Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN FIELDTRIP

Agroindustri Peternakan
susin (susu sinjai)
Desa Gunung Perak , Sinjai Barat

Dosen : Dr. Arham Rusli, M.Si

Oleh:

Rahmat Ilahi
1522060461

PROGRAM STUDI
AGROINDUSTRI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Balangnipa. Balangnipa atau Kota Sinjai berjarak
sekitar 220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km2 dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 228.879 jiwa.
Sinjai secara geografis terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu
Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai
Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan Pulau
Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau Buton.
Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak
sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bone
(bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba (di bagian Selatan) dan
Kabupaten Gowa (di bagian Barat) . Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96
km2 (81.996 ha).
Dengan kondisi alam yang berada pada dataran tinggi sekitar 1.628 m diatas permukaan laut
dan bersuhu dingin dengan temperatur 180C-230C wilayah Desa Gunung Perak Kec. Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai sangat cocok dijadikan tempat untuk berternak sapi perah. Peternakan Sapi
Perah diwilayah desa gunung perak dikelola oleh koperasi Susu SINTARI yang pada umumnya
produk susu yang dihasilkan merupakan hasil ternak yang lokasinya tidak terlalu jauh dari
tempat pengolahan susu pasteurisasi.

B. Perumusan Masalah
a. Sejarah Produk Susin
b. Bagaimana proses produksi Susin
c. Apa saja yang diproduksi?
d. Bagaimana strategi pemasaran yang digunakan?

C. Tujuan dan Kegunaan


Pada hari Kamis 19 Oktober 2017, mahasiswa Program Studi Agroindustri (DIV) Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep melaksanakan kunjungan ke Koperasi Susu SINTARI yang
memproduksi susin yang beralamat di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Kunjungan
tersebut terkait dengan pelaksanaan kegiatan fieldtrip sebagai salah satu syarat menempuh gelar
Diploma 4 (D4) Agroindustri.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman kepada
mahasiswa mengenai realitas dunia kerja yang didasarkan pada teori-teori yang didapatkan pada
perkuliahan. Apakah teori-teori yang dipelajari dapat dilaksanakan secara menyeluruh atau tidak
pada tataran praktikumnya baik dalam bidang atau kegiatan produksi, distribusi, maupun
pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam rangka meningkatkan daya saing ditingkat nasional dan internasional.
Adapun kegunaan dari kunjungan tersebut, yaitu :
Mahasiswa dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses produksi susin, pemasaran
produk susin, sehingga dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan
praktek nyata di lapangan.
Untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung mengenai kreativitas dan inovasi
dalam bisnis dan entrepreneurship.
Aktivitas mahasiswa akan lebih meningkat dan lebih bermakna karena mahasiswa
dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya.

D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis untuk penulisan laporan ini adalah deskriptif yaitu
penulis berupaya mendeskripsikan atau memaparkan apa yang dirumuskan dalam masalah, dan
analisis yaitu penulis berupaya memberikan sebuah analisa sistematis secara ilmiah terhadap
permasalahan yang dikemukakan.
Sedangkan teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi yang merupakan kegiatan
pengamatan langsung ke lokasi yang akan diteliti dengan mengamati setiap kegiatan lokasi dan
kegiatan pengumpulan data yang diperoleh melalui proses wawancara dengan pemilik koperasi
mengenai materi yang bersangkutan.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Produk Susin

Menengok Sejarah persusuan dan pengembangan sapi perah di Kab. Sinjai di mulai tahun
2001 sedangkan pada tingkat koperasi dimulai tahun 2005, sebenarnya kebijakan tersebut saling
tarik menarik. Hanya saja persoalan yang terjadi dilapangan dalam hal ini di tingkat peternak
sapi perah selalu tidak sejalan dengan kebijakan yang digelontorkan pemerintah dalam hal ini
Dinas Peternakan baik kabupaten dan propinsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat.
Contohnya, pengembangan dan alokasi bantuan sapi perah di Kab. Sinjai yang barangkali belum
menyentuh akar pesoalan yang terjadi di tingkat peternak di daerah penghasil susu nomor satu di
sulsel ini.
Sapi perah di Gunung Perak , Sinjai- Sulsel ini jika dibandingkan dengan sapi perah yang
ada di Pulau Jawa, maka Sulsel termasuk salah satu wilayah pengembangan baru atau produksi
baru persusuan. Mulailah sejak tahun 2001 sampai sekarang ini Dinas peternakan Kab. Sinjai
mulai memprogramkan pengadaan sapi perah setiap tahun dan mengalokasikan pengadaan setiap
tahun sambil mengembangkan yang sudah ada.
Selanjutnya di Tahun 2009 dengan melihat kenyataan itu, Pemda Sinjai melakukan lagi
strategi baru yaitu dengan program rearing (pembesaran) tentu dengan bantuan Pemkab Sinjai
yakni Bupati memberikan dana yang cukup signifikan untuk membangun sebuah rearing dengan
kapasitas 60 ekor. Di Tahun 2010 mulai berhasil dengan mendapatkan dan membesarkan pedet
kurang lebih 80 ekor dan program rearing itu tetap berjalan sampai sekarang. Begitu pula strategi
pengembangan di masyarakat atau di anggota kelompok ternak dengan merubah sedikit yang
tadinya di awal pengembangan sapi perah ini kita mementingkan pemerataan dari anggota tetapi
sekarang pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sinjai mencoba mengubah strategi
dengan menghampiri skala ekonomi dengan setiap 1 orang petani memiliki minimal 3 5 ekor
sapi perah.

