.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya
lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk
mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan
ventilasi yang adekuat.
7. Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Penyakit paru obstruksi kronik
c. Bronkiektasis
d. Abses paru 19.

E. CORPUS ALIENUM PADA ESOFAGUS


1. Anatomi Dan Fisiologi Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus
esophagus yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi

35
vertebre servical VI. Di dalam perjalanannya dari daerah servikal,
esophagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks,
esophagus berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna
vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan
menembus diafragma setinggi vertebre torakal X dengan jarak kurang dari 3
cm di depan vertebra. Akhirnya esophagus ini sampai di rongga abdomen
dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.
Berdasarkan letaknya esophagus dibagi dalam bagian servikal,
torakal dan abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan
pertama bersifat sfingter setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara
esophagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi
otot polos. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esophagus diafragma
yaitu tempat esophagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada
bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi esophagus berasal dari dua
sumber yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari
serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan
nervus splangnikus.23

Gambar: Anatomi Esofagus

36
Gambar: Anatomi Esofagus
2. Definisi Corpus Alineum pada Esofagus22
Benda asing pada esophagus adalah benda yang tajam ataupun
tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena
tertekan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur
pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis
maupun ptologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat
perforasi.

3. Etiologi dan Faktor Predisposisi 22,23


Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus
dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara
lain, anomaly congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel
trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah.
Faktor predisposisi antara lain :
a. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik
b. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna
pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.

37
c. Retardasi mental
d. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang
mendasarinya.
e. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk
atau pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation)
dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esophagus
yang menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur
pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara
mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).
22,23
4. Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan
atau teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak
pada anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada
anak usia 1-6 tahun (National Safety Council 1984). Morbiditas dan
mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda asing
di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esophagus.
Benda sing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esophagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di
daerah penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter
krdio esophagus. 70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di
daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 % didaerah hipofaring dan
7,7% didaerah esophagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda sing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau
infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat berupa
makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi
palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.
22,23
5. Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu
peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada

38
esophagus. Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa
nyeri. Efek lebih lenjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di
leher dan kemudian dapat mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat
trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang
dekat dengan esophagus.
22,23
6. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala
dan tanda, pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik
dilakukan untuk diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada
setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gangging), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan
menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik
ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang
tajam.
22,23
7. Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing,
lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula
timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah
substernal atau nyeri di punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan
benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing
tersangkut di servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak
enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi
tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi
edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan
esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi,
regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah. Nyeri di punggung
menunjukkan adanya tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan napas
dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea
atau benda asing.

39
22,23
8. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat
edema yang timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan
perforasi akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema
leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan
inter scapula.
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral
dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks
jarang terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh
aspirasi ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi,
wheezing, demam, abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut,
berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang
terdapat di daerah servikal esophagus dan bagian distal krikofaring, dapat
menimbulkan obstruksi saluran napas dengan stridor karena menekan
dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party wall).
22,23
9. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel
esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi
sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi
disekitar benda asing timbul bila benda asing berada di seofagus dalam
waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh
karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau
mediastinum, krepitasi di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku
leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang
menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke
pleura dapat menimbulkan pneumothoraks atau pyotoraks.
22,23
10. Pemeriksaan Penunjang

40
a. Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang
diduga tertelan benda asing.
b. Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing
radiolusen akan memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan
ini sebaiknya tidak dilakukan untuk benda asing radioopak, karena
densitas pada bahan asing sama dengan zat kontras, sehingga akan
menyulitka penilaian ada tidaknya benda asing.
c. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan
(enhancement) pada daerah pinggir benda asing.
d. CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak
e. MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik
esophagus.
11. Penatalaksaan 22,23
Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar
benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi
ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi
harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut,
yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum
luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah
masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh
karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk mendapatkan
tanda perforasi dini. Bila letak benda asing menetap selama 2x24 jam maka
benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan (laparatomi).

41
Gambar: Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar: Koin dalam esophagus pada foto Rontgen lateral

Gambar: Koin dalam esophagus pada pemeriksaan endoskopi

42
BAB III
PEMBAHASAN

Corpus alienum atau benda asing yang terdapat pada telinga, hidung, dan
tenggorok merupakan salah satu kegawatdaruratan yang harus didiagnosa secara
cepat agar dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut. Benda-benda asing tersebut sering ditemukan pada anak-anak, antara lain
kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang
dewasa yang relatif sering ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat
membersihkan telinga, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang
ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3

