Anda di halaman 1dari 5

Alur Proses Pengemasan

Raw Material Raw Material


( LDPE ) ( Perkamen )

Pengisian serbuk teh Printing

Sealing Laminating

Cutting Bags making

Teh dalam kemasan


primer Kemasan Sekunder

Pengisian ke
kemasan sekunder

Sealing

Standart Departemen Pengemasan

Kemasan merupakan faktor yang sangat penting karena memiliki kontak


secara langsung dengan suatu produk. Di dalam kemasan dilengkapi dengan tulisan,
label dan keterangan lain yang menjelaskan tentang isi dan kegunaan lain dari
produk yang dianggap perlu disampaikan kepada konsumen sehingga terjadi
komunikasi yang tidak langsung antara konsumen dengan produsen (Parker, 2003).
Hal ini dikarenakan pada kemasan tercantum segala macam informasi yang
dibutuhkan oleh konsumen misalnya, nilai gizi dan bahan baku yang digunakan.
Selain sebagai alat komunikasi, kemasan juga dapat berperan sebagai alat untuk
menarik konsumen. Umumnya, kemasan yang digunakan pada suatu produk
makanan harus memenuhi beberapa standar mutu yaitu tidak beracun, melindungi
dari kontaminasi terhadap mikroorganisme, menjaga kelembapan produk dan
mampu melindungi produk dari cahaya dan oksigen (Poter & Hotchkiss, 1996).

Etiket yang digunakan terdiri dari 2 lapisan, yaitu Plastik dengan jenis Low
Density Polyethylene (LDPE) untuk lapisan yang primer, dan kertas perkamen
untuk lapisan yang paling sekunder. Kelebihan dalam penggunaan plastik jenis
LDPE adalah dikarenakan bahan ini memiliki daya resistensi atau perlindungan
yang baik terhadap reaksi kimia. Oleh karena itu, LDPE menjadi salah satu jenis
plastik yang dapat digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman.
Kemasan sekunder menggunakan kertas perkamen dengan zipp lock, kertas
perkamen mempunyai daya tahan yang sangat bagus dengan air, walaupun itu
adalah air mendidih. Selain itu permukaannya bebas serat, tidak berbau dan tidak
berasa, serta tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, terkecuali
dilapisi bahan tertentu. Selain itu juga, kertas ini memiliki kemudahan ketika
dicetak karena bersifat reaktif pada tinta (Coles et al., 2003).

Pada proses pengemasan primer dilakukan pada mesin single line untuk
menghasilkan produk yang dikemas dalam sachet. Proses penyegelan sachet
dilakukan pada sisi atas dan bawah yang bertujuan untuk penutupan (closure). Pada
umumnya, mesin single line ini akan menghasilkan 75-80 sachet tiap menit. Mesin
single line akan menghasilkan produk teh serbuk dalam sachet yang tidak terputus
sehingga perlu operator yang bertugas untuk memotong rentengan produk secara
manual yaitu setiap 10 sachet, setiap operator mesin single line bertanggung jawab
terhadap 1 mesin single line. Sebelum dilakukan proses pengemasan pada mesin
single line, maka perlu dilakukan pengaturan awal pada mesin sesuai dengan
instruksi kerja. Pengaturan awal yang dilakukan misalnya pemasangan etiket,
penggabungan corong mesin dengan corong olahan, pengaturan panas sealer yang
dihasilkan, kecepatan mesin, uji berat awal, serta uji gembung awal. Setelah
dilakukan pengaturan awal, produk olahan mulai dikeluarkan dari hopper dan jatuh
pada piringan. Pada piringan tersebut terdapat lubang yang digunakan untuk
mengeluarkan produk hasil olahan untuk dikemas dalam etiket, kemudian operator
bertugas untuk memotong rentengan primer produk minuman serbuk dan
meletakkannya pada wadah. Kemudian setelah wadah penuh maka wadah tersebut
diletakkan pada conveyor menuju ruang pengemasan sekunder dan tersier. Untuk
produk cacat yang ditemukan pada pengemasan primer, akan dipisahkan dan
dimasukkan ke dalam kelompok produk cacat untuk selanjutnya diolah kembali.
Sampah yang dihasilkan saat proses pengemasan akan ditimbang dan dicatat oleh
petugas QC, presentase reject tidak boleh melebihi 1,5%.