B. Susin (Susu Sinjai)

Industri Pasteurisasi susu merupakan industri andalan Kecamatan Sinjai Barat yang
beralamat di Desa Gunung Perak. Susu Segar Pasteurisasi dengan brand SUSIN ini mampu
memproduksi susu dengan kemasan gelas 120 mililiter sebanyak 1500 gelas setiap periode
produksi. Susu segar ini diproduksi dengan berbagai variasi rasa. Ada rasa coklat, strawbery dan
rasa melon.

Koperasi Susu Sintari ini juga memproduksi Susu Pasteurisasi Kemasan Plastik Bantalan.
Untuk meningkatkan produktifitas suplai susu segar dari petani, maka program ini didukung
dengan berbagai upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis. Upaya ini antara lain
dengan melakukan pembangunan balai persusuan, perbaikan genetika sapi perah yang dilakukan
dengan pembiakan melalui inseminasi buatan, serta berbagai pembinaan kepada petani ternak
sapi perah. Usaha lain yang dilakukan adalah mendorong optimalisasi penerapan teknologi budi
daya peternakan sapi perah. Industri pengolahan sapi perah ini didukung oleh induk sapi
produktif sebanyak 500 ekor. Pemasaran produk susu pasteurisasi ini dan dilakukan melalui
kerjasama dengan rumah susu yang ada di Makassar.

C. Sarana dan Prasarana Pengolahan Susin

1) Sarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan susin pada koperasi susu SINTARI, Desa
Gunung Perak Kec. Sinjai Barat. Sinjai meliputi:
tangki pasteurisasi; peralatan sanitasi kebersihan;
pipa pengaliran; ember aluminium
mesin pengemasan; Timbangan
freezer; Homogenizer
tangki penampungan; Saringan susu

2) Prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan susin pada koperasi susu SINTARI, Desa
Gunung Perak Kec. Sinjai Barat. Sinjai meliputi:
Ruang pasteurisasi
Ruang pengemasan
Ruang pendingin
Ruang penyimpanan
BAB III
PENGOLAHAN DAN PEMASARAN SUSIN
A. Tahapan penyediaan bahan baku dan pengolahan susu pasteurisasi
Penyediaan bahan baku perupa susu segar diperoleh dari ternakan sapi perah yang
dikelola sendiri maupun dari masyarakat sekitar yang memiliki ternak sendiri.
1. Bagian Penerimaan
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
Pengujian kualitas susu, pada umumnya uji yang dilakukan pada penerimaan susu
segar di tingkat penampung adalah keadaan susu, uji alkohol, berat jenis, lemak
dan pemalsuan susu, namun pada skala industri harus dilakukan pengujian susu
secara lengkap baik keadaan susu, susunan susu dan mikrobiologi. Dari hasil uji
tersebut dapat dapat diputuskan susu diterima/ditolak.
Pengukuran volume, hal ini penting untuk menentukan rencana produksi harian
guna memudahkan operator dalam menentukan konsentrasi penggunaan bahan
tambahan.
Pencucian wadah susu, pastikan wadah susu yang telah digunakan dicuci dengan
5 langkah sanitasi yaitu pembilasan pendahuluan, pencucian dengan detergen,
pembilasan ulang, desinfeksi dengan air panas dan pengeringan.
2. Penyaringan
Penting untuk memisahkan partikel-partikel asing yang ada dalam susu seperti
rambut dan rumput. Penyaringan dapat dilakukan dengan baik apabila susu tidak terlalu
dingin. Apabila dingin, globula lemak akan menggumpal di atas saringan sehingga akan
menutup membran (buntu).
3. Standarisasi
Dilakukan apabila produk susu pasteurisasi yang dihasilkan diharapkan memiliki
standar tertentu. Umumnya dilakukan untuk memproduksi susu rendah lemak atau dalam
rangka efisiensi produksi.
4. Pemanasan Pendahuluan
Susu dipanaskan hingga mencapai suhu 50-55C untuk memudahkan proses
homogenisasi. Tanpa dilakukan pemanasan pendahuluan, maka lemak akan menggumpal
menjadi partikel yang lebih besar sehingga proses homogenisasi tidak akan berjalan
optimal. Pemilihan suhu susu pada 50-55C karena pada kisaran suhu tersebut, lemak
susu mudah untuk dipecah partikelnya.
5. Homogenisasi
Lemak dalam susu berbentuk globula-globula yang berukuran antara 0.1 10,
rata-rata mendekati 4 6. Dengan homogenisasi, globula lemak akan dipecah menjadi
ukuran yang lebih kecil sekitar 2 sehingga globula-globula lemak akan tersebar merata
ke seluruh bagian susu, permukaan lemak akan lebih luas dan tidak terjadi pemisahan
lemak (cream line). Namun demikian lemak susu yang mengalami homogenisasi
memiliki globula yang lebih tipis sehingga mudah mengalami kerusakan baik karena
hidrolisis (adanya enzim lipase) ataupun karena oksidasi (tengik). Untuk
menghindarinya, susu harus secepatnya dilakukan pasteurisasi.
6. Pasteurisasi
Pasteurisasi bertujuan sebagai berikut :
Membunuh bakteri pathogen yang terdapat didalamnya
Melarutkan dan membantu pencampuran bahan tambahan susu pasteurisasi
Memperbaiki cita rasa
Menghasilkan produk yang seragam
Memperpanjang umur simpan produk dengan mutu yang baik.
7. Pendinginan
Pendinginan secara cepat dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi silang
pasca pasteurisasi dan memudahkan dalam proses pengemasan.
8. Pengemasan
Harus dilakukan dalam kondisi ruangaan yang tertutup dan dilengkapi fasilitas
untuk meminimalisir kontaminasi silang seperti lampu UV dan AC plasma. Bahan
pengemas yang digunakan harus berbahan yang memiliki permiabelitas rendah dan dapat
melindungi produk dari kontak langsung dengan sinar matahari. Kebocoran pada bahan
kemasan dapat menurunkan masa simpan produk secara signifikan.
9. Penyimpanan
Penyimpanan susu pasteurisasi harus dilakukan pada suhu rendah yaitu antara 2-
8C. Masa simpan susu pasteurisasi rata-rata adalah 7 hari. Penyimpanan pada suhu
dibawah 0C tidak direkomendasikan karena dapat menimbulkan kerusakan protein susu.
Penyimpanan pada suhu ruang maksimal adalah 4 jam dan segera dikonsumsi.
Penyimpanan susu pada 2C dapat memperpanjang masa simpan hingga 12 hari namun
jika suhu penyimpanan susu pada kisaran 8C, maka masa simpan susu hanya berkisar 5
hari.

B. Bidang Produksi

Populasi sapi perah di wilayah inkubator Kabupaten Sinjai juga terus


dikembangkan. Terdapat perbedaan jumlah dengan keadaan akhir tahun 2008
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adanya induk sapi baru (pengadaan tahun
2006) dan anak yang dilahirkan mengalami kematian akibat pemulihan kondisi setelah
pengangkutan yang kurang baik, umur kebuntingan yang tua saat pengangkutan dan
suplai pakan yang kurang sesuai dengan kebutuhan sapi.
Dalam rangka perbaikan produktifitas induk, telah dilakukan upaya pembinaan
dan pemenuhan tenaga teknis antara lain inseminator, penyuluh, tim medis (dokter
hewan) dan tenaga teknis yang bekerja langsung pada industri pengolahan susu. Tenaga
teknis penyuluh lapangan, tim medis dan inseminator merupakan subsidi pemerintah
dengan anggaran yang berasal dari Pokja Gerbang Emas Propinsi Sulawesi Selatan (1
dokter hewan dan inseminator) dan dari Pokja Gerbang Emas Sapi Perah Kabupaten
Sinjai dalam hal ini Dinas Peternakan Sinjai.
Perkembangan produksi susu terutama yang dapat diolah di pabrik menunjukkan
peningkatan. Saat ini produksi susu mencapai 400 liter perhari untuk pemasaran di
kabupaten Sinjai dan Makassar. Perbaikan yang telah dilakukan sejak tahun 2007
terutama pada sistem penyetoran susu. Untuk menjaga kualitas susu, dan efektifitas
penerimaan telah dibentuk 5 unit TPS (tempat penyetoran susu) yang berlokasi pada
tempat paling strategis yang dapat dijangkau kendaraan di tiap kelompok tani.