A. Penegakan Diagnosis
1. Corpus Alienum pada Telinga7
Untuk mendiagnosis adanya corpus alienum di telinga diperlukan
anamnesis yang teliti mengenai benda apa yang masuk, gejala apa yang
dirasakan, serta perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara cermat.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya melakukan pemeriksaan dengan otoskop adalah mula-
mula-mula bersihkan serumen, kemudian lihat kanalis dan membran
timpani. Interpretasi yang didapatkan antara lain:
a) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya
infeksi
b) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
c) Kemungkinan gendang mengalami robekan.
b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Untuk memeriksa ketajaman pendengaran dapat dilakukan test
penyaringan sederhana dengan cara:
a) Lepaskan semua alat bantu dengar

43
b) Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
c) Berdirilah dengan jarak 30 cm
d) Bisikan angka secara acak
e) Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam.
Selain itu, dapat pula dilakukan uji ketajaman menggunakan
garpu tala, dimana akan dilakukan tiga uji yakni uji weber, rine, dan
swabach.
2. Corpus Alienum pada Hidung
Diagnosis corpus alienum di hidung ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Perlu ditanyakan benda apa yang masuk
ke rongga hidung, adakah gejala yang muncul, serta kapan waktu
terjadinya. Untuk pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan rhinoskopi
anterior untuk melihat benda asing yang ada di dalam rongga hidung. Cara
melakukan pemeriksaan rhinoskopi mula-mula gunakan lampu kepala
kemudian ambil spekulum hidung dan masukkan masukkan lubang lidung
secara hati-hati dan dinuka setelah spekulum berada didalam. Setelah
dilakukan pemeriksaan dan spekulum hendak dikeluarkan, jangn menutup
spekulum di dalam lubang hidung agar rambut hidung tidak tercabut.9
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, selain benda asing yang
dapat dilihat langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa
hidung unilateral, dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing tersebut biasanya
tertutup oleh mukous.8,9
3. Corpus Aleinum pada Saluran Napas
Untuk dapat menegakkan diagnosis corpus alienum di saluran
napas diperlukan anmnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang jika diperlukan.
a. Anamnesis
Pada saat anamnesis, gejala dan tanda sumbatan yang
tampak fase awal (gejala sesaat sesudah teraspirasi) dapat berupa
batuk tiba-tiba, rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorokan

44
(gagging), bicara gagap (sputtering), obstruksi jalan nafas yang terjadi
segera.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, terdapat dua fase yaitu fase
asimtomatis dan fase komplikasi. Fase asimptomatis ditandai dengan
berkurang bahkan menghilangnya gejala aspirasi dari benda asing tersebut, serta
refleks yang melemah akibat benda asing yang tersangkut. Sedangkan
tanda dan gejala pada fase komplikasi sesuai lokasi tersangkutnya benda
asing yaitu:
i. Laring
1) Batuk paroksimal
2) Parau
3) Disfoni-Afoni
4) Sesak nafas
5) Stridor inspirasi dan ekspirasi
6) Retraksi otot pernafasan
7) Gelisah
8) Sianosis
ii. Trakea
1) Batuk hilang timbul
2) Asthmatoid wheezing
3) Palpatory thud
4) Audible snap
5) Dispnea
6) Retraksi otot pernafasan
7) Stridor ekspirasi
8) Gelisah
9) Sianosis
iii. Bronkus
1) Batuk tidak produktif hingga produktif
2) Mengi (wheezing)

45
3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral
4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax
Jika diperlukan pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan
pemeriksaan radiologi leher-thorax dengan interpretasi:
1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA
dan leteral (dapat dilakukan segera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24
jam (untuk mengetahui adanya atelektasis/emfisema)
3) Video fluoroscopy, merupakan cara terbaik untuk melihat saluran
napas secara keseluruhan. Evaluasi dilakukan saat inspirasi dan
ekspirasi. Bisa juga digunakan untuk melihat adanya obstruksi
parsial.
Jika 1 tahapan di atas menunjukkan hasil positif dilanjutkan
pemeriksaan endoskopi
d. Pemeriksaan endoskopi, terdiri dari laringoskopi dan bronkoskopi
(bronkoskop kaku, bronkoskop fleksibel)
e. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa
serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.2
4. Corpus Alienum pada Esofagus22,23
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala
dan tanda, pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik
dilakukan untuk diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada
setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gangging), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan
menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik
ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang
tajam.

