Anda di halaman 1dari 12

Hernia Inguinalis

Abstrak

Hernia Inguinalis terkadang menimbulkan masalah saat operasi, meskipun dilakukan oleh
ahli bedah yang berpengalaman. Sementara observasi merupakan strategi yang dapat diterima
untuk meminimalisir gejala hernia. Namun, sesungguhnya penanganan definitif dari hernia
inguinalis adalah operasi. Operasi merupakan kesempatan ahli bedah untuk menemukan
keganjalan yang dapat terjadi ketika operasi. Karya ilmiah ini dibuat untuk pembaca khususnya
ahli bedah muda,residen bedah,dan dokter umum. Untuk dapat mengantisipasi dan menangani
hernia inguinalis.

Data di dalam karya ilmiah ini meliputi data penulis, negara, tahun penerbitan, umur dan
jenis kelamin pasien, epidiomologi atau fisiologi, faktor resiko, gejala klinis, pemeriksaan, jenis
penanganan dengan operasi dan kelainan yang ditemukan pada hernia inguinalis.

Latar belakang

Hernia sering terjadi pada laki-laki usia tua dan sering kali muncul di daerah lipatan paha.
Hernia didefinisikan sebagai penonjolan organ atau bagian dari organ melewati dinding perut
yang normalnya menahan organ dan bagian dari organ tersebut. Pada hernia inguinalis
penonjolan dalam kanal inguinalis. Hernia pada lipatan paha sering kali didapatkan dimana
penanganan primer pada pasien tersebut adalah operasi, sekitar 96% hernia pada lipatan paha
adalah hernia inguinalis dan 4% adalah hernia femoralis. Penanganan hernia inguinalis
merupakan salah satu operasi yang paling sering dilakukan oleh ahli bedah, hal itu menjadi
masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat. Dibalik adanya kejadian hernia, hernia dapat
menimbulkan dilemma saat operasi,bahkan bagi ahli bedah berpengalaman, karena dapat muncul
beberapa keadaan patologis pada beberapa hernia inguinalis. Sekitar 500.000 kasus hernia
inguinalis didapatkan setiap tahunnya.

1
Metode

Publikasi hernia inguinalis dalam bahasa inggris sejak tahun 1959-2015 didapatkan pada
data base pubmed. Data di dalam karya ilmiah ini meliputi data penulis, negara, tahun
penerbitan, umur dan jenis kelamin pasien, epidiomologi atau fisiologi, faktor resiko, gejala
klinis, pemeriksaan, jenis penanganan dengan operasi dan kelainan yang ditemukan pada hernia
inguinalis.

Epidemiologi

Walaupun hernia inguinalis dapat terjadi baik pada perempuan ataupun laki-laki, laki-laki
lebih sering dibandingkan wanita dan sering lebih pada masyarakat kulit putih dibanding kulit
hitam di Amerika Serikat. Secara umum hernia inguinalis dapat terjadi pada umur berapapun,
namun kejadian meningkat pada usia lanjut. Pada wanita, manifestasi hernia inguinalis terjadi
pada usia 40-60 tahun dengan rata-rata terjadi pada usia 60-79 tahun. Sebaliknya pada laki-laki,
dapat terjadi 10 tahun lebih awal dibandingkan wanita. Hernia inguinalis bilateral terjadi hingga
20% pada dewasa, lebih sering terjadi pada sisi kanan dibanding sisi kiri dengan rasio 2:1,
kemungkinan dikarenakan penurunan testis kanan yang terlambat dan berhubungan dengan
kekuatan prosesus vaginalis abdomen. Luka apendiktomi juga dicurigai sebagai alasan lain
sering kali terjadinya hernia inguinalis sisi kanan. Prevalensi hernia meningkat pada pasien
dengan varicose veins dan pria dengan gejala hipertrofi prostat dan pasien dengan hemoroid.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan abdominal. Hernia jarang terjadi pada pasien
dengan over weight atau adipositas, dicurigai jika obesitas merupakan faktor proteksi. Penelitian
menunjukan sekitar 4,5 juta orang di Amerika Serikat mengalami hernia inguinalis, sementara di
Jerusalem terdapat sekitar 18/100 pria usia 25 tahun ke atas. Sering kali diperdebatkan oleh ahli
bedah sebagai pelaksana utama dalam penanganan hernia inguinalis. Di inggris, sekitar 70.000
hernia inguinalis ditangani setiap tahunnya.