C. Pengemasan
Operasionalisasi pabrik pengolahan susu pasteurisasi telah berjalan efektif, yakni
dengan menggunakan mesin pasteurisasi berkapasitas 200 liter per proses (jam).
Demikian pula dengan mesin pengemasan (packing) yang terdiri atas mesin packing
gelas otomatis 2 line dengan kecepatan pengisian yang mencapai 30 50 kap per menit,
dan mesin packing tipe vertical untuk kemasan saset 500 ml. Keberadaan mesin
pasteurisasi didukung dengan mesin Packing baik untuk susu saset (mesin pengemas
vertical) maupun mesin packing gelas (cup). Mesin packing saset merupakan pengadaan
tahun 2003/2004, penyempurnaan line sistem dilakukan tahun 2006 sehingga untuk
pengemasan susu langsung dapat dilakukan dari mesin pasteurisasi.
Pengembangan konversi energi Gas Bio. Sejak tahun 2006 telah dilakukan
pembangunan sludger pengolah limbah feses sapi untuk menghasilkan Gas Bio. Sejak
Bulan Februari 2007, 3 unit sludger telah berfunsgi dengan baik, dan telah dipergunakan
oleh masyarakat untuk kebutuhan memasak di dapur. Ketiga unit tersebut mempunyai
volume total 100 m3 yang mampu menghasilkan gas yang sangat besar. Akan tetapi
pada saat dilakukan penelitian, gas bio tersebut tidak berfungsi lagi.

D. Pemasaran Dan Produksi


Telah dilakukan upaya pengembangan pemasaran dan promosi antara lain dengan
mengembangkan pemasaran di Kota Makassar dan sekitarnya. Sampai akhir tahun 2006
hanya ada tiga Loper di Makassar. Akan tetapi saat dilakukan penelitian hanya satu agen
saja. Untuk mengembangkan pemasaran telah dilakukan promosi besar-besaran antara
lain oleh Pemkab Sinjai, dengan mengadakan lomba minum susu di Mall GTC,
Makassar. Saat ini sedang dilakukan promosi melalui kendaraan Pemkab, dengan stiker
besar berisi tentang ajakan minum susu, dan mempromosikan SUSIN (susu segar
pasteurisasi Sinjai).
Dari pemaparan-pemaparan di bidang produksi, kelembagaan serta pemasaran
dan produksi terlihat bahwa sistem kemitraan usaha sapi perah di Kabupaten Sinjai lebih
cenderung kepada langkah-langkah persiapan oleh pemerintah daerah menuju terciptanya
peternak yang siap untuk bermitra. Langkah-langkah persiapan tersebut antara lain
mencakup berbagai bantuan dan program dengan tujuan agar para peternak sapi perah
lebih bersungguh-sungguh mengembangkan usaha ternaknya.

E. Manajemen Pemasaran

Soal pemasaran susu di Kab. Sinjai Sulsel tidak ada kendala, hanya memang
harga saat ini masih kisaran 2000 - 2500 rupiah per liter. Sedangkan harga produk jadi
yang sudah di kemas pada cup dijual dengan harga 2000 rupiah/cup dengan varian rasa
coklat dan strawbery. Apa yang diungkapkan oleh Rajab sebagai ketua kelompok ternak
Batuleppa adalah wajar karena peran pemerintah disini masih memberikan subsidi
sekitar 80 %, namun harga 2000 perliter jika di kalkulasi masih lebih tinggi dibanding
dengan harga di tingkat peternak di Jawa. Kedepannya, subsidi akan dikurangi agar nanti
harga per liternya bisa lebih bagus.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

http://mylaffayza.blogspot.co.id/2009/11/susin-shansu-kerupuk-susu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sinjai
http://dinaspeternakansinjai.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-produksi-susu-sinjai-
susin.html

Anda mungkin juga menyukai