46
B. Penatalaksanaan
a. Corpus Alienum pada Telinga
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di
teinga6,7:
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk
mengambil benda dengan bantuan otoskop
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan
debris.
d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain, lalu
diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari
sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.
b. Corpus Alienum pada Hidung
Cara mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait
(hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap
kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan
sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut
terbawa keluar. Dapat juga menggunakan forsep alligator, cunam Nortman
atau wire loop. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya
digunakan pengait yang ujungnya tumpul12,13.
Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran
5 atau 6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang
terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing
diharapkan akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum
tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk

47
mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai
analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring
sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas13,14.
Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan
tetes minyak parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat
diteteskan tembakau. Untuk miasys hidung, dianjurkan pemakaian
kloroform dan minyak terpentin dengan perbandingan 1:4, diteteskan ke
dalam rongga hidung untuk melemahkan larva, kemudian larva tersebut
diambil secara manual menggunakan cunam. Tindakan operatif dengan
melakukan nekrotomi merupakan tindakan alternatif lain yang dilakukan
dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih dahulu14.
Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bila
terjadi laserasi mukosa hidung. Sedangkan pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 diberikan pada kasus benda asing di hidung yang telah
menimbulkan infeksi pada hidung maupun sinus13,14.
c. Corpus Alienum pada Saluran Napas
Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya
supaya jalan napas lancar kembali.
1) Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, amti alergi,
antibiotika serta pemberian oksigen intermitten yang dilakukan pada
obstruksi laring stadium 1.
2) Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui
mulut (intubasiorotrakea) atau melalui hidung (intubasinasotrakea),
membuat trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laring stadium
ii,iii, atau melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada obstruks
laring stadium IV.
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a. Intubasi, dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut
atau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan
dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika. Fungsi intubasi

48
adalah membantu ventilasi, memudahkan mengisap sekret dari traktus
trakeobronkial, mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut
atau berasal dari lambung.
b. Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di
hipofaring. Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada
paru-paru17,18.
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke
atas rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.
Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar.
Tata cara pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang
penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan
dengan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian
atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut ke arah dalam dan
ke atas dengan hentakan beberapa kali18.

c. Back blow
1) Pada pemeriksa yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut,
Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai
lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha
pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah,
krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih18.

49
2) Pada bayi : pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah, topang
dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan, lakukan pemukulan
ringan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat.
d. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran
tirokrikoid (krikotirotomi).
e. Trakeostomi
Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau
membuat lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea
dengan dunia luar untuk mengatasi gangguan pernapasan atas.
d. Corpus Alienum pada Esofagus22,23
Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar
benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi
ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada
sebelumnya. Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan
esofagoskopi harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda
asing tersebut, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik dan analgetik berspektrum
luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang
telah masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus.
Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk
mendapatkan tanda perforasi dini. Bila letak benda asing menetap selama
2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan
(laparatomi).

50
Flow Chart

Corpus Alienum/Benda Asing

Telinga Hidung Saluran Esofagus


napas

Diagnosis: Diagnosis: Diagnosis: Diagnosis:

- Anamnesis - Anamnesis - Anamnesis - Anamnesis

- Otoskopik - Rhinoskopi - Pemeriksaan - Pemeriksaan

- Pemeriksaan anterior fisik fisik

ketajaman - Pemeriksaan - Pemeriksaan

pendengaran radiologi Radiologi

leher-thorax - Endoskopi

- Endoskopi

- Laboratorium

Tatalaksana: Tatalaksana: Tatalaksana: Tatalaksana:

- Forceps - Pengait - Konservatif - Esofagoskopi


- Suction - Forsep - Operatif: - Servikotomi
- Irigasi liang alligator Intubasi - Torakotomi
telinga - Cunam Perasat - Esofagotomi
- Penggunaan Nortman/ Heimlich - Laparatomi
magnet wire loop Back blow
- Pemberian - Kateter Laringostomi
sedasi - Pemberian Trakeostomi
- Pemberian minyak
Lidocain parafin

51
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya
pada bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa
mengalami keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan
dan interaksi dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan
berjalan, anak mulai berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka
memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan
sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat
kesengajaan atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga,
ataupun benda asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan
yang darurat maka perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda
asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda
asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari
benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan
kerjasama dari pasien.

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-


dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher
edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80. 28.
4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB
Saunders Company, 1990:5-7,210-1.
5. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science,
Dalam : Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-
Heinemann Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.
6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89
7. Cunha JP. Objects or insects in Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
8. Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala-Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
9. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher.
Edisi 13. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10. Junizaf, M. H. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

53
12. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC
13. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta: EGC
14. Fischer, J.I., et al. 2013. Nasal Foreign Bodies. http:
http://emedicine.medscape.com/article/763767
15. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan
Neuroleptic Anesthesia. Medicinus , 22(2): 58-60.
16. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23
17. Oswari J. Corpus Alienum di Hidung: Ludman H. Petunjuk Penting pada
Penyakit THT. Hipokrates. Jakata, : 13-19
18. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta.
2007, H:305-325
19. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and
Throat. UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville,
virginia. Am Fam Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)
20. Seely S, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Sixth Edition, The
McGrawHill companies.
21. Munter DW. Gastrointestinal Foreign Bodies in Emergency medicine.
22. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.
23. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan
Mediastinum : Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC

54

Anda mungkin juga menyukai