2
Klasifikasi

Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis direct, indirect, dan hernia
kombinasi,selain itu diketahui sebagai Romberg atau hernia pelana, tergantung dari hubungannya
terhadap pembuluh darah epigastrik bagian bawah. Hernia inguinalis direct terjadi pada
pembuluh darah epigastrik median hingga inferior ketika isi abdomen menembus fasia dinding
abdomen posterior, kanal inguinalis posterior yang lemah dimana terbentuk dari fasia transfersal.

Hernia inguinalis indirect terjadi ketika isi abdomen menonjol melewati cincin inguinal
bagian dalam berhubungan dengan pembuluh darah epigastrik lateral dan inferior. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis saat bayi. Pada kategori kombinasi,
kantong hernia berada pada kedua sisi pembuluh darah epigastrik inferior. Hernia inguinalis
direct jarang ditemukan (25-30%) dan umumnya terjadi pada laki-laki usia lebih dari 40 tahun.
The European hernia society (EHS) telah secara resmi membagi hernia secara mudah dan tidak
sulit untuk diingat. Pembagian ini menyebutkan lokasi anatomi dan ukuran dari lubang hernia
yang dapat terlihat saat operasi dibagi menjadi lateral,medial,dan femoral diukur dari lubang
hernia yang diperiksa menggunakan ujung jari telunjuk yang berukuran sekitar 1,5-2cm. Hari ini
disebutkan dalam table. Lubang hernia dengan ukuran 2,5cm dikategorikan berukuran 2. Hal ini
dilaporkan pada panjang cabang laparoskopi yang identic,diseksi,atau gunting yang digunakan
ahli bedah selama operasi laparoskopi.

EHS Groin Hernia


Primary Recurrent
Classification

0 1 2 3 x

Key: Primary = primary hernia, Recurrent = recurrent hernia, 0 = no


hernia detectable, 1 = <1,5 cm (one finger), 2 = <3 cm (two fingers)
Table 1: EHS Groin Hernia Classification

Hernia dapat dibagi menjadi reponible atau ireponible. Hernia reponible adalah hernia
yang dapat kembali ke rongga abdomen dengan adanya tekanan secara manual pada hernia

3
tersebut. Hernia ireponible atau inkarserata hernia dimana isinya tidak dapat dikembalikan ke
abdomen dengan tekanan secara manual. Hernia ireponible lebih lanjut dapat dikatakan sebagai
hernia obstruktif atau strangulate. Hernia obstruktif adalah hernia dimana usus mengalami
obstruksi saat berada di lumen hernia, sedangkan hernia strangulate adalah terganggunya suplai
pembuluh darah,isi hernia yang dapat menyebabkan iskemik.

Patofisiologi

Pada laki-laki hernia indirect mempunyai kemiripan dengan undecending testis, dimana
dapat berpindah dari abdomen ke stratum selama pematangan organ saluran kencing dan
reproduksi saat embrio. Ukuran kanal inguinal yang lebih besar dan cincin yang lebih dalam
yang dapat mempengaruhi testis dan struktur funikulus spermatikus merupakan salah satu alasan
mengapa laki-laki lebih sering mengalami hernia inguinalis daripada wanita. Hernia indirect
umumnya berhubungan dengan hal yang bersifat kongenital yang membutuhkan prosesus
vaginalis yang potensial. Setelah turunnya testis fetus ke dalam skrotum dari retropenium
prosesus vaginalis harusnya menutup. Jika prosesus vaginalis tidak menutup,jaringan lemak/isi
dari abdomen dapat masuk ke dalamnya. Hernia inguinalis dapat terjadi sebagai komplikasi
setelah radical retropubic prostat tectomyc entah itu sifatnya membuka atau laparoskopi, terjadi
pada 15-21% pasien. Hal itu juga dicurigai pada segala jenis insisi terhadap perut bagian bawah
dimana mengganggu mekanisme shutter yang dapat meningkatkan resiko hernia inguinalis.