Proses Pengendalian Mutu Kemasan

Proses pengawasan mutu yang digunakan untuk kemasan primer ada 2 yaitu
uji rimbang dan uji timbang. Kedua uji ini bertujuan untuk melihat ketahanan
kemasan terhadap produk minuman serbuk. Umumnya, bahan yang digunakan
untuk produk minuman ini sudah disesuaikan dengan kemasan namun adanya
pengaruh selama pengemasan dan juga selama produksi akan mempengaruhi
ketahanan produk terhadap kemasan. Adanya produk reject dikarenakan adanya
kekurangtelitian selama pengemasan dan juga karena mesin yang digunakan selama
proses pengemasan.

Selain mengalami reject terdapat olahan yang tidak dapat digunakan lagi
yaitu sampah yang terjatuh di lantai. Produk ini terjatuh di lantai karena terjadi error
pada mesin. Sampah yang dihasilkan saat proses pengemasan akan ditimbang dan
dicatat setiap satu jam sekali oleh petugas QC. Selain sampah yang terjatuh di lantai
juga terdapat sampah setting dan sortir. Sampah setting merupakan sampah berupa
etiket dan sampah sortir merupakan sampah olahan. Pada kasus ini, sampah olahan
yang termasuk adalah reject operator dan reject QC.

Uji Rimbang

Pengujian Rimbang merupakan salah satu pengujian untuk kemasan yang


digunakan untuk melihat tingkat kebocorannya. Pada proses pengujian ini biasanya
dilakukan dengan mengambil 6 buah sachet untuk dirimbang. Pertama, rentengan
disobek menjadi sachet kemudian sachet tersebut dimasukkan ke dalam air dan
dilipat menjadi 2 bagian. Apabila timbul gelembung udara pada air
mengindikasikan adanya kebocoran pada sachet. Untuk produk yang ditemukan
adanya kebocoran maka dilakukan proses pengulangan pengujian namun jika tidak
ditemukan kebocoran maka mesin dapat beroperasi kembali. Proses pengendalian
mutu etiket harus selalu diperhatikan karena etiket ini selalu berkaitan dengan umur
simpan produk. Apabila ditemukan adanya kerusakan pada etiket maka adanya
kemungkinan tercemarnya produk menjadi lebih besar. Kondisi yang lembab
karena masuknya kontaminan pada produk sangat disukai oleh mikroorganisme
sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan dapat mengkontaminasi produk
(Herschdoerfer, 1987).

Uji Timbang

Selain uji rimbang, dilakukan pula uji timbang. Uji timbang ini merupakan
suatu pengujian berat pada kemasan. Produk minuman yang memiliki berat tidak
sesuai akan ditolak. Operator bertugas untuk mengecek berat timbangan dari
produk yang dihasilkan. Produk minuman serbuk yang diterima memiliki berat
antara 89-93 gram untuk setiap 1 renteng (10 sachet). Produk yang memiliki berat
yang tidak sesuai akan ditolak dan operator harus melakukan pengaturan untuk
mesin yang digunakan.

Proses pengawasan mutu yang digunakan untuk kemasan sekunder yaitu


dilakukannya pengecekan hasil printing pada kemasan serta seal dan zipp lock yang
berfungsi sebagai pengunci kemasan. Jika terdapat kecacatan pada bagian printing,
sealing, maupun pengunci zipp lock maka kemasan akan di reject untuk proses
kembali.

Selain pengujian melakukan pengawasan terhadap proses pengemasan


setiap 30 menit sekali. Pengawasan oleh bagian QC lapangan sangat penting karena
seringkali terjadi beberapa operator masih memiliki kesadaran yang rendah akan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya dalam menjaga mesin yang dijalankan
supaya menghasilkan produk yang sesuai standar. Selain itu juga, operator kurang
memperhatikan dan menyepelekan instruksi tindakan perbaikan dari bagian QC
lapangan, sehingga dapat menghambat proses produksi.

Selain tindakan pengawasan diatas, juga diperlukan tindakan pengecekan


pada mesin secara berkala dan teratur agar kinerja mesin tetap optimal sesuai yang
diharapkan, begitupula perkaluan terhadap pekerja baik pada bagian packaging
maupun design packaging. Untuk bagian packaging QA perlu memberitahukan
Standart secara berkala terlebih jika terjadi pembaharuan standart yang ditentukan,
sedangkan untuk karyawan pada bagian design kemasan QA perlu memberikan
pelatihan 2 kali dalam setahun terhadap karyawan agar kreatifitas dan ide-ide segar
karyawan tetap terjaga mengikuti perkembangan pasar selain melakukan
pengecekan dan pembaharuan terhadap software dan hardware penunjang kerja di
bagian design packaging

Anda mungkin juga menyukai