Etiologi

Pada hernia indirect sering kali penyebabnya adalah lubang yang terbentuk saat embrio
dan tidak turunnya testis ke skrotum. Hernia inguinalis indirect merupakan hernia kongenital,
tidak tergantung pada umur pasien. Hal ini terjadi karena timbulnya benjolan dari fiskus
abdomen yang masuk ke dalam prosesus vaginalis yang terbuka. Secara umum setiap kondisi
yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen dapat mempengaruhi letak hernia. Hernia
inguinalis direct disebabkan oleh kelemahan fasia transversal pada pleksus Heisselbach. Pleksus

4
ini berbatas lateral dengan pembuluh darah epigastrik inferior,berbatas medial dengan otot rektus
abdominis lateralis dan berbatas inferior dengan ligament inguinal.

Faktor Resiko

Laki-laki,usia lanjut, dan adanya riwayat keluarga dengan hernia merupakan factor resiko
terbesar terjadinya hernia. Kondisi lain yang dapat berhubungan dengan peningkatan resiko pada
laki-laki wanita yaitu merokok yang menyebabkan kecacatan pada metabolisme jaringan dan
PPOK. Pada wanita yang hidup di pedesaan dan mengalami hernia umbilical merupakan factor
resiko tambahan terjadinya hernia inguinalis. BMI yang rendah,tekanan intra abdominal yang
tinggi,aneurisme aorta abdominalis, prosesus vaginalis,paten riwayat apendiktomi juga
merupakan factor resiko. Kebiasaan mengangkat barang yang berat masih kontroversial sebagai
faktor resiko. Harus dibedakan kebiasaan mengangkat berat yang dilakukan secara berulang, atau
hanya sekali,atau sepanjang hari mengangkat berat.

Pasien dengan kelainan matriks metaloproteinase (MMP), (peningkatan ekspresi MMP-2


dan aktivitas MMP-2 inhibitor) seperti sindrom Ehlers-Danlos, Marfan's, Hurler's, dan Hunter,
juga memiliki peningkatan risiko memiliki hernia direct. Matriks metaloproteinase adalah enzim
golongan proteolitik yang menurunkan komponen protein matriks ekstra seluler. Oleh karena itu,
meningkatnya aktivitas proteolitik dapat menyebabkan kelemahan pada jaringan struktural dan
abnormalitas hemostasis jaringan ikat.

Gejala Klinis

Benjolan di area lipatan paha merupakan tanda hernia inguinalis. Dapat dirasakan
panas,gatal,nyeri,atau tidak nyaman disekitar benjolan terutama ketika membungkuk,batuk,atau
mengangkat beban. Seiring berjalannya waktu, isi dari abdomen seperti usus halus,kolon dapat
turun menjadi hernia. Terkadang daerah skrotum terasa nyeri dan bengkak ketika usus turun ke
skrotum. Hernia inkarserata diketahui karena hernia tidak dapat dimanipulasi akibat defekfaksia.
Nyeri,mual,muntah tanda-tanda obstruksi usus dapat menjadi gejala hernia inkarsertata/hernia

5
strangulate. Sebagai tambahan kemungkinan dapat terjadi gangguan sistemik sekunder pada usus
yang iskemik.

Diagnosis

Hernia inguinalis dapat diagnose secara dini dengan pemeriksaan fisik yang teliti.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi area inguinal,apakah ada benjolan ketika pasien
berdiri. Setelah itu,minta pasien untuk batuk atau meniup punggung tangan (valsava maneuver).
Sementara,lakukan observasi ada tidaknya benjolan. Diagnosis tidak hanya ditegakkan melalui
inspeksi namun juga palpasi terhadap benjolan untuk membedakan jenis hernia. Walaupun
pemeriksaan penunjang seperti USG dan X-Ray sangat jarang diperlukan dalam diagnosis hernia
pada beberapa kasus dapat dilakukan (seperti hernia yang berulang,diagnosisnya tidak
pasti,curiga komplikasi pada nyeri yang kronik,hernia yang tidak dapat dipalpasi). USG dapat
membantu membedakan hernia inkarserata dengan kelainan kelenjar getah bening ataupun
massa. MRI dapat mendeteksi hernia yang tersembunyi dengan pasien yang mempunyai gejala
hernia. Penata laksanaan pembedahan diketahui tidak ada obat untuk menangani hernia
inguinalis, kecuali operasi. Alasan ini dianjurkan untuk mengurangi resiko komplikasi seperti
terjadinya hernia inkarserata/strangulate. Namun, pada sebagian besar kasus penanganan operasi
tidak dapat mencegah hernia strangulate namun dapat mengurangi rasa tidak nyaman pasien.
Observasi dilakukan dengan beberapa alasan terutama pasien dengan gejala hernia yang
minimal. Hernia inguinalis dapat dilakukan dengan menggunakan anesthesi local sebelum
dilakukan tindakan bedah. Hernia berulang pada kurang dari 4% pasien dengan pemasangan
herniorapi oleh ahli bedah. Herniorapi merupakan pemasangan MESH pada rongga prosesus
vaginalis. Herniorapi merupakan pilihan utama pada pasien hernia direct atau pada pasien usia
tua dengan hernia indirect. Hernia inguinalis dengan penanganan hernioraphi dapat berulang
dengan persentase 23% dalam 3 tahun. Dengan alasan ini, hernia berulang ditangani dengan
pembedahan dan perbaikan MESH serta laparoskopi. Teknik pembedahan hernia inguinalis
meliputi tension-free MESH repairs,tension-free suture repairs,dan metode lama tension suture
repairs

6
MESH Repairs

MESH menurunkan tingkat kekambuhan hernia secara signifikan,namun beberapa


masalah terkait MESH telah dilaporkan. MESH mempunyai bentuk seperti bahan yang
kuat,elastis,dan mempunyai pori-pori. MESH polipropilen standar adalah MESH yang sering
kali dilakukan karena murah,tidak bersifat adsorbsi,dan cukup kuat untuk mencegah
kekambuhan. Namun beberapa MESH dikenali tubuh sebagai benda asing dan menyebabkan
nyeri setelah operasi yang sifatnya kronik. Mesh polyester merupakan salah satu alternatif
namun seiring berjalannya waktu dapat luruh dan menyebabkan kekambuhan. Mesh yang lebih
ringan telah diproduksi namun lebih mahal dibandingkan mesh polipropilen standar. Mesh
polipropilen murni merupakan pilihan yang paling ekonomis. Terdapat mesh coated polipropilen
dimana dilapisi oleh minyak ikan,betaglucan,dan titanium. Mesh yang lebih ringan dengan
densitas 30-50 gm/m2 dikatakan dapat meningkatkan kenyamanan pasien.

Penanganan menurut Lichtenstein melibatkan penempatan mesh di atas rongga prosesus


vaginalis yang memperkuat daerah inguinalis. Indikasi untuk penggunaan mesh adalah dinding
posterior kanalis inguinal kurang kuat bukan pada otot yang lemah atau fasia transversal yang
lemah. Mesh permanen biasanya terbuat dari polypropylene atau polyester. Komplikasi
penggunaan mesh rasa sakit kronis (bervariasi dari 10-50% tergantung pada sumber), sensasi
benda asing di dalam tubuh, kekakuan, orchitis iskemik, atrofi testis, tidak dapat ejakulasi atau
ejakulasi yang menimbulkan rasa nyeri pada sekitar 12% pasien. Dalam jangka panjang, mesh
polypropylene dapat menyebabkan defek karena efek panas. Hal ini meningkatkan risiko
kekakuan dan nyeri kronis, infeksi, pembentukan adhesi, dan erosi ke organ intraperitoneal.
Komplikasi yang jarang terjadi ini biasanya tampak jelas beberapa minggu sampai bertahun-
tahun setelah operasi, presentasi komplikasi lain dapat timbul sebagai abses, obstruksi usus atau
pada beberapa kasus, perforasi usus.

7
Repair Lichtenstein PHS Darn Mesh plug Lap. repair Herniotomy Other
N 429 181 79 45 10 9 8
Complications
355 144 69 33 5 8 7
None
82.8% 79.6% 87.3% 73.3% 50.0% 77.8% 87.5%
12 15 0 1 1 0 1
Seroma
2.8% 8.3% 0.0% 2.2% 10.0% 0.0% 12.5%
13 9 2 2 0 0 0
Infection
3.0% 5.0% 2.5% 4.4% 0.0% 0.0% 0.0%
12 0 3 2 0 0 0
Sensory loss
2.8% 0.0% 3.8% 4.4% 0.0% 0.0% 0.0%
29 12 5 7 2 0 0
Pain
6.8% 6.6% 6.3% 15.6% 20.0% 0.0% 0.0%
1 0 0 1 2 0 0
Recurrence
0.2% 0.0% 0.0% 2.2% 20.0% 11.1% 0.0%
19 8 1 1 0 1 0
Other
4.4% 4.4% 1.3% 2.2% 0.0% 11.1% 0.0%
Reoperation 3 2 1 0 0 1 0
PHS = Prolene Hernia System
Adapted from Anand A, et al. Indian J Surg. 2011
Table 2: Early Postoperative Complications (only patients who had 68 weeks follow up: n=761)

Parameter Desarda (n = 96) Lichtenstein (n = 92) p*


12-Month follow-upa
Foreign body sensation 13 (14.6%) 17 (18.1%) 0.525
Abdominal wall stiffness 14 (15.7%) 20 (21.3%) 0.335
Loss or change of sensation in the operated groin 36 (40.4%) 42 (44.7%) 0.563
24-Month follow-up
Foreign body sensation 14 (15.2%) 16 (17.6%) 16 (17.6%)
Abdominal wall stiffness 15 (16.3%) 18 (19.8%) 18 (19.8%)
Loss or change of sensation in the operated groin 38 (41.3%) 41 (45.1%) 41 (45.1%)
36-Month follow-upc
Foreign body sensation 10 (12.2%) 16 (18.8%) 0.238
Abdominal wall stiffness 10 (12.2%) 19 (22.3%) 0.083
Loss or change of sensation in the operated groin 36 (40.4%) 40 (38.8%) 0.386
Adapted from JacekSzopinski, et al. World J Surg. (2012)
Table 3: Comparison of outcomes of Desarda Versus Lichtenstein operative methods

Operasi hernia secara tradisional meningkatkan risiko tinggi terjadinya nyeri kronis dan
sebanyak 17% pasien dapat mengalami nyeri yang signifikan selama bertahun-tahun. Kejadian
tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh lokasi mesh yang digunakan untuk operasi semacam ini.
Ini mungkin juga terkait dengan saraf pada luka, kontraksi mesh, peradangan kronis atau osteitis
pubis. Ada prosedur yang menurunkan rasa sakit kronis ini, misalkan dengan operasi peritoneal

8
terbuka, di mana saraf yang bertanggung jawab atas rasa nyeri kronis di hindari, menyebabkan
insiden komplikasi yang lebih rendah. Prosedur ini dilakukan dengan sifat invasif yang minimal
yaitu Trans Inguinal Preperitoneal Patch Prosedure (TIPP) atau dengan Trans Rectus Sheath
Extraperitoneal Procedure (TREPP) dengan anestesi local. Prosedur memungkinkan pembedahan
luas di ruang preperitoneal, termasuk di bawah ligament Cooper. Ini memudahkan penempatan
mesh tanpa dibutuhkan penjahitan, memungkinkan tekanan pasif dari isi peritoneal untuk
menjaga mesh tetap pada tempatnya. Uji klinis menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam
prosedur TEP (total extraperitoneal) dan TIPP dibandingkan dengan Lichteinstein berkenaan
dengan komplikasi nyeri kronis postoperatif dan fungsi fisik.

Penanganan dengan Penjahitan.

Teknik Bassini adalah perbaikan "tekanan", di mana tepi defek dijahit kembali, yaitu
tendon conjoint yang mendekati ligamen inguinalis dan ditutup tanpa mesh. Teknik Bassini saat
ini tidak dilakukan, namun tetap dilakukan di beberapa negara berkembang, jika ahli bedah tidak
memiliki pengetahuan tentang perbaikan bebas tekanan. Dalam perbaikan ligamentum McVay /
Cooper, dasar kanal diperkuat dengan proses aponeurosis otot transversus abdominis dan fasia

9
transversalis pada ligamentum pectineal (Cooper's) secara medial dari tuberkulum pubis ke vena
femoralis. Hal ini juga digunakan pada penanganan hernia femoralis.

Teknik Desarda adalah teknik dengan jahitan yang timbul. Teknik ini bebas tekanan,
bebas mesh dan perlu dikonsulkan ke fisiologi bedah saluran inguinali. Teknik ini memanfaatkan
proses aponeurosis oblique eksternal yang dijahit pada ligamen inguinalis dan oblique internal
untuk memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hal ini juga memberikan hasil yang
serupa dengan Lichtenstein dalam hal kekambuhan dengan manfaat signifikan tidak
menimbulkan sensasi benda asing permanen. Sekuele post-operatif lainnya dari teknik Desarda
dibandingkan dengan Lichtenstein ditunjukkan pada Tabel 3.

Seperti teknik Desarda, Guarnieri adalah satu lagi teknik bebas tekanan yang
memperhatikan fisiologi bedah kanalis inguinalis. Dalam prosedur ini dimana mesh tidak
digunakan, kanalis inguinal diperkuat dengan tumpang tindih aponeurosis oblik eksternal dengan
mode double breasted.

Teknik Penatalaksanaan dengan Laparoskopi

Teknik perbaikan hernia ini memiliki berbagai tingkat penggunaan di berbagai negara
industri dan salah satu kekurangannya adalah bahwa dibutuhkan ahli bedah yang sangat
berpengalaman dalam operasi hernia laparoskopi. Walaupun penggunaannya dipastikan rendah
di beberapa negara-negara industri seperti Inggris dan Jepang, perbaikan hernia laparoskopi telah
mendapatkan popularitas di Amerika Utara dan beberapa negara Eropa, seperti Jerman.
Terhitung 15-30% perbaikan hernia di negara-negara ini. Penatalaksanaan laparoskopi lebih
mahal daripada perbaikan terbuka. Dua perbaikan hernia inguinal dengan teknik laparoskopik
utama adalah yang total ekstraperitoneal (TEP) dan transabdominal. preperitoneal patch
procedure (TAPP). Masing-masing dianggap bebas dari tekanan dan memerlukan penggunaan
mesh.

Bila dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman dalam perbaikan hernia laparoskopi, ada
sedikit komplikasi dibanding Lichtenstein, terutama nyeri dan akut dan dapat kembali
beraktivitas lebih cepat. Dalam perbandingan secara acak penatalaksanaan hernia inguinal

10
dengan laparoskopi dan Lichtenstein, Eklund dkk menunjukkan bahwa lima tahun setelah
operasi hanya kecil proporsi pasien masih dilaporkan mengalami nyeri, bahkan lebih sedikit bagi
mereka yang mendapat penanganan hernia dengan teknik laparoskopi. Sehubungan dengan
penatalaksanaan hernia rekuren, pembentukan hematoma/seroma setelah perbaikan hernia
laparoskopi dilaporkan tidak banyak. Namun, operasi laparoskopi membutuhkan waktu lebih
lama dan ada risiko tingkat komplikasi yang lebih tinggi sehubungan dengan cedera viseral dan
vaskular. Penatalaksanaan Lichtenstein membutuhkan waktu operasi lebih pendek dan lebih
murah. Penatalaksanaan laparoskopi dianggap sebagai pilihan yang baik untuk perbaikan hernia
bilateral karena kedua hernia dapat ditangani melalui situs port laparoskopi yang sama.

Temuan Tak Biasa Saat Operasi Hernia Inguinalis

Telah dinyatakan bahwa kandungan hernia yang tidak biasa atau temuan di kanal
inguinalis dapat menimbulkan dilema saat pembedahan. Lipoma yang ada pada ligamen adalah
salah satu temuan yang tak biasa. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pangkal paha pada laki-laki
maupun perempuan dengan hernia inguinalis, namun lebih banyak pada wanita, dicurigai karena
ukuran dari cincin internal pada wanita. Lipoma semacam itu terkadang dapat tumbuh sangat
besar, mengikuti hernia yang tidak dapat direduksi dan pada laki-laki dapat tumbuh ke dalam
skrotum dan menyebabkan kesulitan diagnostic. Epiploid bengkak dan meradang pada kolon
sigmoid dapat ditemukan di kantung hernia inguinalis dan disebut appendagitis epiploic,
menyebabkan gejala iritasi dan pembentukan massa.

Tumor jinak telah dilaporkan di kanal inguinalis karena benjolan biasanya menyamar
sebagai hernia inguinalis. Contohnya adalah Schwannoma dan kista mesothelial jinak, yang
terakhir ditemukan kemiripan dengan myxoma ganas dan dapat membutuhkan kinerja operasi
kanker radikal. Meskipun jarang, kantung hernia mengandung vermiform appendix, ini disebut
hernia Amyand dan sangat meradang yang merupakan 0,07-0,13% akibat dari semua kasus
apendisitis akut. Peradangan usus buntu disebabkan oleh tekanan di leher hernia. Ketika kantung
berisi divertikulum Meckel, itu disebut hernia Littre. Herniasi ovarium jarang terjadi dan terjadi
pada <3% hernia pada wanita. Ditemukannya jaringan adneksa pada hernia indirect jarang terjadi
pada wanita dewasa. Sebagian besar kasus yang dilaporkan menyangkut populasi anak-anak dan

11
30% terjadi pada remaja usia reproduksi. Komplikasi meliputi torsi ovarium, penahanan atau
salpingitis. Ectopic Nephrogenic Rest (ENR) yang berkembang dari blastema nephrogenic yang
bertahan telah dilaporkan di kanal inguinalis tapi jarang. Sebagian besar terkait dengan prosesus
vaginalis. Beberapa mengalami transformasi neoplastic menjadi adenoma jinak atau tumor
Wilms. Sisa-sisa jaringan adrenal ektopik ditemui secara tidak sengaja pada 1% -9,3% anak-anak
yang menjalani operasi inguinal. Jaringan ini dideskripsikan sebagai nodul kuning cerah dan
harus diangkat karena ditakutkan mungkin mengalami perubahan hiperplasia atau perubahan
neoplastik . Beberapa penelitian tidak menyebutkan terjadinya tumor primer atau metastasis pada
kantung hernia, namun jumlahnya kurang dari 0,4% dari kantung yang dipotong dan kebanyakan
dari kantung itu adalah metastasis. Tumor ini telah diklasifikasikan sebagai tumor saccular atau
intrasaccular berdasarkan pada hubungan dengan kantong inguinal. Keganasan intra-abdominal
seperti kanker kolon, muncul sebagai hernia inguinalis diketahui dapat terjadi. Bagian dari
saluran kemih bisa didapatkan sebagai sliding hernia. Hernia inguinal indirect adalah temuan
umum pada bayi kecil. Intervensi bedah dini biasanya dianjurkan untuk menghindari obstruksi
dan infark usus yang ditemukan di kantung hernia. Salah satu komplikasi hernia inguinal yang
jarang terjadi adalah abses. Cairan asites yang terinfeksi dapat tetap berada dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan peritonitis. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan dan
pembentukan abses di kantung hernia jika prosesus vaginalis tidak menutup atau dinding
abdomen kurang kuat.

Rekomendasi

Walaupun hernia merupakan permasalahan dalam bidang bedah yang sering kali ditemui,
pengetahuan mengenai hernia sangat penting untuk diperbaharui mengenai penanganan terbaik
untuk hernia inguinalis untuk menurunkan tingkat kekambuhan dan penanganan selektif terhadap
kejadian hernia dengan faktor tambahan lain yang tidak biasa untuk mengurangi kerusakan dan
komplikasi terhadap pasien.

12

Anda mungkin juga menyukai